Pesan Rahbar

Home » » Abdul Basit Abdus Somad; Sultan Tilawah di Abad Keduapuluh

Abdul Basit Abdus Somad; Sultan Tilawah di Abad Keduapuluh

Written By Unknown on Wednesday 22 June 2016 | 19:08:00


Harian Qatar Al-Arab menyebut Ustad Abdul Basit Abdus Somad, qori terkemuka Mesir sebagai sultan tilawah pada abad keduapuluh dan mengulas beografi dan tilawah qori terkemuka dunia Islam tersebut.

Menurut laporan IQNA, harian Qatar Al-Arab dalam sebuah makalah dengan topik Abdul Basit Abdus Somat...Mulku Tilawah fi al-Qarni al-Isyrin (Abdul Basit; Sultan Tilawah di Abad keduapuluh) mengemukakan, Abdul Basit dengan suara indah dan memikatnya layak untuk diperkenalkan sebagai sultan tilawah pada abad keduapuluh Masehi dan qori ternama Mesir ini dengan suara emasnya telah melakukan lawatan ke banyak negara Arab dan Islam dan melaksanakan tilawah Al-Quran.

Dalam makalah ini dikemukakan:
Semua para qori dalam hal ini sepakat bahwa Syaikh Abdul Basit Abdus Somat adalah imam al-Qurra (pemimpin para qori) dalam bidang qiraat dan teknik tilawah. Ia jarang berbicara dan berbicara dengan singkat dan padat dan tidak pernah mengeksplorasi dalam kehidupan seseorang. Manusia tenang ini dalam tilawah Al-Quran laksana bintang gemilang, sehingga menjadi sultan para qori dan mendapatkan kedudukan khusus dibanding para qori lainnya.

Syaikh Abdul Basit Abdus Somat lahir pada tahun 1927 di desa Al-Muzaazah, kota Armant yang terletak di propinsi Qana Mesir. Ia tumbuh di keluarga Qurani, kakeknya Abdus Somat termasuk salah seorang hafiz terkemuka Al-Quran yang menguasai hafalan, tajwid dan hukum-hukum Al-Quran dan kakek dari ibunya juga Abu Dawud termasuk salah seorang arif kota Armant. Demikian juga Ayah Abdul Basit Abdus Somat menguasai tajwid Al-Quran.

Qori Mesir ini dalam kenangannya menukilkan, saya menghafal Al-Quran di usia 10 tahun, saya meminta ayah dan kakek supaya mengajari qiraat Al-Quran, dengan demikian mereka berkata, harus pergi ke kota Tanta untuk menimba ilmu Al-Quran dan qiraat kepada Syaikh Muhammad Salim, namun jarak perjalanannya sangat jauh, dengan demikian satu hari sebelum saya memutuskan untuk mempelajari qiraat Al-Quran ke kota Tanta, saya mendengar bahwa Ustad Muhammad Salim datang ke Arman guna mengajar qiraat Al-Quran di yayasan agama kota ini, dengan demikian saya menemuinya dan mempelajari ilmu dan qiraat Al-Quran, kemudian saya menghafal Al-Syathibiyyah (sebuah kitab dalam bidang ilmu tajwid).


Masuk ke Radio Mesir

Abdul Basit pada tahun 1950 pindah ke Kairo dan pada tahun 1951 masuk ke radio Mesir, tilawah pertamanya adalah surat Al-Fathir, pada tahun 1952 Masehi ia ditunjuk sebagai qori masjid Al-Imam al-Syafi’i dan pada tahun 1985 Masehi juga ia ditunjuk untuk menggantikan Syaikh Muhammad Ali al-Banna, sebagai qori masjid Imam Husein (As) di Kairo.

Dengan bergabungnya Syaikh Abdul Basit ke Radio, sambutan masyarakat untuk membeli radio semakin meningkat dan setelah itu undangan dari seluruh penjuru dunia dilayangkan untuknya dan di setiap negara yang dikunjungi, secara resmi ia sangat disambut.

Presiden republik Pakistan menyambutnya di bandara, berjabat tangan dengannya, ia juga melaksanakan tilawah di masjid-masjid besar Jakarta Indonesia, sementara sudut-sudut masjid dipenuhi dengan para hadirin dan populasi 250 ribu orang dengan berdiri mendengarkan lantunannya.


Masjid-masjid Populer yang Menjamu Ustad Abdul Basit

Masjid-masjid populer dimana Syaikh Abdul Basit melakukan tilawah Al-Quran di situ seperti Masjidil Haram di Mekah, Masjid Nabawi di Madinah, Masjidil Aqsha di Quds, masjid Ibrahim di al-Khalil Palestina, masjid Umawi di Damaskus dan masjid-masjid populer Asia, Afrika, Amerika, Perancis, Inggris dan kota-kota dunia lainnya.

Pada tahun 1966 Masehi, Suriah memberikan penghragaan dengan memberikan medali kelayakan, demikian juga Lebanon memberikan penghargaan kepada qori terkemuka Mesir tersebut dan Malaysia memberikan hadiah emas kepada beliau. Demikian juga Ustad Abdul Basit mendapat banyak piagam dari para presiden pelbagai negara Islam maupun non Islam.


Abdul Basit Meninggal Dunia

Abdul Basit berupaya melawan penyakit Diabetes yang dideritanya dengan menjaga makanan dan pelbagia minuman, namun dengan bertambahnya penyakit peradangan hati, maka akhirnya ia tidak mampu lagi untuk melawan dua penyakit ini. Akhirnya pada hari Rabu, 30 Desember 1088 meninggal dunia. Para duta pelbagai negara dunia ikut turut serta dalam acara pemakamannya, dengan mewakilkan masyarakat dan presiden negaranya.

(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: