Pemerintah Perancis tengah mempertimbangkan untuk melarang sumbangan asing untuk masjid-masjid di negara itu di saat Perancis sedang menyusun kembali strategi kontra-terorismenya.
PM Perancis Manuel Valls kepada harian Le Monde mengatakan, larangan itu akan diberlakukan dalam waktu yang tak terbatas tetapi belum memberikan penjelasan lebih lanjut.
"Masih membutuhkan evaluasi mendalam untuk membentuk sebuah relasi baru dengan warga Muslim Perancis," kata Valls.
"Kita hidup di era yang berubah dan kita harus mengubah perilaku. Ini adalah sebuah revolusi dalam budaya keamanan kita, perang melawan radikalisme merupakan tugas sebuah generasi," tambah Valls.
Menyusul penyerangan gereja di Normandia yang menewaskan seorang pastor dan serangan truk maut di Nice, Valls mengatakan, Perancis sedang berada di dalam perang dan memperkirakan serangan lain masih akan datang.
"Perang ini, yang bukan hanya menjadi masalah Perancis, akan berjalan lama dan kita masih akan menderita banyak lagi serangan," lanjut dia.
"Tapi kita akan menang, karena Perancis memiliki strategi untuk memenangkan perang ini. Pertama-tama, kita harus menghancurkan musuh di dalam negeri," kata dia.
Pemerintah Perancis kini berada di bawah tekanan dan kritik karena dianggap gagal untuk mencegah kekerasan, termasuk serangan terakhir di Normandia.
Aparat keamanan sebenarnya sudah mendapatkan informasi bahwa Abdel Malik Petitjean (19), salah seorang pelaku serangan di Normandia, tengah merencanakan sebuah aksi.
Namun, polisi dikabarkan tak bisa mengenali Abdel Malik dari berbagai foto dan sebuah video yang berisi kedua pelaku menyampaikan sumpah setia kepada ISIS.
Abdel Malik sebenarnya sudah masuk ke dalam daftar pengawasan polisi karena berusaha pergi ke Suriah pada Juni lalu.
Abdel Malik berhasil lolos dari pengawasan dan masuk kembali ke Perancis setelah gagal masuk ke Suriah karena dicegat aparat Turki.
(Le-Monde/Kompas/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email