Pesan Rahbar

Home » » Ghadir, Idul Ghadir Dalam Perspektif Imam Ali

Ghadir, Idul Ghadir Dalam Perspektif Imam Ali

Written By Unknown on Thursday, 2 February 2017 | 04:13:00


Nabi Muhammad Saw sebagai pembawa risalah ilahi terakhir memberikan berita gembira mengenai jaminan keselamatan hidup di dunia dan akhirat kepada umat manusia. Islam sebagai agama terakhir yang menyempurnakan agama-agama ilahi sebelumnya memberikan hidayah dan pencerahan bagi umat manusia. Untuk itulah Rasulullah Saw sudah memiliki program bagi masa depan umat Islam dan tidak akan membiarkan umatnya tanpa pembimbing dan pemberi hidayah. Peristiwa besar yang terjadi pada 18 Zulhijah tahun 10 Hijriah merupakan bagian dari program Rasulullah Saw atas perintah langsung Allah swt bagi masa depan umat Islam setelahnya. Di hari itu, Ali bin Ali Thalib dipilih oleh Rasulullah saw sebagai penggantinya. Hari itu Imamah melanjutkan Nubuwah.

Peristiwa besar Ghadir merupakan momentum historis yang paling terang benderang dalam lembaran sejarah Islam. Ratusan ilmuwan termasuk ulama besar Sunni seperti Thabari, Ibnu Atsir, dan Ahmad bin Hanbal meriwayatkan hadis tentang Ghadir. Peristiwa besar ini merupakan kelanjutan dari garis Nubuwah sekaligus mata air yang memuaskan dahaga para pencari kebenaran dan keadilan. Imam Ali dipilih oleh Rasulullah Saw sebagai penggantinya, karena ketinggian spiritual dan keluhuran akhlak beliau.

Sekitar 30 tahun setelah rombongan besar kaum Muslimin berkumpul di Ghadir Khum, untuk pertama kalinya umat Islam kembali memperingati hari bersejarah dan paling menentukan bagi nasib Umat Islam di era kekhilafahan Imam Ali dan kehadiran beliau di Kufah. Pada hari Jumat bertepatan dengan peringatan hari raya Ghadir, Imam Ali di hadapan kaum Muslimin yang berkumpul dalam acara shalat Jumat menyampaikan Khutbah mengenai Ghadir. Beliau menyampaikan kembali peritiwa Ghadir bagi umat Islam yang tidak hadir dalam peristiwa besar itu, maupun masyarakat yang tidak mengetahuinya.Sayidina Ali bin Abi Thalib menyebut hari Ghadir sebagai hari raya terbesar umat Islam. Pernyataan beliau tersebut menegaskan urgensi tradisi memperingati hari raya Ghadir sebagai hari paling bersejarah bagi umat Islam yang harus diperingati setiap tahun.

Imam Ali dalam khutbahnya yang diawali dengan menyampaikan pujian dan doa kepada Allah swt, menjelaskan tentang ketuhanan, tauhid, kemudian melanjutkanya dengan pembahasan Nubuwah dan kaitannya dengan masalah tauhid. Sayidina Ali bin Abi Thalib menjelaskan kedudukan Imamah dalam ajaran Islam. Beliau memaparkan pembahasan tentang keterkaitan erat antara Imamah dan Nubuwah dengan sangat indah. Selanjutnya Imam Ali dalam khutbahnya mengungkapkan peristiwa Ghadir dan pesan penting dari momentum bersejarah itu. Sayidina Ali Bin Thalib juga menjelaskan urgensi dan tradisi memperingati hari raya Ghadir yang dilakukan oleh umat Islam.

Imam Ali dalam khutbahnya menyingung surat al-Maidah ayat 67 dan Asbabun nuzul ayat tersebut yang berkaitan dengan peristiwa Ghdir Khum. Beliau berkata, "Hari itu, turun ayat yang memperjelas kehendak Allah swt bagi hambanya yang terpilih. Allah swt dengan ayat ini menyingkap sebuah rahasia yang tersembunyi dari hati orang-orang yang ragu dan meninggalkan agama, sehingga orang-orang Mukmin dan Munafik memahaminya. Ketika itu, kebenaran yang mulia, semakin mulia, dan mereka yang melangkah di jalan kebenaran semakin teguh dan yakin."

Di bagian lain pidatonya, Imam Ali berkata, "Ghadir merupakan hari yang lapang dan hari penyempurna. Karena memberikan optimisme bagi umat Islam atas kekhawatiran mereka terhadap zaman setelah Rasulullah Saw. Allah swt memilih orang tertentu setelah Rasulullah Saw (sebagai penerusnya), dan menganugerahkan kedudukan tinggi kepadanya sebagai pembimbing manusia kepada Allah swt. Ia memberikan petunjuk dan bimbingan kepada umat manusia menuju Tuhan selama berabad-abad. Untuk itu, Allah swt tidak akan menerima tauhid tanpa pengakuan terhadap Nubuwah Rasulullah Saw, dan agamanya tidak akan diterima tanpa menerima Wilayah. Sarana-sarana untuk menaati Allah swt tidak akan terwujud tanpa bersandar terhadap Ahli Wilayah-Nya."

Imam Ali dalam statemennya menyinggung sabda Nabi Muhammad Saw yang mengajak umat manusia bertauhid kepada Allah swt. Sabda Rasulullah Saw mengenai filosofi kepemimpinan dalam agama Islam untuk menyebarkan pemikiran dan keyakinan mengenai ketauhidan dan membentuk masyarakat bertauhid. Mungkinkah pemimpin yang tidak layak bisa menjadi penyampai agama ilahi atau wakil Tuhan? Tentu saja tidak.

Imam Ali di bagian lain khutbahnya menyebut Hari raya Ghadir sebagai hari yang memperjelas kedudukan orang yang suci dan layak sebagai pemimpin dan menegaskan penetapan pengganti Rasulullah Saw sebagimana ditegaskan dalam al-Quran surat al-Maidah ayat 3, Allah swt berfirman, " ...Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Imam Ali berkata, "Pada hari itu Allah swt menyempurnakan agama-Nya dan menerangi mata Rasulullah saw, orang-orang mukmin dan pengikutnya. Sebagian dari kalian menjadi saksi dan sebagian lainnya mendengar berita mengenai peristiwa ini. Inilah sebuah hari ketika Allah swt menyempunakan karunianya kepada hamba-hambanya yang bersabar."

Pidato Imam Ali mengungkapkan hari Ghadir sebagai peristiwa besar bagi umat Islam. Beliau menegaskan urgensi kepempimpinan orang-orang saleh dalam masyarakat. Pemimpin seperti lentera penerang di malam hari yang bisa membawa masyarakat menuju kebahagiaan dan keselamatan.Tapi sebaliknya pemimpin juga bisa membawa manusia menuju kerusakan dan penyimpangan dalam kehidupan masyakat.

Peristiwa Ghadir sangat bernilai tinggi karena menunjukkan bagaimana konsepsi yang dalam dan tajam mengenai kepemimpinan dalam masyarakat Islam. Ghadir menjaga berlanjutnya otentisitas ajaran agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Di sini, tugas Imam adalah membersihkan dunia dari syirik, kezaliman, ketidakadilan dan kerusakan.Imamah merupakan kelanjutan dari Nubuwah, dan Imam menjadi penerus para Nabi.

Imam Ali di bagian lain Khutbahnya meneruskan, "Wahai orang-orang mukmin, hari ini dua hari raya besar dan penting bertemu bagi kalian (Hari Ghadir dan Hari Jumat) keberlanjutan masing-masing dari kedua hari raya ini ditentukan oleh yang lain. Allah swtmempersembahkan hari raya terindah bagi kalian dengan dua hari raya ini. Allah swt menunjukkan kepada kalian, dan mengajak kalian menuju kemenangan dan meraih cahaya ilahi. Allah swt menunjukkan jalan yang adil bagi kalian, sekaligus inilah hadiah termanis dan paling berharga bagi kalian."

Imam Ali memberikan nasehat mengenai hari raya Ghadir kepada umat Islam. Beliau berkata, "lakukan semampu kalian atas anugerahAllah swt; keluarkan (rezeki) bagi saudara dan keluargamu.Tunjukkan kebahagiaan kalian secaranya nyata, dan tersenyumlah di antara kalian. Bersyukurlah atas karunia Allah swt dengn segala karunia-Nya dan ucapkanlah dengan lisan kalian. Temuilah mereka dan bersedekahlah, ingatlah orang-orang yang tidak mampu, lemah dan perlakukan mereka dengan baik dan setara dalam masalah makanan, pakaian serta kebutuhan lainnya.

(IRIB-Indonesia/Astan-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: