Pesan Rahbar

Home » » Hukum Pamer Kecantikan di Media sosial, Menurut Sunni dan Syiah adalah Dosa/Haram (Neraka)

Hukum Pamer Kecantikan di Media sosial, Menurut Sunni dan Syiah adalah Dosa/Haram (Neraka)

Written By Unknown on Saturday, 30 July 2016 | 21:02:00


Menurut Sunni:


Bagaimana hukumnya seorang wanita yang memajang foto wajahnya di Facebook dan banyak laki-laki yang memuji kecantikannya?

Seorang ustadz menjawab kurang lebih:
Berarti wanita itu berjiwa "pelacur". Wangi parfumnya seorang wanita saja, jika sengaja dipakai agar laki-laki dapat mencium baunya, oleh Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa sallam dikatakan sebagai pelacur, apalagi ini, dengan sengaja menunjukkan kecantikannya untuk dinikmati oleh laki-laki yang bukan mahramnya, dan wanita itupun bertanggung jawab atas setiap dosa yang ia timbulkan bagi laki-laki yang menikmati wajahnya.

(https://www.facebook.com/dian.rumman/posts/607937792586978)
___________________________________

Catatan:

Tidak perlu marah dengan jawaban ustadz tersebut seandainya kita tidak setuju. Merupakan hak ustadz tersebut untuk menyampaikan pendapatnya berdasarkan ilmu yang dimilikinya. Pertimbangkan baik-baik apakah jawabannya mengandung kebenaran ataukah salah. Apakah yang dikatakan ustadz tersebut benar atau salah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ

“Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melalui sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka perempuan tersebut adalah seorang pelacur.” (HR. An Nasa’i, Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad.)


Diantara dampak negatif wanita memajang foto wajah di internet:

- bisa membuat pria yg sengaja maupun tak sengaja melihatnya menjadi tergoda, mengotori hatinya, membuat terbayang siang malam, bahkan bisa menimbulkan niat-niat buruk atau bahkan sampai melakukan kejahatan

Meski seorang wanita menutup seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangannya, kemudian ia memamerkan dirinya di social media maka ini pun tidak bisa menjamin selamatnya orang yang melihat dari fitnah, sebab wajah wanita memiliki daya tarik yang sangat kuat terhadap laki-laki, sehingga, meski seluruh badannya tertutup dengan baik akan tetapi jika wajahnya dibuka dan dipampang di depan pengunjung akun, maka itu bisa menimbulkan fitnah di hati orang yang memandangnya, Disebabkan orang yang menyaksikan foto itu bisa terfitnah maka tidak dibolehkan memampang foto wajah itu di halaman situs yang bisa diakses oleh para pria yang bukan mahromnya.

- menggoda pria, membuat pria tidak menundukkan pandangan, padahal dalam Al Quran diperintahkan menundukkan pandangan. Jika di dunia nyata, pria tidak akan berani lama-lama menatap wanita, apalagi yang belum dikenalnya. Pria akan malu kalau kelihatan sedang melihat wanita tersebut terus-menerus. Namun foto di internet, para lelaki bisa melihatnya lama-lama tanpa merasa malu, sebab tidak ada orang yang tahu. Dan hal tersebut bisa mendatangkan berbagai dampak negatif baik bagi pria maupun wanita. Sudah seharusnya para wanita menolong para pria dgn cara mencegah terjadinya hal tersebut, yaitu dgn tidak memajang fotonya.

- betapa banyak wanita yg menjadi korban pria jahat berawal dari Facebook, diajak ketemuan, ditipu, diculik, diperkosa, dibunuh, dll, diawali oleh pria tertarik melihat foto sang wanita di FB, sebagaimana sering diberitakan media massa

- foto anda bisa dicopy dan diedit oleh orang2 jahat, dijadikan foto porno, atau digunakan untuk hal2 lain yg merugikan, (misalnya orang membuat suatu akun dgn memakai foto2 anda)
_____________________________________


Ada pertanyaan bagi muslimah yang memajang fotonya di internet, foto itu Anda pajang untuk siapa?

Allah subhanahu wa ta’ala telah memerintahkan muslim dan muslimah untuk menjaga pandangannya dari lawan jenis yang bukan mahram. Tak sampai di situ Allah pun memerintahkan masing-masing kepada mereka untuk saling menjaga diri.

Ketika mengupload foto Anda di internet maka anda secara tak langsung telah “menandatangani kontrak” bahwa anda membebaskan siapapun bebas untuk memandang Anda tanpa terkecuali. Terus dimana penjagaan Anda terhadap kehormatan Anda dan orang lain?

Wahai para wanita...tahukah anda bahwa:

(1) Semakin banyak pandangan lelaki yang tergiur denganmu (jika sengaja pamer kecantikan/keindahan tubuh dan tampil menggoda) semakin bertumpuk pula dosa-dosamu

(2) Semakin sang lelaki menghayalkanmu...semakin berhasrat denganmu maka semakin bertumpuk pula dosa-dosamu

(3) Janganlah anda menyangka senyumanmu yang kau tebarkan secara sembarangan tidak akan ada pertanggungjawabannya kelak..!!!. Bisa jadi senyumanmu sekejap menjadi bahan lamunan seorang lelaki yang tidak halal bagimu selama berhari-hari.., apalagi keelokan tubuhmu....

(4) Bayangkanlah... betapa bertumpuk dosa-dosa para artis dan penyanyi yang aurotnya diumbar di hadapan ribuan...bahkan jutaan para lelaki??

(5) Jika anda menjaga kecantikanmu dan kemolekan tubuhmu hanya untuk suamimu...maka anda kelak akan semakin cantik dan semakin molek di surga Allah...,

(6) Akan tetapi jika anda umbar kecantikanmu dan kemolekanmu maka ingatlah itu semua akan sirna dan akan lebur di dalam liang lahad menjadi santapan cacing dan ulat...dan di akhirat kelak...bisa jadi berubah menjadi bahan bakar neraka jahannam!!


Silahkan baca:

Nasihat teruntuk Akhwat Muslimah yang memajang Foto di FB...!!!
https://www.facebook.com/notes/fesbuk-untuk-dawah/nasihat-teruntuk-akhwat-muslimah-yang-memajang-foto-di-fb/10150290194691559

Apa Kata Para Ustadz Tentang 'Memajang Foto Diri/Foto Anak di FB (Dunia Maya)'?
http://catatdita.tumblr.com/…/apa-kata-para-ustadz-tentang-…

Memasang foto wanita di Sosial Media
http://salamdakwah.com/b…/memasang-foto-di-sosial-media.html

Bahaya memasang foto wajah wanita mekipun berjilbab
http://www.salamdakwah.com/…/memasang-foto-yang-menutup-aur…
******

Menurut Syiah:

Apa pandangan Islam terkait dengan operasi kecantikan anggota tubuh; seperti operasi hidung, membesarkan payu dara, melenyapkan lemak-lemak tambahan dari badan) mengingat bahwa sebagian dari mereka semakin baik kehidupannya dan rezekinya kian lancar serta menambah semangat hidup. Namun demikian ada orang yang berkata bahwa kita tidak boleh merubah apa yang telah diberikan Tuhan kepada kita? Bagaimana pendapat Marja Agung Taklid dalam hal ini?



Jawaban:

Fatwa Marja Agung Taklid berbeda pendapat terkait dengan operasi kecantikan sebagaimana berikut:

1. Kantor Ayatullah Agung Khamenei (Mudda Zhilluhu al-‘Ali):
Pada dasarnya tidak ada masalah, lain halnya kalau mengharuskan bersentuhan dengan non mahram atau perbuatan dosa lainnya.

2. Kantor Ayatullah Agung Makarim Syirazi (Mudda Zhilluhu al-‘Ali):
Apabila tidak berhubungan dengan perbuatan haram maka operasi kecantikan seperti ini tidak ada masalah. Namun apabila meniscayakan perbuatan haram (seperti melihat dan bersentuhan dengan non mahram) maka hanya dibolehkan dalam kondisi mendesak dan darurat.

3. Kantor Ayatullah Agung Bahjat (Rahmatullah ‘alaaihi):
Tidak dibenarkan operasi untuk hal-hal yang sifatnya tidak mesti dan darurat.

4. Kantor Ayatullah Agung Fadhil Langkarani (Rahmatullah ‘alaaihi):
Pada dasarnya perubahan seperti ini tidak ada masalah apabila tidak meniscayakan perbuatan haram seperti bersentuhan atau memandang non mahram.

5. Jawaban Ayatullah Mahdi Hadawi Tehrani (Semoga Allah Swt Melanggengkan Keberkahannya):
Pada dasarnya tidak ada halangan melakukan operasi kecantikan apabila tidak menimbulkan kerusakan dan kerugian serta tidak meniscayakan perbuatan haram.
*****


Pertanyaan:

Terkadang sahabat seseorang berubah menjadi orang yang paling dicintai. Dengan sedikit cernat dapat dipahami bahwa persahabatan ini bukanlah persahabatan Ilahi dan salah satu masalah paling pokok kecantikan lahir lawan jenisnya dan sedemikian terpesona sehingga ia tidak mampu berpisah darinya bahkan kebanyakan waktunya habis memikirkan si dia. Menurut Anda bagaimana dapat melepaskan diri dari persahabatan ini atau menyeimbangkannya dan pada masa datang bagaimana dapat mencegah munculnya kecintaan serupa?


Jawaban 1 :

Manusia adalah makhluk sosial dan dalam kehidupannya memerlukan hubungan dan persahabatan dengan manusia lainnya. Namun dengan memilih sahabat yang pantas dan bersikap proporsional dalam mengekspresikan pelbagai kecintaan dan menjaga batasan-batasan serta hukum-hukum Ilahi serta menghindar dari sikap ekstrem, manusia dapat menyiapkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Sehubungan dengan isyq (kecintaan berlebihan), isyq merupakan puncak kesukaan dan kecintaan terhadap seseorang atau sesuatu. Isyq ini terbagi menjadi tiga bagian:
1. Isyq hakiki: Isyq yang terpendam dalam jiwa manusia, sumber dan arah tujuannya adalah Allah Swt yang juga disebut dengan pelbagai ungkapan seperti isyq akbar.
2. Isyq majasi: Isyq majasi adalah isyq (kecintaan berlebihan) terhadap pelbagai bentuk lahir dan ciptaan Tuhan seperti isyq terhadap manusia dan pelbagai kesempurnaannya. Isyq ini terkadang disebut dengan “isyq ashgar.”
3. Isyq kadzib atau cinta gadungan yang mengandung syahwat dan unsur sensual yang dapat menguasai nafs ammarah sehingga dengan menguatnya nafs ammarah dan dominasi syahwat atas fakultas rasional manusia pada akhirnya akan menjatuhkan dan menghancurkan manusia.

Setiap isyq (kecintaan berlebihan) selain isyq kepada Allah dan para maksum adalah lancung dan gadungan.

Jalan untuk mengantisipasi atau mencari keselamatan dari persahabatan ekstrem, cinta-cinta gadungan dan non-Ilahi dapat dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut:
1. Cermat dalam memilih teman dan menjaga rambu-rambu syariat (sesama jenis dan lawan jenis).
2. Cermat terhadap pelbagai konsekuensi negatif setiap persahabatan ekstrem.
3. Menguatkan cintai hakiki yang apabila cinta seperti ini tercapai dalam diri manusia maka secara otomatis segala cinta gadungan akan hilang.


Jawaban 2 :

Dalam menjawab pertanyaan ini kirannya kita harus menyebutkan beberapa poin penting sebagai berikut:

Kedudukan dan pentingnya Memilih Teman:

Dengan dalil adanya mental sosial pada dirinya, setiap manusia dalam hidupnya senantiasa membutuhkan persahabatan dan pertemanan dengan manusia lainnya. Mengingat bahwa para muda dan mudi berada pada tataran ingin memasuki kehidupan sosial, memilih teman dan sahabat yang baik baginya senantiasa menjadi hal yang penting baginya. Namun harap diperhatikan bahwa kebanyakan penyimpangan moral dan sosial terjadi buah dari persahabatan yang tidak benar dan berpotensi menyimpangkan manusia. Karena itu, memilih teman yang baik dan berinteraksi dengannya dapat menjadi media berseminya pelbagai potensi dan kepribadian kaum muda serta penguatan pelbagai dimensi kemanusiaan dan nilai-nilai moral dan spiritualnya.

Dengan kata lain, pelbagai pertemanan apabila dilandasi dengan prinsip-prinsip logika dan berdasarkan instruksi-instruksi dan nasihat-nasihat cerlang al-Quran dan Ahlulbait As serta dalam kerangka syariat suci jauh dari pelbagai sikap ekstrem maka hal itu dapat menjelma menjadi satu peluang emas bagi manusia dan menentukan nasibnya ke depan. Selain itu, manusia tidak akan mencicipi kesudahan yang baik dalam hidupnya (unhappy ending).

Allah Swt berfirman dalam al-Quran, “Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata, “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku).” (Qs. Al-Furqan [25]:27-28)

Rasulullah Saw juga dalam menjelaskan kedudukan seorang sahabat bersabda, “Manusia akan mengikuti agama sahabatnya. Karena itu perhatikanlah dengan siapa Anda bersahabat.”[1]

Karena itu, cermat dalam memilih teman dan sahabat yang baik adalah penjamin kebahagian moral manusia di dunia dan kesudahan yang baik di akhirat.


Menjaga batasan-batasan dan sikap proporsional:

Poin yang sangat urgen dalam pertemanan adalah bersikap proporsional dalam mengekspresikan pertemananan atau kecintaan kepada seseorang, menjaga batasan-batasan dan hukum-hukum Ilahi serta menghindar dari segala bentuk sikap ekstrem.

Lantaran terkadang pertemanan keluar dari batasan proporsional dan berubah menjadi kecintaan yang menyimpang. Supaya batasan dan demarkasi ideal antara pertemanan ideal dan ekstrem kiranya kita perlu memberikan beberapa penjelasan terkait dengan isyq dan bagian-bagiannya:

Secara leksikal, “is-yq” bermakna cinta dan kesukaan berlebihan,[2] dan kata ‘i-sy-q ini derivatnya dari ‘a-sya-qa yang bermakna tumbuhan menjalar yang melilit pepohonan.[3] Kesukaan dan kecintaan berlebihan terhadap seseorang atau sesuatu tatkala sampai pada puncaknya, sedemikian mendominasi diri manusia dan menjadi penguasa mutlak atas dirinya disebut sebagai isyq. Isyq (cinta berlebihan) ini terbagi menjadi tiga bagian:

1. Isyq hakiki: Dalam kebudayaan Islam isyq hakiki adalah penyembahan kepada Tuhan dan sesuai dengan tuturan Imam Ali As, “Alangkah bahagianya mereka yang asyik beribadah dan mencintainya dengan sepenuh hati dan mengerjakannya dengan raganya.”[4]

Allamah Thabathabai Ra dalam memberikan definisi tentang isyq menyebutkan, “Isyq artinya proses penempatan entitas pencari kesempurnaan (manusia) dalam lintasan tarikan kesempurnaan mutlak Allah Swt yang Mahasempurna dan tidak membutuhkan.. sosok yang dicintai yang semua perhatian tertuju pada-Nya...”[5] Karena itu, isyq hakiki adalah isyq (cinta) terhadap keindahan atau kebaikan mutlak yang merupakan derajat tertinggi isyq. Isyq ini adalah isyq yang terpendam dalam jiwa manusia, sumber dan arah tujuannya adalah Allah Swt yang juga disebut dengan pelbagai ungkapan seperti isyq hakiki atau isyq akbar.[6]

2. Isyq majasi: Para arif dan filosof memberikan klasifikasi dua jenis isyq yang lain yaitu isyq majasi dan isyq gadungan. Isyq majasi: Isyq majasi adalah isyq terhadap pelbagai bentuk lahir dan ciptaan Tuhan seperti isyq terhadap manusia dan pelbagai kesempurnaannya. Isyq ini terkadang disebut dengan “isyq ashgar.” Namun demikian berhenti dan bertahan pada isyq ini, meski lebih baik daripada tidak memiliki isyq sama sekali, namun isyq ini tidak dapat menuai pelbagai hasil yang diperoleh isyq hakiki.[7] Isyq majasi yang suci dan mulia adalah laksana tangga dan jembatan atau lintasan untuk memasuki isyq hakiki.

3. Isyq kâdzib atau cinta gadungan yang mengandung syahwat dan unsur sensual. Dalam kategori isyq ini, seorang pecinta (âsyiq) tenggelam dalam pelbagai bentuk dan corak lahir orang yang dicinta (ma’syuq). Jenis isyq ini (yang agak lancang menggunakan kata isyq) menyebabkan munculnya dominasi nafs ammarah dan penguatannya serta dominasi syahwat atas fakultas rasional manusia dan sebagai akhirnya kehancuran dan kejatuhan manusia. Isyq gadungan ini tidak lain hasilnya adalah pelampiasan syahwat, sebuah cinta yang bersumber dari unsur sensual dan hewani.[8]


Ustad Muthahari berkata tentang isyq seperti ini, “Seorang pemuda yang takjub terhadap pemandangan indah (wanita cantik) dan bergetar tatkala meraba sebuah tangan halus harus tahu bahwa yang ada hanyalah sentuhan material dan binatang. Jenis cinta-cinta seperti ini akan datang secepat kilat dan pergi secepat kilat. Cinta seperti ini tidak dapat diandalkan dan tidak mendapat anjuran karena akan membunuh kemuliaan dan keutamaan. Hanya dengan bantuan kesucian (ifaf), ketakwaan dan tidak tunduk di hadapannya orang-orang dapat memperoleh manfaat darinya.” [9]

Karena itu manusia harus menghindar dari jenis cinta gadungan seperti ini yang bersumber dari nafsu binatang lantaran cinta-cinta seperti ini berujung pada kekerasan, kejahatan, perpisahan dan penyesalan.

Jalan untuk memperoleh keselamatan dari cintah seperti ini adalah menguatkan cinta hakiki dalam diri manusia yang apabila isyq hakiki bersemi dalam diri manusia maka secara otomatis cinta-cinta gadungan akan hilang dengan sendirinya dan manusia memahami bahwa cinta selain Tuhan tidak akan ada nilainya dan alih-alih menaruh perhatian pada bentuk lahir baiknya manusia mencari keindahan hakiki yang menciptakan semua ini.

Manusia untuk dapat memperoleh isyq hakiki harus menyediakan pelbagai ruang dalam dirinya yang apabila ruang ini tidak tersedia maka manusia tidak akan memiliki kecendrungan kepada Tuhan.

Orang bejat bertemankan orang bejat... Orang budiman berkawankan orang budiman

Merpati terbang bersama merpati... setiap jenis unggas terbang sesama jenisnya.

Akan tetapi untuk mencegah terciptanya pertemanan yang berlebihan dan cinta-cinta gadungan serta non-Ilahi beberapa poin berikut harus mendapat perhatian:
1. Cermat dalam memilih teman dan menjaga rambu-rambu syariat (sesama jenis dan lawan jenis). Orang-orang yang kita pilih sebagai teman adalah yang terdepan dalam bidang keyakinan, moralitas, keilmuan dan sesuai dengan sabda Rasulullah Saw, “Melihatnya akan mengingatkan kita kepada Allah Swt, pembicaraannya akan menambahkan ilmu bagi kita dan perilakunya membuat kita teringat akan akhirat.”[10] Imam Hasan al-Mujtaba berkata kepada putranya, “Wahai putraku! Jangan engkau berteman dengan siapa pun kecuali engkau tahu kemana ia pergi dan dengan siapa ia bergaul dan ketika engkau tahu keadaannya dan menerima perilakunya maka bertemanlah dengannya! Pertemananmu adalah untuk supaya engkau mencegahnya tidak tergelincir dan engkau dapat menolongnya dalam kondisi susah.”[11]

Dengan kata lain, dalam memilih teman, kita memperhatikan rambu-rambu syariat (sesama jenis dan lawan jenis) dan menjaga batas-batas pertemanan. Sebagian dari batas-batas itu di antaranya:
1. Pertemanan untuk Allah Swt dan untuk meraih keridhaan Allah Swt (karena akan bersifat langgeng) bukan untuk dunia dan memuaskan hawa nafsu semata.[12]
2. Bersikap proporsional dalam berteman dan menghindari sikap ekstrem.[13]
3. Tidak memilih teman tanpa menguji dan menelitinya terlebih dahulu.[14]
4. Tidak mengungkapkan rahasia-rahasia pribadi dan penting bahkan kepada teman dekat.[15]
5. Tidak meneliti dan mencari tahu melebihi batasan yang mencakup rahasia-rahasia pribadi teman.[16]
6. Tidak berteman dengan orang-orang yang terang-terangan melakukan maksiat dan memperindah maksiatnya di hadapan Anda.[17]
Tidak berteman dengan teman pendusta, fasik, bakhil, dungu, pemutus tali silaturahmi, suka mengumpat, jahat.[18]

Cermat terhadap pelbagai konsekuensi negatif setiap persahabatan ekstrem. Hal ini harus diilakukan karena:
Teman-teman terbaik kita boleh jadi mengalami penyimpangan dan apabila kita tidak mampu menjaga jarak dengannya maka suatu waktu kita juga akan mengalami hal yang sama.
Hidup merupakan pelataran pelbagai peristiwa yang memisahkan dan menjauhkan teman-teman. Apabila pertemanan bersifat ekstrem maka tatkala seseorang berpisah dari sahabat yang dicintainya maak ia akan merasa bersedih dan pada kebanyakan peristiwa disertai dengan pelbagai gundah gulana dan tidak dapat dikompensasi.

Terkadang dalam pertemanan ekstrem, orang-orang mengutarakan hal-hal yang paling rahasia dari kehidupan pribadinya satu sama lain dan hal ini akan meninggalkan konsekuensi buruk bagi keduanya.[19]

Terkadang cinta ekstrem ini sedemikian serius sehingga terkadang disalahgunakan secara moral oleh seseorang atau masing-masing kedua belah pihak, yang menyisakan pelbagai kerugian-kerugian moral dan afeksi bagi keduanya.

Pertemanan-pertemanan ekstrem menjadi penghalang kematangan pikiran dan sosial setiap orang terkhusus bagi kalangan muda dan ABG; karena akan menyebabkan kurangnya hubungan mereka dengan keluarga dan yang lainnya di tengah masyarakat. Demikian juga mereka akan lalai terhadap masalah-masalah pembelajaran sosial, ritual, spiritual dan lalai dari mengingat Allah Swt.[20]
Harap dicermati bahwa segala cinta selain cinta kepada Allah Swt dan para maksum adalah cinta gadungan dan akan lekang ditelan waktu.


Referensi:

[1]. Bihâr al-Anwâr, jil. 74, hal. 192.

«المرء علي دين خليله،فلينظر احدكم من يخالل.»

[2]. Diadaptasi dari Indeks, Akal Kalkulatif, Hati, Iman dan Cinta, Pertanyaan 175 (Site: 937). Aqrab al-Mawarid, jil. 2, hal. 786.

العشق افراط الحب و يكون فى عفاف و فى الاساس «اشتقاق العشق من العشق...»

[3]. Jibran Mas’ud, al-Râid, terjemahan Persia oleh Ridha Atrabi Nejad, jil. 2, hal. 1190, Cetakan Kedua, 1376 S, Muassasah Cap wa Intisyarat Astan-e Quds Radhawi.
[4]. Ushûl al-Kâfi, jil. 2, hal. 38.

«طوبي لمن عشق العبادة و احبها بقلبه و باشرها بجسده»

[5]. Allamah Muhammad Husain Thabathabai, al-Mizân, hal. 411.
[6]. Silahkan lihat, Pursesy-hâ wa Pasukhhâ-ye Dânesyju, ‘Irfân wa Tashawwuf, jil. 12, hal-hal. 231 dan 232.
[7]. Silahkan lihat, Pursesy-hâ wa Pâsukhhâ-ye Dânesyju, Irfân wa Tashawwuf, jil. 12, hal-hal. 231 dan 232, dengan sedikit perubahan.
[8]. Ibid, dengan sedikit perubahan.
[9] . Murtadha Muthahhari, Jâdzabah wa Dâfi’ah ‘Ali As, Qum, Intisyarat-e Sadra, hal. 56.
[10]. Bihâr al-Anwâr, jii. 74, hal. 186.

" قال (ص): من ذكركم بالله رؤيته، ..."

[11]. Muhammad Jawad Thabasi, Huqûq Farzandân dar Maktab Ahlulbait As, hal. 176.
[12]. Ghurar al-Hikam, jil. 2, Hadis 1795 dan 1796.
[13]. Nahj al-Balâgha, Hikmah 268.
[14]. Ghurar al-Hikam, jil. 2, hal. 86 dan 810.
[15]. Bihâr al-Anwâr, jil. 74, hal. 177.
[16]. Bihâr al-Anwâr, jil. 74, hal. 190.
[17]. Khishâl al-Shaduq, jil. 1, hal. 244; Ushûl al-Kâfi, jil. 4, hal. 453; Kanz al-Ummâl, jil. 9, Hadis 24844.
[18]. Nahj al-Balâghah, Hikmah 268.
[19]. Fashl Name Pazyuhesy Shabah, No. 7 & 8, 1382, hal- 24-26.
[20]. Diadaptasi dari Indeks: Cinta dan Akal Manusia, Pertanyaan 1822 (Site: 2935)

_________________________________________

Sebuah Pencerahan Sebagai Berikut:

Perempuan dan Hijab


Oleh: Prof Ibrahim Amini

Seperti yang telah dikatakan, salah satu hukum pasti dalam Islam adalah kewajiban menutup tubuh. Namun pertanyaan pentingnya adalah apa filosofi hijab dan mengapa Islam mencabut hak kebebasan perempuan dengan disyariatkannya hijab. Bukankah ini adalah kezaliman?

Dalam menjawabnya harus dikatakan bahwa tujuan Islam mensyariatkan hijab adalah untuk mengokohkan fondasi kesucian keluarga dan mencegah penyimpangan-penyimpangan seksual dan akibat buruk yang akan muncul darinya, menjamin keselamatan dan keamanan sosial, membantu pembersihan lingkungan, serta dan memperkecil kerusakan-kerusakan moral.

Batasan ini tidak hanya berguna bagi para perempuan tetapi juga bermanfaat bagi anak-anak dan suami-suami mereka serta seluruh individu masyarakat. Supaya permasalahan ini menjadi jelas, akan dipaparkan beberapa poin penting sebagai pengantar.

Poin pertama: Dengan memperhatikan bahwa perempuan dan laki-laki adalah dua fondasi penting dalam masyarakat dan kebahagiaan, ketenteraman, dan kesenangan individu mereka bergantung banyak kepada kesehatan, keamanan, dan kesucian lingkungan mereka, maka jaminan keselamatan, keamanan, dan kesucian lingkungan dari kerusakan-kerusakan berada di atas pundak mereka sendiri. Mereka harus sama-sama berusaha dan bekerja sama dalam hal ini.

Poin kedua: perempuan adalah eksistensi yang lembut. Maka dia pasti suka merias diri, berhias, bermewahan, berpenampilan, dan mempesona. Dengan daya pikatnya, dia ingin menundukkan hati para lelaki. Adapun laki-laki adalah eksistensi yang berkeinginan dengan berbagai macam keinginan dan menghadapi keinginan seksualnya dengan sangat lemah. Keinginan seksualnya langsung bangkit dan dia tidak mampu mengontrolnya. Daya yang ganas itu meluap-luap hingga akal, undang-undang, dan agama kerap tidak mampu menepisnya. Segala sesuatu yang ada pada seorang perempuan bagi seorang laki-laki, khususnya pemuda, adalah rangsangan. Perhiasan-perhiasan perempuan, pakaian-pakaiannya yang bagus, suara lengkingnya, pesonanya, daya tariknya, fisiknya, rambutnya hingga kehangatan tubuhnya bisa merangsang keinginan yang ganas itu.

Poin ketiga: dalam masyarakat, terdapat banyak pemuda dan laki-laki yang tidak bisa menikah karena kefakiran, kemiskinan, pengangguran, penghasilan yang sedikit, tengah melanjutkan studi, melakukan dinas militer, atau banyak alasan lainnya. Orang-orang yang berada dalam krisis kepemudaan dan masa meluapnya daya seksual tidaklah sedikit. Kondisi memprihatinkan ini juga tidak bisa dipandang sebelah mata karena mereka juga adalah individu-individu masyarakat ini.

Dengan melihat seksama poin-poin tersebut, sekarang terlontar pertanyaan, kemaslahatan apakah yang dituju bagi perempuan? Apakah dalam kebebasan mutlak dan tanpa keterikatan serta aturan dalam pakaian ataukah dalam menjaga hijab dan menanggung sebagian batasan?

Untuk mengetahui jawaban yang benar, kami akan mengkaji dua asumsi dan akan membuat perbandingan antara yang baik dan buruk.

Pertama, dalam masyarakat kontemporer, perempuan dari sisi pakaian dan pergaulan mempunyai kebebasan mutlak. Untuk memenuhi keinginan alamiahnya, dia merias diri demi penampilan dan kecantikan. Mereka keluar rumah dengan separuh telanjang dan dengan pakaian-pakaian bagus yang berwarna-warni serta mode yang bermacam-macam. Mereka bergaul dan berbicara sangat bebas dengan para lelaki asing di lorong-lorong, pasar, jalan, kantor, toko, sekolah umum, rumah sakit, tempat-tempat duduk, dan tempat-tempat pertemuan umum. Dengan tubuh yang setengah telanjang, mereka mempesona para lelaki asing. Kemana mereka pergi, kafilah hati ikut bersama mereka. Apabila tidak mempunyai suami, mereka dengan sangat bebas hingga tengah malam berada di bioskop-bioskop, kabaret-kabaret, tempat dansa dan tarian, taman-taman, atau berkeliling di jalan-jalan. Jika mempunyai suami, mereka kadang bersamanya atau tanpanya pergi ke semua tempat dengan dalih kebebasan.

Dalam masyarakat seperti itu, anak-anak laki-laki dan perempuan bergaul sesuka mereka sehingga bebas melakukan hubungan seksual. Para lelaki juga bebas bergaul dengan para perempuan asing. Dengan setiap perempuan yang mereka sukai, mereka bisa melakukan hubungan apa pun. Mereka pergi bersama ke bioskop, kabaret, tempat-tempat dansa dan tarian-tarian, taman, atau berkeliling di jalan-jalan dan pusat-pusat kemungkaran. Dalam masyarakat seperti itu, para perempuan tanpa hijab, tanpa keterikatan dan aturan, bebas keluar rumah, bergaul dengan para lelaki asing, dan melakukan hubungan seksual. Namun kebebasan-kebebasan tersebut menimbulkan akibat-akibat (efek-efek) sebagai berikut.

Goncangnnya fondasi kesucian keluarga, tidak adanya keterkaitan perempuan dan laki-laki ke rumah dan keluarga, timbulnya prasangka buruk di antara istri dan suami dan satu sama lain saling mengawasi seperti polisi, lahirnya percekcokan rumah tangga, banyaknya anak-anak tanpa pernikahan dan tanpa orang tua serta gelandangan, bertambahnya penyakit-penyakit kejiwaan, banyaknya pembunuhan, kriminalitas, dan bunuh diri, bertambahnya putri-putri tanpa suami dan putra-putra tanpa istri, tidak ada keinginan untuk membina keluarga, kecenderungan para pemuda kepada bentuk-bentuk kerusakan moral dan penyimpangan-penyimpangan seksual, banyaknya angka perceraian, banyaknya lelaki dan perempuan yang terpaksa hidup membujang. Contoh masyarakat seperti ini, dengan rusaknya rumah tangga, bisa dilihat di negara-negara Barat. Apakah masyarakat seperti ini berguna bagi para perempuan dan laki-laki itu sendiri? Apabila kita menyingkirkan perasaan-perasaan mentah dan berpikir matang, maka dengan penuh keyakinan jawaban kita adalah negatif.

Dalam masyarakat ini, para perempuan hadir secara aktif dalam kancah kehidupan dengan menjaga fasilitas-fasilitas dan kesesuaian. Mereka menerima pekerjaan-pekerjaan dan melaksanakan tugasnya. Di sekolah dasar, sekolah menengah, universitas, pusat-pusat penelitian, rumah sakit, klinik, laboratorium, rumah sakit bersalin, parlemen, kementerian, dan pos-pos penting lainnya, para perempuan seperti halnya laki-laki tampak hadir. Mereka pun tetap menjaga hijab dan pakaian dengan sempurna selain tangan dan wajah. Mereka tidak berhias secara berlebihan untuk hadir dalam perkumpulan dan tempat kerja. Mereka keluar dari rumah dengan pakaian sederhana dan tanpa dandanan berlebihan. Mereka mengkhususkan perhiasan dan dandanan serta pesona ke dalam rumah bagi suaminya. Mereka menerima batasan ini dengan lapang dada dan pengorbanan sehingga masyarakat selamat dan bersih dari faktor-faktor penyimpangan dan kerusakan. Mereka melakukan hal ini karena menjaga kondisi para pemuda dan para lelaki yang tidak mampu menikah. Mereka menjaga hijab sehingga jangan sampai mata para lelaki asing melihat kepadanya dan hati suaminya menjadi dingin sehingga mengubah kehangatan keluarga menjadi kancah percekcokan dan pertikaian.

Mereka menerima batasan ini sehingga para pemuda laki-laki dan perempuan yang merupakan anak-anak mereka sendiri terjaga dari kerusakan, penyimpangan-penyimpangan seksual dan kelemahan syaraf dan dalam kondisi yang memungkinkan dan dengan tersedianya segala fasilitas, mereka menikah dan membina keluarga. Mereka (para perempuan) menerima batasan ini sehingga mereka membantu mengokohkan fondasi keluarga dimana dia sendiri termasuk dari mereka dan mengurangkan jumlah angka perceraian, kehidupan sendiri, anak-anak kecil tak terurus dan tanpa orang tua. Dalam masyarakat seperti ini, fokus mayoritas keluarga adalah dan hubungan istri dan suami yang baik dan sedikit pertikaian. Kerusakan-kerusakan moral dan penyimpangan-penyimpangan seksual diantara para pemuda relatif sedikit. Para p berhasrat untuk menikah dan membentuk pusat suci keluarga. Angka perceraian, dan para laki-laki dan perempuan lajang tidak banyak. Anak-anak kecil tanpa orang tua dan gelandangan lebih sedikit. Dalam masyarakat ini, para ayah dan ibu lebih tenang terhadap keselamatan para pemudanya dari kotoran kerusakan-kerusakan moral dan penyimpangan-penyimpangan seksual serta penyakit-penyakit kejiwaan. Apakah kehidupan dalam msyarakat seperti untuk keuntungan para perempuan atau masyarakat yang pertama? Setiap manusia yang berfikir akan menganggap bahwa masyarakat kedua adalah lebih baik/daripada masyarakat pertama.

Islam juga menganggap bahwa kehidupan dalam masyarakat kedua adalah lebih baik. Dan dengan dalil ini, Islam mensyariatkan hijab dan mengingatkan supaya para perempuan menjaganya dan menutup perhiasan-perhiasan dan alat-alat kecantikannya dari para lelaki asing.

Nabi Saw. Melarang para perempuan berhias untuk selain suaminya sendiri seraya bersabda, “Barang siapa berhias untuk selain suaminya, maka sepantasnya Allah membakarnya dengan api neraka.

Imam Muhammad Al Bâqir berkata, “Seorang perempuan disaat keluar dari rumah tidak boleh menggunakan wewangian.”

Beliau as juga berkata, “Tidak boleh bagi seorang perempuan berjabat tangan dengan lelaki yang bukan muhrimnya kecuali dari balik pakaian.”

Islam tidak mencukupkan syariat hijab bagi para perempuan untuk membersihkan lingkungan sosial tetapi juga memerintahakan kepada para lelaki supaya tidak menatap (dalam melihat) dan menahan pandangannya dari melihat para perempuan selain muhrim. Al-Quran mengatakan: “ Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”

Imam Shadiq berkata, “Memandang kepada selain muhrim adalah busur panah yang beracun dari sisi syaitan. Betapa banyak satu pandangan yang mengakibatkan penyelesaian yang panjang.

Imam Shadiq as berkata, “ Memandang kepada kepada selain muhrim adalah busur beracun dari syaitan. Barang siapa meninggalkannya semata-mata karena Allah dan bukan karena yang lain, maka dia akan mencicipi lezatnya keamanan dan keimanan.”

Imam Shâdiq as berkata, “ Pandangan setelah pandangan menanamkan syahwat dalam hati dan cukup bagi pelakunya untuk jatuh dalam fitnah.”

Imam Shâdiq as berkata, “ Barang siapa yang matanya melihat perempuan selain muhrimnya lalu dia memalingkan pandanganya ke langit, Allah akan memberikan bidadari untuknya dari surga sebagai balasan atas amalnya.”

Rasulullah Saw. Bersabda, “Setiap lelaki yang berjabat tangan dengan perempuan yang bukan muhrimnya, maka pada hari kiamat tangannya terbelenggu dan diperintahkan ke dalam api neraka.”

Rasulullah Saw bersabda, “ Barang siapa yang bercanda dengan perempuan yang bukan miliknya, maka di hari kiamat Allah akan memenjarakannya dengan setiap kalimat yang dia ucapkan di dunia selama seribu tahun.”

Amirul Mukminin Ali as berkata, “ Seorang laki-laki tidak boleh menyendiri bersama perempuan asing. Apabila dia menyendiri bersamanya maka syaitan adalah orang ketiga dari mereka.”

Musa bin Jakfar as meriwayatkan dari ayah-ayahnya dari Rasulullah Saw. bersabda, “ Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat hendaknya dia tidak tidur di malam hari ditempat yang bisa mendengar nafas perempuan yang bukan muhrimnya.”
_______________________________________

Narsisme, Tabarruj, dan Media Sosial

Oleh: Gio Sugiono

Sebuah status dari seorang teman di Facebook cukup membuat saya termenung beberapa saat. Dalam statusnya ia menuliskan bahwa Facebook telah menjadi media bagi remaja untuk menanamkan sifat pamer dengan beragam fotonya.

Sejenak saya berfikir, apakah benar apa yang diutarakan teman saya tadi. Memang tak dapat dipungkiri, sebagian dari teman-temn kita sangat hobi mengupload foto-foto mereka di facebook. Sebagian dari mereka mengupload foto-foto yang berkenaan dengan momen-momen tertentu seperti ketika rekreasi, makan bersama, dan sebagainya. Sebagian yang lain malah suka sekali mengupload foto-foto tanpa momen. Yaitu foto sendiri dengan beragam gaya dan pose meski hanya kelihatan kepala dan leher saja.

Biasanya teman-teman menyebut tindakan seperti itu degan itilah narsis. Narsis sendiri berasal dari kata narcissism atau dalam bahasa kita narsisme. Dalam dunia psikologi, narsisme adalah istilah untuk menyebut sikap memuji dan membanggakan diri sendiri, meyakini bahwa dirinya lebih baik dari orang lain, baik dari segi penampilah, kecerdasan, atau aspen-aspek yang lain. Saya kurang mengerti, apakah suka berfoto dengan beragam gaya dan menguploadnya di media sosial bisa disebut dengan sikap narsis.

Dalam dunia Islam sendiri ada istilah yang sepertinya lebih pas digunakan untuk menyebut sikap seperti di atas--tabarruj. Tabarruj adalah sifat memuji dan membanggakan diri sendiri terutama dalam hal penampilan. Dengan istilah lain, tabarruj adalah sikap pamer akan apa yang dimiliki. Bila dalam hal pamer ketika melakukan ibadah disebut dengan sikap riya, maka pamer akan perhiasan, kecantikan, atau apa yang dimiliki disebut dengan tabarruj.

Para ulama seringkali mengingatkan umatnya untuk berhati-hati dan menghindari sikap tabarruj. Bahkan dikatakan bahwa tabarruj adalah salah satu sikap yang berbahaya. Pasalnya, ketika seseorang jatuh pada sikap tabarruj, ia akan cenderung lupa untuk menjaga kerendahan hati. Seorang yang dikaruniai paras cantik, misalnya, jika ia menyadari bahwa kecantikannya adalah amanah yang harus dijaga, maka ia akan senantiasa menundukkan pandangan sebagaimana yang selalu diajarkan dalam agama Islam. Sebaliknya, jika ia malah berpamer ria dengan kecantikannya, kerendahan hatinya tentu hilang. Yang ada, ia akan selalu membanggakan diri dan menunjukkan pada sebanyak-banyakknya orang betapa cantiknya ia.

Lalu apakah keseringan mengupload foto di media sosial dikatagorikan narsis dan tabarruj?

Tentu kita tidak bisa serta merta menghakimi bahwa mengupload foto di media sosial disebut narsis atau tabarruj. Tentu jika foto-foto yang diupload bertujuan sebagai dokumentasi peristiwa-peristiwa terntentu maka kurang tepat kalau itu disebut dengan narsis ataupun tabarruj karena yang menjadi fokus dokumentasi tersebut adalah momen atau peristiwanya, suasananya. Akan tetapi jika foto-foto yang diupload hanya berfokus pada foto diri sendiri dengan beragam gaya tanpa ada moment lain, maka sangat mungkin hal itu jatuh pada tabarruj. Apalagi kalau hal itu dilakukan dengan intensitas yang sangat sering.

_________________________________________

Jangan Pernah Mengumbar Kemesraan Di Sosial Media!! Sebelum Baca Ini


Tak perlu mengeluarkan energi negatif untuk mengomentari foto-foto mesra pasangan di sosial media, apalagi kalau memang sudah sah sebagai suami-istri. Secara psikologi,

Ini Alasan Sebenarnya Para Pasangan yang Mengumbar Kemesraan di Sosial Media :

1. Pasangan ini memang benar-benar berbahagia 

Sebuah studi yang dilakukan oleh Albright College, mengevaluasi pengguna Facebook untuk melihat bagaimana kehidupan percintaan mereka lewat media sosial. Hasilnya, beberapa memang benar-benar pasangan yang berbahagia.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa pasangan yang puas dengan hubungannya akan lebih sering update status dan foto bersama pasangan. Akan tetapi hati-hati, tidak semuanya demikian, ada faktor lainnya juga yang perlu dicermati.

Penelitian ini juga mengembangkan adanya kemungkinan faktor rendahnya rasa kepercayaan diri, sehingga menampilkan informasi atau foto untuk memamerkan hubungan di depan publik bisa jadi cara untuk meyakinkan dirinya sendiri dan orang lain, bahwa hubungan mereka baik-baik saja.

Lalu mengapa biasanya para suami lebih enggan pamer kemesraan di sosial media? Tidak perlu marah apalagi kecewa! Berdasarkan survey dari Personality and Social Psychology Bulletin mengatakan bahwa pria yang tidak pernah mengumbar atau pamer kemesraan di media sosial bukan berarti mereka tidak mencintai kekasihnya, tetapi hal ini bisa jadi justru malah sebaliknya.


2. Menjaga reputasi di sosial media 

Penelitian dari Aalto University, Finlandia membuktikan kalau orang cenderung memasang foto atau profil yang 'dipoles' untuk memenuhi ekspektasi sosial dan menjaga reputasi di jejaring sosial.


3. Pernah memiliki masa lalu yang mengecewakan

Faktor lainnya pasangan yang sering mengunggah foto mesra di sosial media adalah karena pernah memiliki masa lalu yang mengecewakan, oleh karena itu untuk merayakan kesyukuran dan kebahagiaan yang dirasakan saat ini diungkapkanlah dengan mengunggah foto mesra bersama pasangan.


Apakah Kamu termasuk tipe yang senang memperlihatkan kemesraan di sosial media atau justru tidak suka dengan hal yang demikian? Setiap pasangan memiliki alasan masing-masing yang tentu saja perlu dihormati, selama kemesraan yang diumbar di depan publik tidak keluar dari kaidah syariat, mari kita ikut bahagia dengan kebahagiaan pasangan lain.

(Liputan-Islam/Salam-Dakwah/Facebook/Islam-Quest/Repotase-9/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: