Tokoh masyarakat Habib Novel Chaidir Hasan Bamukmin mendukung sikap pengurus masjid dan musala di Jakarta menolak mengurus kematian, menolak menyalatkan, dan menolak mendoakan jenazah warga yang mendukung pemimpin yang dianggap menistakan agama. Pesan tersebut diarahkan kepada Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), calon gubernur Jakarta yang kini berstatus terdakwa kasus penodaan agama.
"Ini terlepas dari ormas apapun, terlepas dari urusan pilkada, ini adalah keputusan hukum daripada syariat Islam. Jadi banyak ulama, ustadz, dai, pengurus masjid mengambil sikap, termasuk saya juga. Saya pribadi imbau teman-teman di masjid atau musala jangan salatkan orang-orang yang telah mendukung gubernur yang menista agama karena haram. Mutlak," kata Novel kepada Suara.com.
Novel menegaskan bahwa sikapnya kali ini tidak mewakili Front Pembela Islam.
Novel menambahkan pesan tersebut juga akan dia sampaikan saat nanti menjadi khatib salat Jumat siang ini. Dia menekankan sikap ini dalam konteks kenegaraan di daerah mayoritas Islam.
"Jadi mereka ulama, ustadz, kyai, memberikan imbauan itu sangat tepat. Perlu dimaklumi dan perlu diketahui. Ini adalah hukum syariat, terlepas dari pilkada," kata dia.
Berbeda pendapat dengan Novel Bamukmin, Kepala Bagian Protokoler dan Humas Masjid Istiqlal Abu Hurairah Abd Salam menyayangkan tindakan memasang spanduk serta menyebarkan selebaran berisi penolakan mengurus kematian, menyalatkan, dan mendoakan warga yang memilih Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di pilkada Jakarta periode 2017-2022.
"Kalaupun ada spanduknya, kami sangat menyayangkan adanya spanduk itu," ujar Abu kepada di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (24/2/2017).
Menurut dia tindakan tersebut bernuansa politis. Abu menegaskan seharusnya lingkungan masjid tidak boleh dijadikan untuk kepentingan politik praktis.
"Iyalah politik, pasti politis. Kalau mau bicara soal mendidik, pendidikan itu bagus di masjid. Kalau untuk politik praktis nggak bagus. Masjid kalau sudah berpihak ke salah satu (calon), kan nggak lucu, bukan masjid namanya, "kata dia.
Abu memastikan Istiqlal tidak akan memasang spanduk berisi pesan seperti itu. Istiqlal, kata dia, juga tidak ada kaitan dengan aksi tersebut. Masjid Istiqlal, kata dia, netral dari semua kepentingan politik di pilkada Jakarta.
"Istiqlal tidak berpihak kemanapun. Istiqlal nggak ada sangkut pautnya dengan itu, kami nggak membawahi masjid-masjid, karena ini masjid negara," kata Abu.
Abu mengatakan Kementerian Agama dan Dewan Masjid yang memiliki kewenangan untuk mengatur masjid.
"Kami berhak dicontoh, tapi kami nggak berhak intervensi masjid. Yang punya wewenang itu dewan masjid atau menteri agama. Kementerian agama yang mengimbau,"tegasnya.
Spanduk yang menjadi sorotan, antara lain terpasang di depan Masjid Al Jihad, Gang BB, Kelurahan Karet, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan. Spanduk tersebut tidak menyebutkan nama orang. Tapi, bertuliskan: Masjid Ini Tidak Mensholatkan Jenazah Pendukung dan Pembela Penista Agama.
Pengurus masjid Al Jihad membantah menolak menyalatkan jenazah. Pengurus mengungkapkan pemasangan spanduk ini merupakan kesepakatan semua pengurus masjid. Tujuannya, katanya, untuk mengingatkan kembali umat Islam tentang ajaran agama. Pengurus meminta masyarakat jangan mengait-ngaitkan pesan spanduk tersebut dengan kepentingan pilkada Jakarta.
Spanduk tersebut muncul di tengah proses pilkada Jakarta putaran kedua yang diikuti Ahok-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Ahok sekarang mendapat penolakan dari sejumlah kalangan karena dia berstatus terdakwa penodaan agama.
(Suara/Info-Teratas/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email