Pesan Rahbar

Home » » Cak Nun: Negara Tak Seimbang, Lahirlah Perppu

Cak Nun: Negara Tak Seimbang, Lahirlah Perppu

Written By Unknown on Saturday, 22 July 2017 | 05:08:00


Budayawan Emha Ainun Nadjib menilai terbitnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2017, tentang Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) yang menuai pro dan kontra adalah karena hasil ketidakseimbangan negara. Saat menghadiri acara Halal bi Halal e Arek Suroboyo yang digelar Yayasan Kalimasadha Nusantara di Graha SHW, Jalan Imam Bonjol, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (19/7/2017) malam, Cak Nun, panggilan akrab Emha Ainun Nadjib, mengatakan bahwa Indonesia mengalami berbagai macam ketidakseimbangan.

“Ketidakseimbangan berpikir, ketidakseimbangan manajemen, apa saja. Tidak seimbang komponennya, tidak seimbang komperehensinya, tidak seimbang macam-macam,” kata Cak Nun yang semasa Orde Baru dijuluki ‘Kiai Mbeling’.

Meski dalam kondisi tidak seimbang, suami artis Novia Kolopaking ini mengajak seluruh komponen bangsa untuk tidak berputus asa.

“Nah acara malam ini (Halal bi Halal e Arek Suroboyo) adalah untuk menunjukkan bahwa kita tidak pernah putus asa. Pokoknya Indonesia lebih baik dari siapapun dan apapun saja,” tegasnya.

Masih menurut Cak Nun, tempat di Indonesia yang tidak mengenal putus asa itu hanya ada di Surabaya. Karena di Kota Pahlawan ini ada Boneknya, sebutan suporter Persebaya Surabaya.

“Yang penting itu tidak putus asa dan kalau kita cari di berbagai tempat, yang paling tidak putus asa itu ya Surabaya. Karena Bonek itu ya ada di sini (Surabaya). Ya kalau enggak Bonek, dia enggak punya duit, putus asa. Enggak berani naik kereta. Bonek? Enggak duwe (punya) duit, rabi (menikah),” selorohnya.

Cak Nun menandaskan, maka kalau mau bangkit kembali, bangsa Indonesia tidak boleh putus asa. Meski negara berada dalam ketidakseimbangan dan melahirkan Perppu Nomor 2 Tahun 2017 yang menui pro-kontra.

“Kalau mau bangkit, pusatnya di Surabaya. Apalagi secara pemetaan politik, Jawa Timur itu soko gurunya Indonesia. Perppu itu bagian dari ketidakseimbangan itu. Orang tidak seimbang itu jalannya miring, matanya juling, telinganya salah dengar. Akhirnya mulutnya keliru-keliru, langkahnya keliru, begitu,” katanya.

Untuk menata keseimbangan, budayawan asal Jombang ini mengajak seluruh komponen bangsa ini tidak berhenti berpikir. Mencari siapapun, kelompok, orang, tokoh, pikiran, filosofi, cara berpikir, atau apapun yang dasar utamanya mencari keseimbangan.

“Keseimbangan di dalam berbangsa, berpikir, apapun saja. Bicara apapun saja, kita kembalikan kepada keseimbangan. Karena hidup adalah keseimbangan,” tutupnya.

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: