Warga Jalan Kopi Selatan Sampit saat membuat bubur Asyura secara bergotong royong, Selasa 11 Oktober 2016 (Foto: Radar Sampit)
Cerita syahidnya Husain bin Ali beserta keluarga dan sahabatnya dalam pertempuran tidak seimbang yang lebih tepat disebut pembantaian di Padang Karbala, Irak telah lama diperingati muslim Nusantara. Drama perjuangan melawan penguasa zalim yang digelorakan Husain itu di belahan bumi Nusantara bahkan telah menjadi tradisi turun-temurun.
Masyarakat Kota Sampit, Kalimantan Tengah terus berupaya mempertahankan tradisi itu dengan membuat dan memakan Bubur Asyura setiap hari Asyura atau 10 Muharam, saat cucunda Nabi Muhammad saw menemui syahadahnya.
Abdul Hamid, warga Jalan Kopi Selatan, Kota Sampit menuturkan, tradisi turun temurun dari nenek moyang itu terus dilestarikan untuk anak cucu generasi penerus selanjutnya. Acara masak-emasak bubur itu dilakukan di halaman belakang Masjid Al Musthofa.
”Tradisi memasak dan makan bubur asyura ini sudah ada sejak lama, turun temurun. Kami ini hanya menjalankan kebiasan dari kecil yang orangtua kami lakukan,” ujar Hamid, Selasa 11 Oktober 2016.
Pelaksanaan kegiatan juga kental dengan nuansa kebersamaan, karena mulai dari memasak hingga disantap, semua dilakukan secara bersama-sama. Saat membuat bubur, wanita dan pria berbagi tugas.
Wanita yang sebagian besar para ibu, bertugas meracik bumbu, sedangkan laki-laki menanak nasi hingga menjadi bubur. Bumbunya persis bumbu soto. Hal yang berbeda adalah campuran bahannya yang terdiri 41 jenis sayur dan kacang-kacangan ditambah daging dan telur.
Menurut pengakuan Hamid, tradisi memperingati hari Asyura merujuk pada sejarah kelam umat Islam. Penguasa Yazin bin Muawiyah yang mengendalikan kekuasaan dengan zalim dan tiran telah membantai Husein.
”Terlebih dalam hal ini banyak hal baik dan positif yang dapat diambil dari makna hari Asyura. Karena menyatukan masyarakat, hal ini memberikan dampak baik untuk hidup bermasyarakat,” ujarnya.
Tradisi membuat dan makan bubur Asyura dilaksanakan di banyak tempat di Sampit, seperti di Masjid Jami dan sejumlah permukiman warga. Bubur Asyura dibagikan kepada anak yatim, masyarakat sekitar pada siang hari. Sebagian disisakan untuk warga yang berbuka puasa sunat di masjid setempat.
(Radar-Sampit/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email