Oleh: Ust. Jefri Nofendi
Ini adalah bukti yang akan kutunjukkan dan membungkam sekaligus menabok mulut Abu Yahya Badrussalam Lc., yang mengatakan tidak ada bukti otentik Walisongo. Ini "Het Boek van Bonang" yang selama 2 minggu aku cari-cari, sebulan lamanya aku membaca, dan di dalam buku ini tidak ada sedikitpun dialog yang menyinggung dan menganggap Tahlilan itu Bid'ah.
Kudengar Badrussalam akan ngadain dauroh di Cirebon. Oke aku akan hubungi teman-teman Aswaja di sana untuk memfasilitasi dan mempertemukan aku dengan Badrusalam dan mendesak dia agar melihat sendiri bukti otentik kuburan salah satu Walisongo dan bertemu dengan para keturunannya. Dan pertemuanku dengan Badrusalam akan berada hitam di atas putih atau bersedia menjaminkan dirinya masing-masing, apakah siap dipotong jarinya atau tangannya atau siap dihukum cambuk.
Para pengikut doktrin "onani pikiran" siap-siap guru kebanggaan kalian kupermalukan dan kujatuhkan namanya di depan publik bila masih ngotot tidak mau mengakui salah dan tidak mau minta maaf terkait ucapannya tentang tidak ada bukti otentik Walisongo atau fiktif.
Ini adalah bukti dan fakta bahwa Walisongo itu ada dan nyata. Berikut ini saya lampirkan scanan screenshoot "Het Boek van Bonang" yang berisikan kisah Walisongo yang ditulis oleh peneliti Belanda berdasarkan bukti-bukti manuskrip dan juga scanan asli tulisan tangan nasehat Sunan Bonang dalam bahasa Jawa. Bukti tersebut ada di Museum Leiden Belanda.
Kenapa bukti manuskrip itu ada di Museum Belanda? Dulu Indonesia kalah perang, Belanda merampas dan mengambil kitab-kitab kuno klasik ulama leluhur Bangsa Indonesia. Dulu bagi Belanda apa yang mereka ambil dianggap sebagai rampasan perang (ghanimah).
Tidak hanya manuskrip tulisan tangan asli Walisongo yang diambil Belanda. Bahkan kitab tarekat Syattariyah yang dikenal dengan kitab "Martabat Tujuh" juga ada di Belanda, yang di sana dikenal dengan "Mystic of Letter". Mereka (Belanda) menamakan kitab "Martabat Tujuh" dengan sebutan "Mystik of Letter" karena tidak mampu mengkaji dan mengupas rahasia keilmuan kitab tersebut. Bahkan lukisan asli Syaikh Abdurrauf Singkil ternyata ada di Belanda. Belanda banyak mengambil kitab-kitab kuno ulama Nusantara untuk dipelajari dan mencoba mencari tahu rahasia kekuatan spritual yang tersimpan pada makna kitab kuno tersebut.
Mengapa Walisongo tidak membuat kitab? Tugas dan dakwah Walisongo ke Nusantara mengislamkan penduduk negeri tersebut. Karena beratnya tantangan dan penduduk Nusantara baru masuk Islam hingga mereka tak punya waktu untuk membuat kitab. Walisongo berdakwah dengan maqam ihsan (perbuatan) yaitu terjun langsung ke lapangan mengislamkan penduduknya yang masih animisme dan dinamisme.
Sedangkan ustadz Salafi-Wahabi dakwahnya hanya dengan cuap-cuap bebek, mencari-cari celah kekurangan amaliah orang, sering menuduh sembarangan terhadap amaliah sunnah yang dilestarikan dengan sebutan bid'ah, kadang sampai mengkafirkan, bahkan terkadang menyebut terhadap orang yang bukan termasuk golongannya. Dan anehnya motto para ustadz Salafi-Wahabi "berdakwah mengislamkan yang sudah Islam", bukannya mengislamkan yang belum Islam. Apa orang Islam yang belum didakwahi ustadz Salafi-Wahabi dianggap belum Islam hingga perlu diislamkan lagi?
Hal yang paling lucu dan menggelikan dulu Salafi-Wahabi berkata: "Walisongo melarang bid'ah Tahlilan". Eh tiba-tiba ustadz Rodja Salafi-Wahabi Badrussalam Lc., malah berani bilang Walisongo itu fiktif. Pikun atau plinplan?
Dengan bukti di atas mudah bagiku untuk memenjarakan ustadz Rodja Badrussalam Lc., (Lucu dan culun) ke penjara. Tapi aku masih berbaik hati, semoga ustadz Rodja tersebut meminta maaf dan menarik kembali prasangka dan tuduhan kejinya. Namun jika dia tidak mau meminta maaf dan tidak menarik kembali ucapannya maka semoga Allah Swt. memberikan hidayah padanya.
(Muslimedia-News/Warta-Islami/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email