Pertemuan dua hari para pemimpin agama moderat dimulai di Indonesia dengan tujuan melawan ekstremisme, ISIS dan publikasi moderasi Islam, Senin (9/5).
Menurut laporan IQNA, seperti dikutip dari SCMP, pertemuan ini diselenggarakan oleh Nahdhatul Ulama (NU) Indonesia, sebagai bagian dari kampanye organisasi ini untuk melawan ekstremisme dan kelompok teroris ISIS.
Pertemuan ini diselenggarakan dengan tujuan memperkenalkan kebudayaan Islam kepulauan Indonesia (dengan 17.000 pulau) untuk melawan interpretasi-interpretasi ekstrem dan anti kemanusiaan teroris ISIS akan Islam.
Agama Islam masuk Indonesia sejak berabad-abad silam dan sekarang ini 225 juta muslim tinggal di Indonesia, yang mayoritas mereka adalah orang-orang moderat; namun sejumlah remaja negara ini telah bergabung dengan kelompok teroris ISIS.
Cyber Indonesia Melawan ISIS
NU Indonesia sejalan dengan kampanyenya telah membentuk satu tim cyber 500 orang yang berupaya siang malam dengan memublikasikan konten-konten Islam dalam jejaring sosial dan situs-situs internet guna melawan aktivitas-aktivitas para ekstremis dan teroris ISIS di dunia maya untuk menyesatkan masyarakat.
Tim ini dengan menggunakan teknologi-teknologi terkini secara kontinu telah menyuntikkan masalah-masalah moderasi di dunia maya.
Saifi Ali, anggota terkemuka tim cyber Indonesia di salah satu tweetnya menulis, kami tidak akan pernah mengizinkan Islam hancur di tangan orang-orang bodoh yang memiliki kebencian dalam hati.
Mereka berupaya melawan aktivitas-aktivitas rumit kelompok ISIS di internet, yang menyebabkan terpikatnya sejumlah orang di seluruh penjuru dunia.
Namun dengan adanya iktikad baik mereka, tim cyber Indonesia masih dikategorikan sebagai pemula dalam melawan aktivitas-aktivitas ISIS yang dilakukan oleh orang-orang mumpuni dan bermodal.
Kelompok cyber ISIS memiliki operasi pelik di dunia maya dan memiliki banyak pengaruh dengan menggunakan sosmed, software dan video.
Menurut para pejabat Amerika, di Amerika saja mereka memublikasikan sekitar 200 ribu tweet siang dan malam.
Meski demikian, tim cyber Indonesia yang biasanya adalah para remaja sukarelawan, mayoritas mengeluarkan banyak waktu dengan anggarannya sendiri guna melaksanakan tanggung jawabnya terkait dengan agama mereka.
(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email