Terdapat sekitar 50 ribu penganut Zoroaster di seantero Iran.
Atazkadeh atau Kuil Api itu terletak di seberang Gereja Maria Suci di Ibu Kota Teheran, Iran. Lokasinya di pinggir jalan dan selang satu bangunan dengan kantor administrasi penganut Zoroaster.
Rumah ibadah kaum Zoroaster ini tertutup tembok setinggi tiga meter dengan pintu kayu cokelat berukir. Setiba di sana kemarin, saya masuk ke kantor administrasi Zoroaster untuk memberitahu tujuan kedatangan. Seorang lelaki lalu mengantar saya ke Kuil Api itu, seperti dilaporkan wartawan Albalad.co Faisal Assegaf dari Teheran.
Perempuan bernama Estekomat membukakan pintu kompleks Kuil Api dan mempersilakan saya masuk. Situasi di dalam sepi karena waktu sembahyang belum tiba. Setelah menjelaskan maksud kedatangan, Estekomat mengizinkan saya masuk ke dalam Kuil Api.
Di bagian tengah dalam bangunan Kuil Api terdapat jendela sehingga jemaat Zoroaster bisa melihat ke arah ruang pembakaran api. Pada sisi kiri dan kanan berjejer rapi bangku kayu untuk jemaat bersembahyang. Ketika saya di sana, seorang perempuan paruh baya tengah membaca Gathas, kitab suci penganut Zoroaster.
Dalam ajaran Islam, Zoroaster disebut Majusi adalah agama penyembah api. Namun menurut buku saku diberikan Estekomat, Zoroaster adalah agama monoteisme menyembah kepada satu Tuhan, mereka sebut Ahuramazda. Mereka bahkan mengklaim Zoroaster adalah agama monoteisme pertama di dunia.
Agama ini muncul di Iran pada 1.768 tahun sebelum kelahiran Yesus dan merupakan agama dianut Kerajaan Persia sebelum Islam datang. Adalah Ashu Zarathushtra menjadi nabi sekaligus penyebar agama Zoroaster. Dalam buku saku Zoroaster itu, disebutkan Tuhan mengangkat Zarathushtra sebagai nabi di umur 30 tahun.
Sebelum memasuki Kuil Api, saya mesti memakai hat (peci khas kaum Zoroaster berwarna putih). Tidak banyak keterangan bisa saya peroleh dari Estekomat. Sebab bahasa Inggrisnya begitu seadanya. Tapi saya bisa memotret kobaran api dinyalakan oleh lelaki tua penunggu tungku.
Beruntung, Estekomat mau memberikan nomor telepon Xorshidiyan Ardeshir, salah satu mobed di Teheran. Mobed lainnya bernama Sirus Gary.
Mobed adalah pemuka agama Zoroaster. Kiai atau syekh dalam Islam, rabbi bagi kalangan umat Yahudi, dan pendeta atau pastor buat penganut Nasrani.
Ketika saya hubungi lewat telepon selulernya, Ardeshir - fasih berbahasa Inggris - menjelaskan terdapat enam Kuil Api di seantero Iran. "Dua di Teheran, empat lainnya berada di kota Syiraz, Kerman, Zahedan, dan Yazd," katanya. Dia menambahkan jumlah penganut Zoroaster di negara Mullah itu sekitar 50 ribu orang.
Mirip kaum muslim, pemeluk Zoroaster diwajibkan bersembahyang lima kali sehari. Waktunya saat matahari terbit, siang, sore, malam (hingga jam 12), dan pukul 12 malam sampai subuh. "Tiap kali bersembahyang cuma menghabiskan waktu lima menit," ujar Ardeshir.
Ketika bersembahyang mereka mesti menghadap ke arah kobaran api. Namun Ardeshir menegaskan api untuk pemujaan hanya boleh dinyalakan di Kuil Api. Artinya, kaum Zoroaster harus bersembahyang berjamaah, tidak boleh di rumah masing-masing.
Kaum Zoroaster juga memiliki rukun iman berjumlah sembilan perkara, yakni
1 Percaya Tuhan itu satu
2 Meyakini Ashu Zarathushtra sebagai nabi
3 Mengimani hal-hal gaib dan keabadian ruh
4 Meyakini Asha (hukum kebenaran)
5 Percaya semua manusia sama kedudukannya di hadapan Tuhan
6 Meyakini tujuh langkah filsafat Zoroaster
7 Mengimani untuk selalu membantu kaum miskin
8 Meyakini kesucian empat unsur alam (air, udara, tanah, dan api)
9 Percaya pada kemajuan dan inovasi
Agama Zoroaster juga meyakini adanya surga dan neraka. Bagi yang beramal saleh, balasannya surga dan sebaliknya para pendosa akan dimasukkan ke dalam neraka.
Perlahan lelaki tua berpeci dan berpakaian serba putih itu mengecilkan kobaran api. Nyala api padam saat saya berpamitan keluar meninggalkan Atazkadeh.
(Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Kantor penganut Zoroaster di Ibu Kota Teheran, Iran, 5 Juni 2016. (Faisal Assegaf/Albalad.co)
Atazkadeh atau Kuil Api itu terletak di seberang Gereja Maria Suci di Ibu Kota Teheran, Iran. Lokasinya di pinggir jalan dan selang satu bangunan dengan kantor administrasi penganut Zoroaster.
Rumah ibadah kaum Zoroaster ini tertutup tembok setinggi tiga meter dengan pintu kayu cokelat berukir. Setiba di sana kemarin, saya masuk ke kantor administrasi Zoroaster untuk memberitahu tujuan kedatangan. Seorang lelaki lalu mengantar saya ke Kuil Api itu, seperti dilaporkan wartawan Albalad.co Faisal Assegaf dari Teheran.
Perempuan bernama Estekomat membukakan pintu kompleks Kuil Api dan mempersilakan saya masuk. Situasi di dalam sepi karena waktu sembahyang belum tiba. Setelah menjelaskan maksud kedatangan, Estekomat mengizinkan saya masuk ke dalam Kuil Api.
Di bagian tengah dalam bangunan Kuil Api terdapat jendela sehingga jemaat Zoroaster bisa melihat ke arah ruang pembakaran api. Pada sisi kiri dan kanan berjejer rapi bangku kayu untuk jemaat bersembahyang. Ketika saya di sana, seorang perempuan paruh baya tengah membaca Gathas, kitab suci penganut Zoroaster.
Dalam ajaran Islam, Zoroaster disebut Majusi adalah agama penyembah api. Namun menurut buku saku diberikan Estekomat, Zoroaster adalah agama monoteisme menyembah kepada satu Tuhan, mereka sebut Ahuramazda. Mereka bahkan mengklaim Zoroaster adalah agama monoteisme pertama di dunia.
Agama ini muncul di Iran pada 1.768 tahun sebelum kelahiran Yesus dan merupakan agama dianut Kerajaan Persia sebelum Islam datang. Adalah Ashu Zarathushtra menjadi nabi sekaligus penyebar agama Zoroaster. Dalam buku saku Zoroaster itu, disebutkan Tuhan mengangkat Zarathushtra sebagai nabi di umur 30 tahun.
Sebelum memasuki Kuil Api, saya mesti memakai hat (peci khas kaum Zoroaster berwarna putih). Tidak banyak keterangan bisa saya peroleh dari Estekomat. Sebab bahasa Inggrisnya begitu seadanya. Tapi saya bisa memotret kobaran api dinyalakan oleh lelaki tua penunggu tungku.
Beruntung, Estekomat mau memberikan nomor telepon Xorshidiyan Ardeshir, salah satu mobed di Teheran. Mobed lainnya bernama Sirus Gary.
Mobed adalah pemuka agama Zoroaster. Kiai atau syekh dalam Islam, rabbi bagi kalangan umat Yahudi, dan pendeta atau pastor buat penganut Nasrani.
Ketika saya hubungi lewat telepon selulernya, Ardeshir - fasih berbahasa Inggris - menjelaskan terdapat enam Kuil Api di seantero Iran. "Dua di Teheran, empat lainnya berada di kota Syiraz, Kerman, Zahedan, dan Yazd," katanya. Dia menambahkan jumlah penganut Zoroaster di negara Mullah itu sekitar 50 ribu orang.
Mirip kaum muslim, pemeluk Zoroaster diwajibkan bersembahyang lima kali sehari. Waktunya saat matahari terbit, siang, sore, malam (hingga jam 12), dan pukul 12 malam sampai subuh. "Tiap kali bersembahyang cuma menghabiskan waktu lima menit," ujar Ardeshir.
Ketika bersembahyang mereka mesti menghadap ke arah kobaran api. Namun Ardeshir menegaskan api untuk pemujaan hanya boleh dinyalakan di Kuil Api. Artinya, kaum Zoroaster harus bersembahyang berjamaah, tidak boleh di rumah masing-masing.
Kaum Zoroaster juga memiliki rukun iman berjumlah sembilan perkara, yakni
1 Percaya Tuhan itu satu
2 Meyakini Ashu Zarathushtra sebagai nabi
3 Mengimani hal-hal gaib dan keabadian ruh
4 Meyakini Asha (hukum kebenaran)
5 Percaya semua manusia sama kedudukannya di hadapan Tuhan
6 Meyakini tujuh langkah filsafat Zoroaster
7 Mengimani untuk selalu membantu kaum miskin
8 Meyakini kesucian empat unsur alam (air, udara, tanah, dan api)
9 Percaya pada kemajuan dan inovasi
Agama Zoroaster juga meyakini adanya surga dan neraka. Bagi yang beramal saleh, balasannya surga dan sebaliknya para pendosa akan dimasukkan ke dalam neraka.
Perlahan lelaki tua berpeci dan berpakaian serba putih itu mengecilkan kobaran api. Nyala api padam saat saya berpamitan keluar meninggalkan Atazkadeh.
(Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email