Pesan Rahbar

Home » » ‘Mustahil’ Membantah Data Tempo Soal Suap Reklamasi

‘Mustahil’ Membantah Data Tempo Soal Suap Reklamasi

Written By Unknown on Monday 17 October 2016 | 04:55:00


Tempo lagi-lagi mengeluarkan catatan investigatif tentang Ahok. Edisi terbaru ini membahas tentang suap reklamasi, sangat detail dan menyebut banyak nama-nama penting.

Bahwa kemudian relawan Ahok menyerang Tempo karena dianggap by order, menyelamatkan hutang Tempo, saham merosot dan sebagainya, itu bukan urusan kita. Semua materi yang menyudutkan Tempo bukan bahasan yang pantas diributkan, malah menandakan bahwa relawan Ahok tidak mampu membantah head to head dari sisi materi berita. Saya di sini ingin mengajak pembaca seword.com untuk berpikir terbuka, tentang Ahok dan relawan Teman Ahok.

Ada banyak materi tulisan yang dimuat di majalah Tempo. Dan saya akan kombinasikan dengan media mainstream yang sudah diberitakan sejak 2015 lalu, sehingga menghasilkan beberapa point sangat penting untuk dipertanyakan.


#TemanAhok adalah bentukan Hasan Nasbi, Cyrus Network

Pada Oktober 2015, Ahok menyangkal bahwa dirinya yang menginstruksikan membentuk kelompok relawan untuk mendukung dirinya maju dari jalur independen. Dia juga menampik dirinya yang mendanai relawan #TemanAhok.

“Aku aja enggak kenal mereka. Bagaimana aku bisa menyuruh?,” ujar Ahok di Balai Kota.

Kita sebagai rakyat awam pasti bertanya-tanya dengan gerakan yang sangat massif, relawan #TemanAhok kini sudah memiliki 15 booth di mall untuk aktifitas penggalangan KTP dan jual marchandise dan gelang. Belakangan diketahui bahwa memang ada pendanaan awal sebesar 500 juta rupiah dari Hasan Nasbi, CEO Cyrus Network.

Dari sudut pandang ekonomi, dana 500 juta ini sangat cukup untuk modal awal. Namun tidak cukup jika harus membiayai semua booth dan operasional relawan. Artinya, penjualan marchandise relawan Teman Ahok harus profit agar bisa berkembang dan membuka 15 booth sampai sekarang.

Menurut informasi harga marchandise, kaos #TemanAhok dijual hanya kisaran 100-130 ribu, gelang 12 ribu rupiah, sementara casing iphone, samsung, ipad dan notebook kisaran 150-200 ribu rupiah.

Saya tidak punya pengalaman sewa booth di mall Indonesia, tapi saat di Malaysia sempat ikut buka food court dengan harga sewa 6 juta perbulan, itupun di pojok dan ukuran 3×3 meter. Jika melihat booth #TemanAhok dengan ukuran yang cukup besar dan di tempat strategis, pasti harganya cukup mahal.

Saya tidak bisa membahas detail, tapi begini, sangat ajaib jika ada bisnis jualan produk yang mampu meraup untung 100% bersih kurang dari setahun. Sementara relawan #TemanAhok ini dibentuk pertengahan 2015, lalu Desember 2015 sudah lunas 500 juta pada Hasan Nasbi.

Menurut pengalaman, standar kredit dan BEP biasanya 3 atau idealnya 5 tahun. Tapi mungkin teori ekonomi ini tidak berlaku untuk #TemanAhok, yang dalam setahun sudah membuka 15 outlet.

Namun apapun itu, yang harus dicatat adalah relawan #TemanAhok didanai oleh Hasan Nasbi, CEO Cyrus Network. Inilah kenapa kantor #TemanAhok juga menggunakan milik Cyrus Network, tepat di sebelahnya. “Daripada tidak dipakai,” kata Hasan Nasbi.


Pengakuan Andreas

Andreas merupakan mantan managing director Cyrus Network pimpinan Hasan Nasbi. Menurut pengakuannya, proposal #TemanAhok sudah dibuat sejak Desember 2014. Untuk membahas pembentukan relawan ini, Hasan, Sunny dan Ahok kerap bertemu di balaikota. Dari sinilah kemudian Ahok mengarahkan soal pendanaan bisa dikoordinasikan dengan Sunny, staffnya.

Di proposal tersebut ada anggaran sebesar 10,2 miliar untuk penggalangan dukungan sejuta KTP untuk Ahok agar bisa maju sebagai Cagub independen. Anggaran tersebut sudah termasuk untuk sewa 15 booth mall dan 300 posko relawan.

Ada dana sebesar 700 juta rupiah dari konglomerat yang diserahkan pada Sunny untuk modal awal operasional relawan #TemanAhok. Wakil ketua KPK, Laode Muhamad Syarif mengakui bahwa anak buahnya sudah memintai keterangan Andreas, menyangkut aliran dana pengembang ke relawan #TemanAhok melalui Cyrus Network.

Sampai di sini, apakah dana 700 juta tersebut adalah dana awal 500 juta yang diklaim sumbangan personal Hasan Nasbi? dana tersebut disunat 200 juta oleh Cyrus Network untuk sewa kantor? Atau malah sebenarnya dana awal #TemanAhok adalah 1.2 miliar? Kita tidak tau pasti. Tapi kalau melihat alur cerita, dana awal 500 juta yang diklaim sumbangan pribadi Hasan Nasbi merupakan dana konglomerat yang sudah dipotong 200 juta dengan konsekuensi Cyrus memberikan tempat untuk kantor, lalu alasan “daripada tidak dipakai” thats all bullshit.


Selain itu, Andreas memberi pernyataan sangat detail proses dan pengambilan dana Podmoro dan Sedayu kepada Sunny. Yakni 1,3 miliar dari Agung Podomoro pada 14 April 2015 dan 7 miliar dari Agung Sedayu pada 19 Agustus 2015. Semuanya diserahkan pada Sunny.

Mimpi buruknya bagi #TemanAhok, pengakuan ini tidak hanya disampaikan pada Tempo, tapi sebelumnya sudah disampaikan pada KPK. Inilah kenapa PPATK sudah melacak rekening Sunny dan orang-orang dekat Ahok, untuk hal inipun diakui oleh ketua PPATK.


Mungkinkan menuntut Andreas dan Tempo?

Meskipun hastag #JatuhTempo yang dipopulerkan Kurawa begitu massif, namun itu hanya reaksi virtual. Pada kenyataannya, belum ada yang berani menuntut Tempo ataupun Andreas.

Bagaimanapun Tempo adalah media mainstream yang beredar secara nasional selama bertahun-tahun. Jika #TemanAhok merasa bahwa apa yang dimuat oleh Tempo tidak benar, seharusnya dibantah dan dilawan.

Kita tentu masih ingat sikap emosional #TemanAhok saat Amalia dan Rihard diinterogasi oleh imigrasi Singapore, sampai mau menyerbut Kedubes Singapore di Jakarta. Lalu sekarang saat mereka diberitakan negatif oleh Tempo melalui narasumber Andreas, mengapa tidak ada reaksi sama sekali?

FPI saja berani mendatangi kantor Kompas meski dengan materi hoax. Apa iya #TemanAhok tidak mau bereaksi terhadap Tempo? Kalaupun tidak menggeruduk, sangat mungkin melaporkan Tempo atau Andreas karena melakukan pencemaran nama baik.

Saya masih ingat betul saat ada akun twitter yang menuduh #TemanAhok nyolong KTP karena merasa tidak menyerahkan KTPnya. Dalam hitungan jam #TemanAhok mampu membungkam akun tersebut dengan data kongkrit, karena ternyata KTPnya diserahkan oleh ibunya sendiri.

Tapi saat berhadapan dengan Tempo dan Andreas, #TemanAhok tidak bereaksi sedikitpun. Agung Podomoro dan Agung Sedayu yang nama perusahaannya dicatut oleh Tempo sangat mungkin untuk memperkarakannya ke dewan pers dan pengadilan, namun sampai sekarangpun belum ada respon yang mengarah ke sana.


Tantangan transparansi keuangan

Saya sangat mengagumi Gubernur Ahok. Jika anda pembaca setia seword.com, anda tentu tidak akan meragukan pernyataan saya ini. Tapi jika anda baru pertama membaca artikel seword, mungkin bisa juga anda googling kombinasi keyword Ahok seword.

Ahok adalah Gubernur yang menjunjung tinggi transparansi. Lewat jakarta.go.id semua orang kini bisa masuk dan melihat keuangan Pemprov DKI. Nah, sampai di sini apakah #TemanAhok mampu untuk transparan tentang data keuangannya? Transparansi ini bisa untuk menambah kepercayaan publik, sekaligus membantah pernyataan Andreas di Tempo.

Berhubung kasus ini sudah masuk ke KPK, maka transparansi keuangan #TemanAhok dapat membantu KPK jika diperlukan. Sebab ada kemungkinan relawan #TemanAhok memang sama sekali tidak terlibat apapun dengan Sunny ataupun Hasan Nasbi. Anak-anak muda yang terkumpul di #TemanAhok bisa jadi hanyalah mesin pencetak uang bagi Sunny dan Hasan Nasbi.

Setelah adanya transparansi, maka otomatis tuduhan Andreas di Tempo menjadi gugur, terlepas apakah nantinya benar-benar ada aliran dana pengembang reklamasi pada Sunny dan Hasan Nasbi. Jika tidak bisa dibuktikan dengan transparansi keuangan, maka kemungkinan besar pengakuan oleh Andreas kepada KPK dan Tempo adalah valid.

Begitula kura-kura.

(Seword/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: