Organisasi kemasyarakatan Nadhatul Ulama memandang persoalan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama terkait Al Maidah 51 telah menimbulkan kontroversi di hampir seluruh kalangan. Bahkan sebagian kalangan mengatasnamakan “Aksi Bela Islam II” akan menggelar aksi besar tanggal 4 November mendatang. Mencermati eskalasi keadaan terkini, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengingatkan bahwa menjaga ukhuwah sejatinya merupakan musuh perpecahan.
“Mari jaga persatuan dan kesatuan bangsa. Pererat tali silaturahim antar komponen masyarakat. Berpecah adalah musuh utama dari ukhuwah,” demikian kutipan pesan moral yang juga ditandatangani Rais ‘Am PBNU KH. Ma’ruf Amin dan telah dirilis oleh portal resmi NU (28/10).
Lewat seruan moral ini, NU mengingatkan negara-negara teluk seperti Irak, Pakistan, Afghanistan, Suriah, Yaman yang memasuki suatu babakan baru yang disebut sebagai “failed-state”.
“Negara gagal, diakibatkan keliru menerapkan hubungan agama dan negara, sehingga keduanya dipertentangkan satu sama lain yang akibatnya menimbulkan kekacaubalauan.”
Ratusan ribu bahkan jutaan manusia menjadi korban atas peperangan yang timbul akibat kesalahpahaman. Sementara di negara-negara sekuler yang hanya mengedepankan rasionalitas tanpa agama justru melahirkan titik balik suatu peradaban yang tidak lagi “memanusiakan manusia”.
Padahal situasi ini terjadi ketika Indonesia terus berkembang menjadi sebuah negara yang hidup berdasarkan kepada nilai-nilai luhur bangsa.
“Dimana masyarakatnya dapat hidup aman-tenteram saling menghormati, dan rukun berdampingan secara harmonis antara satu dengan yang lainnya.”
Oleh sebab itu, menyikapi eskalasi soal Ahok dan Al – Maidah 51 yang menurut KH. Said Aqil Sirajd kian tak terkontrol dan liar, agar tetap menjaga tali silaturahim antar komponen masyarakat.
Bagi NU, ukhuwah adalah modal utama kita di dalam membangun suatu tatanan masyarakat yang aman, damai, adil, dan makmur. Tidak hanya sesama Muslim, tapi juga sesama manusia apapun identitas keyakinannya.
“Jaga Ukhuwah Wathoniyah (persaudaraan setanah air) dan Ukhuwah Basyariyah (persaudaraan sesama manusia), agar Indonesia terbebas dari ancaman perpecahan,” katanya sembari mengutip QS: Ali-Imran, 103
Kepada warganya – yang menurut Exit Poll (2013) berjumlah 91,2 juta kepala -, NU menghimbau agar menjaga agar suasana yang aman dan damai tetap terpelihara dan tidak ikut-ikutan memperkeruh suasana dengan provokasi dan hasutan.
“PBNU melarang penggunaan simbol-simbol NU untuk tujuan-tujuan di luar kepentingan sebagaimana menjadi keputusan jamiyyah NU.”
Kepada aparat kepolisian, ormas Islam ini berharap agar segera melakukan tindakan dan langkah sesuai dengan prosedur hukum dan perundangan yang berlaku, agar dapat memenuhi rasa keadilan masyarakat dengan tanpa mengabaikan asas praduga tak bersalah.
“Upaya ini harus dilakukan guna menghindarkan terjadinya yang cenderung menimbulkan kegaduhan dan anarki.”
Kepada para pihak yang hendak menyalurkan aspirasi dengan berunjuk rasa, PBNU mengimbau agar tetap menjaga akhlakul karimah dengan tetap menjaga ketertiban, menjaga kenyamanan lalu lintas dan dapat menjaga keamanan masyarakat demi keutuhan NKRI.
“Hari ini, Indonesia dikenal publik Internasional sebagai negara yang patut dijadikan percontohan dan teladan, terutama dalam menjadikan faktor kebhinnekaan (keanekaragaman) justru sebagai kekuatan.”
Dengan “Bhinneka Tunggal Ika”, Indonesia telah berhasil meletakkan hubungan agama dengan negara secara ideal. Agama tidak lagi dipertentangkan dengan negara. Nilai agama melebur dengan budaya lokal yang baik, melahirkan spirit wathoniyah (nasionalisme yang tumbuh subur dengan berkembangnya nilai keagamaan).
“Sebagaimana yang disampaikan Hadlratussyaikh KH M. Hasyim Asy’ari, pendiri Jamiyyah Nahdlatul Ulama yakni: Cinta tanah air adalah bagian dari Iman.” []
(NU-Online/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email