Imam Ali Ridha as diasingkan dari Madinah ke Tush (Iran) oleh Ma’mun untuk mencegah penyebaran budaya Imamah di antara kaum muslimin.
Shabestan News Agency melaporkan dari Isfahan, Menteri Kehakiman Iran, Hujjatul Islam Mustafa Pourmohammadi, dalam ritual malam duka hari syahadahnya Imam Ridha as di masjid Muhammadi Kasyan, beliau menjelaskan bahwa acara peringatan duka Imam Makshum as merupakan saran dan perantara untuk menyampaikan pesan-pesan mereka.
Hujjatul Islam Pourmuhammadi menambahkan, memperingati hari dukan Ahlul Bayt as membuat hati orang-orang mukmin lembut, dan menjadikannya lebih mengenal Imam Makshum as serta ajaran-ajaran agama yang disampaikannya.
Sebagaimana yang dikatakan Imam Ali Ridha as bahwasanya ucapan dan perkataan Imam Makshum as senantiasa memiliki daya tarik dan menenangkan, serta menyelesaikan apa yang dibutuhkan umat.
Menteri Kehakiman Republik Islam Iran ini lebih jauh menuturkan, Imam Ali Ridha as adalah salah satu pendiri budaya Imamah mazhab Syi’ah, dan alasan Imam Ali Ridha as diasingkan dari Madinah ke Tush (Iran) oleh Ma’mun adalah untuk mencegah penyebaran budaya Imamah di antara kaum muslimin, dan Imam Ridha as juga dengan tegas menolak kepemimpinan Abbasi.
Beliau juga mengatakan, jika masa depan masyarakat tanpa adanya pemimpin dan Imam maka tidak akan jelas. Dan wilayat faqih merupakan bagian dari manifestasi wilayat Ilahi dan Imamah Islam.
Hujjatul Islam Pourmuhammadi menyebut “tujuan dari perang dan konflik yang terjadi di Timur Tengah adalah untuk meredam suara revolusi rakyat Iran serta untuk melenyapkan kebesaran bangsa Iran. Namun, saat ini dengan cinta rakyat kepada Imam Makshum as, semakin hari persatuan dan kebersamaan kaum muslimin semakin bertambah.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email