Donald Trump - US President-elect.
Raja Saudi Salman dan Presiden AS Donald Trump berbicara untuk pertama kalinya sejak panglima-baru Amerika menjabat, dengan fokus pada Iran serta terorisme.
Menurut pernyataan Gedung Putih yang dirilis pada Minggu (29/1) keduanya berbicara tentang "kegiatan Iran mendestabilisasikan regional."
Sementara Riyadh telah menjadi pendukung yang paling bersemangat dan penyandang dana dari teroris Takfiri Daesh (ISIL/S), mendatangkan malapetaka di Irak dan Suriah, bersama dengan beberapa sekutu AS lainnya, termasuk Turki dan Qatar.
Menurut sumber senior Saudi, percakapan "menghasilkan kesepakatan tentang banyak hal penting, termasuk meningkatkan partisipasi kedua negara dalam memerangi terorisme, ekstremisme dan pendanaannya."
"Presiden meminta dan raja setuju untuk mendukung zona aman di Suriah dan Yaman, serta mendukung ide-ide lain untuk membantu banyak pengungsi yang terlantar akibat konflik yang sedang berlangsung," ungkap pernyataan Gedung Putih.
Keduanya juga mengatakan mereka ingin kesepakatan nuklir antara Tehran dan kekuatan dunia untuk menjalankan dengan "ketat", kata Gedung Putih.
Tehran, pada beberapa kesempatan, mengecam kurangnya 'kepatuhan dengan komitmen Amerika Serikat dalam perjanjian, yang dijuluki Komprehensif Bersama Aksi Rencana.
Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB - AS, Prancis, Inggris, Rusia dan Cina - plus Jerman - mencapai kesepakatan nuklir yang bersejarah pada tahun 2015.
Sumber Saudi tidak disebutkan namanya berbicara kepada Reuters, Minggu (29/1) tidak mengatakan apakah raja telah berkomentar tentang larangan masuknya Trump pada orang-orang dari tujuh negara mayoritas Muslim.
Sementara organisasi HAM dan negara-negara Muslim di seluruh dunia telah mengecam keras langkah itu.
(Reuters/Islam-Times/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email