Perjalanan wisata terasa kurang pas jika pulang tidak membawa buah tangan, tidak terkecuali saat menyambangi Turki. Di kota terpadat negara ini, Istanbul, oleh-oleh dijual berlimpah di Grand Bazaar, pasar tertutup tertua di dunia.
Berusia lebih dari 500 tahun, Grand Bazaar selain pasar tertua juga yang terbesar dari yang sejenis di seluruh dunia. Pasar ini telah berdiri sejak tahun 1450-an pada pemerintahan Kekhalifahan Ottoman dan bertahan hingga kini.
Pasar dengan atap dan tembok batu ini memuat 61 ruas jalan di dalamnya yang menampung lebih dari 3.000 toko. Tahun 2014, Grand Bazaar merupakan tempat wisata yang paling banyak dikunjungi turis, yaitu mencapai 91.250.000 pengunjung per tahun.
Lokasinya terletak di kompleks kota tua Istanbul, tepatnya di distrik Fatih, selemparan batu dari Masjid Biru dan Museum Hagya Sofia. Jadi, kita bisa langsung berjalan kaki ke Grand Bazaar setelah menikmati arsitektur Masjid Biru yang megah dan kekayaan sejarah dua agama di Aya Sofia.
Jangan lupa mampir juga ke Basillica Cistern, tempat penampungan bawah tanah raksasa era Romawi yang dibangun di abad ke-3 atau 4. Masjid Biru-Hagya Sophia- Bassilica Cistern-Grand Bazaar adalah satu paket wisata Turki yang berkumpul di satu tempat. Wajib dikunjungi.
Sekitar 15 menit berjalan, kita akan melihat gerbang Grand Bazaar. Pasar ini buka dari pukul 9 hingga 19.00, kecuali di hari Minggu dan hari besar.
Sebelum masuk, pastikan anda mengingat pintu gerbang yang masuki. Pasalnya, pasar ini terdapat 21 pintu gerbang dengan jalan berliku layaknya labirin. Seorang pemandu wisata di Istanbul bahkan mengaku sampai sekarang belum hapal jalanan di Grand Bazaar dan seringkali tersesat di dalam.
Tersesat adalah sebuah keniscayaan di tempat ini, malah justru akan menyenangkan. Karena anda akan menjelajahi jutaan barang dan souvenir berbagai macam bentuk dan harga. Termurah anda bisa mendapatkan dompet rajut khas Turki dengan harga 1 lira, hingga lampu berwarna-warni yang jika di kurs rupiah bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Tahan lapar mata anda. Pastikan memiliki daftar belanjaan yang akan beli. Bersabar jika menemui barang bagus, siapa tahu ada yang lebih baik kualitas dan harganya di toko lain di Grand Bazaar. Dijual bermacam-macam barang, sebut saja kerajinan kulit, karpet, barang antik, tas tangan, kaus, gantungan kunci, keramik dan souvenir, hingga kostum penari perut.
Saran penulis, belilah yang benar-benar menjadi ciri khas dan budaya Turki, salah satunya cangkir teh. Warga negara ini adalah peminum teh sejati. Sehari bisa lebih dari 10 gelas teh hitam ditenggak. Cangkirnya pun unik dan seragam, bentuknya menyerupai bunga tulip. Dipastikan, cangkir beserta teko teh khas Turki ini jadi oleh-oleh yang berkesan.
Namun layaknya pasar di Indonesia, di pasar ini anda harus berani menawar. Bagi sebagian orang ini adalah pekerjaan berat, apalagi tidak semua pedagang di Grand Bazaar ramah. Banyak yang meninggikan suara jika kita menawar terlalu rendah, atau tidak jadi membeli.
Saran seorang warga Turki, tawar 30-50 persen di bawah harga yang ditawarkan, kecuali untuk barang murah yang berharga pas. Jika harga tetap tidak sesuai dengan keinginan, tinggalkan saja, acuhkan penjual yang misuh-misuh memanggil anda. Bisa jadi, penjual akan membuntuti anda dan menyerah, menjualnya dengan harga keinginan anda.
Jika penjualnya terlihat marah, santai saja, itu untuk mengintimidasi anda. Bilang “don’t be angry my friend”, berdasarkan pengalaman, penjual langsung tersenyum.
Jika anda tidak ingin berbelanja, juga tidak mengapa. Tempat ini juga merupakan tempat cuci mata yang asyik. Lemparkan pandangan anda ke atap. Langit-langit Grand Bazaar dipenuhi ornamen klasik yang bertahan sejak era Ottoman. Nikmati setiap tiang-tiang dan jendelanya yang mewah, serta lukisan-lukisan di tiap gerbangnya.
Bayangkan, anda tengah berada di sebuah pasar yang telah berfungsi sejak ratusan tahun lalu. Bayangkan, di abad ke-15 pasar ini dipenuhi saudagar dari berbagai negara, berdagang barang khas daerah mereka. Bayangkan, anda kini berada di dalam sebuah mahakarya seni arsitektur raksasa.
(CNN-Indonesia/Mahdi-News/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email