Bukan soal kalah atau menang, tapi soal keberanian memperjuangkan hak warga negara tanpa diskriminasi. Anda akan tercatat dalam sejarah sebagai pejuang kesetaraan hak-hak sipil meski harus menghadapi arus besar gelombang prasangka dan kebencian.
Tapi ingat, diperlukan waktu puluhan tahun sejak Martin Luther King Jr. memperjuangkan “I have a dream” hingga seorang keturanan kulit hitam, Obama, bisa terpilih sebagai presiden Amerika Serikat. Tanpa “kegilaan” kepahlawanan meluaskan frontier penerimaan terhadap perbedaan, mimpi Indonesia sebagai negara semua buat semua tidak punya langkah rintisan. Ribuan kilometer perjalanan harus dimulai dari langkah pertama.
Seperti Muhammad Ali. Mulutmu besar, namun sepadan dengan kerja keras dan prestasimu sebagai gubernur, yang meninggalkan jejak raksasa bagi penataan ibu kota.
Semoga segala ujian dan cobaan yang dialami memberi bekal pelajaran untuk pengabdian lain yang menanti dengan kepakan sayapnya.
Doa dan salam bangga, Yudi Latif
Baca Disini: http://megapolitan.kompas.com/read/2017/03/23/21064341/yudi.latif.ahok.seperti.robin.hood
Yudi Latif: Ahok seperti Robinhood
Calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok saat berkunjung ke kediaman keluarga Nurcholish Madjid, di Jalan Johari I, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (23/3/2017). Dalam pertemuan tersebut turut hadir salah seorang murid Nurcholish, yaitu Yudi Latif (kiri), dan istri Nurcholish, Ommy Komariah Madjid (tengah). (Foto: Kompas.com/Kurnia Sari Aziza)
Pengamat politik Yudi Latif ikut hadir dalam pertemuan calon gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan dua Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dengan keluarga cendekiawan Islam (alm) Nurcholish Madjid di kediaman keluarga Nurholish di Jalan Johari I, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (23/3/2017). Yudi sendiri merupakan murid Nurcholish.
Pada kesempatan itu, Yudi mengatakan, banyak pihak memelintir kebijakan Ahok selama memimpin Jakarta.
"Seakan-akan Ahok enggak ada perhatian pada kaum miskin, hanya membangun bagi elite dan pengembang tertentu. Padahal sesungguhnya beliau seperti Robinhood," kata Yudi.
Yudi melihat Ahok dapat membuat kebijakan yang tidak populer untuk kepentingan masyarakat. Contohnya penerapan kontribusi tambahan bagi pengembang yang melakukan reklamasi Teluk Jakarta. Kontribusi tambahan itu dipergunakan untuk menjalankan kebijakan lainnya.
"Dia mengambil dari orang kaya untuk membuat rumah sakit dan pelayanan-pelayanan publik yang lebih baik. Pokoknya dari situ kami bisa menemukan yang selama ini hal-hal gelap yang ternyata masuk akal," kata Yudi.
Saat kunjungan tersebut, mereka bersepakat bahwa pemimpin harus amanah. Selain itu, kata Yudi, Ahok juga mengklarifikasi beberapa isu yang selama ini disalahpahami publik, seperti reklamasi Teluk Jakarta.
"Jadi sebenarnya banyak sekali gagasan-gagasan beliau yang sangat produktif, tapi selama ini tidak dipahami secara clear dan menimbulkan mispersepsi," kata Yudi.
Yudi menyebut, Ahok memiliki kesamaan visi dan misi dengan Nurcholish dalam hal terobosan dan gagasan untuk Jakarta.
"Cak Nur sangat menekankan aspek-aspek nilai bahwa agama itu utamanya pada akhlak dan perilakku. Harus memberi keadilan pada semua dan pembebasan bagi orang-orang miskin," kata Yudi.
(Gerilya-Politik/Kompas/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email