Presiden keempat RI yang juga seorang kiai, Abdurrahman Wahid, juga dikenal sebagai sosok yang lekat dengan humor.
Melalui humor, Gus Dur—sebutan beken sang presiden—mampu membuat santri, warga, pejabat, hingga pemimpin negara-negara lain terpingkal-pingkal.
Namun, humor yang dilontarkan Gus Dur bukanlah kisah-kisah lucu yang kosong atau tak bermakna. Ia justru mengembalikan humor ke khitahnya: kritik sosial.
Salah satu humor berisi kritik sosial yang pernah dilontarkan mendiang Gus Dur, diceritakan kembali oleh Franz Magnis-Suseno, pastor Jesuit dan juga sahabat almarhum.
Kisah itu ia ceritakan saat memimpin sejumlah pastor Serikat Jesuit yang berasal dari beberapa negara berkunjung ke Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Rabu (9/8/2017).
“Kisah lucu itu terkait tiga orang sedang antre di depan pintu surga. Satu orang pendeta, satu orang kiai dan satu orang yang berpakaian compang-camping,” Romo Magnis memulai ceritanya, seperti dilansir Antara, Kamis (10/8/2017).
“Saat pendeta dan kiai sedang khusyuk dan tawaduk menunggu antrean masuk surga, datang lelaki berpakaian compang-camping yang tiba-tiba memotong antrean dan langsung dipersilakan oleh malaikat untuk memasuki pintu surga,” tuturnya.
“Melihat itu, sang kiai dan pendeta bertanya kepada malaikat, ‘siapa dia?, kenapa orang seperti itu bisa seenaknya masuk surga dan mendahului kami’,” lanjur Romo Magnis dalam bahasa Inggris.
“Mendapat pertanyaan itu, malaikat menjawab, ‘dia itu sopir bus jurusan Jakarta. Dia berhak masuk surga lebih dulu, karena saat dia duduk di balik kemudi, semua penumpang terjaga dan berdoa dengan khusyuk (karena sopir ngebut). Sementara kalian, saat kalian berkhotbah di mimbar, umat kalian justru mengantuk dan tertidur lelap,” pungkas Romo Magniz, yang langsung disambut tawa para pastor.
Untuk diketahui, Romo Magnis dan para pastor berkunjung ke Ponpes Tebuireng untuk belajar tentang agama Islam serta keberagaman, dan toleransi antaragama.
Sebelum meninggalkan Pesantren Tebuireng, para pastor sempat berkeliling di kawasan makam, ziarah makam, dan memasuki salah satu kamar santri. Mereka juga berdialog langsung dengan salah satu pembina santri.
Selain Romo Magnis, rombongan itu juga diikuti Romo Gregorius Sutomo SJ—seorang pastor yang berhasil menyelesaikan S3 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta—Wakil Rektor II Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Muhsin Kasmin, dan sejumlah murid di lingkungan Pesantren Tebuireng.
(suara/suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email