Oleh: Muhammad Zazuli
“Genjer-genjer” adalah lagu populer berbahasa Osing yang diciptakan oleh seniman asal Banyuwangi, Muhammad Arief, pada tahun 1940-an. Lagu Genjer-Genjer diangkat dari lagu dolanan yang berjudul “Tong Alak Gentak”. Syair lagu Genjer-Genjer dimaksudkan sebagai sindiran atas masa pendudukan Jepang ke Indonesia. Setelah kemerdekaan Indonesia, lagu “Genjer-genjer” menjadi sangat populer setelah banyak dibawakan penyanyi-penyanyi dan disiarkan di radio Indonesia.
Penyanyi yang paling dikenal dalam membawakan lagu ini adalah Lilis Suryani dan Bing Slamet. Pada masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966), Partai Komunis Indonesia melancarkan kampanye besar-besaran untuk meningkatkan popularitas. Lagu ini, yang menggambarkan penderitaan warga desa, menjadi salah satu lagu propaganda yang disukai dan dinyanyikan pada berbagai kesempatan. Akibatnya orang mulai mengasosiasikan lagu ini sebagai “lagu PKI”.
Nah semalam kantor LBH Jakarta diserang oleh ribuan massa yang merasa acara kesenian di gedung itu merupakan acara kebangkitan PKI karena konon katanya lagu Genjer-Genjer dinyanyikan disitu. Padahal menurut Yunantyo Adi, salah satu peserta acara “Asik-Asik Aksi” yang sempat terjebak di dalam gedung LBH Jakarta menyatakan bahwa tudingan ada nyanyian “genjer-genjer” adalah kabar bohong.
Sepanjang acara tidak ada lagu yang dilantunkan, kecuali Indonesia Raya dan beberapa lagu kebangsaan.
Lagu lainnya yang dilantunkan dalam acara tersebut juga bukan lagu genjer-genjer seperti yang dituduhkan oleh massa pendemo, melainkan lagu-lagu ciptaan masing-masing musisi dan band yang tampil di acara tersebut. Kapolres Jakarta Pusat, Kombes Pol Suyudi Ario Seto juga menegaskan kegiatan diskusi dengan tema “Pelurusan Sejarah 65” di LBH Jakarta tidak membahas kebangkitan PKI ataupun paham komunisme melainkan hanya acara seni yang diselingi orasi ilmiah saja.
Sungguh otak golongan “Itu-Itu Saja” sungguh aneh. Pembantaian muslim di Darfur dan Yaman yang dilakukan oleh sesama muslim mereka diam saja. Kaum Ahmadiyah dan Syiah didzalimi bahkan dibantai di negeri sendiri bukannya diprotes malah didukung. Tapi giliran soal Rohingya mereka ribut bukan main. Padahal ada kemungkinan warga Rohingya juga bermasalah, terbukti mereka banyak ditolak oleh negara-negara tetangga.
Saya yakin semua kegaduhan politik ini sekedar pemanasan menuju Pilkada 2018 dan Pilpres 2019. Soal bikin isu dan bikin kacau negara memang mereka jagonya. Jadi jika masih ada yang dukung kelompok ini saya yakin mereka adalah golongan yang sakit jiwanya. Mereka bikin isu PKI padahal mereka sendiri yang punya mental PKI…..
Salam Waras
(suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email