Pesan Rahbar

Home » » Dibalik Kokohnya Revolusi Islam Iran

Dibalik Kokohnya Revolusi Islam Iran

Written By Unknown on Wednesday, 1 November 2017 | 03:04:00


Dalam kurun waktu sejak era perang sampai dengan masa sekarang, pemerintahan Republik Islam Iran diakui atau tidak terus mengalami dinamika kemajuan drastis. Barat yang mengintimidasi Iran dengan sanksi dan blokade ekonomi, msyarakat Iran malah berhasil mendesain dan membuat berbagai jenis senjata mutakhir yang tidak dimiliki oleh negara manapun kecuali AS dan segelintir negara yang dipasok oleh AS. Dalam situasi sedemkian rumit dan njelimet, Iran berhasil membuat rudal anti tank dan pesawat tempur modern, bahkan disaat musuh menutup semua jalur Iran, tapi anak-anak bangsa ini justru membuat jalan dan jalur mandiri. Masalah nuklir Iran menjadi isu paling spektakuler karena dunia memang peka terhadap isu nuklir. Padahal, di luar persoalan nuklir terdapat sederet aktivitas Iran lainnya di berbagai bidang yang tak kalah pentingnya dengan nuklir. Hanya saja, aktivitas lain itu memang tidak dapat dikaitkan dengan isu militer dan pertahanan.

Semua prestasi ini tercapai di tengah blokade ekonomi dan tekanan politik, disaat kondisi sebagian negara yang menjalin hubungan ekonomi dengan Iranpun bahkan ikut-ikutan menekan Iran. Semua ini membuktikan betapa besarnya potensi dan kapasitas yang dimiliki oleh bangsa Iran. Ketika pintu di banyak tempat tertutup bagi Iran, oleh bangsa Iran, kondisi ini justru diapresiasi, sebab jika pintu-pintu itu terbuka lebar Iran justru akan menggampangkan segalanya sehingga cenderung mandeg dan stagnan. Harus ada motivasi kuat agar manusia dapat bekerja keras, selalu berinovasi, bergerak maju di bidang keilmuan, dan lancar dalam mengerjakan apapun.

Lebih dari itu, uang dan imperialisme mengatur segala sesuatu di dunia. Barat menggunakan iptek sebagai sarana untuk menghegemoni dunia. Mereka memiliki motivasi. Karena itu, negara-negara yang terbelakang dari segi iptek juga harus memelihara motivasinya untuk bisa melangkah maju sesuai yag digarisan Barat. Dan Iran bisa mandiri berdiri diatas kaki sendiri karena satu faktor yang membangkitkan motivasi, yaitu tertutupnya pintu-pintu yang ada.

Tak heran jika begitu banyak kekacauan di dunia, terutama poros di Timur Tengah, Republik Islam Iran berdiri tegak sebagai cahaya mercusuar dengan stabilitas yang normal. Negara-negara lain akan runtuh sejak lama jika embargo itu dikenakan pada mereka, kata Ayatulah Sayyid Ali Khamenei.

“Negara yang secara ekonomi dihegemoni oleh kekuatan lain tidak akan bisa menentukan strategi perekonomian secara tepat. Mungkin sepintas lalu negara itu terlihat bergairah, tapi fondasi perekonomiannya rapuh. Jika ada satu saja kran ekonomi yang diblokir atau ada satu bagian yang diusik, maka seluruh bangunan ekonomi negara akan runtuh. Buktinya, hanya dalam tempo dua atau tiga bulan saja seorang pemodal bisa memurukkan kondisi perekonomian sejumlah negara Asia Tenggara yang tiga diantaranya tercatat sebagai negara yang relatif bagus dan bergairah dari segi perekonomian,” kata Sayyid Ali Khamenei beberapa tahun lalu.

Semua kemajuan yang dicapai revolusi Islam terjadi justru di saat musuh-musuh Iran, AS dan para sekutunya di berbagai persoalan -termasuk politik, budaya dan ekonomi-, tak henti-hentinya mengintimidasi dan menteror Iran. Tak bosan-bosannya mereka menjulurkan lidahnya kepada Iran dan mengatakan, “Kalian akan diembargo ekonomi!, Kalian akan mati kelaparan!, Jalur pembangunan Iran akan buntu!” dan berbagai ancaman lainnya. Tapi, justru kemajuan yang dicapai selama dekade ini, di saat Iran terkepung intimidasi, makar, dan berbagai macam tekanan lain internal dan eksternal.

Apa rahasia stabilitas dan kemajuan Iran? Sebagian beraggapan, karena Iran diberkahi dengan minyak dan kekayaan gas yang maruah, dan karena itu Iran mampu mengatasi semua badai. Setelah semua produsen minyak dunia seperti- Irak, Libya, Suriah dan bahkan Arab Saudi – dicengkeram oleh gejolak. Irak hancur oleh invasi dan sanksi bertubi-tubi Barat. Iran Islam, juga mengalami ancaman semacam ini, bahkan lebih berat, ironisnya Iran tetap berdiri kuat. Libya benar-benar hancur; bisa dikatakan negara ini hanya tinggal sebuah nama, tidak ada pemerintahan disana, elemen-elemen Takfiri meluluhlantakkan negara kaya raya minyak ini. Di Suriah pun dilanda perang hasutan dan dibiayai dari luar negeri. Kalaupun Irak dan Suriah masih mampu bertahan hingga saat ini dari konspirasi besar, itu berkat dukungan yang diterimanya dari Hizbullah dan Iran. Dan kerajaan Wahabi boneka Barat, Arab Saudi, meskipun digambarkan sebagai kerajaan yang stabil oleh Presiden AS Barack Obama (28 Januari lalu)- nyatanya, Saudi goyah dan keropos luar dalam. Jimmy Carter juga pernah menyatakan Iran dibawah kepemimpinan rezim Shah, stabil, di akhir 1977- Arab Saudi goyah dan sedang menuju tepi jurang. Kelangsungan hidup Kerajaan tidak lagi terjamin dan tidak hanya karena baru saja kehilangan seorang raja, namun kontradiksi dan kekacauan internal yang sama-sama berebut kekuasaan.

Apa penyebab stabilitas dan kemajuan Iran? Kita mungkin bisa meringkasnya dalam satu kata saja: Islam!. Ya Islam saja, tidak lebih.

Iran memulai meniti jalan Islam untuk memenuhi kebutuhan masyarakat serta membangun sistem di mana mereka yang tertindas diperlakukan dengan secara adil dan bijak. Benar, Republik Islam Iran berdiri dengan tidak sempurna; tidak akan pernah atau bahkan menjadi sebuah negara yang sempurna, tapi itu jauh lebih baik daripada apa yang dialami oleh negara-negara lain. Tidak seperti Arab Saudi atau Pakistan atau Libya, Irak dan Suriah, kerusuhan komunal dan etnis. Kepatuhan Iran terhadap Islam tidak dangkal. Ada komitmen yang tulus untuk hidup dalam diri masyarakat Iran sampai tercapai cita-cita Islam. Hal ini terbukti dalam kesederhanaan pemimpinnya, dimulai dengan kepribdaian Imam Sayyid Ali Khamenei, yang diikuti sampai ke tingkat masyarakat terendah. Sikap Taqwa yang terus mengalir dari atas; ketika pemimpin bertaqwa, itu akan menginspirasi masyarakat di level bawah untuk meniru teladannya. Dan kekayaan negara tidak terkonsentrasi di tangan segelintir para rakus atau hanya dibeberapa bagian atas kelas elit.

Dalam sebagian masyarakat Muslim, sifat taqwa hanya dimiliki disebagian besar orang miskin, massa yang tertindas, tetapi tidak mengalir ke orang-orang kalangan atas dan pemimpin. Sebaliknya, konsentrasi kekayaan hanya ada di tangan kalangan atas. Tentu hal ini menciptakan kebencian masyarakat dan oleh karena itu menimbulkan ketidakstabilan dalam masyarakat. Hal ini juga tidak mengherankan jika di beberapa masyarakat Muslim tidak memiliki kondisi stabilitas apapun; mungkin Turki dan Malaysia dapat dikutip sebagai pengecualian, tetapi dalam arti yang sangat terbatas.

Dua aspek yang luar biasa lain dari Iran adalah totalitas kemerdekaan dari pengaruh dan hegemoni asing, tidak ada utang luar negeri yang menumpuk. Diukur dengan skala apapun, ini adalah prestasi yang benar-benar luar biasa. Kekuatan predator Barat tidak mentolerir negara manapun untuk melakukan penilaian independen; mereka menggunakan otot besar militer untuk mengalahkan negara yang bandel supaya kembali ke jalur yang sudah diterapkan. Mereka mencoba ini dengan Iran dan hampir empat dekade, namun mereka gagal total. Dan bahkan Iran hingga hari ini tidak menjadi bagian dari sistem keuangan internasional,- Iran bukan anggota dari Bank of International Settlements, sebuah lembaga yang didominasi oleh banksters internasional, para bandit dan pencuri. Iran begitu terampil menghindari penipuan keuangan kapitalis yang dilakukan secara teratur dan sistematis untuk memiskinkan orang lain sambil mengumpulkan kekayaan di tangan segelintir orang.

Hanya kepatuhan terhadap prinsip-prinsip Islam yang benar, memungkinkan seseorang mampu menahan dan bertahan dari berbagai tekanan tak kenal kompromi. Dan Iran adalah perwujudan dari nilai-nilai tersebut dan model bagi umat Islam lainnya untuk menirunya, andai saja mereka bisa melepaskan penutup mata dari ideologi sektarian. Kepada bangsa Iran dan bangsa-bangsa tertindas di dunia, Selamat atas kemerdekaan dan Revolusi Islam Iran yang jatuh pada 22 Bahman 1393, bertepatan dengan 12 Februari 2015 .

(Islamic-Sources/Islam-Times/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: