Arab: adalah orang-orang yang hidup di negara pada wilayah barat dan selatan dari Mesopotamia. 3 wilayah utama mereka adalah: kota-kota di daerah yang berbatasan dengan Samudera Hindia (modern Yaman dan Oman), wilayah tengah dihuni oleh kaum nomaden (moderen Arab Saudi), dan bagian barat laut (moderen Yordania).
Bangsa Romawi membagi semenanjung Arab menjadi 3 bagian:
1. Arabia Deserta (gurun atau desert).
2. Arabia Felix (Wilayah subur Arab, di wilayah selatan semenanjung Arab).
3. Arabia Petraea (wilayah Arab yang di kuasai Petra).
Arabia Gurun
Berbagai suku nomaden dari wilayah gurun pasir di semenanjung Arab, dalam bahasa Akkad di sebut "Aribi", mereka sering menyerbu negara-negara sekitarnya - Felix Arabia dan Mesopotamia -, di mana kadang kala suku ini menetap disana. Sangat sedikit informasi yang bisa kita dapatkan dari orang-orang yang terisolaasi ini, walau kita mengetahui mereka sebagai pengendara unta pada abad ke 10 atau 9 SM. Pada periode Parthia dan Romawi, beberapa dinasti Arab menguasai kota di wilayah moderen Suriah dan Irak: Palmyra, Emesa, Edessa, Hatra, Charax dan Gerrha.
Arabia Petraea atau Nabataea
Arab ini hidup di antara Mesir dan Mesopotamia, dan mereka tidak lagi menjalankan pola hidup terisolasi, mereka berhasil membangun beberapa kota dan Petra adalah salah satu kota terkenal mereka.
Salah satu referensi tertua mengenai bangsa Arab adalah kisah pertempuran Qarqar pada tahun 853 SM, di mana raja Salmanasser III (858-824 SM) dari Ashur mengklaim telah mengalahkan koalisi Suriah (Aram, Israel, Arab, dll).
Berikutnya adalah terdapat sebuah laporan tentang sebuah kerajaan bernama "Aribi", yang di sebutkan untuk pertama kalinya pada masa pemerintahan Tiglath-Pileser III (745-727 SM), dan hal ini adalah luar biasa karena di perintah oleh seorang ratu bernama Zabibe. Aribi menjadi negeri vassal Ashur hingga akhir abad ke-7 SM.
Kemudian orang Arab di tundukkan oleh raja Babel, Nabonidus (556–539 SM), yang membangun kembali kota Tema (Tayma) dan menetap di sana, dan kekuasaannya mencapai Dadanu (Dedan), Padakku (Fadak), Hibra (Khaybar), Iadihu (Yadi?), dan terjauh adalah latribu (Yathrib, modern Madinah).
Menurut sejarawan kuno Yunani, Herodotus, raja Persia, Cambyses (530-522 SM) tidak menaklukkan (menyerang) orang Arab dalam kampanye militer nya ke Mesir pada tahun 525 SM, penguasa Arab bekerja sama dengan Persia, dengan membantu menyediakan air di perjalanan. Raja Darius I (522-486 SM) menyebut Arab dalam prasasti Behistun, bahwa ia menaklukkan sebagian dari wilayah ini. Tidak ada indikasi yang menunjukkan bahwa orang Arab bukanlah pengikut yang setia pada raja-raja Persia berikutnya.
Setelah raja Macedonia, Alexander Agung menaklukkan kekaisaran Achaemenid sekitar tahun (335-323 SM), wilayah Arab ini menjadi lebih merdeka selama beberapa ratus tahun; pada tahun 106 (Masehi) sebuah kerajaan bernama Nabataean, di wilayah modern Yordania dijadikan provinsi dari kekaisaran Romawi oleh kaisar Trajan, yang ingin melindungi jalur perdagangan dari Damaskus ke Alexandria. Terdapat beberapa kota di provinsi ini: dari utara ke selatan, Adraa (Dar'a), Dion, Gerasa (Jarash), Philadelphia (Amman) dan Aila (Aqaba).
Arabia Felix
Di masa lampau, daerah modern Yaman ini terkenal dengan dupa dan kayu manis nya (kayu manis di import dari India). Terdapat beberapa kerajaan kecil di Arabia Felix adalah:
Saba (ibukota nya adalah Marib, kemudian Sana) adalah kekuatan terutama di Yaman pada masa raja Yathi'amar (akhir abad ke-8 SM) dan Karib'il Watar (awal abad ke-7 SM). Mereka kemungkinan identik dengan raja Itiamara dan Kariba'ilu yang disebut kan dalam sejarah Ashur. Peninggalan mereka yang terkenal adalah Kompleks pekuburan Awam dan kuil Bar'an di Marib yang berasal dari abad ke-8 SM. Entah bagaimana wilayah ini dikaitkan dengan kisah ratu Sheba yang mengunjungi raja Israel Salomon.
Ma'in adalah negara kota dari kaum pedagang, yang mendapatkan kemerdekaan dari Saba pada sebelum tahun 375 SM. Mereka menguasai perdangan dupa.
Qataban (ibukota Timna) pernah menjadi sekutu Saba, namun kemudian menjadi saingan utama. Pada abad ke-3, mareka merebut sebagian wilayah Saba; dan wilayah ini kemudian di kenal sebagai Himyar.
Hadramaut (ibukota Sabwa) berada di wilayah timur. Orang di Hadramaut memproduksi dupa dan memberdagangkan kayu manis dari pelabuhan Qana.
Zufar, terletak di modern Oman. Hampir tidak ada informasi atau naskah arkeologi, yang tersisa dari negara ini. Ahli geografi kuno berkebangsaan Romawi, dari Alexandria Mesir bernama Ptolemy menyebut ibu kota negeri ini adalah pusat perdagangan bagi penduduk Oman; berdasarkan kepercayaan tradisional dan dari naskah kuno, di wilayah ini terdapat kota Ubar dan Iram yang menurut Quran adalah sebuah kota yang indah namun di hukum oleh Allah karena kejahatannya QS 86:6-13.
Masing-masing dari kerajaan ini memiliki konstruksi hidrolik yang canggih, dan memungkinkan penduduknya untuk mengatasi kekeringan dan banjir bah dari aliran sungai. Bendungan besar di Marib adalah mahakarya nya.
Bendungan Besar Marib dibangun pada tahun 800an SM, walau jejak bendungan sederhana dan kanal-kanalnya telah ada sejak 1750 -1700 SM.
Terdapat beberapa tulisan kuno pada bendungan Marib mengenai pembuatnya yang paling awal adalah oleh Yatha' Amar Watar I anak dari Yada' El Zarih I, yang berkuasa pada tahun 760-740 SM. Setelah berakhirnya kerajaan Saba, bendungan ini dikontrol oleh kerajaan Himyar pada tahun 115 SM, mereka secara perlahan memperluas bendungan ini dengan ketinggian mencapai 14 Meter, namun Bendungan Besar ini baru selesai pada tahun 325 Masehi, sehingga mampu mengairi lahan seluas 100 KM persegi.
Bendungan Marib ini sempat mengalami kebocoran, salah satunya pada tahun 543 Masehi oleh Abrahah, dan catatan terakhir perbaikannya adalah pada tahun 557 M.
Perdagangan dupa adalah sumber kekayaan yang paling utama. Produk ini diangkut dari Hadramaut ke Ma'in, dan kemudian ke Mesopotamia dan wilayah Mediterania (para pedagang menggunakan unta untuk melakukan perjalanan ini). Beberapa kota-kota baru di dirikan di sepanjang jalur pedagangan dupa ini; yang paling penting adalah latribbu (Yahtrib). Mekkah adalah jalan kecil yang keluar dari jalan raya ini.
Pada masa Alexander Agung, ia ingin meluncurkan ekspedisi militer melalui laut ke Arabia Felix, namun meninggal beberapa hari sebelum ekspedisi di mulai (323 SM). Pada masa ini juga perekonomian di Arab Felix meningkat, dan Qataban berhasil merebut beberapa wilayah yang kemudian menjadi negara Himyar, pada abad ke-3 SM. Sekitar 120 SM, Saba berhasil merebut Ma'in.
Rute perdagangan darat kemudian menurun. Dan jalur laut semakin berkembang, angin monsun memungkin kan perjalan panjang melintasi Samudera Hindia. Himayar, yang terletak di barat daya, sekarang menjadi independen (sekitar 110 SM), hal ini karena mereka mengendalikan kota-kota pelabuhan yang pada zaman ini bernama Al-Mukha dan Aden, ibu kota Himyar adalah Zafar.
Saat ini, Saba dan Himyar saling berkompetisi, mereka kadang kala mengundang kekuatan asing untuk turut campur membantu mereka dalam peperangan: misalnya, kepada, suku-suku dari Arab Gurun atau tentara Ethiopia dari kerajaan Aksum. Kekuatan tak diundang datang dari kaisar Agustus (kekaisaran Romawi) yang menginginkan kontrol atas pelabuhan Himyar pada tahun 24 SM.
Konflik Himyar dan Saba berhasil dimenangkan oleh Himyar, dan bersama Hadramaut mereka menghancurkan Qataban; kemudian raja Sa'r'Awtar menaklukkan Hadramaut. Saba saat ini hanya menguasai wilayah pedalaman.
Bukti kontrol Himyar atas rute laut, saat ini banyak ditemukan patung perunggu di Jabal al-Awd, tidak jauh dari Zafar, yang membuktikan ada kontak dagang yang baik dengan kekaisaran Romawi. Pada tahun 275 M, raja Samir Yuhar'is menaklukkan Saba dan menyatukan Yaman. Nampaknya ia cukup penting karena mampu bernegosiasi dengan kekaisaran Sasanid
dengan kondisi yang seimbang. Pada abad ke-6 M, raja Dhu Nuwas (518-525 M) meninggalkan politheisme dan menganut agama Yahudi, mengadopsi nama baru Yusuf ibn Sharhabeel. Ia menganiaya kelompok kristen di negara nya sebagai balasan orang Yahudi di aniaya di Romawi. Himyar kemudian di invasi oleh kerajaan Aksum (kerajaan Kristen).
(Solusi-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Bangsa Romawi membagi semenanjung Arab menjadi 3 bagian:
1. Arabia Deserta (gurun atau desert).
2. Arabia Felix (Wilayah subur Arab, di wilayah selatan semenanjung Arab).
3. Arabia Petraea (wilayah Arab yang di kuasai Petra).
Arabia Gurun
Berbagai suku nomaden dari wilayah gurun pasir di semenanjung Arab, dalam bahasa Akkad di sebut "Aribi", mereka sering menyerbu negara-negara sekitarnya - Felix Arabia dan Mesopotamia -, di mana kadang kala suku ini menetap disana. Sangat sedikit informasi yang bisa kita dapatkan dari orang-orang yang terisolaasi ini, walau kita mengetahui mereka sebagai pengendara unta pada abad ke 10 atau 9 SM. Pada periode Parthia dan Romawi, beberapa dinasti Arab menguasai kota di wilayah moderen Suriah dan Irak: Palmyra, Emesa, Edessa, Hatra, Charax dan Gerrha.
Arabia Petraea atau Nabataea
Arab ini hidup di antara Mesir dan Mesopotamia, dan mereka tidak lagi menjalankan pola hidup terisolasi, mereka berhasil membangun beberapa kota dan Petra adalah salah satu kota terkenal mereka.
Salah satu referensi tertua mengenai bangsa Arab adalah kisah pertempuran Qarqar pada tahun 853 SM, di mana raja Salmanasser III (858-824 SM) dari Ashur mengklaim telah mengalahkan koalisi Suriah (Aram, Israel, Arab, dll).
Berikutnya adalah terdapat sebuah laporan tentang sebuah kerajaan bernama "Aribi", yang di sebutkan untuk pertama kalinya pada masa pemerintahan Tiglath-Pileser III (745-727 SM), dan hal ini adalah luar biasa karena di perintah oleh seorang ratu bernama Zabibe. Aribi menjadi negeri vassal Ashur hingga akhir abad ke-7 SM.
Kemudian orang Arab di tundukkan oleh raja Babel, Nabonidus (556–539 SM), yang membangun kembali kota Tema (Tayma) dan menetap di sana, dan kekuasaannya mencapai Dadanu (Dedan), Padakku (Fadak), Hibra (Khaybar), Iadihu (Yadi?), dan terjauh adalah latribu (Yathrib, modern Madinah).
Menurut sejarawan kuno Yunani, Herodotus, raja Persia, Cambyses (530-522 SM) tidak menaklukkan (menyerang) orang Arab dalam kampanye militer nya ke Mesir pada tahun 525 SM, penguasa Arab bekerja sama dengan Persia, dengan membantu menyediakan air di perjalanan. Raja Darius I (522-486 SM) menyebut Arab dalam prasasti Behistun, bahwa ia menaklukkan sebagian dari wilayah ini. Tidak ada indikasi yang menunjukkan bahwa orang Arab bukanlah pengikut yang setia pada raja-raja Persia berikutnya.
Setelah raja Macedonia, Alexander Agung menaklukkan kekaisaran Achaemenid sekitar tahun (335-323 SM), wilayah Arab ini menjadi lebih merdeka selama beberapa ratus tahun; pada tahun 106 (Masehi) sebuah kerajaan bernama Nabataean, di wilayah modern Yordania dijadikan provinsi dari kekaisaran Romawi oleh kaisar Trajan, yang ingin melindungi jalur perdagangan dari Damaskus ke Alexandria. Terdapat beberapa kota di provinsi ini: dari utara ke selatan, Adraa (Dar'a), Dion, Gerasa (Jarash), Philadelphia (Amman) dan Aila (Aqaba).
Arabia Felix
Di masa lampau, daerah modern Yaman ini terkenal dengan dupa dan kayu manis nya (kayu manis di import dari India). Terdapat beberapa kerajaan kecil di Arabia Felix adalah:
Saba (ibukota nya adalah Marib, kemudian Sana) adalah kekuatan terutama di Yaman pada masa raja Yathi'amar (akhir abad ke-8 SM) dan Karib'il Watar (awal abad ke-7 SM). Mereka kemungkinan identik dengan raja Itiamara dan Kariba'ilu yang disebut kan dalam sejarah Ashur. Peninggalan mereka yang terkenal adalah Kompleks pekuburan Awam dan kuil Bar'an di Marib yang berasal dari abad ke-8 SM. Entah bagaimana wilayah ini dikaitkan dengan kisah ratu Sheba yang mengunjungi raja Israel Salomon.
Ma'in adalah negara kota dari kaum pedagang, yang mendapatkan kemerdekaan dari Saba pada sebelum tahun 375 SM. Mereka menguasai perdangan dupa.
Qataban (ibukota Timna) pernah menjadi sekutu Saba, namun kemudian menjadi saingan utama. Pada abad ke-3, mareka merebut sebagian wilayah Saba; dan wilayah ini kemudian di kenal sebagai Himyar.
Hadramaut (ibukota Sabwa) berada di wilayah timur. Orang di Hadramaut memproduksi dupa dan memberdagangkan kayu manis dari pelabuhan Qana.
Zufar, terletak di modern Oman. Hampir tidak ada informasi atau naskah arkeologi, yang tersisa dari negara ini. Ahli geografi kuno berkebangsaan Romawi, dari Alexandria Mesir bernama Ptolemy menyebut ibu kota negeri ini adalah pusat perdagangan bagi penduduk Oman; berdasarkan kepercayaan tradisional dan dari naskah kuno, di wilayah ini terdapat kota Ubar dan Iram yang menurut Quran adalah sebuah kota yang indah namun di hukum oleh Allah karena kejahatannya QS 86:6-13.
Masing-masing dari kerajaan ini memiliki konstruksi hidrolik yang canggih, dan memungkinkan penduduknya untuk mengatasi kekeringan dan banjir bah dari aliran sungai. Bendungan besar di Marib adalah mahakarya nya.
Bendungan Besar Marib dibangun pada tahun 800an SM, walau jejak bendungan sederhana dan kanal-kanalnya telah ada sejak 1750 -1700 SM.
Terdapat beberapa tulisan kuno pada bendungan Marib mengenai pembuatnya yang paling awal adalah oleh Yatha' Amar Watar I anak dari Yada' El Zarih I, yang berkuasa pada tahun 760-740 SM. Setelah berakhirnya kerajaan Saba, bendungan ini dikontrol oleh kerajaan Himyar pada tahun 115 SM, mereka secara perlahan memperluas bendungan ini dengan ketinggian mencapai 14 Meter, namun Bendungan Besar ini baru selesai pada tahun 325 Masehi, sehingga mampu mengairi lahan seluas 100 KM persegi.
Bendungan Marib ini sempat mengalami kebocoran, salah satunya pada tahun 543 Masehi oleh Abrahah, dan catatan terakhir perbaikannya adalah pada tahun 557 M.
Perdagangan dupa adalah sumber kekayaan yang paling utama. Produk ini diangkut dari Hadramaut ke Ma'in, dan kemudian ke Mesopotamia dan wilayah Mediterania (para pedagang menggunakan unta untuk melakukan perjalanan ini). Beberapa kota-kota baru di dirikan di sepanjang jalur pedagangan dupa ini; yang paling penting adalah latribbu (Yahtrib). Mekkah adalah jalan kecil yang keluar dari jalan raya ini.
Pada masa Alexander Agung, ia ingin meluncurkan ekspedisi militer melalui laut ke Arabia Felix, namun meninggal beberapa hari sebelum ekspedisi di mulai (323 SM). Pada masa ini juga perekonomian di Arab Felix meningkat, dan Qataban berhasil merebut beberapa wilayah yang kemudian menjadi negara Himyar, pada abad ke-3 SM. Sekitar 120 SM, Saba berhasil merebut Ma'in.
Rute perdagangan darat kemudian menurun. Dan jalur laut semakin berkembang, angin monsun memungkin kan perjalan panjang melintasi Samudera Hindia. Himayar, yang terletak di barat daya, sekarang menjadi independen (sekitar 110 SM), hal ini karena mereka mengendalikan kota-kota pelabuhan yang pada zaman ini bernama Al-Mukha dan Aden, ibu kota Himyar adalah Zafar.
Saat ini, Saba dan Himyar saling berkompetisi, mereka kadang kala mengundang kekuatan asing untuk turut campur membantu mereka dalam peperangan: misalnya, kepada, suku-suku dari Arab Gurun atau tentara Ethiopia dari kerajaan Aksum. Kekuatan tak diundang datang dari kaisar Agustus (kekaisaran Romawi) yang menginginkan kontrol atas pelabuhan Himyar pada tahun 24 SM.
Konflik Himyar dan Saba berhasil dimenangkan oleh Himyar, dan bersama Hadramaut mereka menghancurkan Qataban; kemudian raja Sa'r'Awtar menaklukkan Hadramaut. Saba saat ini hanya menguasai wilayah pedalaman.
Bukti kontrol Himyar atas rute laut, saat ini banyak ditemukan patung perunggu di Jabal al-Awd, tidak jauh dari Zafar, yang membuktikan ada kontak dagang yang baik dengan kekaisaran Romawi. Pada tahun 275 M, raja Samir Yuhar'is menaklukkan Saba dan menyatukan Yaman. Nampaknya ia cukup penting karena mampu bernegosiasi dengan kekaisaran Sasanid
dengan kondisi yang seimbang. Pada abad ke-6 M, raja Dhu Nuwas (518-525 M) meninggalkan politheisme dan menganut agama Yahudi, mengadopsi nama baru Yusuf ibn Sharhabeel. Ia menganiaya kelompok kristen di negara nya sebagai balasan orang Yahudi di aniaya di Romawi. Himyar kemudian di invasi oleh kerajaan Aksum (kerajaan Kristen).
(Solusi-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email