Pesan Rahbar

Home » , » Media Sebut Kampanye Prabowo Mirip Donald Trump

Media Sebut Kampanye Prabowo Mirip Donald Trump

Written By Unknown on Saturday, 6 October 2018 | 18:24:00


Angkasa News Agency Global mengutip dari Tempo mengatakan kubu jokowi sebut kubu Prabowo pakai stretegi politik mirip Trump.

Budiman Sudjatmiko

Tim sukses pasangan calon presiden inkumben Joko Widodo atau Jokowi menuding bahwa kubu penantangnya, Prabowo Subianto menggunakan propaganda politik seperti yang digunakan Donald Trump saat memenangkan pemilihan presiden di Amerika Serikat pada 2016. Propaganda yang dimaksud adalah menggunakan teknik kampanye bernama Firehose of Falsehoods, dengan memanfaatkan kebohongan sebagai alat politik.

Influencer Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Budiman Sudjatmiko menjelaskan, kebohongan yang dilakukan aktivis Ratna Sarumpaet merupakan sesuatu yang sudah bisa diprediksi. Bahkan, kata Budiman, pada pilkada 2017, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok harus ditahan karena kasus Al-Maidah ayat 31.

"Potongan pidato Ahok ternyata bisa dipakai untuk memobilisasi dukungan maupun sikap antikelompok tertentu dan itu adalah kerja Cambridge Analytica," ujar Budiman di Posko Cemara, Jakarta pada Jumat, 5 Oktober 2018.

Menurut Budiman, kasus pengakuan kebohongan Ratna Sarumpaet ini bukanlah sesuatu kekeliruan, tapi kehebohan yang sengaja diciptakan. "Saya tidak percaya Ratna Sarumpaet adalah pelaku tunggal dan Prabowo adalah korban," ujar Budiman.

Cambridge Analytica merupakan lembaga survei yang menggunakan big data atau 'data besar' dalam analisisnya. Cambridge Analytica dalam situs resminya beberapa waktu lalu juga mengungkap bagaimana mereka membantu pemenangan Trump. Mereka menyebut telah menganalisis jutaan poin data.

Salah satu strategi yang digunakan adalah bagaimana mengidentifikasi pemilih yang dapat dibujuk (persuadable voters) dan isu-isu yang dipedulikan para pemilih. Cambridge Analytica kemudian mengirimkan 'pesan-pesan' yang berdampak pada sikap atau pilihan politik masyarakat.

"Penggunaan strategi ini terbukti efektif menghasilkan kemenangan dalam kontestasi politik di berbagai tempat di dunia. Namun juga pasti akan menyertakan kerusakan sosial dan politik yang sulit untuk diperbaiki kembali. Kita tahu, pemilu AS adalah yang paling rasis," ujar Budiman.

Untuk itu, kata Budiman, strategi propaganda seperti ini tidak bisa dibiarkan terus-menerus berkembang di Indonesia dan harus segera ditindak.


Seperti yang kita dengar dari katadata.co.id mengatakan Tebar Ketakutan, Prabowo Dinilai Ikuti Strategi Trump saat Pilpres AS.

Ketua Umum Prabowo Subianto.

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menjadi perhatian publik karena dalam berbagai kesempatan kerap mengeluarkan kritik tajam kepada elite politik yang berkuasa saat ini. Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menilai Prabowo mengikuti strategi Donald Trump ketika berkampanye dalam Pilpres Amerika Serikat (AS) pada 2016.

Salah satunya Prabowo mengungkapkan ancaman dari pihak asing ke Indonesia, strategi yang ampuh digunakan Trump dengan menyebutkan AS sedang di bawah ancaman Tiongkok, Islam, dan tenaga kerja imigran dari Meksiko.

"Sebenarnya menurut saya ini agak mirip. Jadi yang disebarkan adalah pesimisme dan ketakutan," kata Qodari di Hotel Harris Suite FX Sudirman, Jakarta, Selasa (3/4).

Prabowo melancarkan berbagai kritikan tajam di berbagai kesempatan, setelah Gerindra mengunggah video yang berisi pidato Indonesia Bubar pada 2030 di media sosial pada pertengahan Maret lalu. Prabowo melanjutkan pernyataan yang keras dengan menyebut elite pemerintah saat ini penipu, bodoh, dan bermental maling.

Prabowo menyebutkan hal tersebut ketika berpidato di Gedung Serbaguna Istana Kana, Cikampek, Jawa Barat, Sabtu (31/3). Lontaran yang keras kembali disampaikan ketika menjadi juru kampanye pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu dalam Pilkada Jabar 2018 di Hotel Bumi Wiyata, Depok, Minggu (1/4).

Dalam pidatonya, Prabowo menyebut elite pemerintah, partai politik, pengusaha, hingga cendekiawan bertanggung jawab atas sistem perekonomian neoliberal yang ada di Indonesia. Dia bahkan menyebut kapok dengan elite-elite politik saat ini karena masalah tersebut.

Prabowo bahkan berkelakar menyesal tak jadi melakukan kudeta, sebagaimana tuduhan yang kerap dilayangkan kepadanya. Alasannya, dia prihatin dengan kondisi Indonesia saat ini.

"Terus terang saja dalam hati menyesal juga gue enggak kudeta dulu. Lihat negara kayak begini sekarang. Tapi saya buktikan bahwa saya percaya kepada demokrasi, saya percaya pada UUD 1945," kata Prabowo.

Lebih lanjut Qodari menyatakan Prabowo yang kerap mengkritik para elite politik hendak menunjukkan adanya kesenjangan di Indonesia. Strategi yang sama digunakan oleh Trump, selain menyebarkan ketakutan dan ancaman. "Strateginya itu mempertentangkan kalangan bawah dan kalangan atas," kata Qodari.

Qodari menilai, strategi Trump digunakan Prabowo karena terbukti berhasil memenangkan Pilpres AS. Alasannya, pesimisme dan ketakutan yang disampaikan ketika itu diterima oleh rakyat AS sehingga memilih Trump menjadi presiden.

"Jadi saya kira kalau ketakutan dan pesimisme ini dikembangkan, kemudian mempengaruhi mayoritas masyarakat Indonesia, maka kecenderungannya akan memilih Pak Prabowo, bukan Pak Jokowi," kata dia.

Qodari menilai Prabowo memilih mengadopsi strategi ini karena ada kemiripan situasi antara AS dan Indonesia, di mana media sosial tengah menjadi tren di masyarakat. Selain itu, ketakutan dengan ancaman dari luar juga sama-sama merebak di kedua negara.

"Kalau di Amerika takut kepada Islam, kalau di Indonesia orang Islam takut sama Barat. Jadi ini sebenarnya saling takut-menakuti. Tinggal siapa yang pakai isu ini," ucapnya.

Sementara, Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Muhammad Sarmuji menilai ucapan Prabowo dapat membuat masyarakat justru semakin resah. "Setiap pernyataan tokoh itu membawa pengaruh yang sangat besar ke grassroot. Membawa resonansi kepada iklim perpolitikan nasional," kata dia.

Adapun Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Gerindra Andre Rosiade ketika dihubungi Katadata.co.id menyatakan penilaian Qodari terlalu berlebihan. "Tidak benar Pak Prabowo berstrategi khusus mengikuti Trump, semua pidatonya adalah bentuk keprihatinan terhadap kehidupan bangsa Indonesia," kata Andre.

Andre mengatakan pidato Prabowo tidak berniat menyebat ketakutan atau pesimisme, juga tak bermaksud membenturkan kalangan atas dan bawah. "Itu semua ungkapan kewaspadaan dan keprihatinan dan memang mengejutkan bagi elite yang berkuasa," ujar Andre.


Lagi dari langsiran Liputan6.com mengatakan Indo Barometer: Retorika Prabowo Mirip Jurus Donald Trump.

Ketum Gerindra Prabowo Subianto memberikan keterangan kepada awak media usai mendaftarkan partainya Gerinda di Kantor KPU, Jakarta, Sabtu (14/10). Partai Gerindra resmi mendaftarkan sebagai peserta Pemilu 2019 ke KPU. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, akhir-akhir ini seringkali melontarkan ucapan kontroversial di hadapan publik. Pengamat Politik Indo Barometer, Muhammad Qodari menilai, perilaku Prabowo mirip Donald Trump, ketika mengikuti pemilu presiden tahun 2016 silam.

"Saya kira, pak Prabowo sedang meniru jurusnya Donald Trump pas pemilu Amerika 2016 itu retorikanya mirip sekali dengan Prabowo sekarang," ucap Qodari, kepada Liputan6.com, Selasa (3/4/2018).

Beberapa lontaran Prabowo memicu perdebatan. Misalnya saja, ia menyebut Indonesia akan bubar pada tahun 2030. Prabowo juga mengatakan 80 persen kekayaan negara dikuasai hanya satu persen golongan.

Menurut Qodari, ada kesamaan narasi yang dikonstruksikan Ketua Umum Partai Gerindra tersebut dengan Donald Trump, yakni menyebar pesimisme dan ketakutan masyarakat.

Qodari mencontohkan, ketika berkampanye Donald Trump juga menyebar rasa pesimisme ke tengah masyarakat Amerika Serikat. Ia mengatakan Amerika tak hebat lagi, dikalahkan Tiongkok.

"Kemudian kalangan pekerja dipertentangkan dengan kelangan elit, hati-hati dengan kalangan imigran Meksiko, Islam. Itu kan miriplah dengan kondisi sekarang," ujarnya.

Menurut Qodari, kemiripan lainnya terlihat karena keduanya merupakan bagian dari elit politik itu sendiri. Meskipun, keduanya kerap menyerang elit politik lainnya.

"Sebetulnya dia (Prabowo) sendiri bagian dari elit. Elit dari jaman dulu, dia adalah keluarganya Cendana. Si Donald Trump juga gitu bagian dari elit," katanya.


Lalu dari Tribunnews.com Mengatakan juga Gaya Prabowo Mirip Dengan Gaya Donald Trump Saat Pilpres.

Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari berpendapat manuver yang dilakukan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, serupa dengan strategi politik yang dilakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ketika pilpres Amerika Serikat.

Dia menilai, Prabowo sedang menguatkan isu kesenjangan sosial antara kaum atas dan kaum bawah di masyarakat.

“Pak Prabowo itu saya lihat sedang menjalankan strateginya Donald Trump dalam pilpres 2016 di Amerika Serikat. Apa strateginya? Strateginya itu mempertentangkan kalangan bawah dan kalangan atas, jadi persoalan kesenjangan,” kata M. Qodari saat ditemui di Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (3/4/2018).

Selain itu, dugaan Qodari, terlihat saat Prabowo pernah menyebut Indonesia akan bubar pada 2030 mendatang.

Saat itu, Prabowo menyebut bahwa seluruh tanah serta sistem ekonomi di Indonesia telah dikuasai oleh asing.

Penyampaian Prabowo tersebut, kata Qodari, persis strategi Trump saat berkampanye.

Trump menyampaikan rasa takut bahwa Amerika berada di bawah ancaman asing.

“Trump dulu menyatakan kita ini di bawah ancaman China. Awas ada ancaman dari Islam, awas ancaman tenaga kerja dari imigran Meksiko, begitu. Sebenarnya ini agak mirip. Jadi yang disebarkan adalah pesimisme, ketakutan, dan kalau kita lihat kasus di Amerika, ternyata pesimisme dan ketakutan ini dibeli oleh rakyat Amerika sehingga mereka memilih Donald Trump,” papar Qodari.

Qodari juga menyebut, isu nasionalis serta pesimisme di bawah tekanan asing tersebut menjadi alat Prabowo meyakinkan masyarakat agar memilih Prabowo pada Pilpres 2019.

"Pak Prabowo sedang mengatakan Indonesia ini sekarang dan ke depan tidak akan baik kalau bukan saya yang menjadi pemimpin, itu pesannya," terang Qodari.

Diketahui sebelumnya, Prabowo semakin gencar mengkritik pemerintahan Jokowi dibeberapa kesempatan.

Bahkan, Prabowo sempat menyebut elite-elite politik saat ini bermental maling. Serta, menyebut sistem ekonomi di Indonesia salah besar.


Simak video ini:


(Kata-Data/Tribun-News/Liputan-6/Kompas/Detik/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: