Benarkah SBY Aktor Politik di Belakang Demo?
Walaupun belum terbukti secara kasat mata adanya aliran dana saat demo 4 november kemarin, persepsi masyarakat sudah tertanam adanya aktor politik yang menjadi dalang dibelakangnya.
Ditambah lagi dari pernyataan Presiden yang pastinya mendapat masukan intelijen dengan menyebutnya secara gamblang. Menghimpun ratusan ribu orang dan berasal dari berbagai daerah untuk melakukan unjuk rasa di Jakarta tanpa adanya koordinasi jauh sebelumnya, hampir sulit dilakukan.
Tidak hanya menyangkut masalah transportasi, biaya makan dan akomodasi saja tapi juga penggalangan massa yang begitu besar. Tidak dipungkiri memang ada yg berinisiatif murni atas kehendak pribadi, tapi tidak menutup kemungkinan ada juga yang dibiayai, khususnya yang berasala dari daerah.
Di media sosial angin kencang berhembus ke Cikeas dan disebut-sebut bahwa SBY adalah salah satu aktor politik yang dimaksud. Konpers yang digelar oleh mantan Presiden ke 6 menjelang demo dianggap terlalu reaktif hingga keluar istilah lebaran kuda yang bernada provokatif.
Seorang pengamat politik, Boni Hargens, bahkan tanpa tedeng aling-aling memastikan bahwa SBY adalah aktor politik dibalik demo 411. Rasa sensi yang begitu tinggi dari kubu Cikeas jika dikaitkan dengan hal-hal negatif yang menyangkut SBY dan biasanya akan dengan cepat direspon, namun hingga saat ini belum ada tanggapan resmi menyikapi pernyataan Boni Hargens tersebut.
Menjadi suatu kewajaran di mata masyarakat menghubungan aksi demo kemarin dengan Cikeas terkait kepentingan di Pilgub DKI dan Pilpres 2019, walaupun hal ini masih perlu pembuktian. Orang pun akan mengaitkan kedekatan SBY dengan ketua MUI, KH.Maruf Amir, yang pernah menjadi anggota tim penasehatnya kala menjabat Presiden. Rekomendasi MUI yang dipandang terlalu tergesa-gesa menyatakan Ahok menista agama dan dianggap lebih bernuansa politik.
Sikap berbeda ketika dalam kasus Ahmad Dhani yang dituduh menista agama sewaktu menginjak kaligrafi tulisan Allah di panggung konser musik grup Dewa dan sempat berseteru dengan FPI. MUI mempertemukan kedua belah pihak untuk bermediasi dan berakhir damai. Namun dalam kasus Ahok, pihak yang dituduh menista agama tanpa diminta klarifikasi lebih dulu tapi vonis langsung dijatuhkan.
Di hari yang sama saat keputusan MUI dikeluarkan, siang harinya telah terjadi pertemuan perwakilan dari berbagai ormas islam dan salah satunya adalah Sekjen Majelis Dzikir Nurus Salam yang berada di bawah naungan SBY, KH Utun Tarunajaya, yang mendesak dikeluarkannya fatwa penistaan agama oleh Ahok.
Selanjutnya malam hari disebuah acara TV swasta rekomendasi inipun dibacakan oleh Tengku Zulkarnaen dan menjadi iklan gratis karena ditonton masyarakat luas.
Intensnya pasangan Agus-Sylvi yang sering mengunjungi para ulama maupun tokoh agama, menjadi alasan juga mengaitkan adanya peran Cikeas pada demo 411.
Walaupun hal ini tidak dilarang untuk meraup dukungan, namun bila dibandingkan dengan pasangan lainnya, terlihat bahwa Agus-Sylvi terlihat berlebihan. Bahkan sempat juga menemui ketua MUI sebelum keluarnya fatwa yang secara tersirat juga memberikan dukungan.
Berita hangat terakhir dan menyebar di media sosial soal screenshot WA Choel Malarangeng yang dikenal dekat dengan Cikeas mengenai logistik demo 2511. Adanya instruksi demo mendatang harus jalan karena logistk sudah terkirim dan tidak bisa ditarik. Kubu Cikeas sampii saat ini belum memberikan klarifikasi ataupun bantahan.
Selain itu demo yang akan digelar 25 November rupanya dibatalkan dan rencana akan menggelar aksi 2 Desember. Juru bicara FPI, Munarman, menyampaikan rasa kecewa dari Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI karena Basuki T. Purmana (Ahok) tidak ditahan oleh kepolisian, padahal Ahok sudah menjadi tersangka. Tuntutan yang akan disampaikan agar Ahok segera ditahan.
Kejanggalan ketika terlihat kehadiran Ketua MUI, KH. Maruf Amin dalam pertemuan tersebut. Seperti berita yang beredar pasca Ahok ditetapkan sebagai tersangka, berbagai ormas Islam sudah mengapreasi kerja Kepolisian dan akan mengawal kasus ini serta menghimbau tidak perlu ada demo lagi.
Komitmen MUI sendiri semula hanya diminta masyarakat untuk mengeluarkan rekomendasi dan menyerahkan kasus pada prosedur hukum negara yang berlaku. Namun menjadi pertanyaan besar kenapa KH. Maruf Amin hadir dalam pertemuan tersebut yang seakan mengamini keputusan GNPF untuk melakukan penuntutan penahanan Ahok dan akan menggelar demo lagi.
Dalam perhelatan politik khususnya terkait pemilihan Presiden, potensi campur tangan asing sangat besar. Hal ini tidak luput dari kepentingan secara global termasuk masalah ekonomi. Panglima TNI, Gatot Nurmantyo, sempat menyatakan Indonesia menjadi salah satu incaran dari negara lain karena letak strategis dan kekayaan alamnya.
Bukan tidak mungkin mereka akan berusaha melakukan segala cara untuk bisa mengendalikannya.
Pilgub DKI menjadi sangat penting karena sebagai ibukota yang menjadi barometer politik dan bisa dijadikan batu loncatan mendudukkan seseorang atau parpol untuk meraih posisi lebih tinggi serta mengendalikan peta perpolitikan tanah air.
Tentunya hal ini kemungkinan tidak luput dari agenda invisible hand pihak asing untuk ikut bermain. Memanfaatkan kelompok yang bisa diajak menjalin kerjasama nantinya bila berkuasa. Pengalaman masa lalu jatuh bangunnya pemerintahan dimulai dari Soekarno membuktikan hal ini.
Kedekatan Jokowi saat ini dalam menjalin hubungan ekonomi dengan Tiongkok, tentunya tidak diharapkan oleh pihak-pihak negara luar yang sebelumnya telah menjalin hubungan erat dengan pemerintahan masa lalu. Bukan hal mustahil bila terjadi persaingan dan tangan-tangan intelijen luar digerakkan melalui pihak yang tidak menyukai pemerintahan Jokowi untuk menggoyangnya.
Adanya isu lama terkait komunis pun sempat dihembuskan sebagai babak pendahuluan guna memberikan persepsi negatif di masyarakat dan dibenturkan dengan kelompok agama. Pengulangan isu jaman Orde Lama kembali dilakukan dimana saat itu masyarakat melihat kedekatan Soekarno dan Tiongkok.
Demo yang digelar selama ini bisa dilihat secara kasat mata bukan lagi hanya menyasar pada Ahok, namun Presiden pun sudah dikaitkan dan menjadi target juga. Masyarakat semakin terbuka matanya bahwa ini bukan hanya soal kasus penistaan agama, namun ada agenda besar dibelakangnya. Ahok hanya dijadikan sasaran antara.
SBY yang dikenal cerdik dan licin berpolitik tentunya sudah memiliki perhitungan matang mengajukan putra sulungnya ikut dalam Pilgub DKI. Saking berhati-hatinya dalam mengambil keputusan, tidak jarang bahkan dikatakan lamban dan peragu. Keputusan mengejutkan mengajukan Agus Harimukti tentunya juga sudah dipersiapkan dengan seksama serta menghitung kekuatan yang dimiliki.
Tidak mungkin rela mengorbankan karir anak yang cemerlang di militer tanpa berhitung untung rugi karena menyangkut masa depan Agus Harimukti yang digadang menjadi putra mahkota pewaris tahta.
Apakah isu aktor politik dibelakang demo kemungkinan ada hubungannya dengan kepentingan asing yang dulu sempat terjalin mesra dengan negara ini? Sebagai orang awam tentunya hanya bisa bermain tebak manggis, lalu masyarakat pun terngiang kembali di ingatan dan mengaitkan ucapan seseorang yang pernah populer di tahun 2004. “I Love United States with all its faults. I consider it my second country".
Welcome back Uncle Sam!
(Kompasiana/Berita-Teratas/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email