Bubur Asyura. (Foto: Banjarmasin Post)
Tiap 10 Muharram, umat Islam di Kalimantan Selatan menggelar tradisi khusus, yaitu Puasa Asyura. Tahun ini, 10 Muharram bertepatan pada Jumat 23 Oktober 2015.
Tak sekadar menggelar puasa sunah tersebut, orang-orang Banjar biasanya juga beramai-ramai memasak kuliner khas hari spesial itu, yaitu Bubur Asyura. Bubur ini berwarna kuning, rasanya gurih dan bahan campurannya banyak, bisa mencapai puluhan jenis.
Sesuai tradisinya, biasanya bahan campurannya mencapai 41 jenis. Biasanya, yang dimasukkan ke adonan bubur berupa sayuran dan kacang-kacangan. Jika kurang, maka harus ditambah lagi dengan bahan lainnya, walaupun berupa batu atau lumut, yang penting jumlahnya pas 41 jenis sesuai tradisi yang berlaku.
Sementara bumbu penyedapnya berupa garam dan bubuk penyedap rasa. Tak ada resep khusus untuk membuat bubur ini. Bahannya bisa apa pun dan apa yang ada saja, sesuai dengan kondisi perekonomian warga yang membuatnya. Yang penting bahannya banyak, mencapai 41 jenis dan cukup untuk dikonsumsi warga sekampung.
Tradisi memasak bersama itu berlangsung tiap tahun. Di Banjarmasin, biasanya warga berkumpul di pagi hari, terutama kaum hawanya untuk memasak bubur itu. Seperti yang dilakukan warga Jalan Pramuka, Gang Manunggal RT 10, Banjarmasin.
Tampak kaum hawa sibuk memotong-motong berbagai sayuran seperti kacang panjang, wortel, kelapa, tempe, hingga bawang merah. Sedangkan kaum lelakinya sibuk menyiapkan kompor dan wajan serta menguliti daging ayam.
Mereka memasak untuk kemudian dibagikan ke para tetangga mereka. Pemandangan serupa juga tampak di tempat lain, yaitu di Jalan Pengambangan, Kelurahan Pengambangan RT 7 RW 1, Kecamatan Banjarmasin Timur, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Para perempuannya, tua dan muda tampak sibuk mengaduk-aduk adonan bubur yang sudah hampir matang. Mereka bekerja secara gotong royong.
Warga berdoa sebelum menyantap bubur Asyura. (Foto: Banjarmasin Post)
Setelah matang, bubur itu didoakan bersama dengan dibacakan doa selamat. “Biasanya baca doanya di musala. Para lelakinya berkumpul, berdoa bersama, setelah itu barulah buburnya dibagikan,” kata warga setempat, Syamsiah.
Bubur itu dimakan bersama di rumah masing-masing. Bagi mereka yang berpuasa Asyura, maka bubur ini akan menjadi hidangan wajib buka puasa mereka.
“Bagi yang tidak berpuasa bisa memakannya langsung, wajib juga memakannya karena sudah didoakan. Pokoknya, kalau bikin Bubur Asyura, orang satu kampung harus dapat jatah semua,” katanya.
Warga lainnya, Muhammad Hanafi, menambahkan tentang kisah di balik tradisi ini. Di masa Nabi Muhammad masih hidup, pernah terjadi perang Badar. Usai perang, jumlah prajurit Islam menjadi lebih banyak.
Kala itu, ada seorang sahabat Nabi Muhammad memasak bubur. Namun dia tak mengira ternyata jumlah makanannya tak sebanding dengan jumlah prajurit yang harus diberi makan.
“Akhirnya, Rasulullah memerintahkan agar para sahabatnya mengumpulkan bahan makanan apa saja yang ada agar dicampurkan ke bubur itu supaya jumlahnya jadi banyak dan cukup untuk memakani para prajurit itu. Rasulullah yang mendistribusikannya ke para prajuritnya,” katanya.
Pada 10 Muharram itu bertepatan pula dengan sebuah peristiwa penting dalam sejarah Islam, yaitu perang di Karbala di mana cucu Nabi Muhammad, Husain, terbunuh secara mengenaskan.
Warga menikmati hidangan bubur Asyura. (Foto: Banjarmasin Post)
Tradisi ini sudah berlangsung lama di Kalimantan Selatan. Tak hanya di Banjarmasin, di daerah lain di provinsi ini juga menggelar tradisi tersebut. Biasanya jamak ditemui di pelosok perkampungan.
Kalau di tengah kota, sangat jarang terlihat, kecuali jika Anda berkunjung ke Alun-alun Ratu Zalecha di Martapura, Kabupaten Banjar. Tiap 10 Muharram, Kesultanan Banjar menggelar tradisi ini dengan membuat ribuan porsi bubur Asyura.
Tahun ini juga digelar acara tersebut, tak sekadar untuk merayakan Hari Asyura, namun juga dalam rangka peringatan Milad Kesultanan Banjar ke 511. Namun jika ingin blusukan ke perkampungan warga juga bisa. Apalagi, bubur Asyura ini adanya di Kalimantan Selatan hanya setahun sekali dan cuma beberapa jam sebelum habis dimakan warga.
(Banjarmasin-Post/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email