Pesan Rahbar

Home » » Umat Kristiani dan Yahudi sedulur umat Islam?

Umat Kristiani dan Yahudi sedulur umat Islam?

Written By Unknown on Thursday, 14 July 2016 | 12:30:00


Tak seorangpun menginginkan bahaya mengancam dalam mahligai hidupnya, tak seorangpun menghendaki jalinan mesra keluarganya ternoda, koyak bahkan terputus akibat olah tangan jahat yang tidak bertanggung jawab.

Tak seorangpun rela saudaranya digiring menuju jurang kebinasaan yang tidak disadarinya.

Pendek kata, tak seorangpun rela dirinya, keluarganya, saudaranya dan sanak kerabatnyanya hidup dalam kesusahan, kesedihan dan tidak tenang jiwa raganya, lahir batinnya.

Saudaraku kaum muslimin …

Hakekat keluarga dan saudara yang hakiki dan sejati, tidaklah dibatasi dengan nasab dan darah, tidaklah diikat dengan suku dan ras, bukan pula diukur dengan bangsa dan negara, warna kulit dan bahasa. Bahkan lebih indah dan mulia dari itu semua.

Mari kita simak ketetapan Allah azza wa jalla dalam Kitab Suci-Nya yang Mulia.

Allah azza wa jalla berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ ﴿١٠﴾

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara …” (al-Hujurat: 10)

Sekarang mari kita cermati bimibingan Allah azza wa jalla kepada rasul-Nya yang mulia Nuh ‘Alaihis Salam, ketika dia memohon kepada Rabbnya:

وَنَادَىٰ نُوحٌ رَّبَّهُ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ابْنِي مِنْ أَهْلِي ﴿٤٥﴾

“Dan Nuh memohon kepada Rabbnya seraya berkata, “Ya Rabbku, sesungguhnya anakku adalah termasuk keluargaku …” (Hud: 45)

Maka Allah Tabaraka wa Ta’ala membimbing nabi dan rasul-Nya dengan prinsip yang benar dan diridhai-Nya.

Allah azza wa jalla berfirman:

قَالَ يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ ۖ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ ۖ فَلَا تَسْأَلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۖ إِنِّي أَعِظُكَ أَن تَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ ﴿٤٦﴾

“Dan Allah azza wa jalla berfirman: “Wahai Nuh! Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu karena perbuatannya sungguh tidak baik …” (Hud: 46)

Subhanallah …

Betapa indah dan adilnya bimbingan Allah azza wa jalla kepada nabi dan rasul-Nya, dan tidaklah Allah azza wa jalla berbuat dzalim kepada seseorangpun dari para hamba-Nya.

Dari ayat di atas dapat diambil pelajaran bahwa persaudaraan dan kekeluargaan itu dibangun di atas iman, tolok ukurnya adalah keimanan.

Manakala seseorang itu beriman, maka dia adalah bersaudara, meskipun bukan satu nasab dan darah, meskipun tidak sama warna kulit dan bahasanya, meskipun suku dan rasnya berbeda.

Ketika berbeda keimanannya, tidak sama akidahnya dan bertentangan keyakinannya, maka bukanlah saudara yang sejatinya, bukanlah keluarga yang sesungguhnya.

Meskipun satu darah, meskipun satu warna kulit dan bahasa, meskipun satu suku dan ras, jika yang satu mukmin yang lain kafir maka bukan saudara. Jika yang satu bertauhid dan yang lain syirik maka bukan keluarga pula.

Jadi ukurannya adalah keimanan yang ada di dalam hatinya, bukan nasab dan keturunan. Yang menjadikan manusia bersaudara adalah keimanannya kepada Allah Azza wa Jalla, bukan suku bangsa, warna kulit dan bahasa yang sama.

Jadi, orang Islam dan orang kafir bukanlah saudara. Orang Islam dengan orang musyrik bukanlah saudara. Inilah prinsip yang disepakati seluruh kaum muslimin di seluruh penjuru dunia.


Saudaraku pembaca …

Belum lama ini, tepatnya hari Senin 25 Mei 2015, dalam sebuah Seminar Menangkal Radikal di PP Ngalah Pasuruhan KH Said Aqil Siradj (SAS) setelah dia berkisah seputar Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam dan keturunannya kemudian mengambil kesimpulan berikut ini:

“Jadi sesungguhnya … terutama para romo para pendeta, umat Islam dengan umat Kristiani dan Yahudi dulur misan .. ya basa jawanya dulur misan ya .. sepupu lah, gak layak kalo bertengkar, malah bila perlu bagi-bagi. Jadi kalo ada pesantren dibantu gitu kan … (disambut dengan tertawanya hadirin) nanti .. nanti Banser kalo hari Natal jaga Gereja gitu aja udah … nanti kalo pesantren Yudarta ya dibantu gitu … NU dibantu … wong anak dulur kok … misanan, tidak layak bertengkar dan tidak layak bermusuhan …”


Bila dicermati dengan seksama pernyataan tersebut ada beberapa kejanggalan dan kenylenehan pandang yang ditebarnya.

Namun di sini hanya satu saja yang kita luruskan pemahamannya, dengan harapan semoga saudaraku pembaca dapat terselamatkan dari penyimpangan ini dan semoga tidak bertambah korban berjatuhan akibat kerancuan faham yang dijajakannya tersebut.

SAS berkesimpulan bahwa umat Islam dengan umat Kristiani dan Yahudi adalah sedulur, jadi tidak layak bertengkar dan tidak layak bermusuhan.

Kesimpulan tersebut sangat jelas bertentangan dengan ayat yang baru saja kita baca, bahwa tolok ukur saudara dan keluarga itu adalah keimanan, jika yang satu mukmin yang lainnya kafir maka bukan saudara dan keluarga, meskipun antara suami isteri, antara anak dengan bapak, meskipun saudara kandung satu nasab dan darah.

Dari sini dapat ditarik kesimpulan yang benar bahwa umat Islam tidaklah bersaudara dengan umat Kristiani dan Yahudi, kenapa?

Karena yang satu beriman kepada Allah azza wa jalla, sementara yang lain di atas kekafiran kepada Allah azza wa jalla.

Umat Islam beriman kepada Allah azza wa jalla sesuai dengan bimbingan al-Qur’an dan Sunnah Rasulnya, sementara Nashara kafir kepada Allah azza wa jalla, demikian pula Yahudi juga kafir kepada-Nya.

Wahai saudaraku …

Semoga Allah azza wa jalla membimbing kita menuju ampunan dan jannah-Nya …

Dengan dada yang lapang dan hati yang terang, mari kita cermati firman Allah azza wa jalla berikut ini:

وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّـهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّـهِ ۖ ذَٰلِكَ قَوْلُهُم بِأَفْوَاهِهِمْ ۖ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِن قَبْلُ ۚ قَاتَلَهُمُ اللَّـهُ ۚ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ ﴿٣٠﴾

“Dan orang-orang Yahudi berkata, “Uzair putra Allah,” dan orang-orang Nashara berkata, “Al Masih putra Allah.” Itulah ucapan yang keluar dari lisan-lisan mereka, mereka meniru ucapan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah memerangi mereka, bagaimana mereka berpaling.” (at-Taubah: 30)

Juga firman Allah azza wa jalla berikut ini:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّـهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۖ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّـهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ ۖ ﴿٧٢﴾

“Sungguh telah kafir orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah itu adalah Isa putra Maryam,” padahal al Masih berkata, “Wahai Bani Israil beribadahlah kalian kepada Allah, Rabbku dan Rabb kalian.” (al-Maidah: 72)

Dan Allah azza wa jalla berfirman:

لَّقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّـهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ ۘ وَمَا مِنْ إِلَـٰهٍ إِلَّا إِلَـٰهٌ وَاحِدٌ ۚ ﴿٧٣﴾

“Sungguh telah kafir orang-orang yang mengatakan bahwa Allah itu adalah salah satu dari yang tiga, padahal tidak ada yang diibadahi melainkan sesembahan yang Esa (satu) …” (al-Maidah: 73)

Selagi keduanya masih berbeda agama, berbeda keyakinan, maka selama itu pula kebencian dan permusuhan terus berlangsung hingga mereka satu keyakinan dan beribadah hanya kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala semata, tidak beribadah kepada selain-Nya.

Sosok Ibrahim Khalilullah, Abul Anbiya’ (bapak para nabi), Imamul Muwahidin (pemimpin orang yang bertauhid) memberikan uswah hasanah, suri teladan yang baik bagi kita semua, wahai saudaraku …

Mari kita baca dengan seksama dengan memohon hidayah dan taufik kepada-Nya agar kita bisa meneladaninya dengan baik.

Allah azza wa jalla berfirman menceritakan sikap tegas Ibrahim ‘alaihis Salam kepada kaumnya yang musyrik lagi kafir:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّـهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا بِاللَّـهِ وَحْدَهُ ﴿٤﴾

“Sungguh telah ada suri teladan yang baik bagimu pada diri Ibrahim dan orang-orang yng bersama dengannya ketika mereka berkata kepada kaumnya, “Sesungguhnya kami berlepas diri dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami mengingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian selama-lamanya sampai kamu hanya beriman kepada Allah saja.” (al-Mumtahanah: 4)

Permusuhan dan kebencian kepada siapa saja yang beribadah kepada selain Allah azza wa jalla dan bertindak kufur kepada-Nya berlangsung selama-lamanya.

Permusuhan dan kebencian umat Islam kepada Yahudi dan Nashrani akan terus berlangsung hingga keduanya hanya beribadah kepada Allah semata. Ketika keduanya bersikukuh di atas kekafirannya dan bersikeras di atas kesyirikannya, maka permusuhan dan kebencian terus berlangsung.

Wahai saudaraku …

Akankah kita mengganti bimbingan Allah azza wa jalla dengan hasil othak athik otak manusia yang zhaluman jahula? (dzalim lagi bodoh)

Akankah kita menoleh kepada seruan orang-orang yang mendakwahkan bahwa Umat Islam adalah sedulurnya Yahudi dan Nashrani dengan berpaling dari bimbingan Allah azza wa jalla dan rasul-Nya shalallahu alaihi wa sallam yang tegas menyatakan kekafiran keduanya?

Akankah kita bercanda, bermesra, berlunak kata dan bersedia menjadi pembantu mereka, mengamankan ritual kekafiran dan kesyirikan mereka?

Akankah kita mengambil omongan yang melesat dari lisan SAS yang mengatakan,

“… nanti Banser kalo hari Natal jaga Gereja gitu aja udah …”

padahal dengan terang lagi gamblang Allah azza wa jalla membuka kedok rahasia umum keduanya dalam firman-Nya yang Mulia:

وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ ﴿١٢٠﴾

“Dan tidak akan ridha kepadamu Yahudi dan tidak pula Nashrani hingga kamu mengikuti agama mereka.” (al-Baqarah: 120)

Semoga Allah azza wa jalla menganugerahkan kepada kita semuanya istiqomah di atas al-Qur’an dan Sunnah.

Semua Allah azza wa jalla selamatkan kita, keluarga kita dan seluruh kaum muslimin dari makar dan tipu daya setan dan bala tentaranya dari kalangan jin dan manusia.

Hanya kepada Allah azza wa jalla semata kita berkeluh kesah dan memohon pertolongan-Nya.

(Yuk-Kenal-NU/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: