Harian The Independent memublikasikan sebuah makalah dimana di situ menegaskan seseorang yang mengkaitkan al-Quran dengan terorisme adalah orang-orang yang tidak membaca kitab samawi ini dan tidak mengenalnya.
Menurut laporan IQNA, dalam makalah ini yang ditulis oleh Qasim Rashid, pengajar, penulis dan aktivis HAM yang bermukim di Amerika dikemukakan, ayat 40 surah Hajj, al-Quran mengizinkan kaum mukmin untuk berperang guna membela dirinya, ayat ini tidak hanya sekedar mengizinkan kepada mereka untuk membela dirinya, bahkan berperang untuk membela umat Kristen, yahudi dan para penganut agama lain di hadapan teror, sebuah teror yang mana contoh saat ini telah dilakukan oleh ISIS.
Surah Hajj ayat 40 mengatakan, "(Yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah." Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa”.
Saat ini hanya ada dua kelompok yang berupaya mengatakan "Al-Quran pengajar terorisme”; yang pertama para cendekiawan anti Islam dan satunya adalah para ekstremis ISIS; kedua-duanya adalah keliru.
Hasil keluguan mereka tidak mengindahkan seluruh teror yang dilakukan saat ini di seantero dunia. Tidak mengindahkan interaksi persenjataan yang telah dilakukan secara internasional oleh negara-negara Barat dan benar-benar anti HAM dan menyebabkan tewasnya 60 ribu anak kecil Yamani. Dan demikian juga tidak mengindahkan realita kekeringan besar-besaran yang dilanda oleh Somalia dan Suriah beberapa tahun lalu mengalami krisis.
Kendati demikian, dalam serangan ke London, gereja-gereja Mesir dan Suriah menyalahkan al-Quran. Kami tidak dapat menyelesaikan kekerasan di Suriah, Yaman dan Somalia kecuali dengan keadilan. Menyalahkan al-Quran tidak hanya sekedar keliru, bahkan dapat menyia-nyiakan seluruh sumber yang dapat dipakai untuk menghentikan pertempuran dan kekeringan.
Ada tiga realita yang tidak mengizinkan terorisme dalam al-Quran. Sementara para Islamofhob dan ISIS kedua-duanya tetap mengingkari realita tersebut.
Realita pertama adalah ISIS dan para Islamofhob dengan keinginannya hanya menyimpulkan sebagian ayat-ayat al-Quran dan menjadikan sebagai sandaran, yang dapat dipakai untuk menopang klaim-klaimnya, sementara al-Quran sendiri menyebut orang-orang ini sebagai orang yang menyimpang dari agama (di dalam hati-hati mereka ada penyimpangan) dan mewanti-wanti orang-orang ini.
Surah Ali Imran ayat 7 mengatakan, "Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (al-Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyâbihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyâbihât daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyâbihât, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal”.
Hakikat kedua, Islam adalah sebuah ajaran praktis dan mengizinkan untuk membela dirinya dalam kondisi genting. Al-Quran hanya mengizinkan untuk bertempur, sebuah pertempuran yang dilakukan dalam melawan mereka dan izin ini tidak hanya sekedar berlaku untuk kaum muslim semata, bahkan untuk membela para penganut agama lain di hadapan para agresor. Setiap interpretasi selain dari ini adalah memilih selektif ayat untuk tujuan yang tidak benar, dimana al-Quran sendiri telah mencercanya.
Demikian juga surah Al-Baqarah ayat 190 – 195, al-Quran meminta kaum muslim untuk melawan para agresor semata dan jika dalam sepanjang pertempuran mereka meminta ampunan, maka harus mengampuni mereka dan dalam Islam tidak ada hal yang namanya memotong anggota badan, penganiayaan, pembunuhan manusia tak berdosa.
Realita ketiga: dua realita pertama menunjukkan bahwa ayat al-Quran ini mengatakan, "bunuhlah mereka kemanapun kalian menemukan mereka” benar-benar mengisyaratkan para teroris ini, yang mengasingkan masyarakat dari rumah-rumah mereka dan membunuh manusia-manusia tak berdosa.
Al-Quran mengizinkan membunuh para teroris untuk membela dirinya; karena mereka menentang kalian, umat Kristen, Yahudi dan masyarakat agama lainnya yang kabur dari peperangan.
Cinta dan kasih sayang adalah hal yang telah diajarkan oleh Islam dan al-Quran kepada kita. Setiap orang yang jujur dapat memprediksikan perbedaan ini.
Kesalahpahaman tentang Islam dikarenakan masyarakat mengenal Islam lewat judul-judul berita, bukan lewat mengenal al-Quran dan Nabi. Bacalah al-Quran, bacalah beografi Rasul, carilah kampanye mengenal Islam sejati.
(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email