Pesan Rahbar

Home » » Habib Luthfi: Mestinya Malu Lihat Sang Saka Merah-Putih, Punya Andil Apa Kita Untuk Bangsa Ini?

Habib Luthfi: Mestinya Malu Lihat Sang Saka Merah-Putih, Punya Andil Apa Kita Untuk Bangsa Ini?

Written By Unknown on Wednesday, 8 February 2017 | 01:37:00


Habib Luthfi bin Yahya berpesan kepada para pendidik untuk senantiasa menanamkan sikap cinta tanah air pada generasi baru bangsa ini. Habib Luthfi menceritakan, ketika masih di Sekolah Rakyat (SR) saja ia dan anak-anak sebayanya masa itu hafal dengan nama tiap daerah di sekitarnya hingga batas-batas wilayahnya.

“Tidak cukup sampai di situ saja, hasil bumi yang ada di daerahnya masing-masing juga. Kopra, kopi, padi..,” katanya di depan hadirin yang memadati Silahturahmi Akbar Polri, TNI dan Ulama di Mapolda Jateng, Jumat (3/1).

Menurut Habib Luthfi, anak-anak masa kini, dengan segala perkembangan teknologi di genggamannya, cenderung tak peduli lagi dengan semua itu. Hal ini memang tampak sepele, tapi jika dipandang oleh asing misalnya, akan berdampak pada keutuhan bangsa mendatang.

“Peta tempat ia berpijak saja, yang di Kendal tidak hafal, di Pekalongan tidak hafal, nah (jika demikian) mana mungkin tahu pulau-pulau maritim di Indonesia ini? Pikir itu para pendidik, ini saran!” tegas habib Lutfi dengan nada meninggi.

Bagi ulama asal Pekalongan ini, jika ingin mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, harusnya anak-anak masa kini tidak buta dengan bangsanya sendiri. Perbedaan yang sama juga tampak jika saat upacara pengibaran bendera merah putih.

Berlalunya masa penjajahan tidak berarti generasi sekarang tidak lagi bersikap hormat bahkan kepada benderanya sendiri. Meski hanya berwarna merah dan putih, di dalamnya terkandung martabat diri kita semua dan kehormatan bangsa ini.

Menurut jebolan Pondok Pesantren Benda Kerep ini, pengibaran bendera yang kita bisa saksikan sekarang ini merupakan hasil keringat hingga darah para syuhada pahlawan bangsa ini. Jika masa penjajahan itu telah berlalu, yang perlu ditanyakan pada diri masing-masing ialah apa kontribusi kita untuk mengisi kemerdekaan ini.

“Mestinya kita malu kalau melihat sang saka merah putih, andil apa yang kita punya untuk bangsa ini?,” kata Habib Luthfi yang juga menyinggung karomah lahirnya proklamasi kemerdekaan itu.

Yang dilakukan belakangan ini ialah ribut tiap pilkades, pilkada, pilgub hingga pilpres. Demikian berulang-ulang, sedemikian sehingga sesama anak bangsa rutin saling menghina, bertengkar, menjatuhkan. Para ulama, kiai hingga habaib diadudomba satu sama lainnya. Begitu seterusnya hingga martabat bangsa di mata dunia ini dipandang remeh dan mudah dipecah-belah.

“Mungkin para pahlawan, di pusaranya, sering menangis karena melihat kita,” kata pria yang juga mursyid thariqah ini.

Ketika negara lain telah sibuk dengan penemuan-penemuan teknologi mutakhir baik dalam dunia militer, pertanian hingga pendidikan, Indonesia masih sibuk dengan perselisihan soal siapa yang bid’ah, kafir dan yang sesat. Walhasil, negara yang dianugerahi tanah yang subur ini semakin tertinggal jauh.

“Apakah kita ingin mengecewakan perjuangan para pahlawan itu? Tinggal mengisi kemerdekaan, membangun perekat, kesatuan, persatuan. Beda agama silahkan, beda paham silahkan,” kata Ra’is ‘Am jam’iyah Ahlu Thariqah al Mu’tabarah an Nahdiyah ini.

Seperti diberitakan sebelumnya, selain Habib Luthfi, hadir pula dalam acara Silaturahmi ini KH. Maimoen Zubair dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Jemaah yang datang dari 1.500 TNI dan Polri yang hadir, 6.000 santri dan santriwati maupun elemen masyarakat lainnya.

Acara yang berlangsung di Semarang ini juga dihadiri seluruh pengurus ormas Islam, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah seluruh Jawa Tengah. Termasuk Wakil Gubernur Heru Sudjatmoko, Kasdam IV/Diponegoro Brigjen TNI Joni Supriyanto dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Asman Abnur.[]

Sumber: facebook.com/habibluthfi

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: