Belakangan ini, foto Eks Ketua Umum Muhammadiyah Prof. Ahmad Syafi’i Ma’arif yang naik sepeda melewati tepi sawah beredar di media sosial. Ada yang percaya, tapi ada juga yang masih meragukan bahwa sosok yang sedang membawa kantong kresek putih itu adalah pria yang selama ini dikenal dengan Buya Syafi’i.
Setelah redaksi Islam Indonesia memastikan dari sumbernya, ratsani.wordpress.com, pria yang tengah mengayuh pedal sepeda dalam foto itu memang adalah Prof. Buya Syafi’i. Foto ini diabadikan oleh pemilik blog, Mas Tsani – demikian namanya disebut di twitter – setelah Buya menghadiri acara bedah buku “Marhaenis Muhammadiyah” di Nogotirto, Sleman, Yogyakarta.
“Selesai acara bedah buku, Buya dan para pembicara diberi plakat kenang-kenangan oleh panitia. Dan Buya kembali duduk di kursinya tadi. Beberapa orang tampak bersiap ingin berbicara dengan Buya, termasuk aku,” kisah Tsani dalam blognya 5 tahun lalu.
Usai acara, Tsani lalu mendekati Presiden “World Conference on Religion for Peace” itu, menyapanya, dan memintanya untuk membubuhkan tanda-tangan di buku “Autobiografi Buya Syafi’i” terbitan Mizan 2009.
“Buya tampak terkejut melihat buku yang kusodorkan. Sebetulnya aku agak kurang jelas mendengar kalimat yang Buya ucapkan karena berlogat Minang cukup kental dan agak cepat. Tapi yang kutangkap dengar kurang lebih: Eeeh… Dapat buku dari mana lagi ini?” kata Tsani menceritakan pertamuannya dengan Cendekiawan Muslim itu.
Setelah memberi tandatangan, pria yang kini berusia 81 tahun itu meladeni pertanyaan para jurnalis satu per satu. Adapun Tsani, mundur secara teratur namun tetap memperhatikan pria jebolan Ohio State University itu dari jarak dekat.
“Memang sih, belum sampai selesai aku baca buku autobiografi ini, tapi pasti beliau menyimpan banyak kisah hidup yang tidak hanya menarik tapi juga inspiratif. Sudah setua ini dan beliau masih tampak segar, lugas bicaranya, tajam berpikirnya,” kata Tsani.
Sebelum keluar gedung tempat acara, Buya menyempatkan beli buku di stand Galangpress, penerbit yang mempublikasikan “Marhaenis Muhammadiyah”. Buku-buku yang dibeli ia masukkan ke dalam kantong kresek berwarna putih.
“Dan… ini yang menarik. Di depan, ada seorang panitia yang tampak menyiapkan sepeda. Ternyata Buya Syafi’i yang naik sepeda!,” kata Tsani.
Penulis blog ini pun bertanya pada seorang wartawan di dekatnya tentang rumah Buya, yang kemudian dijawab tidak jauh dari gedung tempat acara berlangsung. Menurut pengakuan Buya ketika ditanya seorang wartawati, Buya biasa bersepeda seperti ini.
Pernah juga Buya bersepeda sampai daerah dekat Tugu Yogyakarta. Menurut Tsani, jarak itu cukup jauh untuk seusia Buya Syafii kendati jalanannya tak berliku hingga tujuan.
“Ah, Buya… Nggak heran kalau Damien Dematra (sutradara dan penulis) begitu mengagumimu dalam proses penulisan novel dan film tentangmu,” kesan Tsani.
Bersepeda menghadiri acara ini sebagai pembicara, lanjut Tsani mengutip ungkapan Buya, menunjukkan kesederhanaan dan berjiwa bebas. Menurutnya, Buya merupakan contoh bahwa dalam keseharian, sebaiknya orang bersikap biasa-biasa saja.
“Melihat Buya yang setua ini masih segar bersepeda, sempat teringat kalau beliau dulunya Ketua Umum PP Muhammadiyah, penerima Ramon Magsaysay Award 2008, sempat turun tangan mengurai kisruh urusan KPK tahun lalu, guru besar Sejarah UNY, erat dengan tokoh-tokoh agama di dalam dan luar negeri. Ya, biasa saja. Toh, di mata Tuhan manusia nggak ada apa-apanya,” kata Tsani. []
Sumber: ratsani.wordpress.com
(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email