John F. Kennedy adalah satu-satunya presiden Amerika Serikat yang berkenan di hati Sukarno, presiden pertama RI. Secara personal, keduanya memiliki kemiripan: tampan dan flamboyant. Meski keduanya terpaut jauh dalam soal usia, namun Sukarno menaruh takzim terhadap Kennedy yang dilantik sebagai presiden termuda AS pada 1961. Kesan terhadap presiden AS ke-35 itu diakui Sukarno dalam otobiografinya Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy Adams.
Sukarno bukannya tidak beralasan memiliki sikap hormat kepada Presiden Kennedy. Ia menyebut selain memiliki kesamaan dengan dirinya, Kennedy pun dinilai tokoh proklamator itu sebagai negarawan yang selalu menjalankan pendekatan diplomasi secara manusiawi.
“Kennedy sangat hangat dan ramah. Dia membawaku ke lantai dua, ke kamar tidur pribadinya dan disanalah kami berbincang-bincang,” kenang Sukarno sewaktu mengunjungi Kennedy di Washington, bulan April 1961.
Pada hari terakhir kunjungan, Sukarno dan Kennedy berkeliling Washington dengan menaiki helikopter milik Angkatan Darat AS. Kennedy menuntun Sukarno menuju helikopter selayaknya orangtua sendiri.
“Ia menggandengku dan kami menikmati pesiar singkat diatas pesawat helikopternya,” kata Sukarno kepada Cindy Adams. “Aku merasa begitu bahagia bahwa Presiden Amerika Serikat dan Presiden Republik Indonesia terbang berkeliling bersama-sama.”
Di tengah pesiar, Kennedy menawarkan, apakah Sukarno ingin mempunyai capung besi itu. Memasuki tahun 1962, konflik Irian Barat antara Indonesia dan Belanda kian memanas. Ketika itulah, helikopter pemberian Kennedy jenis Sikorsky S-61 tiba di Indonesia.
Dalam surat-menyurat kepada Kennedy yang tersimpan dalam perpustakaan kepresidenan JFK Librrary, Sukarno menyampaikan terimakasih atas helikopter yang dihadiahkan kepadanya.
“(Helikopter) itu telah terbukti sangat membantu saya terutama dalam perjalanan menginspeksi daerah-daerah pedesaan,” tulis Sukarno dalam suratnya di bulan Februari 1962.
Dalam pokok surat itu, Sukarno menjelaskan posisi Indonesia tak akan mundur dalam tuntutannya terhadap wilayah Irian Barat. Kendati demikian, jalan perundingan terhadap Belanda maupun mediasi pihak ketiga masih tetap terbuka. Sisipan terakhir surat itu menyatakan bahwa Allan Pope, pilot kebangsaan AS yang membantu pemberontakan Permesta batal di eksekusi dan akan dilepaskan pemerintah Indonesia.
Pada 1965, saat Cindy Adams mewawancarainya untuk pembuatan buku otobiografi, Sukarno menyatakan, “…Kini pesawat itu masih ada padaku. Dan sampai sekarang gambar Kennedy beserta keluarganya masih ada di rumahku.”
Sejak Orde Baru berkuasa, helikopter itu pun pension dari tugasnya. Secara resmi, kendaraan udara itu sekarang tersimpan di Museum Transportasi Angkut Batu, Malang.
(Historia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email