Pesan Rahbar

Home » » As’ad Wahid Qasim (Palestina-Hanafi)

As’ad Wahid Qasim (Palestina-Hanafi)

Written By Unknown on Wednesday, 27 September 2017 | 11:12:00


Dia lahir di Palestina pada tahun 1965 M, di tengah keluarga yang bermazhab Hanafi, dia mendapat ijazah sarjana di jurusan geometri, master di jurusan manajemen instalasi dan doktor di manajemen umum.

Informasi yang dia peroleh dari buku-buku Wahabisme yang menyerang mazhab Ahli Bait as. mendorongnya untuk membaca buku-buku Syi’ah dan menyelidiki data-data yang termuat di sana sesuai dengan buku-buku induk hadis sohih dikenal dengan sebutan Shihah. Telaah dan penelitian yang menghabiskan waktu hampir dua tahun inilah yang pada akhirnya membuat dia yakin untuk mengumumkan kesyiahan dirinya.

Doktor As’ad mengatakan: Saya mulai mempelajari perbedaan mazhab pada tahun 1987 M yaitu ketika masih kuliah di Philipina, saya melihat banyak sekali serangan pemikiran yang secara membabi buta diarahkan oleh sebagian kelompok kepada Syi’ah. Waktu itu saya tidak memandang penting untuk mengetahui masalah-masalah perselisihan antara mazhab karena memang saya tidak merasa perlu, dan sejauh yang saya tahu bahwa orang-orang Syi’ah adalah muslim walaupun mereka memiliki perbedaan pendapat dengan Ahli Sunnah di persoalan-persoalan tertentu yang tidak sampai batas mereka pantas untuk dikafirkan, contohnya mereka mengutamakan Ali bin Abi Thalib as. lebih daripada sahabat Nabi saw. yang lain dan mereka sangat perhatian dengan ziarah ke pemakaman para imam. Dan pada waktu itu tidak ada motivasi di dalam diri saya untuk mengkaji perbedaan antara dua mazhab Ahli Sunnah dan Syi’ah, karena menurut saya kajian-kajian seperti ini sama dengan masuk ke ruang-ruang gelap yang tidak akan pernah membuahkan hasil.

Menurut Doktor As’ad, seyogyanya masing-masing dari pengikut mazhab untuk menyikapi pengikut mazhab atau akidah yang berlawanan dengan niat menyelesaikan persoalan bersama yaitu peroalan mencari kebenaran, masing-masing dari mereka harus menghormati yang lain agar komunikasi dan dialog yang terjalin antara mereka menjadi subjektif dan terhindar dari fanatisme, hal itu diharapkan untuk menciptakan situasi dan kondisi yang tenang sehingga mereka sama-sama dapat menyaksikan hakikat kebenaran secara terang, karena jelas bahwa keterkungkungan dalam diri sendiri dan fanatisme yang disebabkan oleh taklid buta akan mencabik-cabik semua hubungan yang terjalin antara pengikut mazhab-mazhab yang berbeda dan memaksa masing-masing dari mereka untuk bersikap konservatif, selanjutnya dunia Islam menjadi dunia pecah belah yang menguras banyak tenaga dan menghambur-hamburkannya, padahal tenaga yang besar itu bisa disinergikan dalam pembangunan, perkembangan dan kemajuan dunia Islam di segala bidang.

Dalam pada itu, sebagian dari pengikut Wahabisme menentang pola pikir Doktor As’ad dan menyudutkan dia dari segala arah agar dia melepaskan pola pikirnya yang terbuka. Dia mengatakan:
Itu artinya mereka sedang memaksa saya untuk memilih antara menjadi orang sunni yang mengkafirkan Syi’ah atau menjadi orang syi’ah yang seutuhnya meyakini akidah Syi’ah, begitulah mereka selalu mendesak saya untuk menentukan jalan yang jelas dan tidak ada di dalamnya pembauran atau penengahan –tentunya menurut mereka–. Ketika itu mereka rutin membagikan buku-buku kepada para mahasiswa yang isinya adalah pengkafiran Syi’ah dan doktrin bahwa Syi’ah lebih buruk serta lebih berbahaya daripada Yahudi. Itulah kenapa akhirnya di dalam diri saya muncul motivasi kuat untuk melakukan penelitian supaya menemukan jawaban atas berbagai persoalan yang disebarkan seputar sejarah Islam, dan saat itu saya tidak menemukan jawaban yang memuaskan khususnya berkenaan dengan persoalan khilafah dan sistem pemerintahan menurut Islam.


Menuai Hasil Kajian 

Seputar Syi’ahDoktor As’ad, setelah membaca buku-buku yang menghujat dan menyudutkan Syi’ah dia membaca buku-buku Syi’ah untuk mencari jawaban mereka atas berbagai persoalan yang dilontarkan, dan secara khusus dia membaca buku al-Muroja’at yang memuat dialog antara penulisnya yang bermazhab Syi’ah dengan seorang alim sunni di Universitas Al-Azhar.

Doktor As’ad mengatakan: Hal yang paling banyak menarik perhatian saya di dalam al-Muroja’at dan buku-buku Syi’ah lainnya adalah pembuktian atas klaim-klaim mereka berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an dan hadis-hadis yang otentik menurut standar mazhab Ahli Sunnah, khususnya hadis-hadis yang direferensikan kepada buku induk hadis Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim.

Begitu kuatnya dan jelasnya hadis-hadis Bukhari yang mereka ajukan sebagai bukti sehingga memaksa rekan-rekan saya yang menjadi da’i Wahabisme untuk mengatakan bahwa jika memang benar hadis-hadis ini ada di dalam Shahih Bukhari maka kami siap untuk mengkafirkan (baca: mengingkari) buku lengkap yang semua isinya dinyatakan oleh ulama Ahli Sunnah sebagai hadis yang sahih, dan berhubung pada waktu itu tidak ada seorangpun dari kami yang memiliki buku itu maka saya keliling untuk mencarinya dan kemudian saya menemukan satu naskah dari buku itu di kampus pendidikan Islam yang terletak di salah satu universitas Philipina, saya tekun mempelajari buku itu untuk meneliti referensi hadis-hadis penting yang diajukan oleh Syi’ah sebagai bukti dalam tubuh Ahli Sunnah sendiri, dan ternyata saya menemukan semua hadis itu sesuai dengan yang mereka katakan. Ketika itu saya meyakini kebenaran klaim Syi’ah yang mempercayai khilafah dua belas imam dari Ahli Bait as. yang dimulai dengan Imam Ali bin Abi Thalib as. dan berakhir dengan Imam Mahdi af.


Melalui Tahap Perpindahan Mazhab

Doktor As’ad berkenaan dengan perpindahan dari mazhab Ahli Sunnah ke mazhab Syi’ah mengatakan: Sejak semula saya tidak merasa harus meninggalkan mazhab saya yang Ahli Sunnah, dan saya beritikad bahwa saya tidak meninggalkannya, karena sejak semula apa yang saya maksud dari iman saya terhadap hak Ahli Bait as. untuk menjadi khalifah Nabi Muhammad saw. adalah bukan berarti meninggalkan mazhab Ahli Sunnah, melainkan saya meyakininya sebagai pembaharuan maklumat-maklumat sejarah saya dan koreksi terhadap perjalanan Islam saya.

Ketika mazhab Ahli Sunnah berarti menerima sunnah nabi maka penerimaan saya terhadapnya telah bertambah dengan perkenalan saya terhadap jalur Ahli Bait as., sebab merekalah orang-orang yang paling dekat dengan sunnah nabi.

Meskipun orang-orang di sekitar saya mulai memanggil saya Syi’ah akan tetapi saya tidak merasa cemas dengan panggilan itu, bahkan bagi saya panggilan seperti itu sama sekali tidak apa-apa, karena sebelumnya saya tidak pernah membenci nama atau panggilan Syi’ah. Dan karena saya tidak menerima pembagian orang muslim berdasarkan mazhab, melainkan saya meyakini pembagian orang muslim atas dasar perhatian, amal dan ketulusan.

Oleh karena itu menurut saya ada dua bagian; yang pertama adalah Islam sampul dan warisan yang di dalamnya tidak ada isi kecuali slogan-slogan hampa makna dan fanatisme buta, adapun yang kedua adalah Islam nyata yang mana jiwa dan raga para pengikutnya pasrah terhadap apa saja yang benar dan mereka mengamalkannya dengan perasaan penuh cinta serta ketulusan dan tidak membuka celah dalam diri mereka untuk dimasuki wabah kefanatikan.


Reaksi Keluarga dan Masyarakat

Doktor As’ad berbicara tentang reaksi yang dia hadapi dari pihak keluarga dan masyarakat sebagai berikut: Saya tidak pernah memikirkan apa reaksi yang akan muncul dari keluarga ataupun masyarakat tentang kesyiahanku, karena ini urusan pribadi, selain pandangan akal tidak ada lagi yang berharga dalam urusan ini dan atas dasar itu pula Allah swt. akan menghisab kita semua, baik keluarga maupun klan tidak akan bisa memberi syafaat kepada siapapun di akhirat. Walau bagaimanapun, sudah menjadi keberuntungan saya bahwa keluarga dan sanak famili saya merupakan orang-orang yang dewasa dan mengerti, mereka tahu kalau saya Syi’ah tapi hubungan mereka sampai sekarang tetap harmonis sebagaimana sebelumnya.

Dalam pada ini saya mendapatkan reaksi yang sungguh berbeda dari masyarakat, sampai detik ini masyarakat kita masih didominasi oleh pola pikir rasial, fanatisme agama dan mazhab. Perpindahan dari satu agama atau mazhab ke agama dan mazhab yang lain senantiasa tertolak dan siapa yang melakukannya pasti dibenci, praktis agama dan mazhab di masyarakat kita masih tergolong hal-hal yang diwariskan, sedikit sekali orang yang mendudukkannya di meja telaah dan penelitian. Itulah sebabnya saya kehilangan beberapa rekan tapi di saat yang sama saya menemukan teman-teman baru yang mayoritasnya dari kalangan berpendidikan yang unggul. Maka sudah barang tentu sebuah peradaban dan kesadaran dalam menghadapi persoalan-persoalan seperti ini memerlukan waktu yang cukup.


Karya Tulis

Doktor As’ad telah menulis beberapa karya yang di antaranya adalah:
1- Azimah al-Khilafah wa al-Imamah wa Atsaruha al-Mu’ashiroh; Kemelut Khilafah Dan Imamah Serta Dampaknya Masa Kini, diterbitkan oleh Darul Mustofa Li Ihya’it Turots pada tahun 1418 H.
Buku mengkaji empat tema besar:
a- Sikap syariat Islam terhadap persoalan khilafha dan imamah;
b- Pemaparan realitas sejarah daulat khilafah dan imamah pada periode awal Islam;
c- Metode untuk mengetahui identias para khalifah dan imam yang dikehendaki oleh Allah swt. untuk menduduki kedudukan khilafah dan imamah;
d- Dampak-dampak kemelut khilafah dan imamah atas syariat Islam dan realitas kehidupan muslimin sepanjang masa.
2- Haqiqah al-Syi’ah al-Itsna Asyariyah; Hakikat Syi’ah Dua Belas Imam, diterbitkan oleh Muassasatul Ma’arif al-Islamiyah pada tahun 1421 H. Buku ini membahas tema-tema akidah seperti imamah, keadilan shabat, Syi’ah dan al-Qur’an, Syi’ah dan sunnah Nabi saw., nikah mut’ah, Imam Mahdi af. dan fitnah-fitnah.
3-Tahlil Nadzm al-Idarohh fi al-Islam, Analisa Sistem Manajemen Menurut Islam, sebetulnya buku ini merupakan desertasi doktoral As’ad.

(Aqaed/Sadeqin/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: