Warga Dukuh Sidialit, Kabupaten Jepara menggelar tradisi sedekah bumi. Mereka melakukan kirab gunungan yang berisi hasil bumi sebagai tanda syukur atas melimpahnya habisl panen.
Tradisi kirab gunungan Dukuh Sidialit Desa Kendengsidialit Kecamatan Welahan berlangsung pada hari Senin Pahing, (31/7/2017). Ratusan warga ikut mengarak empat gunungan yang terbuat dari hasil bumi desa setempat.
Gunungan itu diarak mulai dari makam cikal bakal Mbah Regem, kemudian ke makam Mbah Suro. Selanjutnya, gunungan itu dibawa menuju di rumah Kamitua (kepala dukuh) untuk didoakan bersama-sama sebelum akhirnya diperebutkan warga setempat.
Kamitua Sidialit, Dwi Haryoso menuturkan tradisi kirab gunungan sudah berlangsung bertahun-tahun. Namun, tiap tahun mengalami perkembangan sesuai kondisi dan situasi masyarakat sekarang.
Saat ini, pelaksanaan tradisi ini selain melestarikan budaya lokal, juga dimanfaatkan untuk membekali masyarakat supaya cinta terhadap tanah air.
“Tahun ini kami ingin mengajak masyarakat untuk mencintai Tanah Air, melalui kegiatan seperti ini,” papar dia.
Ia cukup prihatin dengan munculnya paham radikal yang sudah menggerogoti rasa Nasionalisme masyarakat, terutama kaum muda.
“Untuk itu, tradisi ini terus harus ada dan dikreasikan lebih lebih baik tanpa mengurangi khidmat dan kemurniannya,” lanjutnya.
Kirab gunungan, menurutnya, sama halnya dengan sedekah bumi yang diperingati tiap bulan apit, penanggalan Jawa. Selain kirab, malamnya ada pertunjukan wayang kulit.
“Hal ini juga mengingatkan masyarakat bahwa di dukuh ini ada sejarah yang perlu dipelajari, diketahui dan dijaga. Ini bentuk rasa syukur warga melalui sedekah bumi tersebut,” tuturnya.
Matraji (67), warga setempat mengaku kirab gunungan tahun ini lebih meriah ketimbang sebelumnya.
“Banyak warga yang ikut dan lebih tertata. Semoga ke depan lebih baik lagi,” tandasnya.
(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email