Pukul 17.00, hawa sangat panas. Semua masyarakat sedang beristirahat dan tak satu pun dari mereka berani keluar rumah, kecuali beberapa gelintir manusia yang terpaksa harus keluar rumah untuk mencari rezeki halal.
Hingga buka puasa masih tersisa waktu 3 jam. Antrian di toko nun sanggak (roti khas Iran) pun semakin memanjang. Dua pemuda berusia sekitar 25 hingga 30 tahun sedang sibuk memasak nun. Satu bertugas memasak adonan dan kedua memungut nun yang sudah matang di memberikannya kepada pembeli yang sedang antri.
Keringat kedua pemuda itu bercucuran membasahi tubuh dan kedua bibir mereka kering lantaran harus menahan dahaga. Sekalipun demikian, mereka tetap menyapa para pembeli dengan ramah.
Mungkin berpuasa sembari bekerja di tempat memanggang nun tersebut sangat berat bagi mereka. Akan tetapi, janji pahala Ilahi membuat segalanya menjadi manis di benak mereka.
Tukang roti tersebut masih tetap harus bekerja di sepanjang bulan suci Ramadhan siang dan sore. Untuk siang, mereka sudah harus berada di tempat kerja dari pukul 10.00 hingga 13.00, dan untuk sore hari dari pukul 16.00 hingga 21.00.
Mungkin bekerja sebagai tukang roti di musim dingin sangat tidak sulit bagi mereka. Akan tetapi, di musim panas dengan 40 derajat celcius seperti sekarang ini memerlukan perjuangan ekstra untuk tetap bisa bertahan berpuasa.
Mereka masih memiliki satu keyakinan kuat. Berpuasa dalam kondisi yang sangat sulit tentu memiliki pahala yang lebih besar.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email