Pria yang lahir di Tegal, 7 Juli 1943 ini, enggan disebut teoritisi. Ia justru lebih senang menyebut dirinya praktisi. Tentu bukan tanpa alasan ia menyebut dirinya demikian.
Meski secara akademik hanya berstatus jebolan Teknik Sipil Universitas Diponegoro, Semarang, Pade Marsinggih memiliki setumpuk pengalaman di dunia organisasi, dan terutama politik praktis, ruang yang pernah melambungkan namanya.
Ia mengasah kemampuan berpolitiknya di Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Memulai karir politiknya sebagai pimpinan Komisi di DPRD Tingkat II (1971-1977), lalu meningkat DPRD Tingkat I Provinsi Jawa Tengah (1977-1982), dan akhirnya melenggang ke senayan sebagai anggota DPR RI (1992-1997).
Selama kiprahnya, ia seolah ditakdirkan menjadi pelopor. Pade Marsinggih adalah penginterupsi pertama di sejarah legislatif Indonesia, yakni saat menjadi wakil rakyat di DPRD Jateng.
Dia pun termasuk dalam jajaran pendiri PDI (1973), juga pendiri Kamar Dagang Indonesia (KADIN), Asosialiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) dan ikut mendirikan sejumlah LSM di Jakarta.
Akbar Tandjung pernah menjulukinya sebagai pemikir yang orisinil. Kini, setelah usianya tak lagi muda, ketika ia memilih kembali ke kota asalnya, Slawi Jl Ketilang No 11 A , ia pun masih tak hentinya menjadi pelopor, yakni dengan mendirikan Simphoni Kebangsaan yang prihatin sekaligus peduli terhadap dinamika keIndonesiaa.
Di dalamnya berkumpul anak-anak gerakan lintas organisasi. Dan di sinilah Pade Marsinggih menebarkan virus kepedulian dan komitmen kebangsaan, di tengah kian merapuhnya rasa nasionalisme.
Sumber FB: Bung Cuong, Staf ahli di DPRD Kabupaten Tegal
(Dokumentasi/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email