Pesan Rahbar

Home » » Bukti Perkumpulan Sunni dan Syiah di Jakarta 22 Februari 2016, Grand Syaikh Al-Azhar: Sunni dan Syiah Adalah Bersaudara. Bagi Yang Mengkafirkan Bukanlah Syiah Tetapi Rafidhah, dan Rafidhah Bukanlah Syiah. Bagi Yang Mengaku Sunni Tapi Menghujat Syiah Bukanlah Sunni Tetapi Mereka Adalah Wahabi

Bukti Perkumpulan Sunni dan Syiah di Jakarta 22 Februari 2016, Grand Syaikh Al-Azhar: Sunni dan Syiah Adalah Bersaudara. Bagi Yang Mengkafirkan Bukanlah Syiah Tetapi Rafidhah, dan Rafidhah Bukanlah Syiah. Bagi Yang Mengaku Sunni Tapi Menghujat Syiah Bukanlah Sunni Tetapi Mereka Adalah Wahabi

Written By Unknown on Monday 10 October 2016 | 21:04:00


Grand Syaikh Al-Azhar: Hentikan Konflik Sunni dan Syiah, Kalian Bersaudara. Berhati-hatilah Jangan Mudah Mengafirkan Sesama Muslim….

Sunni dan Syiah, Jakarta. Dalam kunjungannya ke Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Grand Syaikh al-Azahar, Imam Besar Institusi al-Azhar, Kairo Mesir, Ahmad at-Thayyib, menyampaikan
risalah persatuan yang sangat mendasar di internal umat Islam. Perbedaan pendapat yang muncul seharusnya tidak menjadi benih pertikaian.

”Jangan menganggap pendapat orang lain salah dan mengklaim pendapat kita paling benar,” tuturnya di Kantor MUI, Jakarta, Senin (22/2).

Di hadapan pimpinan MUI dan sejumlah tokoh yang hadir, ia menegaskan pentingnya rekonsiliasi antarulama Islam. Persatuan para elite itu penting agar tercipta kesejukan di tengah-tengah kegamangan umat.

”Saya percaya, selama ulama tidak bersatu terlebih dahulu, maka tidak ada harapan,” papar sosok yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Hukama al-Muslimin ini. Berikut ini lima pesan penting Syekh al-Azhar yang dirangkum dari kutipan pidatonya tersebut:


Hentikan Konflik Sunni dan Syiah, Kalian Bersaudara

“Syiah beragam namun mereka adalah saudara, mereka tetap Muslim, kita tidak bisa serta merta menghakimi mereka keluar Islam hanya karena satu perkara. Memang terdapat sikap berlebihan, tidak di semua Syiah dan tidak semua ulama mereka demikian, ketika saya berdialog dengan sejumlah tokoh mereka ihwal mencanci maki sahabat dan Abu Bakar RA, Aisyah RA dan Umar bin Khatab, ia mengatakan,”Mereka bukan representasi kami.”

Jika Anda telaah buku-buku Syiah klasik maka Anda tak akan menemukannya. Mungkin Anda temukan kecenderungan sebagian demikian, tetapi mayoritas Syiah menghormati sahabat Rasulullah SAW. Sebagian kecil ulama menganggap mencaci maki sahabat berarti keluar dari Islam, tetapi bagi kami al-Azhar tidak. Cacian terhadap sahabat bentuk kesesatan, maksiat, dan berdosa namun tak serta merta keluar dari Islam. Mereka Kita tidak bisa kafirkan mereka.

Bagaimana? Sunni dan Syiah adalah sama-sama sayap Islam. Tentu kita bicarakan Syiah yang moderat, ada Imamiyah, Zaidiyyah, yang memiliki kedekatan dengan Sunni, tetapi ada sekte menyimpang dan sesat yang mengangkat isu //tasyayyu’//yang mengakui risalah selain untuk Muhammad SAW, mereka itu, seperti saya katakan, menyalahi apa yang konstan dalam agama dan bisa dinyatakan keluar Islam.

Tetapi, sesunguhnya, sebagian perbedaan kita dengan saudara Syiah kita, adalah perbedaan nonprinsipil (furu’), kecuali dalam soal imam. Syiah percaya imam sebagai bagian pokok agama, sedangkan kita, Sunni soal itu termasuk nonprinsipil. Isu imamah juga tak membuat Syiah serta merta keluar Islam. Kitab as-Sayyid Ali al-Amin cukup bagus mendudukkan hakikat imamah tersebut. Yang dimaksud imamah Ali bin Thalib adalah dalam hal spiritualitas dan ketakwaan bukan bermakna kekuasaan fisik. Kekuasaan seperti itu Ali bin Abi Thalib juga tak mengingingkannya. Pemikiran ini berupaya mendekatkan antara Sunni dan Syiah.”


Apresiasi Kerja MUI Menyatukan Ormas

“Saya tahu, kalau Indonesia, negara Muslim terbesar, adalah pionir
mewujudkan mimpi yang sulit dan berat kita capai, yaitu persatuan ulama
dengan berbagai mazhab dan aliran mereka dalam organisasi dan wadah
satu, saling bertemu dan bermusyawarah sepakat pada satu pendapat yang
disampaikan ke masyarakat. Ini adalah tantangan utama kita, yaitu
perbedaan antara ulama.

Perbedaan itu, kerap mereka bawa turun ke
jalan dan berlakukan ke publik awam, maka muncullah perselisihan. Saya
mengetahui, organisasi ini, menghimpun organisasi-organisasi dengan
latarbelakagn mazhab, bahkan akidah yang berbeda.

Tetapi alhamdulillah, akhirnya kalian bersepakat pada satu atau dua pendapat,
dan pendapat yang satu memberikan ruang bagi pendapat lain dan tidak
saling mencederai. Inilah yang kita coba bangun pula, tentu, di luar
Indonesia. Dan Alhamdulillah, ini sudah terealisasi di Indonesia melalui
MUI. Saya apresiasi MUI dan kemampuan memgelola perbedaan dalam koridor
yang diperolehkan syar’i. Ini yang menjadi impian saya untuk membuat
forum yang menyatukan sufi, wahabi, Hanbali, dan Syafi’i dan
aliran-aliran lain dalam satu wadah. Dan ini belum tercapai hingga kini
di kami.”


Persatuan Umat Dimulai dari Ulama Sunni dan Syiah

“Saya percaya, selama ulama tidak bersatu terlebih dahulu, maka tidak ada harapan.
Anda sebagai ulama hendak menebarkan perdamaian, sementara Anda sendiri
tak berdamai dengan sesama ulama, maka seperti kata pepatah “Faqidus
sya’i la yu’thihi” (Orang kehilangan tak bisa memberi). Masalahnya,
perbedaan ini berubah menjadi perselisihan yang rigid akibat fanatisme
mazhab atau pemikiran tertentu dan mengklaim mazhab lain tidak benar.

Namun sayangnya, di balik gencarnya mazhab tersebut ada dukungan
materiil dan spirituil, yang lantas disebarluaskan di jalan alih-alih
menghargai perbedaan justru malah memecah belah umat. Muncullah fenomena
pembida’ahan dan pengkafiran yang sangat rentan dengan menghalalkan
darah. Solusinya adalah kembali ke khazanah klasik bagaimana menyikapi
perbedaan.

Umar bin Abd al-Aziz pernah mengatakan, bahwa ia
sangat senang jika para sahabat tidak berselisih pendapat, tetapi fakta
berkata lain. Dengan perbedaan itu justru, banyak opsi-opsi kemudahan
dibandingkan dengan satu opsi pendapat saja. Silakan saja Anda memilih
satu mazhab tetapi jangan anggap pendapat Anda saja yang benar sementara
orang lain salah.”


Ingatlah, Musuh Menginginkan Kita Tercerai Berainya Sunni dan Syiah

“Dan ingat, perselisihan antara keduanya, Sunni dan Syiah inilah yang
dihembuskan oleh musuh Islam untuk memporak-porandakan umat, seperti
saat ini yang terjadi di Suriah tak ada justifikasi meletusnya konflik
tersebut, kecuali membenturkan Sunni Syiah, lihat pula Irak yang kacau
balau atas dasar apa?
Konflik Sunni dan Syiah. Perhatikan pula Yaman.
Kita sadar betul tentang peta konflik ini, karena itu sejak awal kita
kampanyekan Sunni dan Syiah bersaudara dan memang kita intinya
bersaudara. Konflik tersebut akan terus dihembuskan, karena memang
mereka musuh Islam tak meninginkan kita bersatu.”


Berhati-hatilah Jangan Mudah Mengafirkan Sesama Muslim, Sunni dan Syiah

“Soal taqrib memang yang menginisiasi al-Azhar oleh Syekh Syaltut dan
sejumlah cendekiawan lainnya. Al-Azhar menegaskan, sebagaimana Mazhab
Asy’ari, kita tidak akan mengkafirkan siapapun dari golongan orang
beriman.

Perbuatan maksiat yang diperbuat adalah soal lain.
Berhati-hatilah untuk tidak mengkafirkan. Otoritas ini hanya milik
ulama, jangan biarkan orang awam bebas menebarkannya. Jika misalnya ada
99 persen kemungkinan kufur dan 1 persen kemungkinan tetap Muslim, tetap
berhati-hatilah. Inilah jalan al-Azhar.

Makanya, tiap Ramadhan kita punya satu program yang melibatkan Sunni dan Syiah dari berbagai
kawasan, termasuk Suriah dan Irak, silakan sampaikan pernyataan untuk
tidak saling membunuh satu sama lain, karena Sunni dan Syiah sesama
Muslim.

Jangan kafirkan orang kecuali yang mengingkari Alquran
dan mengingkari perkara yang mendasar dalam agama. Muslim yang
mengatakan zina atau khamar halal, bisa keluar agama, tetapi Muslim yang
percaya zina dan khamar haram tetapi melakukannya, dia tetap Muslim.”

(Republika/Islam-Institute/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: