Pesan Rahbar

Home » » Ulama: Ahlus Sunnah Iran Sebagian dari Syiah

Ulama: Ahlus Sunnah Iran Sebagian dari Syiah

Written By Unknown on Thursday, 4 August 2016 | 13:56:00

Ulama Sunni Iran

Timbalan Urusan Forum Antarabangsa Pendekatan Mazhab Islam, Hujjatul Islam Hamid Allamul Huda menyatakan tentang toleransi dalam kehidupan beragama di Iran dan propaganda palsu musuh yang menentang perpaduan umat Islam. Beliau yang terlibat secara langsung dalam kegiatan pengikut Ahlu Sunnah Iran, mengatakan, “Oleh kerana revolusi Islam Iran merupakan sebuah revolusi budaya dan spiritual, ianya juga menaruh perhatian khusus kepada komuniti dan ulama Ahlu Sunnah di Iran.”

Dalam wawancaranya dengan pejabat Agensi Berita Taghrib (ABT), Hujjatul Islam Allamul Huda menjelaskan secara panjang lebar tentang keadaan semasa Ahlu Sunnah di Iran secara umum. Berikut ini petikan wawancaranya:

(Agensi Berita Taghrib): Kami tertarik untuk mendapatkan penjelasan anda tentang keadaan Ahlu Sunnah di Iran secara umumnya dari berbagai dimensi. Bolehkah anda menceritakannya kepada kami?

(Hujjatul Islam Allamul Huda): Meski pun adanya berbagai propaganda palsu dari negara-negara asing, Ahlu Sunnah Iran sama sekali bukanlah komuniti yang terpisah dengan saudara mereka, Syiah. Mereka sebagai warga negara Iran, memiliki hak-hak yang diakui dan diperuntukkan dengan jelas oleh undang-undang Iran. Majoriti Ahlu Sunnah Iran tinggal di wilayah Sistan-Baluchestan dan sebelum kemenangan revolusi Islam, jumlah sekolah di daerah itu sangat sedikit, namun kini lebih dari 200 sekolah dan madrasah melakukan kegiatannya di wilayah tersebut. Ini merupakan berkat dari revolusi Islam dan kegiatan itu diselaraskan oleh masyarakatnya sendiri melalui sokongan dan bantuan kerajaan. Jika tanpa sokongan itu, tentu saja sekolah-sekolah tersebut tidak pernah dibangunkan.

Di masa lalu, masyarakat di wilayah Sistan-Baluchestan pergi ke Pakistan untuk melanjutkan pendidikannya, tapi sekarang semua telah dipercukupkan bahkan pelajar-pelajar dari negara lain seperti Afghanistan dan Tajikistan datang untuk menimba ilmu agama di daerah itu. Di Kurdistan juga demikian, komuniti Ahlu Sunnah sebelum kemenangan revolusi Islam, juga berangkat ke Kurdistan Irak untuk menuntut ilmu pengetahuan. Namun kini keperluan mereka juga telah dipenuhi baik dari segi sarana mahupun tenaga pengajar. Pemerintah Republik Islam Iran menerapkan prinsip yang sama terhadap pengikut Syiah dan Ahlu Sunnah. Mereka sama-sama diberi anggaran untuk kegiatan pendidikan dan kami juga ikut serta dalam bidang ini.

Sebelum kemenangan revolusi Islam, perempuan tidak begitu diperhatikan dalam urusan agama dan mazhab. Di masjid-masjid bahkan tidak ada tempat khusus untuk perempuan mendirikan shalat. Akan tetapi, kini telah ada hawzah ilmiah khusus untuk perempuan di kalangan Ahlu Sunnah dan mereka memfokuskan diri untuk menimba ilmu berdasarkan ajaran mazhabnya. Fenomena terbuka dan kebebasan ini sepenuhnya ada dalam sistem Republik Islam Iran. Sebuah realiti yang dapat disaksikan dari dekat dan juga patut ditampilkan.

(Agensi Berita Taghrib): Menurut Anda, apa tujuan propaganda media-media asing yang menafikan kebebasan mazhab Ahlu Sunnah di Iran?

(Hujjatul Islam Allamul Huda): Isu-isu tersebut sengaja dihembuskan oleh musuh. Mereka kadang kala memperluaskan propagandanya dengan menyatakan bahwa Ahlu Sunnah di Iran berada di bawah kekangan dan tidak mempunyai kebebasan, namun perlu dicatat bahawa undang-undang dikuatkuasakan di Iran. Semua kegiatan harus dilakukan dalam rangka undang-undang dan semua warga negara mempunyai kedudukan yang sama di mata undang-undang. Misalnya, jika ingin membangunkan sebuah pusat kegiatan, maka sudah tentu perlu mendapatkan izin rasmi dari pihak berkuasa, dan ini juga berlaku di negara-negara lain.

Pemerintah tidak pernah melarang komuniti Ahlu Sunnah untuk melakukan kegiatan dan menjalankan mazhabnya. Mereka mempunyai kebebasan yang diakui oleh undang-undang. Media-media Barat hanya terdaya mengatakan bahawa pemerintah Iran tidak memberi kebebasan kepada kelompok Ahlu Sunnah dan tidak mengakui hak-hak mareka. Itu semua hanya propaganda Barat untuk mengadu domba dan memecah belah umat Islam. Pemerintah tidak pernah menghad atau mengekang mareka, melainkan menuntut semua pihak melakukan kegiatannya dalam kerangka undang-undang.

(Agensi Berita Taghrib): Sejauh mana Ahlu Sunnah Iran dapat terlibat dalam kancah budaya, sosial dan politik dalam negeri?

(Hujjatul Islam Allamul Huda): Mereka adalah Muslim dan juga warga negara Iran. Bancian rasmi tidak menanyakan mazhab mereka, sama seperti warga Iran yang lain. Mereka bebas memilih tempat untuk belajar dan melakukan aktiviti di pusat-pusat ilmiah di Iran. Kini 20 anggota parlimen Iran berasal dari kelompok Ahlu Sunnah. Mereka juga memegang sejumlah jawatan penting di berbagai kota. Oleh karena itu, sama sekali tidak ada larangan yang dapat menghalang kegiatan mereka. Pandangan negara, undang-undang dan Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei adalah, Ahlu Sunnah merupakan Muslim dan saudara kita. Mereka juga harus memiliki hak-hak yang sama di mata undang-undang.

(Agensi Berita Taghrib): Bagaimana hubungan universiti Ahlu Sunnah Iran dengan lembaga-lembaga pendidikan dunia Islam?

(Hujjatul Islam Allamul Huda): Hubungan politik antara berbagai pemerintah dan negara kadang-kadang menghadkan hubungan dan kerjasama di bidang budaya dan pendidikan. Batasan ini tidak hanya untuk Ahlu Sunnah, Hauzah Ilmiah Qom juga menginginkan adanya hubungan dan kerjasama dengan Universitas Al Azhar Kaherah. Kami ingin ada kelas yang dibuka untuk komuniti Syiah di universiti tersohor itu. Di Hawzah Ilmiah Qom, ada kelas yang diprioritikan untuk pengikut Ahlu Sunnah, sebagaimana juga terdapat di Universiti Mazhab Islam di Tehran dan Universitas Agama di Qom. Mereka menjadi tenaga pengajar di lembaga-lembaga tersebut.

Kita perlu memisahkan antara masalah budaya dan isu politik. Namun kita hidup di sebuah dunia di mana masalah ekonomi kadang kala mempengaruhi juga masalah politik, demikian pula dengan masalah budaya. Kami menilai positif hubungan dan kerjasama dunia Islam dalam bidang pendidikan dan universiti. Jika masalah ini diperhatikan, tentu kita dapat membangun hubungan yang lebih luas dan kukuh.

(Agensi Berita Taghrib): Bolehkah anda jelaskan tentang kegiatan Forum Internasional Pendekatan Mazhab-mazhab Islam dalam mewujudkan pendekatan mazhab dan kesepahaman di antara para pengikutnya di Iran.

(Hujjatul Islam Allamul Huda): Kami telah menganjurkan sejumlah seminar dan latihan pendidikan untuk komuniti Ahlu Sunnah dan Syiah di berbagai daerah di Iran. Kegiatan ini sangat berkesan dalam mencipta kesepahaman satu sama lain dan juga membina interaksi. Kami juga menyelenggarakan program latihan untuk tenaga pengajar dan penggiat budaya baik Syiah maupun Ahlu Sunnah. Mereka mengikutinya secara bersama-sama dalam program-program tersebut. Kedua-dua pihak dapat lebih mengenal antara satu sama lain dan membangun kesefahaman.
_____________________________________________

PERNYATAAN ULAMA-ULAMA SUNNI IRAN MENGENAI IRAN, KONSPIRASI MUSUH, ISIS DAN PERSATUAN ISLAM


Dari dulu Khurasan adalah kota yang diperhitungkan dan disegani. Banyak ulama Ahlus Sunnah yang terlahir dari kota ini, sebut saja Imam Muslim [penulis kitab Sahih Muslim], Imam Hakim [penulis kitab Mustadrak al Hakim] dan Imam al-Ghazali [penulis kitab Ihya Ulumuddin], sampai saat ini, meski sebagian Khurasan masuk dalam wilayah Iran, namun itu tidak mematikan perkembangan dan dakwah Ahlus Sunnah di Khurasan. Prof. Imam Suprayogo [Mantan Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang] dan sejumlah tokoh Islam Indonesia lainnya pernah mengunjungi salah satu pesantren Ahlus Sunnah di Khurasan Iran. Mereka melihat dengan mata kepala sendiri, ada penyelewengan fakta yang selama ini diumbar oleh sejumlah aktivis Islam di Indonesia, bahwa Sunni di Iran tertindas dan dakwahnya dikekang. Di Khurasan sampai saat ini masih berdiri bejibun pesantren, sekolah-sekolah agama bahkan universitas Islam Sunni.
Berikut diantara ulama Ahlus Sunnah Khurasan Iran yang memberikan pernyataannya mengenai Iran, ISIS, konspirasi musuh dan persatuan Islam.

Dari kiri ke kanan sesuai arah jarum jam:

SYAIKH MAULAWI TAWAKKULI hfz, Imam Masjid Raya Ahnaf kota Taibad, provinsi Khurasan, Republik Islam Iran.
“Kebangkitan Islam disejumlah negara seperti Tunisia, Mesir, Libia dan Yaman sedikit banyaknya dipengaruhi oleh kebangkitan Islam di Iran. Ini yang dikhawatirkan Barat jika itu terjadi sepenuhnya dinegara-negara muslim. Oleh karena itu mereka membuat ISIS, yang bekerja untuk kepentingan mereka. ISIS membuat kacau disejumlah negara muslim, membunuhi orang-orang Islam sendiri, sehingga negara-negara muslim tercegah dari kebangkitannya.”

SYAIKH MAULAWI HAIDARI hfz, imam Masjid Raya Malik Mulk kota Taibad, provinsi Khurasan.
“Kemenangan revolusi Islam di Iran adalah pelajaran bagi negara-negara tertindas, bahwa mereka bisa memperjuangkan haknya jika bersatu. Republik Islam Iran adalah contoh, bahwa sunnah dan modernitas bisa diselaraskan, nasionalisme dan islamisme bisa disinkronkan, bahwa negara Islampun bisa mencapai kemajuan sains dan tekhnologi. Iran telah merontokkan propaganda Barat, bahwa seorang muslim harus identik dengan kejumudan dan keterbelakangan, dan harus bergantung pada kemajuan tekhnologi Barat. Iran telah mengajarkan pada dunia, bahwa kebebasan dan kemandirian harus diraih, karena itu satu-satunya solusi paling efektif untuk menghantam musuh. Karena itu semua proyek dan agenda Barat saat ini, adalah agar negara-negara tertindas menjauhi bahkan memusuhi Iran.”

SYAIKH MAULAWI ABDUL BARI SALIHI hfz, Rektor Universitas Madhzhar al-Tauhid Taibad provinsi Khurasan.
“Kemenangan revolusi Islam Iran telah mengubah peta geopolitik udunia. Kemenangan tersebut diraih oleh persatuan umat Islam di Iran. Kediktatoran dapat diruntuhkan oleh persaudaraan dan kebersamaan. AS dan Barat tidak mampu menghalangi kemajuan Iran yang didapatnya dengan persatuan, karena itu mereka harus menempuh taktik pecah belah. Persatuan adalah harga mati bagi kemajuan Islam dimasa depan.”

SYAIKH MAULAWI ABDUL KARIM ALI BAAI hfz, Mudir Madrasah Darul Ulum Islami kota Masyhad Khurasan.
“Kemenangan revolusi Islam Iran adalah gerakan Islam terbesar abad ini yang memberi pengaruh besar pada kebangkitan di dunia Islam. Syiarnya adalah bukan Barat dan bukan Timur, melainkan kemerdekaan.
Musuh bersama kita hari ini, adalah AS dan Israel, mereka sangat getol ingin mencegah kebangkitan umat Islam, dan berupaya kembali hendak menjajah Iran karena itu tidak ada solusi lain untuk mengubur mereka selain menjadikan mereka musuh bersama.

Pencapaian Iran yang membuat geram pihak musuh adalah aib dan niat busuk mereka tersingkap oleh Iran dihadapan negara-negara Islam. Bahwa mereka tidak sekuat yang dibayangkan. Bahwa kemajuan yang mereka capai, juga bisa dikejar oleh kemandirian Iran. Karena Iran mengharumkan nama Islam, makanya mereka merekayasa ISIS untuk mencitrakan Islam adalah agama teror dan anti kemajuan.
ISIS mengacau dinegara-negara Islam, bukan dinegara-negara Barat. Mereka membawa bencana bagi umat Islam di Suriah dan Irak. Mereka mengusung agenda-agenda perpecahan untuk memuluskan kepentingan musuh-musuh Islam. Mengapa kita tidak juga sadar, bahwa persatuan adalah keniscayaan dalam menghadapi permusuhan anti Islam?”


Berikut link kesaksian dari Prof. Imam Suprayogo atas kunjugannya ke Khurasan Iran:

http://www.imamsuprayogo.com/viewd_artikel.php?pg=2365

Pesantren Sunny Di Tengah Masyarakat Penganut Syi'ah

Selama di Iran, selain mengunjungi Khauzah Ilmiah, madrasah, dan juga perguruan tinggi yang bermadzah Syi�ab, saya juga diundang untuk bersillaturrahmi ke pesantren pengikut Madzhab Sunny. Memang dilihat dari madzhabnya, masyarakat Iran bertolak belakang dari masyarakat Islam di Indonesia. Mayoritas umat Islam di Iran adalah pengikut Syi�ah, namun ada juga sedikit yang mengikut madzhab sunny. Sebaliknya di Indonesia, mayoritas mengikuti madzhab Sunny, tetapi juga ada, sekalipun jumlahnya tidak banyak, yang mengikuti madzhab Syi�ah.

Lembaga pendidikan Islam berupa pesantren pengikut Sunny yang saya kunjungi dimaksud adalah Darul Ulum lita�limil Qur�an wa Sunnah, berada di Khurazan, yaitu arah timur dari kota Teheran, berjarak kira-kira 900 km, sehingga dapat ditempuh selama satu jam dengan pesawat terbang dan masih harus ditambah perjalanan dengan mobil sekitar satu setengah jam lagi. Tempat di mana pesantren ini berada, lebih mengesankan sebagai wilayah pedesaan. Kesan saya, keadaan lembaga pendidikan Islam di Khurazan ini terasa mirip dengan kebanyakan pesantren di Indonesia.

Di di wilayah Khurazan, nama Imam Al Ghazali sangat dikenal. Untuk menuju daerah Thus, di mana ulama besar pengarang Kitab Ihya� Ulumuddin itu dilahirkan dan sekaligus juga tempat wafatnya, dari pesantren dimaksud tidak terlalu jauh. Menurut informasi yang disampaikan oleh pimpinan pesantren yang saya kunjungi, bahwa untuk sampai di makam Imam al Ghazali hanya memerlukan waktu beberapa menit saja. Namun oleh karena keterbatasan waktu, saya dan rombongan tidak mungkin berziarah di makam ulama besar yang sangat dihormati oleh umat Islam di Indonesia dimaksud.

Di daerah Khurazan tidak semua umat Islam menjadi penganut Sunny. Sebagaimana umat Islam di Iran pada umumnya, adalah mengikuti madzhab Syi�ah. Namun demikian, hubungan di antara umat Islam yang berbeda madzhab tersebut terjalin dengan baik. Tatkala mendengar kabar bahwa pondok pesantren Darul Ulum li Ta�limin Qur�an wa Sunnah kedatangan tamu dari Indonesia, maka ulama Syi�ah juga diundang dan hadir ke tempat itu untuk bersama-sama menyambut dan memberi penghormatan.

Pengasuh pesantren pengikut madzhab Sunny, sebagai tuan rumah juga menjelaskan bahwa, perbedaan madzhab di wilayah Khurazan tidak menjadikan umat Islam berpecah belah. Sekalipun berbeda madzhab, di antara mereka berhasil menjalin kerukunan dan saling menghormati. Pimpinan pesantren ini memberikan contoh kerukunan itu, ialah misalnya di dalam memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad, saw. Menurut keyakinan madzhab Sunny, Nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabi�ul Awwal, sementara Madzhab Syi�ah meyakini bahwa, kelahiran itu jatuh pada tanggal 17 pada bulan yang sama.

Perbedaan keyakinan tersebut tidak melahirkan masalah. Keduanya berhasil memahami dan juga menghormati. Ketika umat Islam bermadzhab Sunny memperingati hari kelahiran Nabi Muhammam pada tanggal 12 Rabi�ul Awwal, maka pengikut madzhab Syi�ah diundang dan juga datang. Demikian pula sebaliknya, ketika pengikut Madzhab Syi�ah memperingati hari kelahiran Rasulullah itu pada tanggal 17 pada bulan yang sama, maka pengikut Madzhab Sunny juga diundang dan hadir. Masing-masing mengetahui atas perbedaan itu, namun tidak menjadikan di antara mereka saling membenci dan apalagi memusuhi.

Pesantren Darul Ulum li Taklimil Qur�an wa Sunnah yang ada di Khurazan tersebut dipimpin oleh seorang ulama yang tampak kharismatik dan dibantu oleh beberapa asatidz. Sama dengan di Indonesia, pesantren yang berjarak sekitar 900 km arah timur dari kota Teheran itu juga terdiri atas masjid, ruang belajar, dan tempat menginap para santri. Dari pesantren ini juga tampak gambaran kesederhaannya, kemandirian para santri, dan juga kitab kuning yang dipelajari pada setiap hari.

Hal yang agaknya mungkin saja berbeda dari pesantren di Indonesia, ------sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh pengasuh pesantren Darul Ulum li Ta�limil Qur�an wa Sunnah ini, adalah bahwa sehari-hari jenis dan kualitas makanan bagi semua warga pesantren, baik pengasuh, asatidz, dan santrinya adalah sama. Tidak terkecuali, jamuan makan yang diberikan kepada tamu, ----termasuk kepada saya dan rombongan, menurut penuturan pengasuhnya, tidak berbeda dari makanan para santri. Nilai kebersamaan selalu diwujudkan di pesantren ini.

Pesantren bermadzhab Sunny yang berada di tengah-tengah mayoritas bermadzhab Syi�ah ternyata tidak merasa terganggu. Di antara mereka terbangun saling berkomuniukasi dan bahkan juga saling membantu. Informasi tentang kedatangan tamu dari Indonesia juga diperoleh dari Ulama� Syi�ah yang mengundang. Kedatangan saya dan rombongan ke Pesantren pengikut Madzhab Sunny di Khurazan dimaksud, dijemput oleh pengasuhnya sendiri ke Kota Masyhad, tempat saya menginap, dan juga mengajak serta bPimpinan Lembaga Takrib bainal Madzahib yang bermadzhab Syi�ah. Melalui contoh ini, adanya perbedaan madzhab, ternyata tidak menghalangi pelaksanaan ajaran Islam yang mengharuskan agar di antara sesama selalu bersatu dan saling mengasihi. Wallahu a�lam

(ABNA/Hanazaka/Ismail-Amin-07/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: