Pesan Rahbar

Home » » Dakwah Islam di Cina

Dakwah Islam di Cina

Written By Unknown on Wednesday, 1 November 2017 | 03:41:00


Cina adalah negara terbesar ketiga yang mempunyai penduduk terpadat. Di negara yang menggunakan mandari sebagai bahasa nasionalnya menganggap bahwa agama tidaklah penting. Karena mereka menganggap bahwa agama hanyalah seuatu yang kuno dan agama hanya di pakai pada masyarakat yang tidak mampu menjalani tantangan hidup.

Di negeri tak mengenal Tuhan, Islam hidup dan berkembang. Bahkan banyak sumbangan Islam telah diwariskan. Diantaranya sistem kalender, ilmu matematika dan kedokteran Hidayatullah.com–Ismail adalah mengagum berat Usamah bin Ladin, tokoh yang paling ditakuti Amerika Serikat. “Ia adalah seorang pahlawan,” ujarnya Ismail memuji Usamah. “Ia adalah Muslim yang baik”, ujarnya sebagaimana dikutip Reuters.

Barangkali komentar seperti ini akan menjadi sesuatu yang tak asing bila diucapkan warga Muslim Iraq atau Saudi. Tapi ini dari mulut seorang warganegara Cina, suatu negeri yang secara resmi berprinsip tak bertuhan dan sangat keras mengendalikan agama.

Cina merupakan negara yang mempunyai penduduk paling besar di dunia, dengan jumlah populasi lebih dari 1.3 milyar. Sekalipun ia seringkali dilihat sebagai negara Komunis, ia juga dikenal sebagai negeri yang ‘tak bertuhan’.

Sebuah LSM Freedom House’s Center for Religious Freedom dan Open Doors memposisikan Cina di tempat ke-10 dalam daftar negara penganiaya agama di dunia.


B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan diatas, sangatlah sulit suatu agama masuk ke Negara tersebut. Dari situlah dapat disimpulkan sebuah rumusan masalah sebagai berikut:
1. Kapan dan siapakah pembawa Islam ke Cina?
2. Bagaimana Islam berpengaruh pada kebudayaan di Cina?


Dakwah Islam di Cina

Dakwah mempunyai pengertian mengubah sesuatu yang kurang baik menjadi baik, yang negatif menjadi positif, yang kafir menjadi iman, yang musyrik menjadi bertauhid, dan yang lemah menjadi kuat iman.
Negara Cina dikenal sebagai negara tak bertuhan. Oleh karenanya orang islam wajib berdakwah untuk meluruskan jalan yang telah menyimpang itu (sesuai dengan pengertian dakwah diatas).


A. Masuknya Islam di Cina

Islam telah tersebar di Cina selama lebih 1300 tahun. Kini terdapat lebih dari 20 juta warga Muslim di negeri itu. Mereka tersebar 10 suku, termasuk etnik Huizu, Uygur, Kazakh, Kirgiz, Tajik, Uzbek, Tatar dan lain-lainnya.

Penduduk Islam tinggal di merata tempat di seluruh Cina, terutama di bagian barat laut Cina, termasuk provinsi Gansu, Qinghai, Shanxi, wilayah otonomi Xinjiang dan wilayah otonomi Ningxia.

Menurut Lui Tschih, seorang penulis Muslim Cina pada abad ke 18 di dalam karyanya “Chee Chea Sheehuzoo” (perihal kehidupan Nabi), utusan itu diketuai oleh Panglima Besar Saad bin Abi Waqqas (seorang sahabat Nabi).

Kota Guangzhou di Cina ternyata menyimpan sejarah kebesaran Islam. Di kota yang disebut Khanfu oleh orang Arab ini, Islam pertama kali datang dan berkembang. Kota ini menjadi pusat pengembangan Islam di Cina karena keberadaan pelabuhan laut internasionalnya.

Menurut catatan resmi dari Dinasti Tang yang berkuasa pada 618-905 M dan berdasarkan catatan serupa dalam buku A Brief Study of the Introduction of Islam to China karya Chen Yuen, Islam pertama kali datang ke Cina sekitar tahun 30 H atau 651 M.

Khalifah Usman memerintah imperium Muslim selama kira-kira 12 tahun. Selama kekhalifaannya , imperium Arab meluas di Asia dan Afrika.

Disebutkan bahwa Islam masuk ke Cina melalui utusan yang dikirim oleh Khalifah Ustman bin Affan, yang memerintah selama 12 tahun atau pada periode 23-35 H / 644-656 M. Sementara menurut catatan Lui Tschih, penulis Muslim Cina pada abad ke 18 dalam karyanya Chee Chea Sheehuzoo (Perihal Kehidupan Nabi), Islam dibawa ke Cina oleh rombongan yang dipimpin Saad bin Abi Waqqas.

Sebagian catatan lagi menyebutkan, Islam pertama kali datang ke Cina dibawa oleh panglima besar Islam, Saad bin Abi Waqqas, bersama sahabat lainnya pada tahun 616 M. Catatan tersebut menyebutkan bahwa Saad bin Abi Waqqas dan tiga sahabat lainnya datang ke Cina dari Abyssinia atau yang sekarang dikenal dengan Etiopia.

Setelah kunjungan pertamanya. Saad kemudian kembali ke Arab. Ia kembali lagi ke Cina 21 tahun kemudian atau pada masa pemerintahan Usman bin Affan, dan datang dengan membawa salinan Alquran. Usman pada masa kekhalifahannya memang menyalin Alquran dan menyebarkan ke berbagai tempat, demi menjaga kemurnian kitab suci ini.

Pada kedatangannya yang kedua di tahun 650, Saad bin Abi Waqqas kembali ke Cina dengan berlayar melalui Samudera Hindia ke Laut Cina menuju pelabuhan laut di Guangzhou. Kemudian ia berlayar ke Chang’an atau kini dikenal dnegan nama Xi’an melalui rute yang kemudian dikenal sebagai Jalur Sutera.
Bersama para sahabat, Saad datang dengan membawa hadiah dan diterima dengan hangat oleh kaisar Dinasti Tang, Kao-Tsung (650-683). Namun Islam sebagai agama tidak langsung diterima oleh sang kaisar. Setelah melalui proses penyelidikan, sang kaisar kemudian memberikan izin bagi pengembangan Islam yang dirasanya cocok dengan ajaran Konfusius.

Namun sang kaisar merasa bahwa kewajiban sholat lima kali sehari dan puasa sebulan penuh terlalu keras baginya hingga akhirnya ia tidak jadi memeluk Islam. Meski demikian, ia mengizinkan Saad bin ABi Waqqas dan para sahabat untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat di Guangzhou. Oleh orang Cina, Islam disebut sebagai Yisilan Jiao atau agama yang murni. Sementara Makkah disebut sebagai tempat kelahiran Buddha Ma-hia-wu (atau Rasulullah Muhammad SAW).

Saad bin Abi Waqqas kemudian menetap di Guangzhou dan ia mendirikan Masjid Huaisheng yang menjadi salah satu tonggak sejarah Islam paling berharga di Cina. Masjid ini menjadi masjid tertua yang ada di daratan Cina dan usianya sudah melebihi 1300 tahun. Masjid ini terus bertahan melewati berbagai momen sejarah Cina dan saat ini masih berdiri tegak dan masih seindah dahulu setelah diperbaiki dan direstorasi.

Masjid Huaisheng ini kemudian dijadikan Masjid Raya Guangzhou Remember the Sage, atau masjid untuk mengenang Nabi Muhammad SAW. Masjid ini juga dikenal dengan nama Masjid Guangta, karena masjid dengan menara elok ini yang letaknya di jalan Guangta.

Sebagian percaya bahwa Saad bin Abi Waqqas menghabiskan sisa hidupnya dan meninggal di Guangzhou, Cina. Sebuah pusara diyakini sebagai makamnya.

Namun sebagian lagi menyatakan bahwa Saad meninggal di Madinah dan dimakamkan di makam para sahabat. Meski tidak diketahui secara pasti dimana Saad bin Abi Waqqas meninggal dan dimakamkan dimana, namun dipastikan ia memiliki peranan penting terhadap perkembangan Islam di Cina.

Sebagian meyakini Abi Waqqas meninggal di Guangzhou, Cina. Sebuah pusara diyakini sebagai makamnya. Namun sebagian menyatakan beliau meninggal di Madinah dan dimakamkan di makam para sahabat


B. Islam di Cina Pasca Saad din Abi Waqqas

Setelah masa itu , Islam berkembang dengan pesat di Cina dibanding daerah-daerah lain di luar kawasan Arab. Di negara ini, Islam berkembang melalui perdagangan. Itu sebabnya, Islam berkembang di daerah sekitar pelabuhan dan bandar-bandar besar di berbagai negara.

Selain Guangzhou, salah satu daerah yang menjadi pusat perkembangan Islam adalah Quanzhou. Kota yang menjadi titik awal jalur sutera ini juga menjadi bukti nyata keindahan toleransi antar umat beragam. Di kota ini, pemeluk Islam, Hindu, Budha, Manichaeisme, Taoisme, Nestoriaisme, dan berbagai kepercayaan lain di kota ini hidup damai dan berdampingan.

Quanzhou juga ramai dikunjungi peziarah Muslim dari Arab karena keberadaan makam suci dua orang yang dipercaya merupakan sahabat Rasulullah. Dalam bahasa Cina, sahabat ini bernama Sa-ke-zu dan Wu-ko-su. Selain makam, di Quanzhou juga terdapat salah satu masjid pertama yang ada di Cina, yaitu Masjid Qingjing. Masjid ini dibangun tahun 1009, dan desain masjid ini dibuat berdasar desain masjid di Damaskus, Suriah.

Di kota ini juga terdapat sekitar 10 ribu makam orang Arab dengan nama keluarga Guo di Pulau Baiqi, Quanzhou. Makam-makam ini ditulisi dengan huruf Cina dan Arab. Makam ini jelas makam orang Islam, dan banyak di antaranya yang ditulisi dengan kata Fanke Mu yang artinya adalah makam orang asing. Ini menjadi bukti banyaknya umat Islam dari luar Cina yang menetap di kota ini.

Sayangnya kini kejayaan sejarah kota ini hilang begitu saja. Di suatu masa, Quanzhou menjadi kota yang dipenuhi oleh masjid, kuil, dan biara. Namun kini semua itu hilang, dan yang tersisa hanyalah dinding yang nyaris roboh.


C. Pengaruh Islam terhadap kebudayaan Cina

Terlepas itu, kebudayaan Islam mempunyai kedudukan yang penting dalam kebudayaan Cina. Islam pernah memberi sumbangan besar terhadap perkembangan sains dan teknologi negeri itu. Diantaranya adalah kalender yang diciptakan oleh umat Islam dan pernah digunakan di Cina dalam waktu yang panjang.

Selain itu ada alat pandu arah angkasa yang dicipta oleh seorang ahli ilmu falak yang bernama Zamaruddin pada Dinasti Yuan sangat popular di Cina. Ilmu matematika yang dikembangkan dari Arab telah diterima oleh orang Cina. Ilmu perobatan Arab juga menjadi sebagian ilmu perobatan Cina. Umat Islam juga terkenal dengan pembuatan meriam di Cina, Dinasti Yuan menggunakan sejenis meriam yang dikenali sebagai meriam etnik Huizu yang dicipta oleh orang Islam Cina. Yang jelas, Islam tidak bisa dipisahkan begitu saja di negeri itu. [cha, berbagai sumber)

Berdasarkan hasil penelitiannya, para ilmuan barat seperti W. Montgomery Watt, Marshall G.S Hodgson, dan John Obert Voll, menyimpulkan bahwa rahasia dibalikdaya hidup umat islamdan kegigihan mereka dalam mengambil peran-peran sosial tersebut disebabkan oleh kesadaran terhadap misi ketujhanan.

Kesadaran ketuhanan itu pada gilirannya membentuk sikap hidup umat islam untuk senantiasa bersikap positif, aktif dan kreatif terhadap dunia dan permasalahan manusia.

Cina adalah sebuah negara yang tidak percaya akan adanya Tuhan. Oleh karena itu didutuhkan seorang da’i untuk berdakwah di negara tersebut.

Menurut catatan resmi dari Dinasti Tang, (618-905M), dan catatan serupa dalam buku A Brief Study of the Introduction of Islam to China karya Chen Yuen, bahwa Islam mulai datang ke negeri itu sekitar tahun 30H atau 651M (kurun ke 7 Masehi) melalui melalui satu utusan yang dikirim oleh Khalifah Usman bin Affan (memerintah kira-kira 12 tahun (23-35H/644-656M).

Saad kemudian menetap di Guangzhou dan ia mendirikan Masjid Huaisheng yang menjadi salah satu tonggak sejarah Islam paling berharga di Cina. Masjid ini, kini menjadi masjid tertua yang ada di daratan Cina dan usianya sudah melebihi 1300 tahun.

Penduduk Islam tinggal di merata tempat di seluruh Cina, terutama di bagian barat laut Cina, termasuk provinsi Gansu, Qinghai, Shanxi, wilayah otonomi Xinjiang dan wilayah otonomi Ningxia.

Dakwah Saad bin Abi Waqqas di Cina dapat dibilang berhasil hal ini dapat dibuktikan dengan peradaban dan kebudayaan Islam yang diterima dan sangat berpengaruh terhadap kebudayaan Cina.


DAFTAR PUSTAKA

Darajat Zakiah, dkk,Perbandingan Agama, (Jakarta:Bumi Aksara,1984)
Mahmudunnasir Syed, Islam Konsepsi dan Sejarah, (Bandung:Rosdakarya,2005)
Nurhakim Moh, Sejarah dan Peradaban Islam, (Malang:UMM,2004)
www.google.com, 28 Sep 2006, www.hidayatullah com
www.google.com, Jumat, 17 Februari 2006, www.republika.co.id

(Islamic-Source/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: