Pengasuh Pondok Pesantren Denanyar Jombang KH Aziz Masyhuri mengungkapkan, dalam kitab Al-Adzkar
terbitan Saudi Arabia, salah satu bagian penting yang menjelaskan
tentang ajaran tentang berdoa dengan perantara atau tawashul sengaja
dihapus, karena dianggap bertentangan dengan ajaran Wahabi. Padahal
kitab yang dikaji di berbagai pesantren itu ditulis oleh ulama Sunni
yang menganjurkan tawashul.
Saat berkunjung ke redaksi NU Online
pertengahan bulan lalu, mantan ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI)
ini menuturkan, dirinya telah lama menemukan manipulasi itu, bahkan
sejak awal awal tahun 2000.
Selain kitab Al-Adzkar, alam kitab Tafsir Shawi, misalnya, ditengarai terjadi penghapusan beberapa baris, sehingga memenggal isi pokok kitab tersebut.
Menurut Kiai Aziz, pihaknya sempat
mengirimkan surat protes kepada pihak penerbit Saudi Arabia atas
sepengetahuan Dr KH Agil Al Munawwar, menteri Agama saat itu, tetapi
surat protes itu tidak pernah ditanggapi oleh mereka.
Ia menduga masih banyak kitab yang sisinya sudah diacak-acak seperti itu. Karenanya ia meminta PBNU dan kalangan pesantren untuk kritis terhadap keaslian kitab yang dikaji.
”Kita perlu terus mentashih kembali kitab-kitab yang akan dikaji di pesantren, agar tidak menyebabkan kepeincangan dan kesesatan,” katanya
Sesepuh NU yang rajin menghimpun arsip NU ini juga berharap agar penyelidikan terhadap kasus pembajakan kitab Sirajut Thalibin
sekaligus dijadikan momentum untuk mengkaji kitab yang ada, baik dari
segi hak cipta maupun dari segi matan atau isinya agar bila terjadi
penyimpangan bisa segera di luruskan.
“Ini salah satu bentuk menjaga nilai-nilai Aswaja yang saat ini memang sdang banyak menghadapi tantangan baik dari kelompok liberal yang marak di kalangan muslim Timur Tengah, maupun rongrongan dari kelompok fundamentalis Islam sebagaimana dilakukan terhadap kitab Al-Adzkar tersebut,” katanya.
(NU Online/http://www.nu.or.id)
Post a Comment
mohon gunakan email