MUS'AB AL KHAIR
DAFTAR ISI:
1. MUS'AB AL KHAIR
2. MALIK AL ASYTHAR
3. MAITSAM AL TAMMAR
4. JA'FAR DENGAN DUA SAYAP
5. HAMZAH
6. HABIB BIN MAZHAHIR
7. AMMAR BIN YASIR
8. AL MIQDAD
9. ABU THALIB
10. ABU DZAR
11. SALMAN AL FARISI
DAFTAR ISI:
1. MUS'AB AL KHAIR
2. MALIK AL ASYTHAR
3. MAITSAM AL TAMMAR
4. JA'FAR DENGAN DUA SAYAP
5. HAMZAH
6. HABIB BIN MAZHAHIR
7. AMMAR BIN YASIR
8. AL MIQDAD
9. ABU THALIB
10. ABU DZAR
11. SALMAN AL FARISI
1. MUS'AB AL KHAIR MUS'AB AL KHAIR
Mus'ab mengenakan pakaian terbaiknya, menyisir rambutnya, menyemprotkan parfum ke tubuhnya, lalu pergi. Aroma parfumnya menyebar keseluruh penjuru. Beberapa orang wanita berbisik-bisik tentang pemuda kaya raya itu. Mereka berharap bahwa mus'ab mau menikahi salah satu putrinya.
Mus'ab menghibur dirinya bersama temannya. Suatu hari, ia mendengar tentang suatu peristiwa baru yang terjadi di Makkah.
Saat itu, Nabi Muhammad saw. mulai mengajak orang-orang masuk Islam.
Mus'ab memutuskan untuk menemui Nabi Muhammad saw. dan mendengar khotbah beliau. Sehingga, ia pun pergi menuju rumah Al Arqam. Tadinya, dia bermaksud untuk meluangkan sedikit saja waktunya bersama Nabi Muhammad saw. karena ia telah berjanji pada teman-temannya untuk pergi mencari hiburan.
Namun, ketika Mus'ab duduk di hadapan Nabi Muhammad saw., dia mendapatkan sesuatu yang baru. Dia menyadari akan ampunan, cinta sejati, dan akhlak yang baik. Maka, ia pun mendngarkan kata-kata Nabi. Tiba-tiba ia berkata, "Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah."
Sejak saat itu, Mus'ab pun menjadi orang yang beriman. Dia mulai menatap ke langit dan merasakan penderitaan kaum miskin. Lalu, siapakah Mus'ab itu ?
Nama lengkapnya adalah Mus'ab bin Umair bin Hasyim bin Abdul Manaf. Dia berasal dari bani Abdul Daar yang berasal dari suku Quraisy. Dia termasuk salah satu sahabat terbaik.
Dia masuk Islam pada masa awal. Dia merahasiakan keislamannya. Ketika kaum kafir mengetahui keislamannya, mereka pun memenjarakan ia di dalam rumahnya. Dia berhijrah ke Habsyi (Ethiopia) dan kemudian kembali lagi ke Makkah.
Nabi Muhammad saw. mengirim ia ke Madinah untuk mengajarkan Alquran pada orang-orang. Jadi, ia merupakan Muhajirin pertama. Rasulullah saw. menjulukinya Mus'ab al Khair.
Dia ikut serta dalam Perang Badar. Dia syahid dalam Perang Uhud dan dialah yang membawa bendera Nabi saw.
Masuk Islamnya Mus'ab
Pada suatu malam, Mus'ab pulang ke rumahnya. Dia makan malam tanpa berkata apa-apa. Dia hanya makan satu jenis makanan. Ayahnya memandanginya. Ibunya pun heran dengan kebiasaan barunya itu. Ibunya bertanya tentang hal itu. Dia hanya menjawab," Tidak ada apa-apa."
Ketika waktu tidur tiba, Mus'ab berbaring di tempat tidurnyadan memandangi langit yang berbintang. Dia pun merasa sangat kagum atas kebesaran Allah, Pencipta langit dan Bumi,Penguasa jagad raya.
Semua sudah tertidur, Namun Mus'ab masi terjaga. Dia bangun dan berwudu dengan hati-hati agar tidak seorang pun melihatnya. Dia memasuki kamarnya dan mulai berdoa pada Allah, Yang Mahamulia.
Pada pagi berikutnya, ibu Mus'ab meras heran dengan perilaku aneh anaknya. Dia tak berhenti di depan cermin untuk menyisir rambutnya. Dia tidak memakai parfum di tubuhnya. Dia hanya berpakaian seperti orang biasa. Selain itu, ia memperlakukan orang tuanya dengan sopan.
Suatu hari, ibunya mendengar kabar mengenai seringny6a Mus'ab pergi ke rumah Al Arqam. Ibunya pun menjadi marah. Ibu Mus'ab menunggu kedatangannya dengan tidak sabar.
Mus'ab kembali pada sore harinya dan menyapa ibunya. Namun ibunya menampar pipinya dan berkata dengan keras," Mengapa kau tinggalkan agama leluhurmu dan mengikuti agama Muhammad ?"
Mus'ab menjawab," Ibunda, karena itu merupakan agama terbaik."
Ibunya kehilangan akal sehatnya karena semua orang telah mengabaikannya termasuk juga suaminya. Dia tidak dapat mengendalikan dirinya lagi. Maka, ia pun menampar pipi anaknya lagi.
Mus'ab lalu duduk dengan sedih. Ibunya pun ikut duduk juga. Ia mulai berfikir bagaimana caranya agar anaknya itu kembali ke agama leluhurnya lagi.
Dengan lembut, ibunya berkata," Tidakkah kau lihat umat Islam menderita karena penyiksaan ? Islam adalah agama para budak. Agama ini cocok untuk Bilal, Suhaib, dan Ammar. Sedangkan kau merupakan bagian dari suku Quraisy yang terhormat."
Mus'ab memandang ke arah ibunya dan berkata," Tidak Bu! Islam adalah agama semua orang. Tidak ada perbedaan antara Quraisy dengan selain Quraisy, dan antara yang hitam dan yang putih. Yang membedakan diantara mereka hanyalah ketaqwaan pada Allah. Ibu, aku mohon ikutilah agama Allah dan tinggalkan berhala karena mereka tidak berguna!"
Ibunya tetap diam. Dia lalu memikirkan cara lain agar anaknya meninggalkan agama Muhammad saw.
Matahari bersinar pada keesokan paginya. Sinarnya memenuhi rumah-rumah di kota Makkah dan perbukitannya. Rumah itu tampak sepi. Mus'ab bertanya dalam hatinya," ke manakah ibuku pergi?"
Mus'ab hendak keluar. Dia lalu menuju pintu, dan mencoba untuk membukanya namun pintu itu ternyata terkunci. Mus'ab pun menunggu kedatangan ibunya. Satu jam telah berlalu. Pintu itu kemudian terbuka. Ibunya bersama seorang lelaki beserban muncul dari belakang pintu. Lelaki itu membawa pedang di tangan kanannya dan rantai di tangan kirinya.
Penjara
Ibunya berkata padanya," Apakah kau ingin pergi ke rumah Al Arqam?"
Mus'ab terdiam. Ibunya pun melanjutkan, "Ruangan itu akan menjadi penjara bagimu hingga kau tinggalkan agama Muhammad."
Dengan tegas Mus'ab menjawab," Lebih baik aku mati demi agama Muhammad !"
Orang beserban itu pun lalu merantai Mus'ab, dan ibunya mendorongnya ke dalam kamar yang menjadi penjara baginya.
Hari-hari pun berlalu.
Mus'ab pun menderita kelaparan dan kesepian dalam penjara. Mus'ab tak henti-hentinya menangis.
Nabi Muhammad saw. dan umat Muslim mendengar tentang penderitaan Mus'ab. Mereka merasa prihati terhadap Mus'ab. Mereka kagum kepada Mus'ab karena dia memilih dipenjara dari pada mengingkari agama Allah.
Kebebasan
Mus'ab selalu beribadah kepada Allah selama dalam kurungan. Dia ikhlas dengan takdirnya. Namun, dia merasa bahwa kebebasan merupakan hal terindah dalam hidup, dan keimanannya pada Allah merupakan jalan menuju kebebasan. Mus'ab merasakan penderitaan budak-budak di Makkah.
Hari dan minggu pun berlalu. Mus'ab masih tetap dikurung. Allah berkehendak untuk menyelamatkannya dari penderitaan itu.
Tersebutlah seorang rajadi negeri Habsyi. Nabi Muhammad saw. menyeru pada umat Muslim untuk berhijrah ke sana.
Seorang Muslim dengan sembunyi-sembunyi datang ke penjara Mus'ab. Orang itu memberi tahu Mus'ab tentangt hijrahnya umat Islam.
Mus'ab pun gembra dan penuh harapan. Orang tersebut melepaskannya dari penjara. Dia senang dapat ikut bersama kaum Muslim. Mereka melewati gurun pasir menuju laut merah.
Ke Negeri Habsyi
Kafilah itu telah sampai ke pelabuhan Jeddah. Mereka berjumlah lima belas orang. Mereka melarikan diri dari kaum kafir untuk menyelamatkan agamanya. Sebuah kapal merapat ke pelabuhan Jeddah. Kapal itu menuju ke Habsyi.
Muhajirin (orang-orang yang hij rah) pun pergi. Mereka mengucap syukur ke hadirat Allah atas keimanan dan keselamatan mereka.
Angin berhembus sepoi-sepoi, dan air laut tenang. Kapal itu mulai bertolak menuju Habsyi. Setelah beberapa hari, kapal itu pun sampai di Habsyi.
Ke Negeri Habsyi
Al Najashyi, Raja Habsyi, adalah orang yang adil. Dia menyambut kedatangan umat islam ke negerinya.
Di antara Muhajirin terdapat Abdurrahman bin Auf, Al Zubair bin al Awam, Utsman bin Mazun, Abdullah bin Mas'ud, Utsman bin Affan dan istrinya Ruqayyah (putri Nabi), Umi Ayman, Abu Salamah dan istrinya Umu Salamah, serta Mus'ab bin Umair.
Muhajirin dapat beribadah kepada Allah dengan tenang. Mereka berharap dapat mendengarkan berita-berita tentang Nabi Muhammad saw. dan tentang mereka yang mengikuti Nabi. Mereka memohon pada Allah agar menganugerahkan kemenangan kepada mereka atas kaum kafir.
Kaum kafir berencana untuk membawa kembali umat Muslim dengan paksaan. Mereka pergi menuju pelabuhan Jeddah. Mereka tidak menemukan kapal itu karena ternyata kapal itu telah berangkat ke Habsyi. Kemudian, mereka pun memikirkan cara lainuntuk membawa pulang umat Islam.
Kepulangan
Kaum kafir ingin mengadakan perdamaian dengan Nabi Muhammad saw. karena Islam menyebar dengan cepat.
Sebagai contoh, Hamzah bin Abdul Muththalib (paman Nabi saw.)telah menjadi Muslim karena Abu Jahal telah menganiaya Nabi saw. Lalu Umar bin Khaththab, musuh umat Islam yang paling kejam, telah menjadi Muslim juga. Tentu saja, kaum Muslim menyadari akan kekuatan besarnya.
Selama masa tersebut, Raja menerima Muhajirin di negerinya. Sehingga, rakyatnya memberontak terhadapnya.
Umat Muslim berfikir untuk pulang kembali ke Makkah agar tidak menempatkan Al Najashyi dalam posisi yang paling sulit. Dalam pada itu, mereka mendengar tentang gencatan senjata antara kaum Muslim dan kaum kafir di Makkah.
Setelah tiga bulan di Habsyi, kaum Muslim memutuskan untuk kembali ke Makkah. Sebelum umat Islam tiba di Makkah, mereka mendengan kabar buruk. Yaitu kabar tentang kaum Quraisy yang masih tetap berlaku tidak adil. Mereka terus menyiksa umat Muslim.
Oleh karena itu, Muhajirin berada diantara dua pilihan, yaitu kembali ke Habsyi atau masuk ke Makkah dan mengalami penyiksaan lagi. Sebagian Muhajirin kembali ke Habsyi dan sebagian lagi tetap memilih untuk tetap pergi ke Makkah.
Mus'ab memilih untuk pulang ke Makkah. Mus'ab pulang ke rumah untuk mencari ibunya. Ternyata ibunya masih tetap keras kepala. Ibunya berusaha untuk memenjarakan Mus'ab lagi, namun Mus'ab meninggalkan rumahnya. Matanya berlinangan air mata.
Mus'ab ingin ibunya menjadi Muslim juga. Dia berharap ibunya dapat membuka matanya agar dapat melihat cahaya tauhid.
Namun jawaban terakhir ibunya adalah," Aku tak ingin orang-orang mengatakan bahwa aku lebih memilih agama anakku dibandingkan agama ayahku."
Pertemuan di Makkah
Nabi Muhammad saw. sedang menantikan musim ziarah untuk mengajak para peziarah untuk masuk Islam.
Enam orang yang berasal dari Yatsrib datang ke Makkah. Nabi saw. bertanya pada mereka," Kalian berasal dari mana?"
Mereka menjawab," Kami dari Yatsrib. Kami berasal dari suku Khazraj."
Nabi saw. lalu berkata pada mereka," Apakah kalian para pendukung kaum Yahudi ?"
Mereka menjawab," Benar."
Kemudian Nabi saw. duduk bersama mereka. Lalu, beliau membacakan beberapa ayat Alquran dan mengajak mereka untuk masuk Islam.
Penduduk Yatsrib telah mendengar dari kaum Yahudi bahwa seorang nabi akan segera muncul. Karena itulah, mereka saling berkata, "Dialah nabi yang telah diceritakan oleh kaum Yahudi."
Dengan segera mereka menjadi Muslim dan berkata, " Permusuhan antara suku Aus dengan suku Khazraj semakin sengit, semoga Allah mempersatukan kami melalui engkau!"
Mereka lalu pergi menuju Yatsrib dan mulai mengajak penduduknya untuk masuk Islam.
Penghormatan Pertama Al Akaba
Ketika musim ziarah dimulai, dua belas orang Yatsrib datang dan menemui Nabi saw. di tempat yang bernama Al Akaba.
Kedua belas orang tersebut berjanji pada nabi bahwa mereka tak akan menjadi musyrik, takkan mencuri, takkan berzina, takkan membunuh anak perempuan mereka, dan takkan berkata bohong.
Muhajirin Pertama
Umat Muslim di Habsyi meminta Nabi Muhammad saw. agar mengirimkan seseorang untuk mengajar mereka tentang Islam.
Nabi Muhammad saw. merasa Mus'ab adalah orang yang paling tepat untuk mengemban tugas tersebut. Oleh karena itu, beliau menyuruhnya untuk bersiap-siap pergi hijrah ke Habsyi.
Mus'ab bin Umair mematuhi perintah Nabi saw. dan kemudian pergi bersama yang lainnya menuju Habsyi.
Oleh karena itu, Mus'ab bin Umair adalah orang yang pertama hijrah ke Habsyi karena Allah semata. Dia tinggal tinggal bersama Sa'ad bin Zarara, yang juga termasuk orang yang masuk Islam pada masa awal.
Hari demi hari berlalu. Mus'ab bersama kaum Muslim lainnya mengajari mereka tentang Islam dan membacakan mereka ayat-ayat Alquran.
Penyebaran Agama Islam
Sa'ad bin Zarara ingin menyebarkan agama Islam ke seluruh penjuru Makkah. Dia mengajak Mus'ab untuk pergi bersamanya menuju rumah bani Ashal dan bani Zafar.
Sa'ad bin Ma'adh dan Usaid bin Khuzair, adalah pemimpin bani Ashal. Mereka adalah orang-orang kafir yang bertuhan banyak.
Sa'ad bin Ma'adh berkata pada Usaid bin Khuzair, "Pergi dan hardiklah kedua orang itu! Lalu usir mereka dari rumah kita. Sa'ad bin Zurara adalah sepupuku. Dan aku merasa malu karenanya."
Usaid bin Khuzair mengambil pedangnya dan menghampiri mereka. Ada sekelompok orang yang berasal dari Yatsrib di sekeliling mereka. Mereka sedang mendengarkan ayat-ayat Alquran.
Sa'ad bin Zurara melihat Usaid berjalan ke arahnya. Dia berkata pada Mus'ab, "Dia adalah Usaid. Dia adalah pemimpin suku ini. Apabila dia menjadi Muslim, maka seluruh sukunya pun akan menjadi Muslim."
Usaid berhenti di dekat mereka. Dia lalu berkata dengan nada mengancam," Jika kalian masih senang hidup, pergilah dari sini!"
Mus'ab dengan sopan berkata," Duduklah beberapa menit saja. Dengarkanlah apa yang sedang kami bacakan. Jika engkau tidak menerimanya, kami akan pergi."
Usaid lalu berkata," Aku rasa itu adil, baiklah."
Usaid kemudian menaruh pedangnya di lantai dan duduk.
Mus'ab mulai membacakan beberapa ayat Alquran. Usaid merasa bahwa keyakinan mulai memasuki hatinya.
Ekspresinya berubah seketika. Kemarahannya menghilang. Ia lalu berkata dengan senyuman," Alangkah indahnya !"
Mus'ab berkata," Inilah agama terbaik. Nabi yang jujur dan dapat dipercaya telah membawanya."
Usaid lalu bertanya," Apa yang harus aku lakukan apabila aku ingin menjadi seorang Muslim?"
Mus'ab menjawab," Bersihkanlah tubuhmu, berwudulah, katakanlah,' Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah dan hamba Allah.' Lalu salatlah dua rakaat."
Usaid berdiri lalu pulang ke rumahnya. Kemudian ia membersihkan tubuhnya, berwudu, setelah itu kembali menghadap Mus'ab dan Sa'ad bin Zarara, lalu ia pun menjadi Muslim. Kemudian dia berkata, "Ada seorang pria di sana. Pria itu adalah kawanku. Apabila ia menjadi seorang Muslim, maka seluruh sukunya akan menjadi Muslim juga. Akan kupanggilkan dia."
Sa'ad bin Ma'adh Masuk Islam
Usai kemudian kembali menuju kawannya, Sa'ad. Ketika Sa'ad bin Ma'adh melihatnya di kejauhan, dia berkata pada kawannya," Demi Tuhan, Usaid datang dengan wajah yang lain." Maksudnya, Usaid telah berubah.
Sa'ad bertanya pada Usaid," Apa yang telah kau lakukan?"
Usaid menjawab," Aku telah menyuruh mereka pergi. Dan mereka berkata," Kami akan melakukan apa yang kau inginkan."
Kemudian Sa'ad bertanya," Di mana mereka sekarang?"
Usaid menjawab," Di tempat mereka."
Sa'ad lalu berkata dengan marah," Engkau tidak melakukan apa pun!"
Sa'ad kemudian berdiri, mengambil pedang dari Usaid, dan pergi menghampiri Mus'ab bin Umair.
Mus'ab tersenyum. Dia meminta Sa'ad untuk duduk dan mendengarkan. Kemudian dia berkata," Apabila kata-kata kami mengganggu kalian, maka kami akan pergi!"
Setelah Sa'ad menaruh pedangnya, ia lalu duduk.
Mus'ab membacakan beberapa ayat Alquran. Kemudian, Mus'ab memberitahu Sa'ad tentang akhlak Islam yang baik, persahabatan, dan persaudaraan.
Sa'ad merasa bahwa hatinya condong pada agama Islam, sehingga ia lalu berkata,"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah dan hamba Allah."
Sa'ad merahasiakan keislamannya, karena ia bermaksud untuk melakukan sesuatu.
Sa'ad adalah pemimpin dan panutan bani Ashal. Mereka menantikan kepulangannya. Dia dan Mus'ab bin Umair pulang kembali menghampiri bani Ashal. Ketika Sa'ad mendekati mereka, dia berhenti lalu berkata," Bani Ashal, siapakah aku?"
Mereka semua menjawab,"Pemimpin dan panutan kami!"
Sa'ad bin Ma'adh lalu berkata," Aku mengajak kalian untuk percaya pada Allah dan Rasulullah."
Seluruh anggota bani Ashal kemudian menganut agama Islam. Oleh karena itu, Mus'ab bin Umair mulai mengajari mereka prinsip-prinsip dalam agama Islam.
Penghormatan Kedua Al Akaba
Musim ziarah yang baru dimulai. Mus'ab bin Umair dan sekolompok umat Muslim pergi menuju Makkah. Sekelompok kaum kafir juga berangkat ke sana. Kaum kafir mengunjungi Makkah dan melakukan upacara ritual khusus.
Mus'ab ingin menemui Nabi saw. untuk memberitahu beliau tentang penyebaran agama Islam di Yatsrib.
Sekelompok umat Muslim secara diam-diam mengunjungi Nabi Muhammad saw. Mereka meminta beliau untuk menemui mereka di Bukit Al Akaba di malam hari. Mereka tidak ingin kaum kafir Quraisy mengetahui pertemuan mereka.
Saat kaum kafir sedang tidur, diam-diam kaum Muslim pergi menuju Bukit al Akaba. Kaum Muslim tersebut berjumlah 73 orang. Dua di antara mereka adalah wanita. Yang pertama Nasiba binti Ka'ab, dia berasal dari bani Najar. Yang kedua Asma binti Amru, dia berasal dari bani Salamah.
Nabi Muhammad saw. datang ke bukit. Begitu pula paman Nabi,Abbas, yang merahasiakan keislamannya karena dia takut pada orang-orang Quraisy, datang juga bersama Nabi.
Umat Muslim kemudian melakukan penghormatan pada Nabi Muhammad saw. Mereka meyakinkan Nabi bahwa mereka akan membela Islam. Mereka berkata pada Rasulullah saw.," Kami telah menghormatimu! Kami akan setia padamu. Lalu apakah yang kami peroleh ?"
Nabi Muhammad saw. menjawab," Surga!"
Munat Sang Berhala
Utusan Nabi kembali ke Madinah. Mus'ab bin Umair juga kembali ke Madinah. Dia sangat gembira atas kemenangan Islam.
Agama Islam sudah menyebar. Cahayanya menyinari Yatsrib. Kebanyakan penduduk Yatsrib memeluk agama Islam, dan hanya sedikit saja yang masih tetap bertuhan banyak dan menyembah berhala.
Amru bin Jamuh termasuk di antara mereka, namun putranya, Ma'adh, ikut melakukan penghormatan pada Nabi Muhammad saw. di Bukit al Akaba.
Amru bin Jamuh membuat berhala dari kayu. Dia menamakannya Munat. Dia menaruh berhala tersebut di halaman rumahnya. Dia menyembahnya setiap hari.
Ma'adh memikirkan cara untuk meyakinkan ayahnya tentang kesia-siaan menyembah berhala. Dia setuju dengan kaum Muslim lainnya untuk mengambil berhala tersebut.
Pada malam hari, Amru bin Jamuh pergi ke kamarnya untuk tidur. Putranya masih terjaga dan sedang menunggu kawan-kawannya.
Pada waktu yang telah disepakati, kawan-kawannya datang. Ma'adh membuka pintu dengan hati-hati. Kawan-kawannya lalu masuk ke rumah. Mereka kemudian mengikat berhala itu dengan tali dan menariknya keluar. Mereka pergi ke luar kota. Mereka lalu melempar berhala itu ke lubang pembuangan sampah. Setelah itu, Ma'adh pulang dengan tenang dan pergi tidur.
Pada keesokan harinya, Amru bin Jamuh bangun. Dia tidak menemukan Munat. Ia lalu mulai mencari berhalanya di sepanjang jalan. Ia berteriak-teriak," Siapa yang telah mencuri Tuhanku?"
Amru bin Jamuh mencari berhalanya ke mana-mana. Akhirnya ia menemukannya di lubang tempat pembuangan sampah. Dia mengeluarkannya dari lubang tersebut dan membawanya kembali ke rumahnya. Dia lalu membersihkannya dan memberikan wewangian. Kemudian dia berlutut dan memohon maaf pada berhala itu.
Pada malam berikutnya, kawan-kawan Ma'adh datang. Mereka menarik berhala itu dan membawanya ke luar kota lalu membuangnya ke tempat yang sama.
Amru bin Jamuh bangun dari tidurnya. Dia tidak dapat menemukan berhalanya. Sehingga ia pun pergi ke luar kota. Dia membawa berhalanya kembali ke rumah dan membersihkannya. Saat itu, ia mulai kesal. Oleh karena itu, ia kemudian menempelkan sebuah tulisan di leher Munat. Dia berkata pada Munat," Jika engkau benar-benar Tuhan, maka belalah dirimu!"
Hari sudah gelap. Kawan-kawan Ma'adh datang. Mereka membawa kembali berhala itu ke tempat lain. Mereka mengikatnya pada bangkai anjing dan melemparnya ke dalam sebuah lubang.
Pada keesokan harinya, Amru bin Jamuh mencari berhalanya ke mana-mana. Kemudian ia menemukannya terikat pada anjing yang telah mati. Sehingga ia lalu menendang berhala itu dengan kakinya. Dia berkata," Sungguh tuhan yang nakal engkau!"
Sejak saat itu, Amru bin Jamuh percaya pada agama Islam. Ma'adh sangat senang saat ayahnya menjadi Muslim.
Hijrahnya Nabi
Kaum kafir sering menyakiti kaum Muslim, sehingga Nabi memerintahkan para sahabatnya untuk hijrah ke Madinah.
Umat Muslim mulai meninggalkan Makkah secara diam-diam. Mereka pergi ke Madinah seorang demi seorang atau kelompok demi kelompok. Kaum kafir Quraisy mengetahui tentang hijrahnya kaum Muslim. Sehingga mereka mulai menangkap dan menyiksa sebagian dari mereka.
Tiga belas tahun berlalu setelah misi kenabian. Abu Jahal mendesak kaum kafir Quraisy untuk membunuh Nabi Muhammad saw. Jibril lalu turun dari langit memberitahu Rasulullah saw. tentang rencana jahat kaum kafir itu. Malaikat Jibril memerintahkan Rasulullah untuk hijrah ke Madinah.
Nabi saw. memutuskan untuk meninggalkan Makkah dengan diam-diam, beliau meminta sepupunya, Ali, untuk tidur di tempat tidurnya. Ali menerima permintaan Nabi dengan senang hati.
Ketika kaum kafir mendobrak rumah Nabi. Mereka melihat Ali sedang tidur di atas tempat tidur Nabi. Mereka mengagumi Ali dengan keberanian dan pengorbanannya.
Nabi Muhammad saw. tiba di Madinah. Penduduknya menyambut beliau dengan shalawat. Pada saat itu, Yatsrib diberi nama Madinah.
Nabi Muhammad saw. mulai membangun masyarakat baru.
Pertama, Nabi Muhammad saw. membangun sebuah masjid. Masjid tersebut merupakan simbol dari tauhid. Kemudian, beliau membuat persaudaraan antara Muhajirin (kaum yang hijrah dari Makkah) dengan Anshar (Kaum penolong yang asli Mdinah).
Perang Badar
Kaum kafir di Makkah menyerang dan merampok rumah-rumah umat Muslim.
Nabi Muhammad saw. ingin menghukum kaum kafir Quraisy. Beliau mendengar tentang kafilah dagang yang kembali dari Syam. Nabi Muhammad saw. kemudian memerintahkan kaum Muslim untuk menyerang kafilah dagang tersebut.
Abu Sufyan, pemimpin kafilah dagang tersebut, mendengar tentang rencana kaum Muslim. Ia lalu mengutus seseorang kepada pemimpin kaum Quraisy agar mengirimkan perbekalan yang penting padanya. Ia pun mengubah arah perjalanan kelompoknya.
Kaum kafir bersiap-siap untuk menghadapi kaum Muslim. Mereka mengerahkan 950 orang prajurit dan berangkat menuju Madinah.
Nabi Muhammad saw. membentuk suatau pasukan. Pasukan tersebut berjumlah 313 orang. Beliau memberi Mus'ab bin Umair bendera Muhajirin. Beliau memberi Sa'ad bin Ma'adh bendera Anshar. Dan beliau memberikan benderanya, yang disebut Al Ikaab, pada Ali bin Abi Thalib.
Kedua pasukan bertemu di dekat Sumur Badar.
Perang pun pecah. Kaum Muslim berjuang dengan gagah berani. Allah menganugerahkan mereka kemenangan. Kaum Muslim membunuh banyaka kaum kafir. Selain itu, mereka menangkap banyak kaum kafir seperti Nadhar bin Harits.
Nadhar bin Harits berkata pada Mus'ab bin Umair," Beri tahu kawanmu (Nabi Muhammad saw.) agar menganggapku sebagai tawanan perang!"
Mus'ab kemudian berkata padanya," Engkau telah menyiksa para sahabatnya."
Nadhar mencoba untuk mengingatkan Mus'ab akan fanatisme Quraisy sebelum Mus'ab masuk Islam.
Mus'ab lalu berkata, " Aku tidak sependapat denganmu. Islam menentang fanatisme."
Mus'ab tidak memikirkan apa pun kecuali agama Islam.
Perang Uhud
Kaum kafir Quraisy bersiap-siap untuk membalas dendam pada kaum Muslim. Setahun berlalu setelah Perang Badar. Kaum kafir mebentuk sebuah pasukan besar. Jumlah pasukan itu mencapai tiga ribu prajurit. Abu Sufyan memimpin pasukan tersebut.
Pasukan kaum kafir maju menuju Madinah.
Kaum Yahudi di Madinah merasa Khawatir atas kemenangan kaum Muslim pada saat Perang Badar. Mereka penuh dengan rasa dengki. Ka'ab bin Ashraf, seorang Yahudi yang berasal dari bani Nadhir, pergi ke Makkah. Dia mendesak kaum kafir untuk membalas dendam pada kaum Muslim.
Abu Sufyan berkata pada Ka'ab," Agama manakah yang lebih baik, agama Muhammad atau agamamu?"
Ka'ab berkata sambil tersenyum,"Bukan keduanya. Yang terbaik adalah agamamu!"
Maka kaum Yahudi pun berhasil membujuk kaum kafir. Karena itulah, pasukan kaum kafir berangkat menuju Madinah.
Menghadapi Kaum Kafir
Setelah beberapa kali pembicaraan di Masjid Nabi, Kaum Muslim setuju untuk menghadapi kaum kafir di dekat Bukit Uhud di luar Madinah. Nabi Muhammad saw. membentuk sebuah pasukan. Pasukan itu berjumlah tujuh ratus orang. Nabi Muhammad saw. memberikan benderanya pada sahabat yang berani Yaitu Mus'ab bin Umair.
Nabi Muhammad saw. memerintahkan lima puluh pemanah terbaik untuk tetap berada di Bukit Aianain. Tugas mereka adalah melindungi kaum Muslim dari serangan mendadak. Oleh karena itu, Nabi saw. memerintahkan mereka agar tidak meninggalkan tempat mereka apapun yang terjadi.
Beliau saw. berkata pada mereka," Lindungi kami dari belakang. Jangan tinggalkan tempat kalian apabila kalian melihat kami mengumpulkan barang rampasan perang atau pun apabila kami terbunuh."
Ketika pertempuran pertama dimulai, Kaum Muslim memperoleh kemenangan besar. Mereka mulai mengejar kaum kafir. Para pemanah di atas bukit lupa akan perintah Nabi saw. Mereka melihat saudara-saudara mereka mengumpulkan rampasan perang. Mereka menginginkannya juga, mereka pun meninggalkan tempat mereka.
Khalid bin Walid memimpin pasukan kaum kafir. Dia melancarkan serangan mendadak. Para pemanah di atas bukit tidak dapat menahan serangan mereka. Sehingga sebagian dari mereka terbunuh dan syahid. Serangan itu menyebabkan kaum Muslim berada dalam kekacauan.
Nabi Muhammad saw. dan beberapa sahabat seperti Ali bin Abi Thalib. Hamzah bin Abdul Muththalib, dan Mus'ab bin Umair menghadapi serangan tersebut.
Mus'ab membawa bendera Muslim. Ia bertempur dengan gagah berani untuk melindungi Rasulullah saw.
Pasukan kafir menyerang Mus'ab dengan gencar untuk menjatuhkan bendera Islam. Mus'ab melawan dengan gigih. Namun, setelah memberikan perlawanan keras, Mus'ab pun jatuh ke tanah dan syahid.
Rasulullah saw. memerintahkam Imam Ali untuk mengangkat bendera Islam tinggi-tinggi. Pertempuran berlanjut. Lalu, Hamzah pun syahid. Beberapa sahabat terus bertempur dengan berani. Abu Dajana al Anshari dan Sahal bin Hunaif berada di antara mereka.
Rasulullah saw. terluka parah. Kaum kafir melancarkan serangan gencar untuk membunuh beliau saw. Rasulullah saw. berkata pada Imam Ali, "Lawan kaum kafir ini!"
Imam Ali bertempur dengan pedangnya,Dzulfikar. Ia tidak menggubris luka-lukanya. Malaikat Jibril turun dari langit. Dia berkata pada Rasulullah saw., "Wahai Muhammad, para malaikat di surga mengagumi ketahananmu."
Penarikan Mundur
Karena situasi bertambah kritis, Rasulullah saw. memutuskan untuk menarik mundur pasukan Islam agar mereka dapat beristirahat. Beliau saw. memanggil mereka," Aku adalah rasul Allah. Mendekat padaku!"
Rasulullah memimpin para sahabatnya menuju puncak Bukit Uhud.
Abu Sufyan berdiri di kaki bukit dan berkata," Sehari untuk sehari."
Lalu ia berkata," Hubal yang agung!"
Rasulullah saw. memerintahkan para sahabatnya untuk berkata: "Allah Lebih Agung!"
Abu Sufyan berkata," Kami memiliki pendukung, sedangkan kalian tidak!"
Rasulullah saw. berkata," Allah SWT adalah pendukung kami, kalianlah yang tidak memiliki pendukung!"
Pertempuran berakhir. Kaum Muslim mendapat pelajaran yang tak terlupakan dari pertempuran itu. Yakni untuk mematuhi Rasulullah saw. dalam keadaan apa pun.
Kaum Muslim kehilangan tujuh puluh pejuang. Kaum kafir kehilangan 28 prajurit.
Rasulullah saw. tiba di Madinah. Kaum Muslim gembira menyambut kedatangan beliau.
Rasulullah menyampaikan rasa duka citanya pada Hamna binti Jahasy (istri Mus'ab) atas kesyahidan pamannya. Wanita itu berkata, " Kita milik Allah dan akan kembali kepada-Nya! Semoga Allah mengampuni dan mengasihinya! Selamat syahid!"
Rasulullah saw. lalu menyampaikan rasa duka citanya atas kesyahidan saudaranya, Abdullah. Wanita itu berkata," Kita milik Allah dan akan kembali pada-Nya! Semoga Allah mengampuni dan mengasihinya! Selamat syahid!"
Rasulullah saw. kemudian menyampaikan rasa duka citanya atas kesyahidan suaminya, Mus'ab. Wanita itu larut dalam tangis dan berkata,"Betapa menyedihkan!"
Ia terus mencucurkan air mata kepahitan. Rasulullah saw. tahu bahwa Hamna sangat mencintai suaminya yang pemberani itu.
Wanita Mukmin itu akhirnya pulang sambil menangis. Melihat hali itu, Rasulullah saw. berkata," Wanita itu mencintai suaminya lebih dari siapa pun."
Nama Mus'ab tertera di baris pertama lembaran jihad.
Kaum Muslim selalu mengenang pahlawan pemberani ini, yang menderita dalam perjuanganbagi Islam.[]
Mus'ab mengenakan pakaian terbaiknya, menyisir rambutnya, menyemprotkan parfum ke tubuhnya, lalu pergi. Aroma parfumnya menyebar keseluruh penjuru. Beberapa orang wanita berbisik-bisik tentang pemuda kaya raya itu. Mereka berharap bahwa mus'ab mau menikahi salah satu putrinya.
Mus'ab menghibur dirinya bersama temannya. Suatu hari, ia mendengar tentang suatu peristiwa baru yang terjadi di Makkah.
Saat itu, Nabi Muhammad saw. mulai mengajak orang-orang masuk Islam.
Mus'ab memutuskan untuk menemui Nabi Muhammad saw. dan mendengar khotbah beliau. Sehingga, ia pun pergi menuju rumah Al Arqam. Tadinya, dia bermaksud untuk meluangkan sedikit saja waktunya bersama Nabi Muhammad saw. karena ia telah berjanji pada teman-temannya untuk pergi mencari hiburan.
Namun, ketika Mus'ab duduk di hadapan Nabi Muhammad saw., dia mendapatkan sesuatu yang baru. Dia menyadari akan ampunan, cinta sejati, dan akhlak yang baik. Maka, ia pun mendngarkan kata-kata Nabi. Tiba-tiba ia berkata, "Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah."
Sejak saat itu, Mus'ab pun menjadi orang yang beriman. Dia mulai menatap ke langit dan merasakan penderitaan kaum miskin. Lalu, siapakah Mus'ab itu ?
Nama lengkapnya adalah Mus'ab bin Umair bin Hasyim bin Abdul Manaf. Dia berasal dari bani Abdul Daar yang berasal dari suku Quraisy. Dia termasuk salah satu sahabat terbaik.
Dia masuk Islam pada masa awal. Dia merahasiakan keislamannya. Ketika kaum kafir mengetahui keislamannya, mereka pun memenjarakan ia di dalam rumahnya. Dia berhijrah ke Habsyi (Ethiopia) dan kemudian kembali lagi ke Makkah.
Nabi Muhammad saw. mengirim ia ke Madinah untuk mengajarkan Alquran pada orang-orang. Jadi, ia merupakan Muhajirin pertama. Rasulullah saw. menjulukinya Mus'ab al Khair.
Dia ikut serta dalam Perang Badar. Dia syahid dalam Perang Uhud dan dialah yang membawa bendera Nabi saw.
Masuk Islamnya Mus'ab
Pada suatu malam, Mus'ab pulang ke rumahnya. Dia makan malam tanpa berkata apa-apa. Dia hanya makan satu jenis makanan. Ayahnya memandanginya. Ibunya pun heran dengan kebiasaan barunya itu. Ibunya bertanya tentang hal itu. Dia hanya menjawab," Tidak ada apa-apa."
Ketika waktu tidur tiba, Mus'ab berbaring di tempat tidurnyadan memandangi langit yang berbintang. Dia pun merasa sangat kagum atas kebesaran Allah, Pencipta langit dan Bumi,Penguasa jagad raya.
Semua sudah tertidur, Namun Mus'ab masi terjaga. Dia bangun dan berwudu dengan hati-hati agar tidak seorang pun melihatnya. Dia memasuki kamarnya dan mulai berdoa pada Allah, Yang Mahamulia.
Pada pagi berikutnya, ibu Mus'ab meras heran dengan perilaku aneh anaknya. Dia tak berhenti di depan cermin untuk menyisir rambutnya. Dia tidak memakai parfum di tubuhnya. Dia hanya berpakaian seperti orang biasa. Selain itu, ia memperlakukan orang tuanya dengan sopan.
Suatu hari, ibunya mendengar kabar mengenai seringny6a Mus'ab pergi ke rumah Al Arqam. Ibunya pun menjadi marah. Ibu Mus'ab menunggu kedatangannya dengan tidak sabar.
Mus'ab kembali pada sore harinya dan menyapa ibunya. Namun ibunya menampar pipinya dan berkata dengan keras," Mengapa kau tinggalkan agama leluhurmu dan mengikuti agama Muhammad ?"
Mus'ab menjawab," Ibunda, karena itu merupakan agama terbaik."
Ibunya kehilangan akal sehatnya karena semua orang telah mengabaikannya termasuk juga suaminya. Dia tidak dapat mengendalikan dirinya lagi. Maka, ia pun menampar pipi anaknya lagi.
Mus'ab lalu duduk dengan sedih. Ibunya pun ikut duduk juga. Ia mulai berfikir bagaimana caranya agar anaknya itu kembali ke agama leluhurnya lagi.
Dengan lembut, ibunya berkata," Tidakkah kau lihat umat Islam menderita karena penyiksaan ? Islam adalah agama para budak. Agama ini cocok untuk Bilal, Suhaib, dan Ammar. Sedangkan kau merupakan bagian dari suku Quraisy yang terhormat."
Mus'ab memandang ke arah ibunya dan berkata," Tidak Bu! Islam adalah agama semua orang. Tidak ada perbedaan antara Quraisy dengan selain Quraisy, dan antara yang hitam dan yang putih. Yang membedakan diantara mereka hanyalah ketaqwaan pada Allah. Ibu, aku mohon ikutilah agama Allah dan tinggalkan berhala karena mereka tidak berguna!"
Ibunya tetap diam. Dia lalu memikirkan cara lain agar anaknya meninggalkan agama Muhammad saw.
Matahari bersinar pada keesokan paginya. Sinarnya memenuhi rumah-rumah di kota Makkah dan perbukitannya. Rumah itu tampak sepi. Mus'ab bertanya dalam hatinya," ke manakah ibuku pergi?"
Mus'ab hendak keluar. Dia lalu menuju pintu, dan mencoba untuk membukanya namun pintu itu ternyata terkunci. Mus'ab pun menunggu kedatangan ibunya. Satu jam telah berlalu. Pintu itu kemudian terbuka. Ibunya bersama seorang lelaki beserban muncul dari belakang pintu. Lelaki itu membawa pedang di tangan kanannya dan rantai di tangan kirinya.
Penjara
Ibunya berkata padanya," Apakah kau ingin pergi ke rumah Al Arqam?"
Mus'ab terdiam. Ibunya pun melanjutkan, "Ruangan itu akan menjadi penjara bagimu hingga kau tinggalkan agama Muhammad."
Dengan tegas Mus'ab menjawab," Lebih baik aku mati demi agama Muhammad !"
Orang beserban itu pun lalu merantai Mus'ab, dan ibunya mendorongnya ke dalam kamar yang menjadi penjara baginya.
Hari-hari pun berlalu.
Mus'ab pun menderita kelaparan dan kesepian dalam penjara. Mus'ab tak henti-hentinya menangis.
Nabi Muhammad saw. dan umat Muslim mendengar tentang penderitaan Mus'ab. Mereka merasa prihati terhadap Mus'ab. Mereka kagum kepada Mus'ab karena dia memilih dipenjara dari pada mengingkari agama Allah.
Kebebasan
Mus'ab selalu beribadah kepada Allah selama dalam kurungan. Dia ikhlas dengan takdirnya. Namun, dia merasa bahwa kebebasan merupakan hal terindah dalam hidup, dan keimanannya pada Allah merupakan jalan menuju kebebasan. Mus'ab merasakan penderitaan budak-budak di Makkah.
Hari dan minggu pun berlalu. Mus'ab masih tetap dikurung. Allah berkehendak untuk menyelamatkannya dari penderitaan itu.
Tersebutlah seorang rajadi negeri Habsyi. Nabi Muhammad saw. menyeru pada umat Muslim untuk berhijrah ke sana.
Seorang Muslim dengan sembunyi-sembunyi datang ke penjara Mus'ab. Orang itu memberi tahu Mus'ab tentangt hijrahnya umat Islam.
Mus'ab pun gembra dan penuh harapan. Orang tersebut melepaskannya dari penjara. Dia senang dapat ikut bersama kaum Muslim. Mereka melewati gurun pasir menuju laut merah.
Ke Negeri Habsyi
Kafilah itu telah sampai ke pelabuhan Jeddah. Mereka berjumlah lima belas orang. Mereka melarikan diri dari kaum kafir untuk menyelamatkan agamanya. Sebuah kapal merapat ke pelabuhan Jeddah. Kapal itu menuju ke Habsyi.
Muhajirin (orang-orang yang hij rah) pun pergi. Mereka mengucap syukur ke hadirat Allah atas keimanan dan keselamatan mereka.
Angin berhembus sepoi-sepoi, dan air laut tenang. Kapal itu mulai bertolak menuju Habsyi. Setelah beberapa hari, kapal itu pun sampai di Habsyi.
Ke Negeri Habsyi
Al Najashyi, Raja Habsyi, adalah orang yang adil. Dia menyambut kedatangan umat islam ke negerinya.
Di antara Muhajirin terdapat Abdurrahman bin Auf, Al Zubair bin al Awam, Utsman bin Mazun, Abdullah bin Mas'ud, Utsman bin Affan dan istrinya Ruqayyah (putri Nabi), Umi Ayman, Abu Salamah dan istrinya Umu Salamah, serta Mus'ab bin Umair.
Muhajirin dapat beribadah kepada Allah dengan tenang. Mereka berharap dapat mendengarkan berita-berita tentang Nabi Muhammad saw. dan tentang mereka yang mengikuti Nabi. Mereka memohon pada Allah agar menganugerahkan kemenangan kepada mereka atas kaum kafir.
Kaum kafir berencana untuk membawa kembali umat Muslim dengan paksaan. Mereka pergi menuju pelabuhan Jeddah. Mereka tidak menemukan kapal itu karena ternyata kapal itu telah berangkat ke Habsyi. Kemudian, mereka pun memikirkan cara lainuntuk membawa pulang umat Islam.
Kepulangan
Kaum kafir ingin mengadakan perdamaian dengan Nabi Muhammad saw. karena Islam menyebar dengan cepat.
Sebagai contoh, Hamzah bin Abdul Muththalib (paman Nabi saw.)telah menjadi Muslim karena Abu Jahal telah menganiaya Nabi saw. Lalu Umar bin Khaththab, musuh umat Islam yang paling kejam, telah menjadi Muslim juga. Tentu saja, kaum Muslim menyadari akan kekuatan besarnya.
Selama masa tersebut, Raja menerima Muhajirin di negerinya. Sehingga, rakyatnya memberontak terhadapnya.
Umat Muslim berfikir untuk pulang kembali ke Makkah agar tidak menempatkan Al Najashyi dalam posisi yang paling sulit. Dalam pada itu, mereka mendengar tentang gencatan senjata antara kaum Muslim dan kaum kafir di Makkah.
Setelah tiga bulan di Habsyi, kaum Muslim memutuskan untuk kembali ke Makkah. Sebelum umat Islam tiba di Makkah, mereka mendengan kabar buruk. Yaitu kabar tentang kaum Quraisy yang masih tetap berlaku tidak adil. Mereka terus menyiksa umat Muslim.
Oleh karena itu, Muhajirin berada diantara dua pilihan, yaitu kembali ke Habsyi atau masuk ke Makkah dan mengalami penyiksaan lagi. Sebagian Muhajirin kembali ke Habsyi dan sebagian lagi tetap memilih untuk tetap pergi ke Makkah.
Mus'ab memilih untuk pulang ke Makkah. Mus'ab pulang ke rumah untuk mencari ibunya. Ternyata ibunya masih tetap keras kepala. Ibunya berusaha untuk memenjarakan Mus'ab lagi, namun Mus'ab meninggalkan rumahnya. Matanya berlinangan air mata.
Mus'ab ingin ibunya menjadi Muslim juga. Dia berharap ibunya dapat membuka matanya agar dapat melihat cahaya tauhid.
Namun jawaban terakhir ibunya adalah," Aku tak ingin orang-orang mengatakan bahwa aku lebih memilih agama anakku dibandingkan agama ayahku."
Pertemuan di Makkah
Nabi Muhammad saw. sedang menantikan musim ziarah untuk mengajak para peziarah untuk masuk Islam.
Enam orang yang berasal dari Yatsrib datang ke Makkah. Nabi saw. bertanya pada mereka," Kalian berasal dari mana?"
Mereka menjawab," Kami dari Yatsrib. Kami berasal dari suku Khazraj."
Nabi saw. lalu berkata pada mereka," Apakah kalian para pendukung kaum Yahudi ?"
Mereka menjawab," Benar."
Kemudian Nabi saw. duduk bersama mereka. Lalu, beliau membacakan beberapa ayat Alquran dan mengajak mereka untuk masuk Islam.
Penduduk Yatsrib telah mendengar dari kaum Yahudi bahwa seorang nabi akan segera muncul. Karena itulah, mereka saling berkata, "Dialah nabi yang telah diceritakan oleh kaum Yahudi."
Dengan segera mereka menjadi Muslim dan berkata, " Permusuhan antara suku Aus dengan suku Khazraj semakin sengit, semoga Allah mempersatukan kami melalui engkau!"
Mereka lalu pergi menuju Yatsrib dan mulai mengajak penduduknya untuk masuk Islam.
Penghormatan Pertama Al Akaba
Ketika musim ziarah dimulai, dua belas orang Yatsrib datang dan menemui Nabi saw. di tempat yang bernama Al Akaba.
Kedua belas orang tersebut berjanji pada nabi bahwa mereka tak akan menjadi musyrik, takkan mencuri, takkan berzina, takkan membunuh anak perempuan mereka, dan takkan berkata bohong.
Muhajirin Pertama
Umat Muslim di Habsyi meminta Nabi Muhammad saw. agar mengirimkan seseorang untuk mengajar mereka tentang Islam.
Nabi Muhammad saw. merasa Mus'ab adalah orang yang paling tepat untuk mengemban tugas tersebut. Oleh karena itu, beliau menyuruhnya untuk bersiap-siap pergi hijrah ke Habsyi.
Mus'ab bin Umair mematuhi perintah Nabi saw. dan kemudian pergi bersama yang lainnya menuju Habsyi.
Oleh karena itu, Mus'ab bin Umair adalah orang yang pertama hijrah ke Habsyi karena Allah semata. Dia tinggal tinggal bersama Sa'ad bin Zarara, yang juga termasuk orang yang masuk Islam pada masa awal.
Hari demi hari berlalu. Mus'ab bersama kaum Muslim lainnya mengajari mereka tentang Islam dan membacakan mereka ayat-ayat Alquran.
Penyebaran Agama Islam
Sa'ad bin Zarara ingin menyebarkan agama Islam ke seluruh penjuru Makkah. Dia mengajak Mus'ab untuk pergi bersamanya menuju rumah bani Ashal dan bani Zafar.
Sa'ad bin Ma'adh dan Usaid bin Khuzair, adalah pemimpin bani Ashal. Mereka adalah orang-orang kafir yang bertuhan banyak.
Sa'ad bin Ma'adh berkata pada Usaid bin Khuzair, "Pergi dan hardiklah kedua orang itu! Lalu usir mereka dari rumah kita. Sa'ad bin Zurara adalah sepupuku. Dan aku merasa malu karenanya."
Usaid bin Khuzair mengambil pedangnya dan menghampiri mereka. Ada sekelompok orang yang berasal dari Yatsrib di sekeliling mereka. Mereka sedang mendengarkan ayat-ayat Alquran.
Sa'ad bin Zurara melihat Usaid berjalan ke arahnya. Dia berkata pada Mus'ab, "Dia adalah Usaid. Dia adalah pemimpin suku ini. Apabila dia menjadi Muslim, maka seluruh sukunya pun akan menjadi Muslim."
Usaid berhenti di dekat mereka. Dia lalu berkata dengan nada mengancam," Jika kalian masih senang hidup, pergilah dari sini!"
Mus'ab dengan sopan berkata," Duduklah beberapa menit saja. Dengarkanlah apa yang sedang kami bacakan. Jika engkau tidak menerimanya, kami akan pergi."
Usaid lalu berkata," Aku rasa itu adil, baiklah."
Usaid kemudian menaruh pedangnya di lantai dan duduk.
Mus'ab mulai membacakan beberapa ayat Alquran. Usaid merasa bahwa keyakinan mulai memasuki hatinya.
Ekspresinya berubah seketika. Kemarahannya menghilang. Ia lalu berkata dengan senyuman," Alangkah indahnya !"
Mus'ab berkata," Inilah agama terbaik. Nabi yang jujur dan dapat dipercaya telah membawanya."
Usaid lalu bertanya," Apa yang harus aku lakukan apabila aku ingin menjadi seorang Muslim?"
Mus'ab menjawab," Bersihkanlah tubuhmu, berwudulah, katakanlah,' Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah dan hamba Allah.' Lalu salatlah dua rakaat."
Usaid berdiri lalu pulang ke rumahnya. Kemudian ia membersihkan tubuhnya, berwudu, setelah itu kembali menghadap Mus'ab dan Sa'ad bin Zarara, lalu ia pun menjadi Muslim. Kemudian dia berkata, "Ada seorang pria di sana. Pria itu adalah kawanku. Apabila ia menjadi seorang Muslim, maka seluruh sukunya akan menjadi Muslim juga. Akan kupanggilkan dia."
Sa'ad bin Ma'adh Masuk Islam
Usai kemudian kembali menuju kawannya, Sa'ad. Ketika Sa'ad bin Ma'adh melihatnya di kejauhan, dia berkata pada kawannya," Demi Tuhan, Usaid datang dengan wajah yang lain." Maksudnya, Usaid telah berubah.
Sa'ad bertanya pada Usaid," Apa yang telah kau lakukan?"
Usaid menjawab," Aku telah menyuruh mereka pergi. Dan mereka berkata," Kami akan melakukan apa yang kau inginkan."
Kemudian Sa'ad bertanya," Di mana mereka sekarang?"
Usaid menjawab," Di tempat mereka."
Sa'ad lalu berkata dengan marah," Engkau tidak melakukan apa pun!"
Sa'ad kemudian berdiri, mengambil pedang dari Usaid, dan pergi menghampiri Mus'ab bin Umair.
Mus'ab tersenyum. Dia meminta Sa'ad untuk duduk dan mendengarkan. Kemudian dia berkata," Apabila kata-kata kami mengganggu kalian, maka kami akan pergi!"
Setelah Sa'ad menaruh pedangnya, ia lalu duduk.
Mus'ab membacakan beberapa ayat Alquran. Kemudian, Mus'ab memberitahu Sa'ad tentang akhlak Islam yang baik, persahabatan, dan persaudaraan.
Sa'ad merasa bahwa hatinya condong pada agama Islam, sehingga ia lalu berkata,"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah dan hamba Allah."
Sa'ad merahasiakan keislamannya, karena ia bermaksud untuk melakukan sesuatu.
Sa'ad adalah pemimpin dan panutan bani Ashal. Mereka menantikan kepulangannya. Dia dan Mus'ab bin Umair pulang kembali menghampiri bani Ashal. Ketika Sa'ad mendekati mereka, dia berhenti lalu berkata," Bani Ashal, siapakah aku?"
Mereka semua menjawab,"Pemimpin dan panutan kami!"
Sa'ad bin Ma'adh lalu berkata," Aku mengajak kalian untuk percaya pada Allah dan Rasulullah."
Seluruh anggota bani Ashal kemudian menganut agama Islam. Oleh karena itu, Mus'ab bin Umair mulai mengajari mereka prinsip-prinsip dalam agama Islam.
Penghormatan Kedua Al Akaba
Musim ziarah yang baru dimulai. Mus'ab bin Umair dan sekolompok umat Muslim pergi menuju Makkah. Sekelompok kaum kafir juga berangkat ke sana. Kaum kafir mengunjungi Makkah dan melakukan upacara ritual khusus.
Mus'ab ingin menemui Nabi saw. untuk memberitahu beliau tentang penyebaran agama Islam di Yatsrib.
Sekelompok umat Muslim secara diam-diam mengunjungi Nabi Muhammad saw. Mereka meminta beliau untuk menemui mereka di Bukit Al Akaba di malam hari. Mereka tidak ingin kaum kafir Quraisy mengetahui pertemuan mereka.
Saat kaum kafir sedang tidur, diam-diam kaum Muslim pergi menuju Bukit al Akaba. Kaum Muslim tersebut berjumlah 73 orang. Dua di antara mereka adalah wanita. Yang pertama Nasiba binti Ka'ab, dia berasal dari bani Najar. Yang kedua Asma binti Amru, dia berasal dari bani Salamah.
Nabi Muhammad saw. datang ke bukit. Begitu pula paman Nabi,Abbas, yang merahasiakan keislamannya karena dia takut pada orang-orang Quraisy, datang juga bersama Nabi.
Umat Muslim kemudian melakukan penghormatan pada Nabi Muhammad saw. Mereka meyakinkan Nabi bahwa mereka akan membela Islam. Mereka berkata pada Rasulullah saw.," Kami telah menghormatimu! Kami akan setia padamu. Lalu apakah yang kami peroleh ?"
Nabi Muhammad saw. menjawab," Surga!"
Munat Sang Berhala
Utusan Nabi kembali ke Madinah. Mus'ab bin Umair juga kembali ke Madinah. Dia sangat gembira atas kemenangan Islam.
Agama Islam sudah menyebar. Cahayanya menyinari Yatsrib. Kebanyakan penduduk Yatsrib memeluk agama Islam, dan hanya sedikit saja yang masih tetap bertuhan banyak dan menyembah berhala.
Amru bin Jamuh termasuk di antara mereka, namun putranya, Ma'adh, ikut melakukan penghormatan pada Nabi Muhammad saw. di Bukit al Akaba.
Amru bin Jamuh membuat berhala dari kayu. Dia menamakannya Munat. Dia menaruh berhala tersebut di halaman rumahnya. Dia menyembahnya setiap hari.
Ma'adh memikirkan cara untuk meyakinkan ayahnya tentang kesia-siaan menyembah berhala. Dia setuju dengan kaum Muslim lainnya untuk mengambil berhala tersebut.
Pada malam hari, Amru bin Jamuh pergi ke kamarnya untuk tidur. Putranya masih terjaga dan sedang menunggu kawan-kawannya.
Pada waktu yang telah disepakati, kawan-kawannya datang. Ma'adh membuka pintu dengan hati-hati. Kawan-kawannya lalu masuk ke rumah. Mereka kemudian mengikat berhala itu dengan tali dan menariknya keluar. Mereka pergi ke luar kota. Mereka lalu melempar berhala itu ke lubang pembuangan sampah. Setelah itu, Ma'adh pulang dengan tenang dan pergi tidur.
Pada keesokan harinya, Amru bin Jamuh bangun. Dia tidak menemukan Munat. Ia lalu mulai mencari berhalanya di sepanjang jalan. Ia berteriak-teriak," Siapa yang telah mencuri Tuhanku?"
Amru bin Jamuh mencari berhalanya ke mana-mana. Akhirnya ia menemukannya di lubang tempat pembuangan sampah. Dia mengeluarkannya dari lubang tersebut dan membawanya kembali ke rumahnya. Dia lalu membersihkannya dan memberikan wewangian. Kemudian dia berlutut dan memohon maaf pada berhala itu.
Pada malam berikutnya, kawan-kawan Ma'adh datang. Mereka menarik berhala itu dan membawanya ke luar kota lalu membuangnya ke tempat yang sama.
Amru bin Jamuh bangun dari tidurnya. Dia tidak dapat menemukan berhalanya. Sehingga ia pun pergi ke luar kota. Dia membawa berhalanya kembali ke rumah dan membersihkannya. Saat itu, ia mulai kesal. Oleh karena itu, ia kemudian menempelkan sebuah tulisan di leher Munat. Dia berkata pada Munat," Jika engkau benar-benar Tuhan, maka belalah dirimu!"
Hari sudah gelap. Kawan-kawan Ma'adh datang. Mereka membawa kembali berhala itu ke tempat lain. Mereka mengikatnya pada bangkai anjing dan melemparnya ke dalam sebuah lubang.
Pada keesokan harinya, Amru bin Jamuh mencari berhalanya ke mana-mana. Kemudian ia menemukannya terikat pada anjing yang telah mati. Sehingga ia lalu menendang berhala itu dengan kakinya. Dia berkata," Sungguh tuhan yang nakal engkau!"
Sejak saat itu, Amru bin Jamuh percaya pada agama Islam. Ma'adh sangat senang saat ayahnya menjadi Muslim.
Hijrahnya Nabi
Kaum kafir sering menyakiti kaum Muslim, sehingga Nabi memerintahkan para sahabatnya untuk hijrah ke Madinah.
Umat Muslim mulai meninggalkan Makkah secara diam-diam. Mereka pergi ke Madinah seorang demi seorang atau kelompok demi kelompok. Kaum kafir Quraisy mengetahui tentang hijrahnya kaum Muslim. Sehingga mereka mulai menangkap dan menyiksa sebagian dari mereka.
Tiga belas tahun berlalu setelah misi kenabian. Abu Jahal mendesak kaum kafir Quraisy untuk membunuh Nabi Muhammad saw. Jibril lalu turun dari langit memberitahu Rasulullah saw. tentang rencana jahat kaum kafir itu. Malaikat Jibril memerintahkan Rasulullah untuk hijrah ke Madinah.
Nabi saw. memutuskan untuk meninggalkan Makkah dengan diam-diam, beliau meminta sepupunya, Ali, untuk tidur di tempat tidurnya. Ali menerima permintaan Nabi dengan senang hati.
Ketika kaum kafir mendobrak rumah Nabi. Mereka melihat Ali sedang tidur di atas tempat tidur Nabi. Mereka mengagumi Ali dengan keberanian dan pengorbanannya.
Nabi Muhammad saw. tiba di Madinah. Penduduknya menyambut beliau dengan shalawat. Pada saat itu, Yatsrib diberi nama Madinah.
Nabi Muhammad saw. mulai membangun masyarakat baru.
Pertama, Nabi Muhammad saw. membangun sebuah masjid. Masjid tersebut merupakan simbol dari tauhid. Kemudian, beliau membuat persaudaraan antara Muhajirin (kaum yang hijrah dari Makkah) dengan Anshar (Kaum penolong yang asli Mdinah).
Perang Badar
Kaum kafir di Makkah menyerang dan merampok rumah-rumah umat Muslim.
Nabi Muhammad saw. ingin menghukum kaum kafir Quraisy. Beliau mendengar tentang kafilah dagang yang kembali dari Syam. Nabi Muhammad saw. kemudian memerintahkan kaum Muslim untuk menyerang kafilah dagang tersebut.
Abu Sufyan, pemimpin kafilah dagang tersebut, mendengar tentang rencana kaum Muslim. Ia lalu mengutus seseorang kepada pemimpin kaum Quraisy agar mengirimkan perbekalan yang penting padanya. Ia pun mengubah arah perjalanan kelompoknya.
Kaum kafir bersiap-siap untuk menghadapi kaum Muslim. Mereka mengerahkan 950 orang prajurit dan berangkat menuju Madinah.
Nabi Muhammad saw. membentuk suatau pasukan. Pasukan tersebut berjumlah 313 orang. Beliau memberi Mus'ab bin Umair bendera Muhajirin. Beliau memberi Sa'ad bin Ma'adh bendera Anshar. Dan beliau memberikan benderanya, yang disebut Al Ikaab, pada Ali bin Abi Thalib.
Kedua pasukan bertemu di dekat Sumur Badar.
Perang pun pecah. Kaum Muslim berjuang dengan gagah berani. Allah menganugerahkan mereka kemenangan. Kaum Muslim membunuh banyaka kaum kafir. Selain itu, mereka menangkap banyak kaum kafir seperti Nadhar bin Harits.
Nadhar bin Harits berkata pada Mus'ab bin Umair," Beri tahu kawanmu (Nabi Muhammad saw.) agar menganggapku sebagai tawanan perang!"
Mus'ab kemudian berkata padanya," Engkau telah menyiksa para sahabatnya."
Nadhar mencoba untuk mengingatkan Mus'ab akan fanatisme Quraisy sebelum Mus'ab masuk Islam.
Mus'ab lalu berkata, " Aku tidak sependapat denganmu. Islam menentang fanatisme."
Mus'ab tidak memikirkan apa pun kecuali agama Islam.
Perang Uhud
Kaum kafir Quraisy bersiap-siap untuk membalas dendam pada kaum Muslim. Setahun berlalu setelah Perang Badar. Kaum kafir mebentuk sebuah pasukan besar. Jumlah pasukan itu mencapai tiga ribu prajurit. Abu Sufyan memimpin pasukan tersebut.
Pasukan kaum kafir maju menuju Madinah.
Kaum Yahudi di Madinah merasa Khawatir atas kemenangan kaum Muslim pada saat Perang Badar. Mereka penuh dengan rasa dengki. Ka'ab bin Ashraf, seorang Yahudi yang berasal dari bani Nadhir, pergi ke Makkah. Dia mendesak kaum kafir untuk membalas dendam pada kaum Muslim.
Abu Sufyan berkata pada Ka'ab," Agama manakah yang lebih baik, agama Muhammad atau agamamu?"
Ka'ab berkata sambil tersenyum,"Bukan keduanya. Yang terbaik adalah agamamu!"
Maka kaum Yahudi pun berhasil membujuk kaum kafir. Karena itulah, pasukan kaum kafir berangkat menuju Madinah.
Menghadapi Kaum Kafir
Setelah beberapa kali pembicaraan di Masjid Nabi, Kaum Muslim setuju untuk menghadapi kaum kafir di dekat Bukit Uhud di luar Madinah. Nabi Muhammad saw. membentuk sebuah pasukan. Pasukan itu berjumlah tujuh ratus orang. Nabi Muhammad saw. memberikan benderanya pada sahabat yang berani Yaitu Mus'ab bin Umair.
Nabi Muhammad saw. memerintahkan lima puluh pemanah terbaik untuk tetap berada di Bukit Aianain. Tugas mereka adalah melindungi kaum Muslim dari serangan mendadak. Oleh karena itu, Nabi saw. memerintahkan mereka agar tidak meninggalkan tempat mereka apapun yang terjadi.
Beliau saw. berkata pada mereka," Lindungi kami dari belakang. Jangan tinggalkan tempat kalian apabila kalian melihat kami mengumpulkan barang rampasan perang atau pun apabila kami terbunuh."
Ketika pertempuran pertama dimulai, Kaum Muslim memperoleh kemenangan besar. Mereka mulai mengejar kaum kafir. Para pemanah di atas bukit lupa akan perintah Nabi saw. Mereka melihat saudara-saudara mereka mengumpulkan rampasan perang. Mereka menginginkannya juga, mereka pun meninggalkan tempat mereka.
Khalid bin Walid memimpin pasukan kaum kafir. Dia melancarkan serangan mendadak. Para pemanah di atas bukit tidak dapat menahan serangan mereka. Sehingga sebagian dari mereka terbunuh dan syahid. Serangan itu menyebabkan kaum Muslim berada dalam kekacauan.
Nabi Muhammad saw. dan beberapa sahabat seperti Ali bin Abi Thalib. Hamzah bin Abdul Muththalib, dan Mus'ab bin Umair menghadapi serangan tersebut.
Mus'ab membawa bendera Muslim. Ia bertempur dengan gagah berani untuk melindungi Rasulullah saw.
Pasukan kafir menyerang Mus'ab dengan gencar untuk menjatuhkan bendera Islam. Mus'ab melawan dengan gigih. Namun, setelah memberikan perlawanan keras, Mus'ab pun jatuh ke tanah dan syahid.
Rasulullah saw. memerintahkam Imam Ali untuk mengangkat bendera Islam tinggi-tinggi. Pertempuran berlanjut. Lalu, Hamzah pun syahid. Beberapa sahabat terus bertempur dengan berani. Abu Dajana al Anshari dan Sahal bin Hunaif berada di antara mereka.
Rasulullah saw. terluka parah. Kaum kafir melancarkan serangan gencar untuk membunuh beliau saw. Rasulullah saw. berkata pada Imam Ali, "Lawan kaum kafir ini!"
Imam Ali bertempur dengan pedangnya,Dzulfikar. Ia tidak menggubris luka-lukanya. Malaikat Jibril turun dari langit. Dia berkata pada Rasulullah saw., "Wahai Muhammad, para malaikat di surga mengagumi ketahananmu."
Penarikan Mundur
Karena situasi bertambah kritis, Rasulullah saw. memutuskan untuk menarik mundur pasukan Islam agar mereka dapat beristirahat. Beliau saw. memanggil mereka," Aku adalah rasul Allah. Mendekat padaku!"
Rasulullah memimpin para sahabatnya menuju puncak Bukit Uhud.
Abu Sufyan berdiri di kaki bukit dan berkata," Sehari untuk sehari."
Lalu ia berkata," Hubal yang agung!"
Rasulullah saw. memerintahkan para sahabatnya untuk berkata: "Allah Lebih Agung!"
Abu Sufyan berkata," Kami memiliki pendukung, sedangkan kalian tidak!"
Rasulullah saw. berkata," Allah SWT adalah pendukung kami, kalianlah yang tidak memiliki pendukung!"
Pertempuran berakhir. Kaum Muslim mendapat pelajaran yang tak terlupakan dari pertempuran itu. Yakni untuk mematuhi Rasulullah saw. dalam keadaan apa pun.
Kaum Muslim kehilangan tujuh puluh pejuang. Kaum kafir kehilangan 28 prajurit.
Rasulullah saw. tiba di Madinah. Kaum Muslim gembira menyambut kedatangan beliau.
Rasulullah menyampaikan rasa duka citanya pada Hamna binti Jahasy (istri Mus'ab) atas kesyahidan pamannya. Wanita itu berkata, " Kita milik Allah dan akan kembali kepada-Nya! Semoga Allah mengampuni dan mengasihinya! Selamat syahid!"
Rasulullah saw. lalu menyampaikan rasa duka citanya atas kesyahidan saudaranya, Abdullah. Wanita itu berkata," Kita milik Allah dan akan kembali pada-Nya! Semoga Allah mengampuni dan mengasihinya! Selamat syahid!"
Rasulullah saw. kemudian menyampaikan rasa duka citanya atas kesyahidan suaminya, Mus'ab. Wanita itu larut dalam tangis dan berkata,"Betapa menyedihkan!"
Ia terus mencucurkan air mata kepahitan. Rasulullah saw. tahu bahwa Hamna sangat mencintai suaminya yang pemberani itu.
Wanita Mukmin itu akhirnya pulang sambil menangis. Melihat hali itu, Rasulullah saw. berkata," Wanita itu mencintai suaminya lebih dari siapa pun."
Nama Mus'ab tertera di baris pertama lembaran jihad.
Kaum Muslim selalu mengenang pahlawan pemberani ini, yang menderita dalam perjuanganbagi Islam.[]
2. MALIK AL ASYTHAR MALIK AL ASYTHAR
Ar-Rabadzah adalah nama sebuah gurun di antara Makkah dan Madinah. Daerah adalah daerah yang tandus. Tak ada yang mendiami tempat tersebut. Tetapi pada tahun 30 H, ada sebuah kemah di sana. Di dalam kemah itu terdapat seorang lelaki tua, perempuan tua, dan putrid mereka.
Lalu mengapa lelaki tua itu mendiami tempat terpencil di tengah gurun tersebut?
Ia tinggal di sana bukan karena keinginannya, melainkan seorang khalifah (Utsman bin Affan ) telah membuangnya ke sana.
Lelaki tua itu menderita sakit dan istrinya selalu menangis. Ia pun bertanya pada istrinya," Wahai Ummu Dzar, mengapa kau menangis?" Perempuan tua itu menjawab," Bagaimana aku tidak menangis, sementara engkau menjelang ajal di tengah gurun ini?"
Lelaki tua itu lalu berkata," Suatu hari, teman-temanku dan aku duduk bersama Rasulullah saw. Kemudian beliau saw. berkata pada kami,'Salah satu dari kalian akan mati di gurun. Dan sekelompok Mukmin akan menghadiri kematiannya.' Lalu teman-temanku pulang ke rumah mereka masing-masing. Tak seorang pun yang mengingatnya kecuali aku. Seseorang akan datang dan menolongmu."
Perempuan tua itu kemudian berkata," Musim Haji telah usai. Tak ada seorang pun yang akan lewat di gurun ini."
Lelaki tua itu menjawab," Jangan khawatir! Naiklah ke bukit dan lihatlah jalan yang biasa di lewati kafilah-kafilah."
Kemudian perempuan tua itu pun pergi ke atas bukit dan meihat.
Setelah lama ia menunggu, di kejauhan perempuan tua itu melihat kafilah datang menujum ke arahnya.
Perempuan tua itu melambaikan sehelai kain. Para penunggang kuda itu heran dan saling bertanya di antara mereka tentang perempuan tua itu yang sendirian berada di tengah gurun.
Mereka lalu mendekatinya dan bertanya tentang keadaannya. Dan ia pun berkata," Suamiku aku meninggal. Dan tak ada seorang pun yang ada di sampingnya."
Mereka bertanya,"Siapa suamimu?"
Sambil menangis, perempan tua itu menjawab,"Abu DZar, sahabat Rasulullah!"
Mereka pun terkejut. Lalu mereka berkata," Abu Dzar! Sahabat Rasulullah! Mari kita lihat dia!"
Rombongan itu masuk ke kemah. Ketika mereka masuk, mereka melihat Abu Dzar sedang tidur di atas tempat tidurnya. Mereka lalu berkata,"Assalamu 'alaika, wahai sahabat Rasulullah!"
Abu Dzar menjawab," Wa'alaikum salaam, siapa anda sekalian?"
Salah seorang dari mereka menjawab," Malik al Harts al Asythar. Dan beberapa orang bersamaku dari Irak. Kami akan pergi ke Madinah untuk berbicara pada khalifah tentang penganiayaan yang kami alami."
Abu Dzar lalu berkata,"Wahai saudaraku! Bergembiralah! Rasulullah telah mengatakan padaku bahwa aku akan mati di gurun dan ada beberapa orang Mukmin akan menghadiri kematianku."
Malik dan kawan-kawannya duduk di dalm kemah Abu Dzar. Malik al Asythar merasa kasihan meliaht keadaan Abu Dzar. Dan ia merasa sedih mendengar bani Umayya telah menganiaya sahabat besar itu.
Al Asythar
Malik bin al Harts al Nakhai adalah salah seorang dari suku tua Yaman. Ia telah memeluk Islam sejak masa NAbi saw. dan ia pun sangat setia dengan keislamannya itu.
Ia mengambil bagian dan bertempur dengan gagah berani dalampertempuran Yarmuk. Ia dengan berani menghadang serangan pasukan Romawi atas pasukan kaum Muslim. Sehingga kelopak matanya robekkarena terbelah pedang musuh. Oleh karena itulah ia dijuluki Al Asytar (yang tergores wajahnya karena pukulan).
Pada tahun 30 H, kaum Muslim Kufah dan kaum Muslim yang ada di kota-kota lain menjadi marah atas perlakuan penguasa-penguasa mereka. Sebagai contoh, Al Walid bin Akabah (saudara Khalifah Utsman), Gubernur Kufah, yang kelakuannya sangat bertentangan dengan Islam. Ia adalah peminum khamar (minuman keras) dan menghabiskan waktunya dengan berfoya-foya.
Suatu hari, ia pernah memasuki masjid dalam keadaan mabuk. Ia melakukan salat empat rakaat pada waktu subuh. Kemudian ia berbalik menghadap orang-orang yang sedang beribadah dan berkata dengan sinis," Apakah salah jika aku menambah salatku?"
Rakyat merasa tidak senang dengan kelakuannya. Mereka mengkritik di pasar-pasar, rumah-rumah, dan di Masjid-masjid.
Orang-orang bertanya-tanya," Apakah khalifah tidak menemukan penguasa yang baik untuk menggantikan yang buruk ini ?"
"Ia meminum khamar dengan terang-terangan."
"Ia melanggar ajaran agama dan hak-hak kaum Muslim."
Akhirnya, rakyat memutuskan untuk meminta nasihat pada orang-orang bijak. Lalu mereka pun mendatangi Malik al Asytar.
Malik berkata pada mereka,"Kita sebaiknya menasehatinya terlebih dahulu. Bila tidak bisa dinasehati, kita laporkan pada khalifah kelakuan buruknya."
Malik dan beberapa orang pergi ke istana untuk menghadap al Walid. Ketika mereka sampai di istana, mereka melihat al Walid sedang minum khamar seperti biasanya. Mereka menasihatinya untuk berbuat baik. Tetapi ia justru membentak dan mengusir mereka.
Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke Madinah untuk menemui khalifah Utsman dan mengatakan padanya tentang masalah ini.
Para utusan itu bertemu dengan khalifah dan melaporkan kelakuan buruk al Walid. Namun saying, Khalifah justru membentak dan mengusir mereka. Bahkan ia pun menolak untuk mendengarkan keluhan mereka. Sehingga mereka menjadi kecewa.
Mereka lalu berpikir untuk menemui Imam Ali bin Abi Thalib, sepupu Nabi Muhammad Saw, karena beliaulah satu-satunya harapan untuk memperbaiki keadaan.
Utusan
Sementara itu, seluruh kaum Muslim mengeluhkan kelakuan buruk para penguasa kotanya.
Para sahabat pergi ke rumah Imam Ali. Mereka mengatakan pada beliau tentang penganiayaan dan korupsiyang dilakukan para penguasa tersebut.
Imam Ali sedih mendengar berita itu. Sehingga beliau pergi ke istana Khalifah. Beliau menemui Utsman dan menasehatinya," Wahai Utsman, kaum Muslim mengeluh tentang penganiayaan yang dilakukan para penguasa. Dan engkau mengetahuinya dengan baik. Aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda,"Di hari kiamat nanti, penguasa yang zalim akan diseret ke neraka. Dan tak seorang pun yang mendukung atau membebaskannya. Kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka. Ia akan jatuh berputar-putar hingga ia mencapai kerak neraka."
Utsman berpikir sejenak. Ia menundukkan kepalanya dengan sedih. Ia mengakui kesalahannya. Dan ia berjanji bahwa ia akan bertobat kepada Allah dan memohon maaf pada kaum Muslim.
Imam Ali pergi dan memberi tahukan kabar baik itu pada kaum Muslim. Mereka semua bergembira.
Tetapi arwan, seorang munafik, berkata pada Khalifah," Engkau sebaiknya mengancam rakyat sehingga tak seorang pun yang berani melawan Khalifah."
Revolusi
Utsman melanggar janjinya. Ia tidak berkelakuan baik dan tidak mengganti gubernurnya. Pada saat yang sama, ia menggunakan kebijakan keras untuk melawan rakyat. Muawiyah, Gubernur Syam, menyarankan Khalifah agar mengusir para sahabat Nabi Saw.
Khalifah pun membuang Abu Dzar, seorang sahabat besar, ke Rabadzah, di mana ia meninggal di sana. Ia menganiaya Ammar bin Yasir, yang juga seorang sahabat besar.
Khalifah juga mencambuk Abdullah bin Mas'ud. Karenanya, rakyat mengeluhkan keputusan Utsman dan para gubernurnya itu.
Para sahabat Nabi Muhammad saw. mengirim banyak surat ke kaum Muslim yang ada di seluruh kota. Surat-surat itu berbunyi sebagai berikut:" Kaum Muslim, mari bergabung dengan kami. Selamatkan kekhalifahan. Kitabullah (Alquran) dan sunnah Nabi telah diselewengkan. Maka, bergabunglah dengan kami jika kalian beriman kepada Allah dan hari pembalasan."
Kaum Muslim berduyun-duyun datang ke Madinah dari berbagai penjuru. Malik al Asytar mewakili para pemberontak. Ia mengadakan pertemuan dengan Utsman untuk membahas permasalahan pemerintahan kaum Muslim.
Para pemberontak meminta Utsman untuk menanggalkan kekuasaannya. Tetapi Utsman menolak hal tersebut. Imam Ali mencoba untuk memperbaiki keadaan. Namun, semua usaha beliau sia-sia.
Kaum Muslim tidak senang dengan penganiayaan yang dilakukan Utsman dan para gubernurnya yang zalim itu. Sementara Utsman tetap keras kepala memaksakan keputusannya.
Para pemberontak mengepung istana Utsman. Sehingga Imam Ali meminta kedua putranya, Al Hasan dan Al Husain as, untuk menjaga Utsman.
Para pemberontak memanjat dinding-dinding istana. Mereka menorobos masuk ke dalam ruangan khalifah dan membunuhnya. Sementara itu, Marwan dan kaum munafik lainnyamelarikan diri.
Thalhah dan Zubair berambisi untuk menjadi Khalifah . Sehingga mereka pun membantu pemberontakan. Tetapi rakyat berpikir hanya satu orang yang layak menjadi khalifah. Dan orang itu adalah Imam Ali.
Rakyat berbondong-bondong mendatangi rumah Imam Ali. Mereka meminta beliau menjadi Khalifah. Tetapi Imam Ali menolaknya.
Malik al Asytar dan sahabat-sahabat yang lain tetap mendesak agar Imam Ali menjadi Khalifah. Malik menyeru rakyat dengan bersemangat,"Wahai umat, ini adalah Khalifah Rasulullah. Ia telah belajar ilmu-ilmu Rasulullah. Alquran telah menyebut keimanannya. Rasulullah berkata padanya bahwa ia masuk ke surga Al Ridwan. Kepribadiannya sempurna. Orang-orang dari masa lampau maupun sekarang mengakui tindakan dan pengetahuannya."
Oleh karena itu, Malik al Asythar adalah orang yang pertama membai'at (menyatakan sumpah setianya kepada) Imam Ali untuk menjadi Khalifah. Kemudia kaum Muslim mengikutinya.
Ketika Imam Ali menjadi Khalifah, babak baru dimulai. Beliau memecat semua penguasa zalim. Sebagai gantinya, beliau menunjuk orang-orang yang saleh.
Perang Jamal
Beberapa orang berambisi menjadi khalifah. Thalhah dan Zubair adalah dua orang diantaranya. Mereka pergi ke Makkah untuk mendesak Aisyah, putrid Abu Bakar, untuk mengadakan pemberontakan guna melawan Imam Ali.
Marwan mengambil keuntungan dari keadaan itu. Ia mulai menggunakan uang kaum Muslim yang ia curi, untuk membentuk pasukan besar. Ia mengumumkan bahwa ia akan membalas dendam pada para pembunuh Utsman.
Pasukan itu menuju Basrah. Mereka tumbangkan gubernurdi daerah itu dan mengusirnya. Mereka pun merampok baitulmal (perbendaharaan harta kaum Muslim).
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib menghadapi pemberontak dengan gigih. Beliau menuju Basrah untuk meminta rakyat di sana berjuang melawan pemberontak itu.
Beliau juga mengutus Al Hasan dan Ammar bin Yasir ke Kufah, meminta rakyat di sana untuk bergabung melawan pemberontak. Namun gubernur Kufah, Abu Musa al Asy'ari, justru mencegah rakyat untuk berjuang dan juga memerintahkan rakyat untuk tidak mematuhi Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib.
Hari-hari berlalu, tetapi Al Hasan dan Ammar bin Yasir belum kembali. Sehingga, Imam Ali kemudian mengirim Malik Asythar untuk menyusul mereka berdua.
Malik Asythar adalah seorang pemberani dan bersemangat tinggi. Ia menyadari bahwa orang-orang Kufah akan selalu mendukung Imam Ali melawan musuh-musuh beliau. Dan ia mengerti bahwa Abu Musa lah yang menghalangi mereka.
Malik Asythar tiba di Kufah dan mulai mengundang rakyat untuk mengikutinya. Sejumlah orang menaatinya. Sehingga ia mulai menyerang istana Gubernur dan membubarkan para pengawal yang ada di sana.
Saat itu, Gubernur Abu Musa al Asy'ari meminta Malik Asythar untuk memberikan waktu beberapa hari baginya untuk meninggalkan Kufah. Malik menyetujuinya. Pada hari yang sama, Malik al Asythar bergegas menuju masjiduntuk mendorong rakyat agar mendukung Imam Ali.
Sehingga akhirnya Malik dapat membentuk pasukan besar. Pasukan itu berjumlah lebih dari 18 ribu orang. Al Hasan memimpin sembilan ribu orang. Mereka bergerak lewat darat. Dan sebagian yang lain bergerak lewat sungai. Tujuannya adalah untuk bergabung dengan pasukan Imam Ali di Dziqar, bagian selatan Irak.
Imam Ali memimpin pasukan bergerak menuju Basrah, dimana beliau berhadapan dengan pasukan Aisyah. Pemimpin pasukan Aisyah adalah Thalhah, Zubair, dan Marwan bin Hakam.
Malik al Asythar memimpin di sayap kanan. Ammar bin Yasir memimpin di sayap kiri. Imam Ali memimpin di tengah pasukan. Dan Muhammad ibnu al Hanafiah, anak Imam Ali, membawa bendera.
Pasuka Aisyah mulai menyerang pasukan Imam Ali. Mereka menghujani pasukan Imam Ali dengan panah. Sehingga beberapa pasukan terbunuh dan sebagian lainnya terluka-luka.
Pasukan Imam Ali ingin mundur satu per satu. Tetapi Imam Ali menghentikan mereka dan berkata," Siapa yang mau mengambil Alquran ini dan pergi ke mereka untuk menyerukan mereka agar kembali kepadanya?
Seorang pemuda berkata,"Amirul Mukminin, aku akan membawanya."
Lalu ia memimpin pasukan penunggang unta dengan mengangkat Alquran. Dan Aisyah pun berteriak, "Panah dia!"
Segera pasukan panah menyerangnya. Ia pun jatuh ke tanah dan menjadi syahid.
Saat itu, Amirul Mukminin mengangkat tangannya ke langit. Beliau berdoa pada Allah SWT agar memberikan merek kemenangan. Kemudian beliau pun berkata," Ya Allah, mata ini memandang-Mu! Dan tangan-tangan ini mengulur (pada-Mu)! Tuhanku, hakimilah umat kami dan kami dengan keadilan! Dan Engkau adalah sebaik-baiknya hakim!"
Kemudian Imam memerintahkan pasukannya untuk melancarkan serangan. Malik al Asythar pun maju. Ia bertempur dengan gagah berani. Pertempuran sengit terjadi di sekitar riuhnya unta.
Imam menyadari bahwa dengan membunuh unta ia dapat mengakhiri pertumpahan darah, itu akan mengakhiri pertempuran antara dua pasukan tersebut.
Sehingga atas perintah Imam, Malik al Asythar segera melancarkan serangan kea rah unta. Ia bertempur dengan gagah berani dan jujur. Ia tidak membunuh mereka yang terluka. Ia tidak memburu mereka yang melarikan diri.
Malik al Asythar meneladani Imam Ali. Ia mencintai Khalifah Rasulullah saw. itu. Imam juga mencintai Malik, karena ia orang yang takut pada Allah. Dan Allah mencintai siapa pun yang takut pada-Nya.
Kemenangan
Setelah pertempuran sengit, pasukan Imam membunuh unta-unta. Sehingga pasukan musuh menjadi lemah semangatnya dan mulai melarika diri dari medan tempur.
Imam memerintahkan pasukannya untuk menghentikan perang. Dan beliau juga memerintahkan pasukannya untuk memperlakukan Aisyah dengan baik dan membawanya kembali ke Madinah.
Imam membebaskan tawanan perang. Imam pun memerintahkan untuk merawat mereka yang terluka. Dan Imam membebaskan mereka semua.
Di Kufah
Setelah beberapa hari tinggal di Basrah, Imam Ali pergi menuju Kufah.
Dalam peperangan, Malik al Asythar bertempur dengan berani layaknya singa. Sehingga musuh-musuh takut padanya. Tetapi pada kesehariannya, ia adalah lelaki miskin. Ia mengenakan pakaian sederhana. Ia berjalan dengan rendah hati. Oleh karena itu, kebnyakan orang tidak mengenalnya.
Suatu hari, Malik al Asythar berjalan di jalanan, dan ada seorang bodoh sedang makan beberapa butir kurma dan melemparkan biji-bijinya.
Malik al Asythar melewati orang bodoh itu. Si bodoh itu lalu melemparkan biji kurma kea rah Malik. Biji kurma itu mengenai punggung Malik. Orang bodoh itu pun menertawainya.
Seorang laki-laki melihat kelakuan orang bodoh itu. Ia lalu berkata padanya," Apa yang kau lakukan? Tahukah kau siapa laki-laki itu?"
Orang bodoh itu menjawab," Tidak, Siapa dia?"
Orang itu berkata," Ia adalah Malik al Asythar!"
Malik melanjutkan perjalanannya. Ia tidak memedulikan orang bodoh itu. Ia ingat bagaimana orang-orang musyrik memperlakukan Nabi Muhammad saw. dengan buruk di Makkah. Mereka melempari Nabi saw. dengan debu dan kotoran, tetapi Nabi saw. tetap diam. Malik pun masuk ke dalam masjid, dan ia mulai memohon kepada Allah SWT.
Laki-laki bodoh tadi segera berlari. Ia masuk kedalam masjid, lalu memeluk Malik seraya meminta maaf dan berkata," Aku meminta maaf atas kelakuan burukku tadi! Terimalah permintaan maafku ini." Malik pun menjawab dengan tersenyum," saudaraku, jangan khawatir. Demi Allah, aku masuk ke masjid ini untuk memohon kepada Allah agar Ia memaafkanmu.
Perang Shiffin
Imam Ali memilih orang-orang saleh untuk menjadi gubernur di kota-kota. Beliau menunjuk Malik al Asythar menjadi Gubernur Mosul, Sinjar, Nasibin, Hit, dan Anat. Itu adalah daerah-daerah di perbatasan Syam.
Muawiyah tidak mematuhi Khalifah Ali. Ia pun menjadi dictator di Syam. Bahkan ia ingin melakukan pemberontakan terhadap Imam Ali dengan dalih menuntut balas atas kematian Utsman bin Affan.
Imam Ali mencoba menempuh jalan damai. Imam mengajak Muawiyah untuk mematuhi beliau. Imam mengirim beberapa surat kepada Muawiyah. Dan mengirim beberapa utusan untuk berbicara kepadanya. Tetapi, semua usaha Imam Ali sia-sia. Muawiyah tetap ingin melakukan pemberontakan.
Oleh karena itu, tidak ada jalan lain bagi Imam Ali kecuali menghadapi pemberontakan Muawiyah tersebut. Imam Ali lalu membentuk pasukan dan menyerahkan komandonya kepada Malik Asythar.
Pasukan pmaju menuju Syam. Ketika tiba di Kirkisya, terjadilah bentrokan dengan pasuklan Muawiyah yang dipimpin oleh Abi al Awar al Salmi.
Malik al Asythar mencoba membujuk Abi al Awar al Salmi untuk mengakhiri pemberontakan dan mematuhi Amirul Mukminin. Tetap ia menolaknya.
Malam harinya, pasukan Muawiyah mengambil kesempatan dengan melancarkan sebuah serangan mendadak. Tindakan itu bertentangan dengan agama dan etika perang, Karena kedua kubu tersebut sedang dalam perundingan.
Pasukan Imam melawan seranga mendadak itu. Mereka membunuh dan melukai banyak penyerang dan memaksa lainnya untuk mundur ke tempat asal mereka.
Malik al Asythar menunjukkan lagi keberaniannya. Ia mengirim utusan untuk menemui Abi al Awar untuk mengundangnya berduel dengan pedang. Utusan itu berkata," Wahai Abi al Awar, Malik al Asythar mengundangmu untuk berduel dengannya!"
Pemimpin pasukan Muawiyah itu menjadi takut dan dengan perasaan kecut berkata," Aku tidak ingin berduel dengannya!"
Muawiyah memimpin sebuah pasukan besar untuk bergabung dengan pasukan Abi al Awar al Salmi. Kedua kubu bertemu di dataran Shiffin di tepi Sungai Eufrat.
Beberapa unit pasukan Muawiyah berhasil menduduki tepi sungai dan mengepung sungai tersebut untuk mencegah pasukan Imam Ali mengambil air.
Tindakan ini juga bertentangan dengan hukum Islam dan hukum perang. Lalu Imam Ali mengutus Sasa'ah bin Suhan, salah seorang sahabat Nabi Muhammad saw., untuk berbicara kepada Muawiyah.
Sasa'ah mendatangi kemah Muawiyah dan berkata," Hai Muawiyah, Ali berpesan,'Biarkan kami mengambil sedikit air. Lalu kami akan memutuskan selanjutnya antara kalian dan kami. Jika tidak, kalian dan kami akan bertempur hingga si pemenang yang akan minum."
Muawiyah terdiam sejenak lalu berkata," Aku akan menjawabnya nanti."
Utusan Imam Ali pergi. Muawiyah meminta saran dari beberapa orang. Al Walid berkata dengan marah," Cegah mereka dari meminum air untuk memaksa mereka menyerah."
Mereka setuju dengan pendapat tersebut. Muawiyah mempekerjakan orang-orang jahat di sekelilingnya . Mereka adalah pelanggar hukum-hukum Islam dan hak asasi manusia.
Malik al Asythar mengamati gerakan pasukan yang ada di tepi sungai. Ia melihat perbekalan pasukan tersebut. Sehingga ia sadar bahwa Muawiyah akan memperketat pengepungan sungai itu.
Tentara Imam menjadi haus. Malik pun demikian. Seorang tentara berkata padanya," Adam sedikit air dalam tempat minumku, minumlah." Malik menolaknya dan berkata," Aku tak akan minum sebelum seluruh pasukanku minum!"
Malik pergi menemui Imam Ali dan berkata," Amirul Mukminin, pasukan kita kehausan. Tidak ada jalan lagi bagi kita selain bertempur." Imam menjawab, Baiklah."
Imam Ali menyampaikan sebuah Khutbahdan mendorong mereka untuk bertempur dengan berani. Ia maju ke tepi sungai Eufrat.
Setelah pertempuran sengit terjadi, Malik dapat menguasai kembali tepi sungai dan memaksa pasukan Muawiyah untuk menarik diri.
Pasukan Muawiyah menjadi jauh dari air. Sehingga mereka pun berpikir untuk membuat tipu muslihat demi menguasai kembali sungai Eufrat tersebut.
Pada hari berikutnya, sebuah anak panah jatuh diantara pasukan Imam. Di panah itu terikat sepucuk surat. Para tentara membaca surat itu dengan hati-hati. Mereka dengan cepat menceritakan pesan itu satu sama lain. Pesan itu berbunyi," Dari seorang saudara setia di pasukan Syam (pasukan Muawiyah), Muawiyah akan membuka bendungan sungai itu untuk menenggelamkan kalin. Maka, berhati-hatilah!"
Pasukan Imam percaya pada berita itu dan mundur. Sehingga pasukan Syam mengambil kesempatan dari keadaan itu dan merebut kembali tepi sungai .
Namun pasukan Imam kemudian melancarkan serangan dan mengusir pasukan Syam dari daerah itu.
Muawiyah sanagt khawatir, sehingga ia bertanya kepada Amr bin Ash," Apakah menurutmu Ali akan mencegah kita meminum air?" Amr bin Ash menjawab," Ali tak akan melakukan apa yang kamu lakukan."
Pasukan Syam juga merasa khawatir. Namun, segera mereka mendengar bahwa Imam mengizinkan mereka datang ke sungai dan minum air.
Beberapa orang Syam pun menyadari perbedaan kualitas diri Muawiyah dan Imam Ali. Muawiyah melakukan segala cara untuk memenangkan peperangan. Tetapi Imam Ali tidak berpikir untuk melakukan semua itu. Ia melakukan tindakan yang baik, terpuji, dan berperikemanusiaan.
Oleh karena itu, beberapa tentara Syam meninggalkan kubu Muawiyah dengan diam-diam di malam hari. Mereka bergabung dengan pasukan Imam Ali karena kubu Imam Ali selalu mewakili kebenaran dan kemanusiaan.
Muawiyah
Muawiyah merasa tidak senang kepada Malik al Asythar, karena keberaniannya membuat pasukan Imam Ali berperang dengan penuh semangat, dan pada saat yang sama mencemaskan pasukan Syam.
Sehingga Muawiyah memutuskan untuk membunuh Malik al Asythar melalui duel pedang. Ia memerintahkan Marwan untuk berduel dengan Malik. Tetapi Marwan takut pada Malik. Oleh karena itu, ia meminta maaf kepada Muawiyah dan berkata," Biarlah Amr bin Ash yang berduel dengannya karena ia adalah tangan kananmu."
Kemudian Muawiyah memerintahkan Amr bin Ash untuk berduel dengan Malik. Amr bin Ash dengan rasa enggan menyetujui rencana Muawiyah tersebut.
Amr lalu memanggil Malik untuk berduel dengannya. Malik maju ke arah Amr bin Ash dengan memegang tombaknya. Malik memukulnya dengan keras tepat pada wajah, sehingga Amr bin Ash pun melarikan diri ketakutan.
Kesyahidan Ammar
Peperangan menjadi bertambah hebat. Ammar memimpin di sayap kiri. Meskipun ia sudah tua, namun ia bertempur dengan gagah berani.
Ketika matahari hampir terbenam, Ammar bin Yasir meminta sedikit makanan untuk berbuka puasa.
Seorang tentara membawakan untuknya secangkir penuh yoghurt (susu asam). Ammar menjadi gembira dan berkata," Malam ini, aku mungkin syahid karena Rasulullah saw. telah berkata padaku,'Ammar, sekelompok orang zalim akan membunuhmu, dan makanan terakhirmu di dunia adalah secangkir yoghurt."
Sahabat besar itu pun berbuka puasa dan lalu maju ke medan pertempuran. Ia bertempur dengan gagah berani. Namun akhirnya ia pun jatuh ke tanah dan syahid.
Imam Ali datang dan duduk di dekat kepala Ammar lalu berkata dengan sedih," Semoga Allah merahmati Ammar di hari ia menjadi syahid. Semoga Allah merahmati Ammar di hari ia dibangkitkan dari kematian. Wahai Ammar nikmatilah surgamu."
Kesyahidan Ammar di pertempuran itu sangat mempengaruhi jalannya pertempuran itu sangat mempengaruhi jalannya pertempuran. Pasukan Imam berada dalam semangat yang tinggi. Sementara itu, pasukan Muawiyah justru berada dalam semangat yang rendah.
Semua kaum Muslim menjadi teringat pada sabda Rasulullah saw. kepada Ammar bin Yasir. Hadis itu berbunyi," Wahai Ammar, kelompok orang-orang zalim akan membunuhmu."
Sehingga semua menjadi demikian jelas bahwa Muawiyah dan tentaranya adalah salah, sementara Imam Ali dan sahabat-sahabatnya adalah benar.
Oleh karena itu, pasukan Imam Ali semakin meningkatkan serangannya atas pasukan Muawiyah. Muawiyah dan pasukannya bersiap untuk melarikan diri.
Tipuan Baru
Muawiyah berpikir untuk memperdayai pasukan Imam. Sehingga ia pun meminta saran kepada Amr bin Ash. Lalu Amr berkata," Aku yakin kita dapat menipu mereka dengan Alquran."
Muawiyah gembira dengan siasat licik itu dan memerintahkan tentaranya untuk mengangkat Alquran dengan tombak-tombak mereka.
Ketika pasukan Imam melihat Alquran , mereka berpikir untuk menghentikan pertempuran. Siasat licik Muawiyah ini berhasil menipu beberapa tentara Imam Ali.
Imam lalu berkata,"Itu adalah tipuan! Akulah yang pertama mengajak mereka pada kitabullah. Dan akulah yang pertama mengimaninya. Meraka tidak mematuhi Allah dan melanggar ketetapan-Nya.
Namun tetap saja 20 ribu tentara Imam tidak mau mematuhi perintah beliau dan berkata," Hentikan pertempuran dan perintahkan Al Asythar untuk mundur!"
Imam akhirnya mengutus seorang tetara kepada Al Asythar untuk menghentikan pertempuran. Malik Al Asythar pun terpaksa mundur. Ia berkata," Tidak ada kekuatan dan kekuasaan kecuali milik Allah.
Tahkim
Malik al Asythar mengetahui bahwa tindakan Muawiyah itu hanyalah tipuan. Tetapi ia tetap mematuhi perintah Imam agar tak ada bencana yang terjadi. Ia adalah seorang pemimpin yang pemberani dan prajurit yang patuh.
Pertempuran pun berhenti. Dan kedua kubu menyetujui untuk bertahkim (memutuskan hukum) dengan Kitabullah.
Muawiyah mengirim Amr bin Ash untuk mewakilinya dalam negosiasi itu. Dan Imam memilih seorang yang siaga dan bijaksana. Orang itu juga mesti memiliki pengetahuan yang baik tentang Kitabullah. Sehingga, beliau memilih Abdullah bin Abbas, seorang yang berpengetahuan tinggi tentang agama.
Tetapi kubu pasukan pemberontak yang tidak mematuhi Imam menolaknya dan berkata," Kami memilih Abu Musa al Asy'ari."
Imam menjawab," Aku tidak setuju dengan pilihan kalian. Abdullah bin Abbas lebih baik darinya."
Sekali lagi para pemberontak itu menolak keputusan Imam. Sehingga, Imam berkata, " Aku akan memilih Al Asythar."
Mereka juga menolak Al Asythar. Mereka tetap kukuh memilih Abu Musa al Asy'ari. Akhirnya, demi menghindari terjadinya malapetaka, Imam lalu berkata," Lakukan apa yang kalian suka!"
Kemudian kedua wakil itu bertemu untuk berbicara. Amr bin Ash berpikir tentang sebuah rencana yang sekiranya dapat diterima oleh al Asy'ari. Amr berkata padanya," Wahai Abu Musa, Muawiyah dan Ali telah menyebabkan semua kesulitan ini. Sehingga, marilah kita tinggalkan mereka dan memilih orang lain."
Abu Musa al Asy'ari tidak menyukai Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Sehingga, ia pun setuju dengan rencana itu. Ia lalu berkata di depan orang-orang," Aku melepaskan Ali dari kekhalifahan sebagaimana aku melepaskan cincin dari jariku." Kemudian ia pun melepaskan cincinnya.
Namun Amr bin Ash justru berkata dengan tegas," Aku menempatkan Muawiyah pada kekhalifahan sebagaimana aku menempatkan cincin kejariku." Kemudian ia memakai cincinnya.
Para tentara Imam, yang telah membangkan tadi , menyesali perbuatan mereka yang salah itu. Tetapi mereka tetap berkeras untuk tidak patuh pada Imam. Malah mereka meminta Imam untuk bertaubat kepada Allah (karena mau berdamai dengan Muawiyah) dan melanjutkan peperangan lagi.
Tetapi Imam menghormati janji dan kesepakatan yang telah dibuat. Beliau menyetujui gencatan senjata dengan Muawiyah dan menghentikan peperangan selama setahun.
Imam meminta prajuritnya itu untuk bersabar selama setahun. Tetapi mereka tetap tidak mau patuh pada Imam. Mereka itulah yang disebut kaum Khawarij.
Racun dan Madu
Imam mengutus Malik al Asythar untuk menggantikan posisi Muhammad bin Abu Bakar sebagai Gubernur Mesir. Imam berkata kepadanya," Malik, semoga Allah merahmatimu, pergilah ke Mesir. Allah sangat percaya padamu. Berserahdirilah kepada Allah! Gunakan kelembutan pada tempatnya dan kekerasan juga pada tempatnya."
Malik al Asythar pun segera berangkat ke Mesir.
Muawiyah merasa khawatir dengan kepergian Malik ke Mesir, karena ia tahu bahwa Malik akan dapat menhalangi rencananya untuk menguasai Mesir. Oleh karena itu, Muawiyah merencanakan sebuah cara untuk membunuhnya.
Muawiyah biasa menggunakan racun yang dicampurkan pada madu untuk membunuh musuh-musuhnya. Mawiyah mendapatkan racun tersebut dari Romawi. Orang-orang Romawi mengizinkan Muawiyah membelinya karena mereka tahu bahwa ia menggunakannya untuk membunuh kaum Muslim.
Amr bin Ash berkata pada Muawiyah," Aku kenal seorang laki-laki yang tinggal di kota Al Qilzim di perbatasan Mesir. Ia memiliki tanah yang luas di sana. Pasti Malik al Asythar akan melewati kota itu dan berhenti di sana untuk beristirahat.
Muawiyah lalu berkata,"Kirim seorang utusan untuk mengatakan padanya agar membunuh Al Asythar dan kita akan membebaskannya dari pajak seumur hidup."
Utusan Muawiyah dengan segera pergi ke Mesir dengan membawa madu beracun, dan membujuk laki-laki itu untuk meracuni Malik al Asythar.
Kesyahidan
Laki-laki itu setuju dengan rencana Muawiyah. Ia mengambil madu beracun itu, dan menanti kedatangan Malik.
Setelah beberapa hari, Malik tiba di kota Al Qilzim. Laki-laki itu lalu mengundang Malik untuk makan siang di rumahnya. Malik al Asythar menerima undangan itu dengan penuh hormat.
Laki-laki itu segera meletakkan secangkir madu beracun tadi di atas meja. Malik lalu meminum sesendok madu beracun tersebut. Dan seketika ia pun merasakan sakit yang hebat pada perutnya. Ia segera sadar bahwa ada yang merencanakan itu. Lalu ia meletakkan tangannya di atas perut dan berkata," Dengan Nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang. Sungguh kita adalah milik Allah dan kita akan kembali kepada-Nya!"
Malik al Asythar menjemput kematiannya dengan keberanian seorang beriman, yang mengetahui bahwa jalannya adalah Islam dan surga.
Mendengar Malik telah syahid, Muawiyah serasa terbang karena gembira. Sehingga ia berkata," Ali bin Abi Thalibmempunyai dua tangan. Aku telah memotong satu diantaranya pada perang Shiffin. Ia adalah Ammar bin Yasir. Dan hari ini, aku telah memotong tangannya yang lain. Ia adalah Malik al Asythar."
Amirul Mukminin merasa sangat sedih. Beliau pun menyatakan perasaan duka citanya," Semoga Allah merahmati Malik. Ia mencintai dan mematuhiku sebagaimana aku mencintai dan mematuhi Rasulullah."
Dengan cara seperti itu Malik Al Asythar mengakhiri kehidupannya yang penuh dengan jihad. Kecemerlangan tinkah lakunya akan menjadi teladan bagi para pemuda Muslim di mana pun.
" Aku telah mengirim seorang di antara hamba Allah terberani. Ia lebih kuat dari api dalam melawan kebusukan. Ia adalah Malik bin Harts al Asythar. Ia adalah seorang yang lembut dalam damai. Ia pun seorang yang tenang dalam peperangan. Ia mempunyai pandangan yang nyata dan kesabaran yang baik." (Imam Ali bin Abi Thalib).[]
Ar-Rabadzah adalah nama sebuah gurun di antara Makkah dan Madinah. Daerah adalah daerah yang tandus. Tak ada yang mendiami tempat tersebut. Tetapi pada tahun 30 H, ada sebuah kemah di sana. Di dalam kemah itu terdapat seorang lelaki tua, perempuan tua, dan putrid mereka.
Lalu mengapa lelaki tua itu mendiami tempat terpencil di tengah gurun tersebut?
Ia tinggal di sana bukan karena keinginannya, melainkan seorang khalifah (Utsman bin Affan ) telah membuangnya ke sana.
Lelaki tua itu menderita sakit dan istrinya selalu menangis. Ia pun bertanya pada istrinya," Wahai Ummu Dzar, mengapa kau menangis?" Perempuan tua itu menjawab," Bagaimana aku tidak menangis, sementara engkau menjelang ajal di tengah gurun ini?"
Lelaki tua itu lalu berkata," Suatu hari, teman-temanku dan aku duduk bersama Rasulullah saw. Kemudian beliau saw. berkata pada kami,'Salah satu dari kalian akan mati di gurun. Dan sekelompok Mukmin akan menghadiri kematiannya.' Lalu teman-temanku pulang ke rumah mereka masing-masing. Tak seorang pun yang mengingatnya kecuali aku. Seseorang akan datang dan menolongmu."
Perempuan tua itu kemudian berkata," Musim Haji telah usai. Tak ada seorang pun yang akan lewat di gurun ini."
Lelaki tua itu menjawab," Jangan khawatir! Naiklah ke bukit dan lihatlah jalan yang biasa di lewati kafilah-kafilah."
Kemudian perempuan tua itu pun pergi ke atas bukit dan meihat.
Setelah lama ia menunggu, di kejauhan perempuan tua itu melihat kafilah datang menujum ke arahnya.
Perempuan tua itu melambaikan sehelai kain. Para penunggang kuda itu heran dan saling bertanya di antara mereka tentang perempuan tua itu yang sendirian berada di tengah gurun.
Mereka lalu mendekatinya dan bertanya tentang keadaannya. Dan ia pun berkata," Suamiku aku meninggal. Dan tak ada seorang pun yang ada di sampingnya."
Mereka bertanya,"Siapa suamimu?"
Sambil menangis, perempan tua itu menjawab,"Abu DZar, sahabat Rasulullah!"
Mereka pun terkejut. Lalu mereka berkata," Abu Dzar! Sahabat Rasulullah! Mari kita lihat dia!"
Rombongan itu masuk ke kemah. Ketika mereka masuk, mereka melihat Abu Dzar sedang tidur di atas tempat tidurnya. Mereka lalu berkata,"Assalamu 'alaika, wahai sahabat Rasulullah!"
Abu Dzar menjawab," Wa'alaikum salaam, siapa anda sekalian?"
Salah seorang dari mereka menjawab," Malik al Harts al Asythar. Dan beberapa orang bersamaku dari Irak. Kami akan pergi ke Madinah untuk berbicara pada khalifah tentang penganiayaan yang kami alami."
Abu Dzar lalu berkata,"Wahai saudaraku! Bergembiralah! Rasulullah telah mengatakan padaku bahwa aku akan mati di gurun dan ada beberapa orang Mukmin akan menghadiri kematianku."
Malik dan kawan-kawannya duduk di dalm kemah Abu Dzar. Malik al Asythar merasa kasihan meliaht keadaan Abu Dzar. Dan ia merasa sedih mendengar bani Umayya telah menganiaya sahabat besar itu.
Al Asythar
Malik bin al Harts al Nakhai adalah salah seorang dari suku tua Yaman. Ia telah memeluk Islam sejak masa NAbi saw. dan ia pun sangat setia dengan keislamannya itu.
Ia mengambil bagian dan bertempur dengan gagah berani dalampertempuran Yarmuk. Ia dengan berani menghadang serangan pasukan Romawi atas pasukan kaum Muslim. Sehingga kelopak matanya robekkarena terbelah pedang musuh. Oleh karena itulah ia dijuluki Al Asytar (yang tergores wajahnya karena pukulan).
Pada tahun 30 H, kaum Muslim Kufah dan kaum Muslim yang ada di kota-kota lain menjadi marah atas perlakuan penguasa-penguasa mereka. Sebagai contoh, Al Walid bin Akabah (saudara Khalifah Utsman), Gubernur Kufah, yang kelakuannya sangat bertentangan dengan Islam. Ia adalah peminum khamar (minuman keras) dan menghabiskan waktunya dengan berfoya-foya.
Suatu hari, ia pernah memasuki masjid dalam keadaan mabuk. Ia melakukan salat empat rakaat pada waktu subuh. Kemudian ia berbalik menghadap orang-orang yang sedang beribadah dan berkata dengan sinis," Apakah salah jika aku menambah salatku?"
Rakyat merasa tidak senang dengan kelakuannya. Mereka mengkritik di pasar-pasar, rumah-rumah, dan di Masjid-masjid.
Orang-orang bertanya-tanya," Apakah khalifah tidak menemukan penguasa yang baik untuk menggantikan yang buruk ini ?"
"Ia meminum khamar dengan terang-terangan."
"Ia melanggar ajaran agama dan hak-hak kaum Muslim."
Akhirnya, rakyat memutuskan untuk meminta nasihat pada orang-orang bijak. Lalu mereka pun mendatangi Malik al Asytar.
Malik berkata pada mereka,"Kita sebaiknya menasehatinya terlebih dahulu. Bila tidak bisa dinasehati, kita laporkan pada khalifah kelakuan buruknya."
Malik dan beberapa orang pergi ke istana untuk menghadap al Walid. Ketika mereka sampai di istana, mereka melihat al Walid sedang minum khamar seperti biasanya. Mereka menasihatinya untuk berbuat baik. Tetapi ia justru membentak dan mengusir mereka.
Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke Madinah untuk menemui khalifah Utsman dan mengatakan padanya tentang masalah ini.
Para utusan itu bertemu dengan khalifah dan melaporkan kelakuan buruk al Walid. Namun saying, Khalifah justru membentak dan mengusir mereka. Bahkan ia pun menolak untuk mendengarkan keluhan mereka. Sehingga mereka menjadi kecewa.
Mereka lalu berpikir untuk menemui Imam Ali bin Abi Thalib, sepupu Nabi Muhammad Saw, karena beliaulah satu-satunya harapan untuk memperbaiki keadaan.
Utusan
Sementara itu, seluruh kaum Muslim mengeluhkan kelakuan buruk para penguasa kotanya.
Para sahabat pergi ke rumah Imam Ali. Mereka mengatakan pada beliau tentang penganiayaan dan korupsiyang dilakukan para penguasa tersebut.
Imam Ali sedih mendengar berita itu. Sehingga beliau pergi ke istana Khalifah. Beliau menemui Utsman dan menasehatinya," Wahai Utsman, kaum Muslim mengeluh tentang penganiayaan yang dilakukan para penguasa. Dan engkau mengetahuinya dengan baik. Aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda,"Di hari kiamat nanti, penguasa yang zalim akan diseret ke neraka. Dan tak seorang pun yang mendukung atau membebaskannya. Kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka. Ia akan jatuh berputar-putar hingga ia mencapai kerak neraka."
Utsman berpikir sejenak. Ia menundukkan kepalanya dengan sedih. Ia mengakui kesalahannya. Dan ia berjanji bahwa ia akan bertobat kepada Allah dan memohon maaf pada kaum Muslim.
Imam Ali pergi dan memberi tahukan kabar baik itu pada kaum Muslim. Mereka semua bergembira.
Tetapi arwan, seorang munafik, berkata pada Khalifah," Engkau sebaiknya mengancam rakyat sehingga tak seorang pun yang berani melawan Khalifah."
Revolusi
Utsman melanggar janjinya. Ia tidak berkelakuan baik dan tidak mengganti gubernurnya. Pada saat yang sama, ia menggunakan kebijakan keras untuk melawan rakyat. Muawiyah, Gubernur Syam, menyarankan Khalifah agar mengusir para sahabat Nabi Saw.
Khalifah pun membuang Abu Dzar, seorang sahabat besar, ke Rabadzah, di mana ia meninggal di sana. Ia menganiaya Ammar bin Yasir, yang juga seorang sahabat besar.
Khalifah juga mencambuk Abdullah bin Mas'ud. Karenanya, rakyat mengeluhkan keputusan Utsman dan para gubernurnya itu.
Para sahabat Nabi Muhammad saw. mengirim banyak surat ke kaum Muslim yang ada di seluruh kota. Surat-surat itu berbunyi sebagai berikut:" Kaum Muslim, mari bergabung dengan kami. Selamatkan kekhalifahan. Kitabullah (Alquran) dan sunnah Nabi telah diselewengkan. Maka, bergabunglah dengan kami jika kalian beriman kepada Allah dan hari pembalasan."
Kaum Muslim berduyun-duyun datang ke Madinah dari berbagai penjuru. Malik al Asytar mewakili para pemberontak. Ia mengadakan pertemuan dengan Utsman untuk membahas permasalahan pemerintahan kaum Muslim.
Para pemberontak meminta Utsman untuk menanggalkan kekuasaannya. Tetapi Utsman menolak hal tersebut. Imam Ali mencoba untuk memperbaiki keadaan. Namun, semua usaha beliau sia-sia.
Kaum Muslim tidak senang dengan penganiayaan yang dilakukan Utsman dan para gubernurnya yang zalim itu. Sementara Utsman tetap keras kepala memaksakan keputusannya.
Para pemberontak mengepung istana Utsman. Sehingga Imam Ali meminta kedua putranya, Al Hasan dan Al Husain as, untuk menjaga Utsman.
Para pemberontak memanjat dinding-dinding istana. Mereka menorobos masuk ke dalam ruangan khalifah dan membunuhnya. Sementara itu, Marwan dan kaum munafik lainnyamelarikan diri.
Thalhah dan Zubair berambisi untuk menjadi Khalifah . Sehingga mereka pun membantu pemberontakan. Tetapi rakyat berpikir hanya satu orang yang layak menjadi khalifah. Dan orang itu adalah Imam Ali.
Rakyat berbondong-bondong mendatangi rumah Imam Ali. Mereka meminta beliau menjadi Khalifah. Tetapi Imam Ali menolaknya.
Malik al Asytar dan sahabat-sahabat yang lain tetap mendesak agar Imam Ali menjadi Khalifah. Malik menyeru rakyat dengan bersemangat,"Wahai umat, ini adalah Khalifah Rasulullah. Ia telah belajar ilmu-ilmu Rasulullah. Alquran telah menyebut keimanannya. Rasulullah berkata padanya bahwa ia masuk ke surga Al Ridwan. Kepribadiannya sempurna. Orang-orang dari masa lampau maupun sekarang mengakui tindakan dan pengetahuannya."
Oleh karena itu, Malik al Asythar adalah orang yang pertama membai'at (menyatakan sumpah setianya kepada) Imam Ali untuk menjadi Khalifah. Kemudia kaum Muslim mengikutinya.
Ketika Imam Ali menjadi Khalifah, babak baru dimulai. Beliau memecat semua penguasa zalim. Sebagai gantinya, beliau menunjuk orang-orang yang saleh.
Perang Jamal
Beberapa orang berambisi menjadi khalifah. Thalhah dan Zubair adalah dua orang diantaranya. Mereka pergi ke Makkah untuk mendesak Aisyah, putrid Abu Bakar, untuk mengadakan pemberontakan guna melawan Imam Ali.
Marwan mengambil keuntungan dari keadaan itu. Ia mulai menggunakan uang kaum Muslim yang ia curi, untuk membentuk pasukan besar. Ia mengumumkan bahwa ia akan membalas dendam pada para pembunuh Utsman.
Pasukan itu menuju Basrah. Mereka tumbangkan gubernurdi daerah itu dan mengusirnya. Mereka pun merampok baitulmal (perbendaharaan harta kaum Muslim).
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib menghadapi pemberontak dengan gigih. Beliau menuju Basrah untuk meminta rakyat di sana berjuang melawan pemberontak itu.
Beliau juga mengutus Al Hasan dan Ammar bin Yasir ke Kufah, meminta rakyat di sana untuk bergabung melawan pemberontak. Namun gubernur Kufah, Abu Musa al Asy'ari, justru mencegah rakyat untuk berjuang dan juga memerintahkan rakyat untuk tidak mematuhi Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib.
Hari-hari berlalu, tetapi Al Hasan dan Ammar bin Yasir belum kembali. Sehingga, Imam Ali kemudian mengirim Malik Asythar untuk menyusul mereka berdua.
Malik Asythar adalah seorang pemberani dan bersemangat tinggi. Ia menyadari bahwa orang-orang Kufah akan selalu mendukung Imam Ali melawan musuh-musuh beliau. Dan ia mengerti bahwa Abu Musa lah yang menghalangi mereka.
Malik Asythar tiba di Kufah dan mulai mengundang rakyat untuk mengikutinya. Sejumlah orang menaatinya. Sehingga ia mulai menyerang istana Gubernur dan membubarkan para pengawal yang ada di sana.
Saat itu, Gubernur Abu Musa al Asy'ari meminta Malik Asythar untuk memberikan waktu beberapa hari baginya untuk meninggalkan Kufah. Malik menyetujuinya. Pada hari yang sama, Malik al Asythar bergegas menuju masjiduntuk mendorong rakyat agar mendukung Imam Ali.
Sehingga akhirnya Malik dapat membentuk pasukan besar. Pasukan itu berjumlah lebih dari 18 ribu orang. Al Hasan memimpin sembilan ribu orang. Mereka bergerak lewat darat. Dan sebagian yang lain bergerak lewat sungai. Tujuannya adalah untuk bergabung dengan pasukan Imam Ali di Dziqar, bagian selatan Irak.
Imam Ali memimpin pasukan bergerak menuju Basrah, dimana beliau berhadapan dengan pasukan Aisyah. Pemimpin pasukan Aisyah adalah Thalhah, Zubair, dan Marwan bin Hakam.
Malik al Asythar memimpin di sayap kanan. Ammar bin Yasir memimpin di sayap kiri. Imam Ali memimpin di tengah pasukan. Dan Muhammad ibnu al Hanafiah, anak Imam Ali, membawa bendera.
Pasuka Aisyah mulai menyerang pasukan Imam Ali. Mereka menghujani pasukan Imam Ali dengan panah. Sehingga beberapa pasukan terbunuh dan sebagian lainnya terluka-luka.
Pasukan Imam Ali ingin mundur satu per satu. Tetapi Imam Ali menghentikan mereka dan berkata," Siapa yang mau mengambil Alquran ini dan pergi ke mereka untuk menyerukan mereka agar kembali kepadanya?
Seorang pemuda berkata,"Amirul Mukminin, aku akan membawanya."
Lalu ia memimpin pasukan penunggang unta dengan mengangkat Alquran. Dan Aisyah pun berteriak, "Panah dia!"
Segera pasukan panah menyerangnya. Ia pun jatuh ke tanah dan menjadi syahid.
Saat itu, Amirul Mukminin mengangkat tangannya ke langit. Beliau berdoa pada Allah SWT agar memberikan merek kemenangan. Kemudian beliau pun berkata," Ya Allah, mata ini memandang-Mu! Dan tangan-tangan ini mengulur (pada-Mu)! Tuhanku, hakimilah umat kami dan kami dengan keadilan! Dan Engkau adalah sebaik-baiknya hakim!"
Kemudian Imam memerintahkan pasukannya untuk melancarkan serangan. Malik al Asythar pun maju. Ia bertempur dengan gagah berani. Pertempuran sengit terjadi di sekitar riuhnya unta.
Imam menyadari bahwa dengan membunuh unta ia dapat mengakhiri pertumpahan darah, itu akan mengakhiri pertempuran antara dua pasukan tersebut.
Sehingga atas perintah Imam, Malik al Asythar segera melancarkan serangan kea rah unta. Ia bertempur dengan gagah berani dan jujur. Ia tidak membunuh mereka yang terluka. Ia tidak memburu mereka yang melarikan diri.
Malik al Asythar meneladani Imam Ali. Ia mencintai Khalifah Rasulullah saw. itu. Imam juga mencintai Malik, karena ia orang yang takut pada Allah. Dan Allah mencintai siapa pun yang takut pada-Nya.
Kemenangan
Setelah pertempuran sengit, pasukan Imam membunuh unta-unta. Sehingga pasukan musuh menjadi lemah semangatnya dan mulai melarika diri dari medan tempur.
Imam memerintahkan pasukannya untuk menghentikan perang. Dan beliau juga memerintahkan pasukannya untuk memperlakukan Aisyah dengan baik dan membawanya kembali ke Madinah.
Imam membebaskan tawanan perang. Imam pun memerintahkan untuk merawat mereka yang terluka. Dan Imam membebaskan mereka semua.
Di Kufah
Setelah beberapa hari tinggal di Basrah, Imam Ali pergi menuju Kufah.
Dalam peperangan, Malik al Asythar bertempur dengan berani layaknya singa. Sehingga musuh-musuh takut padanya. Tetapi pada kesehariannya, ia adalah lelaki miskin. Ia mengenakan pakaian sederhana. Ia berjalan dengan rendah hati. Oleh karena itu, kebnyakan orang tidak mengenalnya.
Suatu hari, Malik al Asythar berjalan di jalanan, dan ada seorang bodoh sedang makan beberapa butir kurma dan melemparkan biji-bijinya.
Malik al Asythar melewati orang bodoh itu. Si bodoh itu lalu melemparkan biji kurma kea rah Malik. Biji kurma itu mengenai punggung Malik. Orang bodoh itu pun menertawainya.
Seorang laki-laki melihat kelakuan orang bodoh itu. Ia lalu berkata padanya," Apa yang kau lakukan? Tahukah kau siapa laki-laki itu?"
Orang bodoh itu menjawab," Tidak, Siapa dia?"
Orang itu berkata," Ia adalah Malik al Asythar!"
Malik melanjutkan perjalanannya. Ia tidak memedulikan orang bodoh itu. Ia ingat bagaimana orang-orang musyrik memperlakukan Nabi Muhammad saw. dengan buruk di Makkah. Mereka melempari Nabi saw. dengan debu dan kotoran, tetapi Nabi saw. tetap diam. Malik pun masuk ke dalam masjid, dan ia mulai memohon kepada Allah SWT.
Laki-laki bodoh tadi segera berlari. Ia masuk kedalam masjid, lalu memeluk Malik seraya meminta maaf dan berkata," Aku meminta maaf atas kelakuan burukku tadi! Terimalah permintaan maafku ini." Malik pun menjawab dengan tersenyum," saudaraku, jangan khawatir. Demi Allah, aku masuk ke masjid ini untuk memohon kepada Allah agar Ia memaafkanmu.
Perang Shiffin
Imam Ali memilih orang-orang saleh untuk menjadi gubernur di kota-kota. Beliau menunjuk Malik al Asythar menjadi Gubernur Mosul, Sinjar, Nasibin, Hit, dan Anat. Itu adalah daerah-daerah di perbatasan Syam.
Muawiyah tidak mematuhi Khalifah Ali. Ia pun menjadi dictator di Syam. Bahkan ia ingin melakukan pemberontakan terhadap Imam Ali dengan dalih menuntut balas atas kematian Utsman bin Affan.
Imam Ali mencoba menempuh jalan damai. Imam mengajak Muawiyah untuk mematuhi beliau. Imam mengirim beberapa surat kepada Muawiyah. Dan mengirim beberapa utusan untuk berbicara kepadanya. Tetapi, semua usaha Imam Ali sia-sia. Muawiyah tetap ingin melakukan pemberontakan.
Oleh karena itu, tidak ada jalan lain bagi Imam Ali kecuali menghadapi pemberontakan Muawiyah tersebut. Imam Ali lalu membentuk pasukan dan menyerahkan komandonya kepada Malik Asythar.
Pasukan pmaju menuju Syam. Ketika tiba di Kirkisya, terjadilah bentrokan dengan pasuklan Muawiyah yang dipimpin oleh Abi al Awar al Salmi.
Malik al Asythar mencoba membujuk Abi al Awar al Salmi untuk mengakhiri pemberontakan dan mematuhi Amirul Mukminin. Tetap ia menolaknya.
Malam harinya, pasukan Muawiyah mengambil kesempatan dengan melancarkan sebuah serangan mendadak. Tindakan itu bertentangan dengan agama dan etika perang, Karena kedua kubu tersebut sedang dalam perundingan.
Pasukan Imam melawan seranga mendadak itu. Mereka membunuh dan melukai banyak penyerang dan memaksa lainnya untuk mundur ke tempat asal mereka.
Malik al Asythar menunjukkan lagi keberaniannya. Ia mengirim utusan untuk menemui Abi al Awar untuk mengundangnya berduel dengan pedang. Utusan itu berkata," Wahai Abi al Awar, Malik al Asythar mengundangmu untuk berduel dengannya!"
Pemimpin pasukan Muawiyah itu menjadi takut dan dengan perasaan kecut berkata," Aku tidak ingin berduel dengannya!"
Muawiyah memimpin sebuah pasukan besar untuk bergabung dengan pasukan Abi al Awar al Salmi. Kedua kubu bertemu di dataran Shiffin di tepi Sungai Eufrat.
Beberapa unit pasukan Muawiyah berhasil menduduki tepi sungai dan mengepung sungai tersebut untuk mencegah pasukan Imam Ali mengambil air.
Tindakan ini juga bertentangan dengan hukum Islam dan hukum perang. Lalu Imam Ali mengutus Sasa'ah bin Suhan, salah seorang sahabat Nabi Muhammad saw., untuk berbicara kepada Muawiyah.
Sasa'ah mendatangi kemah Muawiyah dan berkata," Hai Muawiyah, Ali berpesan,'Biarkan kami mengambil sedikit air. Lalu kami akan memutuskan selanjutnya antara kalian dan kami. Jika tidak, kalian dan kami akan bertempur hingga si pemenang yang akan minum."
Muawiyah terdiam sejenak lalu berkata," Aku akan menjawabnya nanti."
Utusan Imam Ali pergi. Muawiyah meminta saran dari beberapa orang. Al Walid berkata dengan marah," Cegah mereka dari meminum air untuk memaksa mereka menyerah."
Mereka setuju dengan pendapat tersebut. Muawiyah mempekerjakan orang-orang jahat di sekelilingnya . Mereka adalah pelanggar hukum-hukum Islam dan hak asasi manusia.
Malik al Asythar mengamati gerakan pasukan yang ada di tepi sungai. Ia melihat perbekalan pasukan tersebut. Sehingga ia sadar bahwa Muawiyah akan memperketat pengepungan sungai itu.
Tentara Imam menjadi haus. Malik pun demikian. Seorang tentara berkata padanya," Adam sedikit air dalam tempat minumku, minumlah." Malik menolaknya dan berkata," Aku tak akan minum sebelum seluruh pasukanku minum!"
Malik pergi menemui Imam Ali dan berkata," Amirul Mukminin, pasukan kita kehausan. Tidak ada jalan lagi bagi kita selain bertempur." Imam menjawab, Baiklah."
Imam Ali menyampaikan sebuah Khutbahdan mendorong mereka untuk bertempur dengan berani. Ia maju ke tepi sungai Eufrat.
Setelah pertempuran sengit terjadi, Malik dapat menguasai kembali tepi sungai dan memaksa pasukan Muawiyah untuk menarik diri.
Pasukan Muawiyah menjadi jauh dari air. Sehingga mereka pun berpikir untuk membuat tipu muslihat demi menguasai kembali sungai Eufrat tersebut.
Pada hari berikutnya, sebuah anak panah jatuh diantara pasukan Imam. Di panah itu terikat sepucuk surat. Para tentara membaca surat itu dengan hati-hati. Mereka dengan cepat menceritakan pesan itu satu sama lain. Pesan itu berbunyi," Dari seorang saudara setia di pasukan Syam (pasukan Muawiyah), Muawiyah akan membuka bendungan sungai itu untuk menenggelamkan kalin. Maka, berhati-hatilah!"
Pasukan Imam percaya pada berita itu dan mundur. Sehingga pasukan Syam mengambil kesempatan dari keadaan itu dan merebut kembali tepi sungai .
Namun pasukan Imam kemudian melancarkan serangan dan mengusir pasukan Syam dari daerah itu.
Muawiyah sanagt khawatir, sehingga ia bertanya kepada Amr bin Ash," Apakah menurutmu Ali akan mencegah kita meminum air?" Amr bin Ash menjawab," Ali tak akan melakukan apa yang kamu lakukan."
Pasukan Syam juga merasa khawatir. Namun, segera mereka mendengar bahwa Imam mengizinkan mereka datang ke sungai dan minum air.
Beberapa orang Syam pun menyadari perbedaan kualitas diri Muawiyah dan Imam Ali. Muawiyah melakukan segala cara untuk memenangkan peperangan. Tetapi Imam Ali tidak berpikir untuk melakukan semua itu. Ia melakukan tindakan yang baik, terpuji, dan berperikemanusiaan.
Oleh karena itu, beberapa tentara Syam meninggalkan kubu Muawiyah dengan diam-diam di malam hari. Mereka bergabung dengan pasukan Imam Ali karena kubu Imam Ali selalu mewakili kebenaran dan kemanusiaan.
Muawiyah
Muawiyah merasa tidak senang kepada Malik al Asythar, karena keberaniannya membuat pasukan Imam Ali berperang dengan penuh semangat, dan pada saat yang sama mencemaskan pasukan Syam.
Sehingga Muawiyah memutuskan untuk membunuh Malik al Asythar melalui duel pedang. Ia memerintahkan Marwan untuk berduel dengan Malik. Tetapi Marwan takut pada Malik. Oleh karena itu, ia meminta maaf kepada Muawiyah dan berkata," Biarlah Amr bin Ash yang berduel dengannya karena ia adalah tangan kananmu."
Kemudian Muawiyah memerintahkan Amr bin Ash untuk berduel dengan Malik. Amr bin Ash dengan rasa enggan menyetujui rencana Muawiyah tersebut.
Amr lalu memanggil Malik untuk berduel dengannya. Malik maju ke arah Amr bin Ash dengan memegang tombaknya. Malik memukulnya dengan keras tepat pada wajah, sehingga Amr bin Ash pun melarikan diri ketakutan.
Kesyahidan Ammar
Peperangan menjadi bertambah hebat. Ammar memimpin di sayap kiri. Meskipun ia sudah tua, namun ia bertempur dengan gagah berani.
Ketika matahari hampir terbenam, Ammar bin Yasir meminta sedikit makanan untuk berbuka puasa.
Seorang tentara membawakan untuknya secangkir penuh yoghurt (susu asam). Ammar menjadi gembira dan berkata," Malam ini, aku mungkin syahid karena Rasulullah saw. telah berkata padaku,'Ammar, sekelompok orang zalim akan membunuhmu, dan makanan terakhirmu di dunia adalah secangkir yoghurt."
Sahabat besar itu pun berbuka puasa dan lalu maju ke medan pertempuran. Ia bertempur dengan gagah berani. Namun akhirnya ia pun jatuh ke tanah dan syahid.
Imam Ali datang dan duduk di dekat kepala Ammar lalu berkata dengan sedih," Semoga Allah merahmati Ammar di hari ia menjadi syahid. Semoga Allah merahmati Ammar di hari ia dibangkitkan dari kematian. Wahai Ammar nikmatilah surgamu."
Kesyahidan Ammar di pertempuran itu sangat mempengaruhi jalannya pertempuran itu sangat mempengaruhi jalannya pertempuran. Pasukan Imam berada dalam semangat yang tinggi. Sementara itu, pasukan Muawiyah justru berada dalam semangat yang rendah.
Semua kaum Muslim menjadi teringat pada sabda Rasulullah saw. kepada Ammar bin Yasir. Hadis itu berbunyi," Wahai Ammar, kelompok orang-orang zalim akan membunuhmu."
Sehingga semua menjadi demikian jelas bahwa Muawiyah dan tentaranya adalah salah, sementara Imam Ali dan sahabat-sahabatnya adalah benar.
Oleh karena itu, pasukan Imam Ali semakin meningkatkan serangannya atas pasukan Muawiyah. Muawiyah dan pasukannya bersiap untuk melarikan diri.
Tipuan Baru
Muawiyah berpikir untuk memperdayai pasukan Imam. Sehingga ia pun meminta saran kepada Amr bin Ash. Lalu Amr berkata," Aku yakin kita dapat menipu mereka dengan Alquran."
Muawiyah gembira dengan siasat licik itu dan memerintahkan tentaranya untuk mengangkat Alquran dengan tombak-tombak mereka.
Ketika pasukan Imam melihat Alquran , mereka berpikir untuk menghentikan pertempuran. Siasat licik Muawiyah ini berhasil menipu beberapa tentara Imam Ali.
Imam lalu berkata,"Itu adalah tipuan! Akulah yang pertama mengajak mereka pada kitabullah. Dan akulah yang pertama mengimaninya. Meraka tidak mematuhi Allah dan melanggar ketetapan-Nya.
Namun tetap saja 20 ribu tentara Imam tidak mau mematuhi perintah beliau dan berkata," Hentikan pertempuran dan perintahkan Al Asythar untuk mundur!"
Imam akhirnya mengutus seorang tetara kepada Al Asythar untuk menghentikan pertempuran. Malik Al Asythar pun terpaksa mundur. Ia berkata," Tidak ada kekuatan dan kekuasaan kecuali milik Allah.
Tahkim
Malik al Asythar mengetahui bahwa tindakan Muawiyah itu hanyalah tipuan. Tetapi ia tetap mematuhi perintah Imam agar tak ada bencana yang terjadi. Ia adalah seorang pemimpin yang pemberani dan prajurit yang patuh.
Pertempuran pun berhenti. Dan kedua kubu menyetujui untuk bertahkim (memutuskan hukum) dengan Kitabullah.
Muawiyah mengirim Amr bin Ash untuk mewakilinya dalam negosiasi itu. Dan Imam memilih seorang yang siaga dan bijaksana. Orang itu juga mesti memiliki pengetahuan yang baik tentang Kitabullah. Sehingga, beliau memilih Abdullah bin Abbas, seorang yang berpengetahuan tinggi tentang agama.
Tetapi kubu pasukan pemberontak yang tidak mematuhi Imam menolaknya dan berkata," Kami memilih Abu Musa al Asy'ari."
Imam menjawab," Aku tidak setuju dengan pilihan kalian. Abdullah bin Abbas lebih baik darinya."
Sekali lagi para pemberontak itu menolak keputusan Imam. Sehingga, Imam berkata, " Aku akan memilih Al Asythar."
Mereka juga menolak Al Asythar. Mereka tetap kukuh memilih Abu Musa al Asy'ari. Akhirnya, demi menghindari terjadinya malapetaka, Imam lalu berkata," Lakukan apa yang kalian suka!"
Kemudian kedua wakil itu bertemu untuk berbicara. Amr bin Ash berpikir tentang sebuah rencana yang sekiranya dapat diterima oleh al Asy'ari. Amr berkata padanya," Wahai Abu Musa, Muawiyah dan Ali telah menyebabkan semua kesulitan ini. Sehingga, marilah kita tinggalkan mereka dan memilih orang lain."
Abu Musa al Asy'ari tidak menyukai Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Sehingga, ia pun setuju dengan rencana itu. Ia lalu berkata di depan orang-orang," Aku melepaskan Ali dari kekhalifahan sebagaimana aku melepaskan cincin dari jariku." Kemudian ia pun melepaskan cincinnya.
Namun Amr bin Ash justru berkata dengan tegas," Aku menempatkan Muawiyah pada kekhalifahan sebagaimana aku menempatkan cincin kejariku." Kemudian ia memakai cincinnya.
Para tentara Imam, yang telah membangkan tadi , menyesali perbuatan mereka yang salah itu. Tetapi mereka tetap berkeras untuk tidak patuh pada Imam. Malah mereka meminta Imam untuk bertaubat kepada Allah (karena mau berdamai dengan Muawiyah) dan melanjutkan peperangan lagi.
Tetapi Imam menghormati janji dan kesepakatan yang telah dibuat. Beliau menyetujui gencatan senjata dengan Muawiyah dan menghentikan peperangan selama setahun.
Imam meminta prajuritnya itu untuk bersabar selama setahun. Tetapi mereka tetap tidak mau patuh pada Imam. Mereka itulah yang disebut kaum Khawarij.
Racun dan Madu
Imam mengutus Malik al Asythar untuk menggantikan posisi Muhammad bin Abu Bakar sebagai Gubernur Mesir. Imam berkata kepadanya," Malik, semoga Allah merahmatimu, pergilah ke Mesir. Allah sangat percaya padamu. Berserahdirilah kepada Allah! Gunakan kelembutan pada tempatnya dan kekerasan juga pada tempatnya."
Malik al Asythar pun segera berangkat ke Mesir.
Muawiyah merasa khawatir dengan kepergian Malik ke Mesir, karena ia tahu bahwa Malik akan dapat menhalangi rencananya untuk menguasai Mesir. Oleh karena itu, Muawiyah merencanakan sebuah cara untuk membunuhnya.
Muawiyah biasa menggunakan racun yang dicampurkan pada madu untuk membunuh musuh-musuhnya. Mawiyah mendapatkan racun tersebut dari Romawi. Orang-orang Romawi mengizinkan Muawiyah membelinya karena mereka tahu bahwa ia menggunakannya untuk membunuh kaum Muslim.
Amr bin Ash berkata pada Muawiyah," Aku kenal seorang laki-laki yang tinggal di kota Al Qilzim di perbatasan Mesir. Ia memiliki tanah yang luas di sana. Pasti Malik al Asythar akan melewati kota itu dan berhenti di sana untuk beristirahat.
Muawiyah lalu berkata,"Kirim seorang utusan untuk mengatakan padanya agar membunuh Al Asythar dan kita akan membebaskannya dari pajak seumur hidup."
Utusan Muawiyah dengan segera pergi ke Mesir dengan membawa madu beracun, dan membujuk laki-laki itu untuk meracuni Malik al Asythar.
Kesyahidan
Laki-laki itu setuju dengan rencana Muawiyah. Ia mengambil madu beracun itu, dan menanti kedatangan Malik.
Setelah beberapa hari, Malik tiba di kota Al Qilzim. Laki-laki itu lalu mengundang Malik untuk makan siang di rumahnya. Malik al Asythar menerima undangan itu dengan penuh hormat.
Laki-laki itu segera meletakkan secangkir madu beracun tadi di atas meja. Malik lalu meminum sesendok madu beracun tersebut. Dan seketika ia pun merasakan sakit yang hebat pada perutnya. Ia segera sadar bahwa ada yang merencanakan itu. Lalu ia meletakkan tangannya di atas perut dan berkata," Dengan Nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang. Sungguh kita adalah milik Allah dan kita akan kembali kepada-Nya!"
Malik al Asythar menjemput kematiannya dengan keberanian seorang beriman, yang mengetahui bahwa jalannya adalah Islam dan surga.
Mendengar Malik telah syahid, Muawiyah serasa terbang karena gembira. Sehingga ia berkata," Ali bin Abi Thalibmempunyai dua tangan. Aku telah memotong satu diantaranya pada perang Shiffin. Ia adalah Ammar bin Yasir. Dan hari ini, aku telah memotong tangannya yang lain. Ia adalah Malik al Asythar."
Amirul Mukminin merasa sangat sedih. Beliau pun menyatakan perasaan duka citanya," Semoga Allah merahmati Malik. Ia mencintai dan mematuhiku sebagaimana aku mencintai dan mematuhi Rasulullah."
Dengan cara seperti itu Malik Al Asythar mengakhiri kehidupannya yang penuh dengan jihad. Kecemerlangan tinkah lakunya akan menjadi teladan bagi para pemuda Muslim di mana pun.
" Aku telah mengirim seorang di antara hamba Allah terberani. Ia lebih kuat dari api dalam melawan kebusukan. Ia adalah Malik bin Harts al Asythar. Ia adalah seorang yang lembut dalam damai. Ia pun seorang yang tenang dalam peperangan. Ia mempunyai pandangan yang nyata dan kesabaran yang baik." (Imam Ali bin Abi Thalib).[]
3. MAITSAM AL TAMMAR MAITSAM AL TAMMAR
Subuh telah tiba. Seperti biasa, Maitsam pergi menuju sebatang pohon korma. Ia memercikkan air pada batang pohon kurma itu. Tanah yang tersiram air menebarkan bau yang menyegarkan. Maitsam salat dua rakaat. Kemudian ia menyandarkan punggungnyake batang pohon korma itu.
Maitsam telah bersahabat dengan pohon kurma itu selama lebih dari dua puluh tahun. Pohon itu bukan hanya sekedar batang kering. Dia adalah pohon kurma yang menjulang tinggi.
Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun telah lewat.
Maitsam selalu melakukan salat dua rakaat dekat pohon kurma itu. Lalu ia menyapanya,"Allah menciptakanmu untukku. Dan Allah menciptakanku untukmu."
Maitsam mencintai pohon kurma itu. Ia tak pernah lupa menyirami pohon itu.
Suatu hari, ia mendatangi pohon kurmanya itu. Ia menemukan batang pohon itu kering. Lalu ia memotong pucuk batang tersebut. Pohon kurma yang tinggi itu kini menjadi batang pendek. Namun, Maitsam masih tetap mengunjungi pohon tersebut.
Siapa sebenarnya Maitsam ini? Apa hubungan antara Maitsam dengan pohon kurma itu?
Asal-Usul Maitsam
Maitsam lahir di Nihrawan, dekat Kufah. Ia berasal dari Persia. Seorang wanita bani Asad membelinya. Suatu hari, Imam Ali bin Abi Thalib membelinya dan memerdekakannya. Maitsam menjadi orang bebas. Ia menjual kurma di pasar Kufah.
Maitsam hidup dengan sederhana. Dua hal tumbuh dalam hatinya, yaitu kesetiaannya pada Islam dan cintanya pada Imam Ali. Imam Ali mengajarnya bahwa Islam adalah jalan menuju kebebasan.
Imam Ali menyukai Maitsam karena ia orang yan baik. Imam kerap pergi ke toko Maitsam, dan mengajarinya tentang Islam.
Nama Asli
Imam Ali membeli Maitsam dari seorang wanita bani Asad. Imam bertanya pada Maitsam," Siapa namamu?""Salim," Jawab Maitsam. Imam Ali berkata,"Rasulullah saw. mengatakan padaku bahwa orang-orang Persia memanggilmu Maitsam."
Maitsam terkejut, karena ia merasa tidak ada yang tahu nama aslinya. Maka ia berkata," Allah dan Rasul-Nya benar."
Sejak hari itu, Maitsam tidak pernah meninggalkan Imam Ali.
Di Gurun
Siapa pun yang pergi ke gurun pada malam hari akan melihat langit penuh dengan bintang-bintang. Hatinya akan tergetar mengingat kebesaran Allah SWT.
Imam Ali pergi ke gurun pada malam hari untuk berdoa. Ia membawa seorang teman ke gurun untuk memberikan pelajaran tentang Islam.
Kadang-kadang, Imam Ali mengajak Maitsam ke gurun. Imam mengajarnya tentang masalah-masalah yang akan datang. Imam Mengetahui tentang permasalahan yang akan datang itu dari Nabi Muhammad saw.
Maitsam mendengarkan kata-kata Imam Ali. Imam mengucapkan doanya. Maitsam mengucapkannya di belakang beliau. Ia mengikutinya dengan khusyuk.
Di Toko Al Tammar
Imam Ali kerap pergi ke pasar untuk bertemu Maitsam al Tammar. Imam duduk dan berbicara padanya. Beberapa orang lewat melintasi mereka. Mereka tidak mengenal Imam. Dan beberapa lainnya mengenal Imam. Mereka terkejut melihat Imam duduk dengan penjual kurma.
Suatu hari, Imam Ali pergi ke pasar. Imam duduk dengan bersama Maitsam. Setelah beberapa saat, Maitsam pergi untuk membeli sesuatu. Ia meminta izin pada Imam Ali dan pergi.
Imam duduk di belakang untuk menjual kurma. Pada saat itu, seorang laki-laki datang untuk membeli kurma seharga empat dirham.Laki-laki itu lalu mengambil kurmanya dan pergi.
Maitsam kembali. Ia terkejut melihat uang itu, karena uang itu palsu. Imam tersenyum dan berkata," Pemilik uang itu akan kembali."
Maitsam semakin terkejut. Ia heran,"Bagaimana ia akan kembali?"
Setelah satu jam berlalu, si pemilik dirham itu kembali. Ia berkata dengan jengkel,"Aku tidak menginginkan kurma ini! Kurma ini pahit! Mengapa kurma ini pahit?" Imam berkata," Karena kau memberikan dirham palsu!"
Laki-laki itu sangat terkejut. Ia mengambil uangnya dan pergi.
Orang yang Terpelajar
Maitsam adalah seorang yang cerdas. Ia mempelajari ilmu pengetahuannya dari Imam Ali. Suatu hari, ia berkata pada Abdullah bin Abbas, seorang yang terpelajar," Tanyakan padaku apa pun yang kau ingin tahu tentang penjelasan Alquran. Aku telah belajar semuanya dari Imam Ali."
Maka, Ibnu Abbas pun duduk di hadapan Maitsam untuk mempelajari penjelasan Alquran.
Amru bin Huraits
Amru bin Huraits adalah seorang pemimpin Kufah. Maitsam berkata padanya," Aku akan menjadi tetanggamu. Perlakukan aku dengan baik."Amru berkata,"Apakah kau ingin membeli rumah Ibnu Mas'ud atau Ibnu al Hakim?"
Maitsam diam. Amru bin Huraits menjadi bingung. Ia bertanya,"Apa maksudmu,wahai Maitsam?"
Pasar
Hari-hari dan tahun-tahun telah lewat. Penguasa zalim berganti menguasai Kufah. Mereka memperlakukan rakyat dengan kejam.
Ziyad menjadi penguasa Kufah. Ia mulai membunuh sahabat-sahabat Imam Ali. Ia mengemban perintah Muawiyah. Muawiyah adalah orang yang penuh dendam. Ia memerintahkan rakyat untuk mencaci Imam Ali.
Penguasa Kufah menunjuk seseorang untuk mengurus pasar. Orang tersebut zalim. Rakyat mengeluhkan perlakuan buruknya. Rakyat takut pada orang itu. Sehingga, mereka pergi mendatangi Maitsam. Mereka meminta Maitsam untuk pergi dengan mereka menemui penguasa. Mereka berkata pada Maitsam," Maitsam, pergilah bersama kami menghadap penguasa."
Maitsam pergi bersama mereka. Ia bertemu dengan penguasa dan berkata padanya tentang perlakuan kejam di pasar. Pengawal yang ada di istana merasa tidak senang dengan perkataan Maitsam. Ia berkata pada penguasa," Yang mulia, tahukah anda siapa orang ini?" Penguasa berkata," Tidak! Pengawal itu berkata," Ia seorang pembohong! Pendukung si Pembohong (maksud pengawal ini adalah Imam Ali)!"
Maitsam berkata," Sungguh, aku adalah benar! Aku adalah pendukung manusia yang benar. Sungguh, Ia adalah Amirul Mukminin9 Pemimpin orang-orang beriman)!"
Pertemuan di Jalan
Habib bin Mazhahir adalah sahabt Imam Ali yang baik. Setelah Nabi Muhammad saw. wafat, Habib menjadi teman dekat Imam Ali.
Suatu hari, Maitsam menunggang kuda, Habib bin Mazhahir juga menunggang kuda. Mereka bertemu di tempat bani Asad. Mereka berbincang sejenak. Bani Asad mendengarkan perbincangan mereka. Habibi berkata sambil tersenyum,"Aku meramalkan bahwa seorang laki-laki (maksudnya Maitsam) dengan kepala botak, berperut gendut, akan menjual semangka di Dar al Rizik. Laki-laki itu akan terbunuh demi cintanya pada keluarga Nabinya ( Nabi Muhammad saw)."
Maitsam berkata," Aku tahu bahwa seorang laki-laki (maksudnya Habib) dengan rambut merah akan muncul. Laki-laki itu akan mendukung anak laki-laki dari putri nabinya (maksudnya Husain, cucu Nabi saw. dan anak Imam Ali). Laki-laki itu akan dipenggal kepalanya. Kepalanya akan di bawa keliling di jalan-jalan Kufah."
Dua orang sahabat itu kemudian pergi. Orang-orang bani asad berkata," Mereka semua pembohong."
Pada saat itu, Rasyid al Hajri melewati bani Asad. Ia bertanya pada mereka tentang Habib dan Maitsam. Bani Asad berkata," Mereka baru saja pergi."
Kemudian bani Asad mengatakan tentang ramalan Maitsam dan Habib. Rasyid berkata sambil tesenyum," semoga Allah mengasihi Maitsam. Ia lupa mengatakan bahwa orang yang membawa kepala itu (maksudnya kepala Habib) akan diberi uang ratusan dirham."
Rasyid pergi. Bani terkejut mendengar perkataannya. Lalu mereka berkata," Rasyid juga pembohong!"
Hari-hari telah berlalu. Pada Muharram 61 H, bani asad melihat kepala Habib, yang terikat pada tombak yang panjang. Mereka melihat pengawal Ibnu Ziyad membawa kepala itu dan berjalan melewati jalan-jalan kota Kufah.
Khalifah
Muawiyah bin Abi Sufyan menemui ajalnya. Anaknya,Yazid, menggantikannya. Yazid adalah seorang pemuda berusia tiga puluh tahun. Ia adalah seorang peminum khamar (pemabuk). Ia menghibur dirinya dengan anjing dan monyet.
Imam Husain menolak untuk memberikan sumpah setianyakepada Yazid. Sementara itu, Orang-orang Kufah lelah dengan penindasan bani Umayyah. Oleh karena itu, mereka mengirim surat kepada Imam Husain. Dalam surat mereka , mereka meminta Imam untuk datang menyelamatkan mereka dari penindasan bani Umayyah.
Mata-mata memberi tahu Yazid tentang situasi di Kufah. Yazid marah dan memanggil dokter Nasrani yang bernama Sergon. Sergon menasehati Yazid untuk menunjuk Ubaidillah bin ziyad untuk menjadi penguasa Kufah.
Penjara
Banyak sahabat Imam Ali yang mendukung Imam Husain. Dan banyak kaum Muslim lainnya yang juga mendukung beliau.
Ubaidillah bin Ziyad tiba di Kufah. Ia mulai menahan dan memenjarakan pendukung Imam Husain.
Maitsam, Al Mukhtar al Thaqafi, dan Abdullah bin al Harits berada dalam penjara yang sama. Imam Husain akhirnya syahid demi Islam. Orang-orang yang berada di penjara tersebut merasakan kepedihan atas terbunuhnya Imam Husain.
Al Mukhtar berkata pada kedua sahabatnya," Bersiaplah untuk bertemu Allah! Setelah Imam Husain terbunuh, Ubaidillah bin Ziyad akan membunuh pendukung Imam Husain!"
Abdullah bin Harits berkata,"Ya, cepat atau lambat dia akan membunuh kita!"
Maitsam berkata," Tidak, ia tak akan membunuhmu. Kekasihku, Imam Ali, mangatakan padaku bahwa kau (Al Mukhtar) akan membalas dendam pada pembunuh-pembunuh Imam Husain. Dan kau akan menendang kepala Ubaidillah dengan kakimu."
Kemiudian Maitsam berkata pada Abdullah bin Harits," Kau akan menjadi penguasa di Basrah."
Keyakinan
Maitsam adalah orang yang sangat beriman pada Allah SWT. Ia tidak takut pada mereka yang zalim. Rakyat takut pada Ibnu Ziyad. Mereka gemetar ketakutan ketika meihatnya. Tetapi Maitsam tidak gentar pada Ibnu Ziyad. Ia tahu pasti bahwa Ibnu ziyad akan mati. Ia tahu bahwa orang zalim tidak akan hidup selamanya.
Muawiyah dan anaknya, Yazid, mencegah rakyat untuk mencintai Imam Ali. Para pengawal mereka menangkap dan membunuh sahabat-sahabat Imam Ali.
Berkaitan dengan ini, Imam Ali pernah berkata pada Maitsam," Bani Umayyah akan memerintahkanmu untuk mengingkariku. Akankah kau lakukan?" Maitsam menjawab," Tidak, aku tidak akan melakukannya."
Maitsam berpikir bahwa mengingkari Imam Ali berarti mengingkari Islam. Dan mengingkari Islam berarti mengingkari Allah.
Imam Ali berkata,"Sungguh, kau akan terbunuh!" Maitsam menjawab," Akan akan bersabar, kematian adalah kecil bagi Allah!" Imam Ali berkata," Kau akan bersamaku di surga."
Penutup
Ubaidillah bin Ziyad memerintahkan pengawalnya untuk menangkap Maitsam.
Ubaidillah berkata pada Maitsam," Aku dengar engkau adalah sahabat Ali!"
Maitsam berkata,"Ya!"
Ubaidillah bin Ziyad lalu berkata,"Maukah engkau mengingkarinya?"
Maitsam menjawab,"Tidak, Aku tak akan mengingkarinya."
Ubaidillah bin ziyad berkata," Aku akan membunuhmu!"
Maitsam menjawab," Demi Allah, Imam Ali telah mengatakan padaku bahwa kau akan membunuhku! Imam berkata padaku bahwa kau akan memotong tangan , kaki, dan lidahku!"
Ibnu Ziyad berkata dengan keras,"Imammu adalah seorang pembohong!"
Maitsam pun mecemooh orang bodoh itu( Ubaidillah).
Ibnu Ziyad lalu memerintahkan pengawalnya untuk mengikat Maitsam pada batang pohon kurma dekat rumah Amru bin Huraits. Kemudian ia memerintahkan mereka untuk memotong tangan dan kaki Maitsam.
Tetangga
Maitsam terikat pada batang pohon kurma. Amru bin Huraits melihat Maitsam. Amru teringat perkataan Maitsam," Aku akan menjadi tetanggamu. Perlakukan aku dengan baik."
Maka, Amru bin Huraits memerintahkan salah seorang putrinya untuk membersihkan tanah di sekitar batang pohon kurma itu. Ia juga memerintahkan putrinya untuk memercikkan air pada pohon tersebut.
Seseorang melihat Maitsam dan berkata," Pungkiri Ali, demi menyelamatkan jiwamu!" Maitsam berkata sambil tersenyum," Demi Allah, pohon kurma ini telah diciptakan untukku! Dan aku pun telah diciptakan pula untuknya!"
Akhirnya orang-orang mengetahui rahasia di balik kebiasaan Maitsam yang selalu mengunjungi pohon kurma itu sepanjang tahun.
Saudara-saudara!
Maitsam pun mengumpulkan orang-orang dan berkata," Saudara-saudara, jiak kalian ingin mendengar tentang Ali bin Abi Thalib, datanglah padaku."
Orang-orang berkumpul mengelilingi Maitsam. Ia mulai mengajarkan pada mereka berbagai macam ilmu pengetahuan.
Mata-mata melaporkan kata-kata Maitsam pada Ubaidillah bin Ziyad.
Ibnu Ziyad memerintahkan seorang pengawal untuk memotong lidah Maitsam. Maitsam berkata," Amirul Mukminin (Imam Ali) telah mengatakan padaku tentang peristiwa ini."
Kemudian pengawal itu memotong lidah Maitsam. Pengawal lainnya menikam Maitsam dengan pedangnya. Kehidupan Mujtahid (orang-orang yang berjuang di jalan Allah) ini pun padam bagaikan padamnya lilin!
Tubuh Maitsam
Maitsam telah melakukan banyak hal yang baik untuk rakyat. Rakyat sangat menyukainya. Mereka ingin mengambil tubuh Maitsam untuk dikuburkan. Tetapi pengawal Ibnu Ziyad dengan keras mencegah mereka untuk mendekatinya.
Suatu malam, tujuh orang penjual kurma datang. Mereka melihat para pengawal Ibnu Ziyad menyalakan api. Dua diantara penjual kurma itu menggergaji batang pohon. Lalu mereka pun membawa jenazah Maitsam keluar Kufah. Mereka menguburkan jenazah Maitsam di suatu tempat tertentu. Dan mereka kembali pulang.
Enam tahun telah lewat. Al Mukhtar melancarkan revolusinya di Kufah. Pasukannya berhadap-hadapan dengan pasukan Ubaidillah bin Ziyad di tepi sungai Al Khazir. Ibrahim al Ashtar memenggal kepala Ubaidillah bin Ziyad.
Beberapa orang dari pasukan itu, membawa kepada Ubaidillah pada Al Mukhtar. Al Mukhtar berdiri dan menendang kepada Ubaidillah.
Al Mukhtar teringat dengan kata-kata Maitsam di penjara," Al Mukhtar, kau akan keluar dari penjara. Kau akan membalas dendam pada pembunuh-pembunuh Imam Husain."
Hari-hari pun berlalu. Para pembunuh Imam Husain telah tewas. Orang-orang mengutuk mereka sepanjang sejarah.
Hingga sekarang, pengunjung yang mendatangi kota suci Najaf Untuk melihat reruntuhan Kufah, di salah satu jalan akan melihat sebuah kubah yang indah. Dan di bawah kubah indah itu terdapat makam Maitsam.[]
Subuh telah tiba. Seperti biasa, Maitsam pergi menuju sebatang pohon korma. Ia memercikkan air pada batang pohon kurma itu. Tanah yang tersiram air menebarkan bau yang menyegarkan. Maitsam salat dua rakaat. Kemudian ia menyandarkan punggungnyake batang pohon korma itu.
Maitsam telah bersahabat dengan pohon kurma itu selama lebih dari dua puluh tahun. Pohon itu bukan hanya sekedar batang kering. Dia adalah pohon kurma yang menjulang tinggi.
Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun telah lewat.
Maitsam selalu melakukan salat dua rakaat dekat pohon kurma itu. Lalu ia menyapanya,"Allah menciptakanmu untukku. Dan Allah menciptakanku untukmu."
Maitsam mencintai pohon kurma itu. Ia tak pernah lupa menyirami pohon itu.
Suatu hari, ia mendatangi pohon kurmanya itu. Ia menemukan batang pohon itu kering. Lalu ia memotong pucuk batang tersebut. Pohon kurma yang tinggi itu kini menjadi batang pendek. Namun, Maitsam masih tetap mengunjungi pohon tersebut.
Siapa sebenarnya Maitsam ini? Apa hubungan antara Maitsam dengan pohon kurma itu?
Asal-Usul Maitsam
Maitsam lahir di Nihrawan, dekat Kufah. Ia berasal dari Persia. Seorang wanita bani Asad membelinya. Suatu hari, Imam Ali bin Abi Thalib membelinya dan memerdekakannya. Maitsam menjadi orang bebas. Ia menjual kurma di pasar Kufah.
Maitsam hidup dengan sederhana. Dua hal tumbuh dalam hatinya, yaitu kesetiaannya pada Islam dan cintanya pada Imam Ali. Imam Ali mengajarnya bahwa Islam adalah jalan menuju kebebasan.
Imam Ali menyukai Maitsam karena ia orang yan baik. Imam kerap pergi ke toko Maitsam, dan mengajarinya tentang Islam.
Nama Asli
Imam Ali membeli Maitsam dari seorang wanita bani Asad. Imam bertanya pada Maitsam," Siapa namamu?""Salim," Jawab Maitsam. Imam Ali berkata,"Rasulullah saw. mengatakan padaku bahwa orang-orang Persia memanggilmu Maitsam."
Maitsam terkejut, karena ia merasa tidak ada yang tahu nama aslinya. Maka ia berkata," Allah dan Rasul-Nya benar."
Sejak hari itu, Maitsam tidak pernah meninggalkan Imam Ali.
Di Gurun
Siapa pun yang pergi ke gurun pada malam hari akan melihat langit penuh dengan bintang-bintang. Hatinya akan tergetar mengingat kebesaran Allah SWT.
Imam Ali pergi ke gurun pada malam hari untuk berdoa. Ia membawa seorang teman ke gurun untuk memberikan pelajaran tentang Islam.
Kadang-kadang, Imam Ali mengajak Maitsam ke gurun. Imam mengajarnya tentang masalah-masalah yang akan datang. Imam Mengetahui tentang permasalahan yang akan datang itu dari Nabi Muhammad saw.
Maitsam mendengarkan kata-kata Imam Ali. Imam mengucapkan doanya. Maitsam mengucapkannya di belakang beliau. Ia mengikutinya dengan khusyuk.
Di Toko Al Tammar
Imam Ali kerap pergi ke pasar untuk bertemu Maitsam al Tammar. Imam duduk dan berbicara padanya. Beberapa orang lewat melintasi mereka. Mereka tidak mengenal Imam. Dan beberapa lainnya mengenal Imam. Mereka terkejut melihat Imam duduk dengan penjual kurma.
Suatu hari, Imam Ali pergi ke pasar. Imam duduk dengan bersama Maitsam. Setelah beberapa saat, Maitsam pergi untuk membeli sesuatu. Ia meminta izin pada Imam Ali dan pergi.
Imam duduk di belakang untuk menjual kurma. Pada saat itu, seorang laki-laki datang untuk membeli kurma seharga empat dirham.Laki-laki itu lalu mengambil kurmanya dan pergi.
Maitsam kembali. Ia terkejut melihat uang itu, karena uang itu palsu. Imam tersenyum dan berkata," Pemilik uang itu akan kembali."
Maitsam semakin terkejut. Ia heran,"Bagaimana ia akan kembali?"
Setelah satu jam berlalu, si pemilik dirham itu kembali. Ia berkata dengan jengkel,"Aku tidak menginginkan kurma ini! Kurma ini pahit! Mengapa kurma ini pahit?" Imam berkata," Karena kau memberikan dirham palsu!"
Laki-laki itu sangat terkejut. Ia mengambil uangnya dan pergi.
Orang yang Terpelajar
Maitsam adalah seorang yang cerdas. Ia mempelajari ilmu pengetahuannya dari Imam Ali. Suatu hari, ia berkata pada Abdullah bin Abbas, seorang yang terpelajar," Tanyakan padaku apa pun yang kau ingin tahu tentang penjelasan Alquran. Aku telah belajar semuanya dari Imam Ali."
Maka, Ibnu Abbas pun duduk di hadapan Maitsam untuk mempelajari penjelasan Alquran.
Amru bin Huraits
Amru bin Huraits adalah seorang pemimpin Kufah. Maitsam berkata padanya," Aku akan menjadi tetanggamu. Perlakukan aku dengan baik."Amru berkata,"Apakah kau ingin membeli rumah Ibnu Mas'ud atau Ibnu al Hakim?"
Maitsam diam. Amru bin Huraits menjadi bingung. Ia bertanya,"Apa maksudmu,wahai Maitsam?"
Pasar
Hari-hari dan tahun-tahun telah lewat. Penguasa zalim berganti menguasai Kufah. Mereka memperlakukan rakyat dengan kejam.
Ziyad menjadi penguasa Kufah. Ia mulai membunuh sahabat-sahabat Imam Ali. Ia mengemban perintah Muawiyah. Muawiyah adalah orang yang penuh dendam. Ia memerintahkan rakyat untuk mencaci Imam Ali.
Penguasa Kufah menunjuk seseorang untuk mengurus pasar. Orang tersebut zalim. Rakyat mengeluhkan perlakuan buruknya. Rakyat takut pada orang itu. Sehingga, mereka pergi mendatangi Maitsam. Mereka meminta Maitsam untuk pergi dengan mereka menemui penguasa. Mereka berkata pada Maitsam," Maitsam, pergilah bersama kami menghadap penguasa."
Maitsam pergi bersama mereka. Ia bertemu dengan penguasa dan berkata padanya tentang perlakuan kejam di pasar. Pengawal yang ada di istana merasa tidak senang dengan perkataan Maitsam. Ia berkata pada penguasa," Yang mulia, tahukah anda siapa orang ini?" Penguasa berkata," Tidak! Pengawal itu berkata," Ia seorang pembohong! Pendukung si Pembohong (maksud pengawal ini adalah Imam Ali)!"
Maitsam berkata," Sungguh, aku adalah benar! Aku adalah pendukung manusia yang benar. Sungguh, Ia adalah Amirul Mukminin9 Pemimpin orang-orang beriman)!"
Pertemuan di Jalan
Habib bin Mazhahir adalah sahabt Imam Ali yang baik. Setelah Nabi Muhammad saw. wafat, Habib menjadi teman dekat Imam Ali.
Suatu hari, Maitsam menunggang kuda, Habib bin Mazhahir juga menunggang kuda. Mereka bertemu di tempat bani Asad. Mereka berbincang sejenak. Bani Asad mendengarkan perbincangan mereka. Habibi berkata sambil tersenyum,"Aku meramalkan bahwa seorang laki-laki (maksudnya Maitsam) dengan kepala botak, berperut gendut, akan menjual semangka di Dar al Rizik. Laki-laki itu akan terbunuh demi cintanya pada keluarga Nabinya ( Nabi Muhammad saw)."
Maitsam berkata," Aku tahu bahwa seorang laki-laki (maksudnya Habib) dengan rambut merah akan muncul. Laki-laki itu akan mendukung anak laki-laki dari putri nabinya (maksudnya Husain, cucu Nabi saw. dan anak Imam Ali). Laki-laki itu akan dipenggal kepalanya. Kepalanya akan di bawa keliling di jalan-jalan Kufah."
Dua orang sahabat itu kemudian pergi. Orang-orang bani asad berkata," Mereka semua pembohong."
Pada saat itu, Rasyid al Hajri melewati bani Asad. Ia bertanya pada mereka tentang Habib dan Maitsam. Bani Asad berkata," Mereka baru saja pergi."
Kemudian bani Asad mengatakan tentang ramalan Maitsam dan Habib. Rasyid berkata sambil tesenyum," semoga Allah mengasihi Maitsam. Ia lupa mengatakan bahwa orang yang membawa kepala itu (maksudnya kepala Habib) akan diberi uang ratusan dirham."
Rasyid pergi. Bani terkejut mendengar perkataannya. Lalu mereka berkata," Rasyid juga pembohong!"
Hari-hari telah berlalu. Pada Muharram 61 H, bani asad melihat kepala Habib, yang terikat pada tombak yang panjang. Mereka melihat pengawal Ibnu Ziyad membawa kepala itu dan berjalan melewati jalan-jalan kota Kufah.
Khalifah
Muawiyah bin Abi Sufyan menemui ajalnya. Anaknya,Yazid, menggantikannya. Yazid adalah seorang pemuda berusia tiga puluh tahun. Ia adalah seorang peminum khamar (pemabuk). Ia menghibur dirinya dengan anjing dan monyet.
Imam Husain menolak untuk memberikan sumpah setianyakepada Yazid. Sementara itu, Orang-orang Kufah lelah dengan penindasan bani Umayyah. Oleh karena itu, mereka mengirim surat kepada Imam Husain. Dalam surat mereka , mereka meminta Imam untuk datang menyelamatkan mereka dari penindasan bani Umayyah.
Mata-mata memberi tahu Yazid tentang situasi di Kufah. Yazid marah dan memanggil dokter Nasrani yang bernama Sergon. Sergon menasehati Yazid untuk menunjuk Ubaidillah bin ziyad untuk menjadi penguasa Kufah.
Penjara
Banyak sahabat Imam Ali yang mendukung Imam Husain. Dan banyak kaum Muslim lainnya yang juga mendukung beliau.
Ubaidillah bin Ziyad tiba di Kufah. Ia mulai menahan dan memenjarakan pendukung Imam Husain.
Maitsam, Al Mukhtar al Thaqafi, dan Abdullah bin al Harits berada dalam penjara yang sama. Imam Husain akhirnya syahid demi Islam. Orang-orang yang berada di penjara tersebut merasakan kepedihan atas terbunuhnya Imam Husain.
Al Mukhtar berkata pada kedua sahabatnya," Bersiaplah untuk bertemu Allah! Setelah Imam Husain terbunuh, Ubaidillah bin Ziyad akan membunuh pendukung Imam Husain!"
Abdullah bin Harits berkata,"Ya, cepat atau lambat dia akan membunuh kita!"
Maitsam berkata," Tidak, ia tak akan membunuhmu. Kekasihku, Imam Ali, mangatakan padaku bahwa kau (Al Mukhtar) akan membalas dendam pada pembunuh-pembunuh Imam Husain. Dan kau akan menendang kepala Ubaidillah dengan kakimu."
Kemiudian Maitsam berkata pada Abdullah bin Harits," Kau akan menjadi penguasa di Basrah."
Keyakinan
Maitsam adalah orang yang sangat beriman pada Allah SWT. Ia tidak takut pada mereka yang zalim. Rakyat takut pada Ibnu Ziyad. Mereka gemetar ketakutan ketika meihatnya. Tetapi Maitsam tidak gentar pada Ibnu Ziyad. Ia tahu pasti bahwa Ibnu ziyad akan mati. Ia tahu bahwa orang zalim tidak akan hidup selamanya.
Muawiyah dan anaknya, Yazid, mencegah rakyat untuk mencintai Imam Ali. Para pengawal mereka menangkap dan membunuh sahabat-sahabat Imam Ali.
Berkaitan dengan ini, Imam Ali pernah berkata pada Maitsam," Bani Umayyah akan memerintahkanmu untuk mengingkariku. Akankah kau lakukan?" Maitsam menjawab," Tidak, aku tidak akan melakukannya."
Maitsam berpikir bahwa mengingkari Imam Ali berarti mengingkari Islam. Dan mengingkari Islam berarti mengingkari Allah.
Imam Ali berkata,"Sungguh, kau akan terbunuh!" Maitsam menjawab," Akan akan bersabar, kematian adalah kecil bagi Allah!" Imam Ali berkata," Kau akan bersamaku di surga."
Penutup
Ubaidillah bin Ziyad memerintahkan pengawalnya untuk menangkap Maitsam.
Ubaidillah berkata pada Maitsam," Aku dengar engkau adalah sahabat Ali!"
Maitsam berkata,"Ya!"
Ubaidillah bin Ziyad lalu berkata,"Maukah engkau mengingkarinya?"
Maitsam menjawab,"Tidak, Aku tak akan mengingkarinya."
Ubaidillah bin ziyad berkata," Aku akan membunuhmu!"
Maitsam menjawab," Demi Allah, Imam Ali telah mengatakan padaku bahwa kau akan membunuhku! Imam berkata padaku bahwa kau akan memotong tangan , kaki, dan lidahku!"
Ibnu Ziyad berkata dengan keras,"Imammu adalah seorang pembohong!"
Maitsam pun mecemooh orang bodoh itu( Ubaidillah).
Ibnu Ziyad lalu memerintahkan pengawalnya untuk mengikat Maitsam pada batang pohon kurma dekat rumah Amru bin Huraits. Kemudian ia memerintahkan mereka untuk memotong tangan dan kaki Maitsam.
Tetangga
Maitsam terikat pada batang pohon kurma. Amru bin Huraits melihat Maitsam. Amru teringat perkataan Maitsam," Aku akan menjadi tetanggamu. Perlakukan aku dengan baik."
Maka, Amru bin Huraits memerintahkan salah seorang putrinya untuk membersihkan tanah di sekitar batang pohon kurma itu. Ia juga memerintahkan putrinya untuk memercikkan air pada pohon tersebut.
Seseorang melihat Maitsam dan berkata," Pungkiri Ali, demi menyelamatkan jiwamu!" Maitsam berkata sambil tersenyum," Demi Allah, pohon kurma ini telah diciptakan untukku! Dan aku pun telah diciptakan pula untuknya!"
Akhirnya orang-orang mengetahui rahasia di balik kebiasaan Maitsam yang selalu mengunjungi pohon kurma itu sepanjang tahun.
Saudara-saudara!
Maitsam pun mengumpulkan orang-orang dan berkata," Saudara-saudara, jiak kalian ingin mendengar tentang Ali bin Abi Thalib, datanglah padaku."
Orang-orang berkumpul mengelilingi Maitsam. Ia mulai mengajarkan pada mereka berbagai macam ilmu pengetahuan.
Mata-mata melaporkan kata-kata Maitsam pada Ubaidillah bin Ziyad.
Ibnu Ziyad memerintahkan seorang pengawal untuk memotong lidah Maitsam. Maitsam berkata," Amirul Mukminin (Imam Ali) telah mengatakan padaku tentang peristiwa ini."
Kemudian pengawal itu memotong lidah Maitsam. Pengawal lainnya menikam Maitsam dengan pedangnya. Kehidupan Mujtahid (orang-orang yang berjuang di jalan Allah) ini pun padam bagaikan padamnya lilin!
Tubuh Maitsam
Maitsam telah melakukan banyak hal yang baik untuk rakyat. Rakyat sangat menyukainya. Mereka ingin mengambil tubuh Maitsam untuk dikuburkan. Tetapi pengawal Ibnu Ziyad dengan keras mencegah mereka untuk mendekatinya.
Suatu malam, tujuh orang penjual kurma datang. Mereka melihat para pengawal Ibnu Ziyad menyalakan api. Dua diantara penjual kurma itu menggergaji batang pohon. Lalu mereka pun membawa jenazah Maitsam keluar Kufah. Mereka menguburkan jenazah Maitsam di suatu tempat tertentu. Dan mereka kembali pulang.
Enam tahun telah lewat. Al Mukhtar melancarkan revolusinya di Kufah. Pasukannya berhadap-hadapan dengan pasukan Ubaidillah bin Ziyad di tepi sungai Al Khazir. Ibrahim al Ashtar memenggal kepala Ubaidillah bin Ziyad.
Beberapa orang dari pasukan itu, membawa kepada Ubaidillah pada Al Mukhtar. Al Mukhtar berdiri dan menendang kepada Ubaidillah.
Al Mukhtar teringat dengan kata-kata Maitsam di penjara," Al Mukhtar, kau akan keluar dari penjara. Kau akan membalas dendam pada pembunuh-pembunuh Imam Husain."
Hari-hari pun berlalu. Para pembunuh Imam Husain telah tewas. Orang-orang mengutuk mereka sepanjang sejarah.
Hingga sekarang, pengunjung yang mendatangi kota suci Najaf Untuk melihat reruntuhan Kufah, di salah satu jalan akan melihat sebuah kubah yang indah. Dan di bawah kubah indah itu terdapat makam Maitsam.[]
4. JA'FAR DENGAN DUA SAYAP JA'FAR DENGAN DUA SAYAP
Permulaan
Abu Thalib atau Syekh Al Bat-ha sangat merindukan keponakannya, yaitu Nabi Muhammad saw., sehingga beliau kemudian mencari Nabi. Beliau tidak sendirian. Putranya, Ja'far, yang saat itu berusia dua puluh tahun, membantu beliau mencari Nabi. Syekh al Bat-ha dan putranya ini mencari ke bukit dekat Makkah. Dan mereka pun menemukan Nabi saw. di sana.
Saat itu Nabi Muhammad saw. sedang berdoa denagn khusyuk. Ali, sang pemuda Islam, juga sedang berdoa di sebelah kanan Nabi. Mereka tidak takut kepada siapa pun kecuali Allah. Mereka sedang berdoa pada Allah, Sang Pencipta langit dan bumi, serta pencipta seluruh makhluk.
Saat mereka (Nabi saw. dan Ali) sedang berdoa, Abu Thalib berpaling pada putranya, Ja'far, dan berkata," Sempurnakan sayap sepupumu ( Nabi saw.)."Yaitu, dengan berdiri di sebelah kiri Nabi karena Ali telah berdiri disebelah kanan beliau. Karena burung tidak dapat terbang dengan satu sayap. Hal tadi bermakna bahwa Abu Thalib tidak ingin Nabi saw. hanya memiliki satu sayap. Sejak saat itu, nama Ja'far muncul dalam sejarah kejayaan islam.
Ja'far bin Abi Thalib lahir sekitar 25 tahun setelah Tahun gajah. Beliau sepuluh tahun lebih tua dari saudaranya, Ali. Beliau dua puluh tahun lebih muda dibanding Nabi saw.
Ja'far bin Abi Thalib mirip dengan Nabi Muhammad saw. Ia tinggal dengan sepupunya, yaitu Al Abbas. Abu Thalib memiliki keluarga besar. Nabi Muhammad saw. ingin meringankan beban pamannya, sehingga beliau saw. membawa Ali ke rumahnya. Sedangkan Ja'far diambil oleh Al Abbas.
Cahaya islam menyinari langit Makkah. Nabi Muhammad saw. mengajak orang-orang yang berada dalam kebimbangan menuju cahaya baru.
Nabi Muhammad saw. mengajak kaum yang teraniaya dan tertindas menuju pada agama yang memberikan kebebasan dan kemerdekaan. Beliau mengajak orang-orang yang berada dalam kegelapan menuju cahaya islam.
Tetapi kaum Quraisy yang kejam tidak mendengarkan seruan dakwah islam dan firman-firman Allah. Kemudian mereka mulai memerangi Nabi Muhammad saw. dan siapa saja yang mengikuti beliau. Mereka melampiaskan kemarahan mereka pada kaum yang lemah. Mereka mencambuk Bilal al Habsyi, Sumayya, Yassir, dan umat muslim lainnya. Para pengikut Nabi saw. dicambuk hanya karena mereka mengucapkan:"Tiada Tuhan selain Allah."
Hijrah Menuju Habsyi
Pada suatu malam, umat Muslim bertemu dengan Nabi Saw. Beliau saw. bersedih karena umat Muslim mengalami penyiksaan. Lalu beliau berkata, "Di Habsyi ada seorang raja yang arif. Hijrahlah menuju ke Habsyi. Tetaplah tinggal di sana sampai Allah menghilangkan kesusahan kalian."
Gagasan hijrah menyinari hati para pengikut Nabi Muhammad saw. bagaikan sinar surya menerangi bumi dengan cahaya dan kehangatan.
Pada tengah malam, sebuah kelompok kecil telah sampai ke Habsyi, melewati laut merah. Kaum yang berhijrah menetap di sana.
Sementara itu, kaum Quraisy meningkatkan penyerangan kepada umat islam yang tinggal di Makkah, sehingga mereka berada dalam kesulitan.
Pada saat yang genting, Nabi Muhammad saw. memerintahkan kepada sepupunya, Ja'far, untuk memimpin kelompok yang lebih besar menuju Habsyi.
Jumlah anggota kelompok itu melebihi delapan puluh orang. Ja'far mulai memimpin kafilah yang akan berhijarah menuju ke tepi pantai.
Laut itu sangat tenang. Angin berhembus dengan lembut. Kaum yang hijrah itu sampai ke pesisir pantai. Atas kehendak Allah SWT, melintaslah sebuah kapal. Kapal itu sedang berlabuh, berasal dari Jeddah menuju Habsyi. Ja'far meminta kapten kapal untuk mengizinkan mereka menumpang menuju Habsyi. Kapten itu pun mengizinkan.
Kapal kemudian berlayar mengarungi lautan. Umat Muslim bersyukur pada Allah, yang telah mengubah ketakutan menjadi rasa aman untuk beribadah kepada Allah SWT semata.
Ja'far sendiri sering menengok keadaan kaum yang berhijrah tersebut, terutama anak-anak. Istri Ja'far, Asma binti Umayyah, sering menengok kaum wanitanya.
Hari demi hari berlalu. Kapal itu Kemudian berlabuh di Habsyi. Umat Muslim Akhirnya sampai di tempat yang dimaksudkan Nabi Muhammad saw. Umat Muslim kini berdoa kepada Allah dengan bebas. Tidak seorang pun yang melarang mereka untuk beribadah. Selama beribadah, mereka selalu meminta kepada Allah SWT agar Nabi Muhammad saw. dan umat muslim lainnya memperoleh kemenangan atas kaum Quraisy yang kejam dan bersikap tidak adil.
Namun, berita yang sampai pada mereka sungguh menyedihkan. Yassir dan Sumayya syahid akibat penyiksaan. Mereka sangat sedih mendengar penyiksaan yang terjadi pada saudara-saudara mereka. Namun hal ini membuat keimanan mereka semakin kokoh.
Di Kota Makkah
Abu Jahal, orang yang selalu dengki pada Nabi Muhammad saw. senantiasa berencana untuk menghancurkan agama Allah. Dia ingin memadamkan cahaya islam sehingga orang hidup dalam kegelapan dan kebodohan.1
Namun agama Allah menyebarbagaikan aroma bunga mawar yang merebak. Hal itu membuat kebahagian hadir dalam hati bagaikan musim semi.
Suatu hari, para pemimpin quraisy mengadakan pertemuan di Darul Nadwa. Mereka mencari jalan untuk memadamkan cahaya Islam.
Umayyah berkata,"Aku akan membuat Bilal jadi pelajaran bagi budak-budak lain sehingga mereka tidak akan masuk agama Muhammad."
Abu Jahal berkata,"Kita terus akan memboikot bani Hasyim (keluarga Nabi saw.) sehingga mereka mati kelaparan atau sampai mereka menyerahkan Muhammad pada kita supaya bisa kita bunuh."
Abu Sofyan berkata," Tapi apa yang harus kita lakukan pada mereka yang melarikan diri dari Makkah ke Habsyi?"
Abu Jahal berkata," Kita akan bawa mereka kembali. Kita akan kirimkan banyak hadiah pada Al Najashyi (Raja Habsyi), sehingga dia akan menyetujui keinginan kita. Kita akan kirimkan seorang yang pandai berunding dengan Al Najashyi."
Setelah beberapa minggu, mereka memutuskan untuk mengirim seorang utusan untuk membawa kebali orang-orang yang melarikan diri itu.
Di Hadapan Al Najashyi
Pada keesokan harinya, Amr bin Ash dan Amarah bin al Walid mengarungi laut dengan membawa hadiah yang banyak untuk Al Najashyi.
Mereka mengarungi laut dengan menggunakan sebuah kapal. Mereka pun kemudian tiba di Habsyi. Mereka lalu menuju istana raja.
Amr bin Ash berkata kepada penjaga istana,"Kami utusan bangsa Quraisy membawa hadiah untuk sang Raja."
Al Najashyi menyambut mereka dan menerima hadiah dari orang Quraisy tersebut. Para pemuka agamanya juga menerima hadiah-hadiah dari mereka. Raja lalu menanyakan maksud kedatangan mereka.
Para utusan itupun menjawab," Ada beberapa orang bodoh telah mengungsi ke negeri Habsyi. Mereka telah mengabaikan agama ayah leluhur mereka. Mereka tidak menerima agama Tuan (Kristen). Mereka telah membawa Agama baru. Agama yang Tuan dan kami tidak ketahui. Kami orang Quraisy adalah kaum yang mulia. Kami datang kemari untuk membawa mereka kembali dan mendidik mereka."
Raja negeri Habsyi adalah seorang yang arif dan bijaksana. Lalu kemudian ia pun berkata,"Bagaimana bisa aku menyerahkan orang yang telah memilih negeriku dan meminta bantuanku? Bagaimanapun, aku akan terlebih dahulu bertanya pada mereka. Apabila benar pikiran mereka jahat dan telah berkhianat, aku akan serahkan mereka pada kalian. Jika sebaliknya, maka aku akan membiarkan mereka untuk tinggal di negeriku."
Al Najashyi memanggil kaum yang berhijrah tersebut. Kemudian mereka pun menghadap ke istana. Ja'far bin Abi Thalib berada paling depan. Mereka memasuki istana dan berdiri tepat di hadapan sang Raja.
Rakyat al Najashyi membungkukkan badan mereka ketika berhadapan dengan sang Raja, begitu pula dengan utusan dari bangsa Quraisy. Sedangkan kaum muslimin tidak membungkuk, kepala mereka tetap ditegakkan.
Raja Al Najashyi pun lalu bertanya pada mereka,"Kenapa kalian tidak membungkukkan badan di hadapanku?"
Ja'far menjawab,"Kami tidak membungkuk dihadapan siapa pun kecuali di hadapan Allah."
Raja lalu berkata,"Apa maksud kalian?"
Ja'far kemudian menjawab,"Yang mulia, Allah telah mengirimkan seorang rasul, dan rasul itu telah memerintahkan kamiuntuk tidak pernah membungkuk pada siapa pun kecuali pada Allah. Beliau juga telah memerintahkan kepada kami untuk mendirikan salat dan menunaikan zakat."
Amr bin Ash berkata dengan nada marah,"Mereka telah melanggar agama raja."
Al Najashyi menyuruh Amr untuk diam, dan meminta Ja'far untuk melanjutkan.
Dengan sopan, Ja'far kemudian berkata," Yang mulia, kami dulu hanyalah orang-orang bodoh. Kami menyembah berhala dan memakan bangkai binatang. Kami melakukan hal-hal yang buruk dan mengabaikan keluarga kami. Kami tidak menyantuni tetangga kami. Yang kuat menindas yang lemah. Kemudian Allah mengirimkan pada kami seorang rasul. Kami mengetahui dengan benar kejujuran dan keluhurannya. Kami mengetahui bahwa ia benar-benar orang yang suci dan dapat dipercaya. Kemudian beliau mengajak kami untuk menyembah pada Allah semata. Beliau memerintahkan kami untuk tidak menyembah apa yang dulu kami dan leluhur kami sembah. Beliau memerintahkan kami untuk selalu jujur dan menjaga amanah. Beliau memerintahkan kami untuk selalu mengunjungi kerabat dan menyantuni tetangga, menghentikan perbuatan jahat dan pertumpahan darah. Beliau mencegah kami dari perbuatan keji dan mungkar, mengambil hak-hak anak yatim dan berbicara buruk pada wanita yang telah menikah. Beliau memerintahkan kami untuk hanya menyembah Allah semata dan tidak menyembah banyak tuhan. Beliau memerintahkan kami untuk mendirikan salat, bersedekah, dan berpuasa.
Yang mulia, kami mempercayai dan mengikuti apa yang beliau bawa dari Allah dan kami hanya menyembah Allah semata, kami tidak menyembah banyak tuhan. Tetapi orang-orang Quraisy menyerang dan menyiksa kami. Mereka mencegah kami dari beribadah menurut agama kami dan memaksa kami untuk menyembah berhala lagi. Kami datang ke negeri Tuan. Kami lebih memilih negeri tuan dibanding negeri lain. Maka dari itu, kami meminta Tuan untuk berlaku adil dan arif."
Al Najashyi kemudian dengan sopan berkata," Apakah kamu mengetahui sesuatu yang disampaikan oleh rasulmu?"
Ja'far menjawab,"Ya"
Al Najashyi:" Bacakan untukku!"
Ja'far lalu mulai membacakan beberapa ayat dari surah Maryam:
"Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Alquran, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka. Lalu kami mengutus roh kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata," Sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Allah yang maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.'Dia (jibril) berkata," Sesungguhnya aku hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.' Maryam berkata, "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!' Jibril berkata," Demikianlah Tuhanmu berfirman,'Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar kami dapat menjadikannya sebuah tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang mudah untuk diputuskan."Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya ituke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata,'Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan.' Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah, 'Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai dibawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum, dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah, sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Allah Yang Maha Pemurah, maka aku tidsak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini." Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata, 'Hai Maryam ! Sesungguhnys kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun ! Ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina.""
Al Najashyi pun terharu. Air matanya membasahi kedua pipinya. Para pemuka agama dan rahib-rahib istana dan ikut terharu. Suara Ja'far terdengar Syahdu:
"Maka Maryam menunjuk pada anaknya. Mereka berkata, Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?' Berkata isa,' Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati dimana saja kau berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup dan berbakti kepda ibuku; dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.'"
Al Najashyi mendukung firman-firman Allah ini dan berkata dengan lirih," Tentu saja, apa yang telah kau bacakan dan apa yang telah dibawa oleh Nabi Isa berasal dari satu tempat yang sama."
Sang Raja kemudian berpaling pada utusan Quraisy dan berkata dengan marah,"Aku tak akan menyerahkan mereka pada kalian dan aku akan membela mereka."
Kemudian sang Raja pun memerintahkan pada prajurit kerajaan untuk mengusir utusan Quraisy tersebut dan mengembalikan hadiah yang telah mereka berikan. Raja berkata, " Mereka telah berusaha menyuapku. Dan aku tak ingin disuap.
Raja kemudian berpaling pada Ja'far dan umat Muslim lainnya. Ia lalu berkata," Kalian diterima di sini, begitu pula dengan Rasul kalian. Aku mengakui bahwa ia adalah seorang rasul yang telah diberikan oleh Nabi Isa bin Maryam. Tinggallah sesuka kalian di negeriku."
Al Najashyi ingin mengetahui kebiasaan dalam tata krama dalam Islam. Ia bertanya pada Ja'far, "Bagaimana cara kaian saling bertegur sapa ?"
Ja'far berkata," Kami menyapa dengan mengucapkan Assalaamu'alaikum."
Rencana Jahat lain
Pada keesokan harinya, Amr bin Ash dan Amarah memutuskan untuk pergi ke istana Raja. Di perjalanan, Amr bin Ash berkata pada Amarah," Kali ini, aku akan membalas Ja'far. Aku akan memberi tahu Raja bahwa umat Muslim mempunya pemikiran lain tentang Isa."
Mereka menghadap kembali pada Al Najashyi dan berkata, " Yang Mulia, umat Muslim mengatakan bahwa Isa adalah seorang hamba sahaya."
Al Najashyi terdiam untuk beberapa saat, kemudian ia berkata pada pengawalnya, "Carilah Ja'far agar kita bisa mendengar pandangannya."
Raja bertanya padanya,"Apa pendapatmu tentang Isa?"
Ja'far menjawab dengan tenang," Kami mengatakan sebagaimana yang telah Allah dan Rasul-nya katakan tentangnya!"
Raja bertanya padanya,"Apa yang telah dikatakan rasulmu?"
Ja'far menjawab dengan tenang,"Beliau adalah hamba Allah, rasul Allah, roh Allah, firman Allah yang telah diberikan Allah pada perawan Maryam yang suci."
Al Najashyi terdiam beberapa saat, kemudian ia menggambar sebuah garis di tanah dengan tongkatnya. Lalu ia berkata,"Temuilah kawan-kawanmu. Kalian aman di negeriku."
Lagi-lagi rencana jahat utusan Quraisy tersebut gagal. Mereka pulang kembali ke Makkah dengan tangan hampa. Sejak pertemuan itu, umat muslim hidup bahagia di negeri Habsyi.
Nabi Muhammad saw. dan umat Muslim bergembira atas kemenangan Ja'far dan tinggalnya mereka di negeri Habsyi.
Tempat Hijrah yang Baik
Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun berlalu.
Ja'far dan kaum Muslim lainnya mendengar banyak kabar. Ketika mereka mendengar kabar baik, mereka ikut senang. Namun ketika mereka mendengar kabar buruk, mereka menjadi sedih.
Mereka merasa senang ketika mendengar bahwa embargo yang kaum Quraisy terapkan pada bani Hasyim telah berakhir.
Namun mereka merasa sedih ketika mendengar tentang kematian Abu Thalib, sang pelindung Nabi Muhammad saw., serta kematian Khadijah, istri Nabi Muhammad saw., yang senantiasa mendukung Nabi dan menghabiskan hartanya demi perjuangan agama Islam.
Kaum Muslimin di negeri Habsyi mendengar kabar tentang hijrahnya Nabi Muhammad saw. ke Madinah dan pendirian Negara Islam yang pertama, dimana bendera tauhid dikibarkan. Mereka diliputi kebahagiaan.
Kabar tentang Perang Badar dan tentang kemenangan Islam atas kaum kafir terdengar oleh mereka. Mereka mendengar kabar tentang Perang Uhud. Mereka merasa sedih ketika mereka mendengar bahwa Nabi saw. terluka di medan perang.
Mereka senang ketika mendengar kabar tentang kemenangan kaum Muslimin atas kaum kafir dan Yahudi. Mereka pun sangat senang ketika mendengar tentang surat-surat Nabi saw. yang ditujukan pada raja-raja di seluruh dunia.
Nabi Muhammad saw. mengirimkan surat pada Hercules, Kaisar Romawi; Khosrow, Raja Persia; dan Al Mokawkas, Fir'aun Mesir.
Surat Untuk Al Najashyi
Amr bin Umayyah al Dhimri, utusan Nabi kita Muhammad saw., tiba di negeri Habsyi dengan membawa surat dari Nabi saw. surat tersebut bertuliskan:
Dari Muhammad, Rasulullah.
Kepada Al Najashyi, Raja Habsyi.
Anda aman.
Segala puji bagi Allah. Tiada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha kuasa, Mahasuci. Aku bersaksi bahwa Isa adalah roh Allah, dan firman-Nya yang diberikan-Nya pada Maryam, sang perawan yang suci. Allah menciptakan Isa dengan kekuasaan-Nya sebagaimana Ia telah menciptakan Adam sebelumnya.
Aku mengajakmu untuk beribadah pada Allah semata, untuk mematuhi-Nya, mengikutiku, dan untuk mempercayai apa yang telah datang padaku, aku adalah rasul Allah. Aku mengajakmu dan prajuritmu untuk menyembah Allah SWT. Aku telah memberitahumu serta mengajakmu. Maka, ikutilah nasihatku.
Dan kesejahteraan semoga tercurah padanya yang mengikuti ajaran yang benar.
Ja'far menemani utusan Nabi Muhammad saw. menuju istana Al Najashyi. Pertama-tama mereka memberi salam pada Raja Habsyi. Kemudian sang Raja menerima surat dari Nabi saw. dengan penuh penghormatan.
Al Najashyi membaca surat tersebut. Beliau lalu turun dari singgasananya dan duduk di bawah untuk menunjukkan kerendahan hatinya serta penghormatannya pada Rasulullah,Nabi Muhammad saw.
Al Najashyi meletakkan surat tersebut di atas kedua matanya untuk menunjukkan penghormatannya yang luar biasa. Kemudian ia memerintahkan para penjaga istananya unutuk membawakan sebuah kotak yang terbuat dari gading untuk menyimpan surat tersebut. Dia berkata,"Negeri Habsyi akan tetap sejahtera selama penduduknya menyimpan surat ini."
Utusan Nabi saw. memberi Raja sebuah surat lagi. Surat itu meminta agar Raja mengizinkan kaum Muslim yang dipimpin oleh Ja'far Bin Abi Thalib untuk kembali ke Negerinya.
Kaum muslim sangat bahagia saat mendengar pemulangan mereka kembali ke kampung halaman. Mereka berterima kasih kepada Al Najashyi atas keramah-tamahannya.
Al Najashyi memerintahkan para prajuritnya untuk meyiapkan beberapa kapal untuk membawa kembali kaum Muslim ke Hijaz. Dia mengirimkan utusannya bersama mereka. Utusan Raja membawa hadiah dan sebuah surat perkenalan kepada Nabi Muhammad saw.
Layar kapal pun dinaikkan untuk memulai perjalanan. Mereka gembira atas kemenangan agama Allah.
Penaklukan Khaibar
Di Madinah, tentara Islam sedang bersiap-siap untuk maju menuju benteng-benteng kaum Yahudi di Khaibar.
Kaum Yahudi di Khaibar selalu berncana jahat untuk memadamkan cahaya Islam. Mereka senantiasa mendorong bangsa Arab untuk menyerang Madinah, untuk menghancurkan Negara Islamyang baru lahir tersebut.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad saw. memutuskan untuk menumpas bahaya yang ditimbulkan kaum Yahudi sehingga masyarakat akan hidup tenteram.
Prajurit Muslim tiba di jalan yang menghubungkan suku Ghatfan dan benteng Khaibaruntuk mengejutkan musuh di sana.
Jumlah tentara Muslim mencapai 1.400 prajurit. Dua ratus penunggang kuda menyertai mereka. Kaum wanita juga turut serta dalam peperangan.
Kaum Muslim berada di garis depan benteng pertahanan Yahudi. Pada waktu subuh, Kaum Muslim mengejutkan kaum Yahudi dan mengepung mereka.
Beberapa sahabat melancarkan serangan yang kuat melawan kaum Yahudi. Namun usaha mereka sia-sia karena kaum Yahudi menghujani mereka dengan panah. Kaum Yahudi mengolok-ngolok Nabi Muhammad saw. beserta pasukannya.
Kemudian Nabi muhammad saw. berkata," Besok, aku akan memberikan bendera Islam kepada seorang pria. Orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya; maka Allah dan Rasul-Nya pun mencintainya."
Di pagi hari, seorang sahabat memohon pada Nabi saw. agar diberikan bendera itu. Namun Nabi Muhammad saw. menyerahkannya pada Ali, saudara Ja'far.
Dengan kuat, Ali mengibarkan bendera dan berada di garis depan benteng kaum Yahudi. Ketika Ali membunuh Marhab, pahlawan Yahudi, kaum Yahudi menjadi takut. Dengan cepat, kaum Muslim memasuki Benteng Khaibar satu per satu.
Nabi Muhammad saw. beserta kaum Muslim dipenuhi dengan kebahagiaan. Kemudiaan mereka bersyukur kepada Allah atas kemenangannya terhadap musuh.
Pada saat yang bersamaan, kaum yang berhijrah ke Habsyi yangt dipimp[in oleh Ja'far bin Abi Thalib sampai. Kebahagiaan Nabi Muhammad saw. menjadi dua kali lipat. Lalu beliau saw. bersabda dengan senyum cerah di wajahnya," Aku tak tahu manakah yang lebih membahagiakan, kedatangan Ja'far dan kawan-kawannya mempunyai dua hijrah, sebuah hijrah ke Habsyi dan sebuah hijrah ke Madinah.
Peperangan Mu' tah
Nabi Muhammad saw. telah mengirimkan seorang utusan pada pemimpin Basrah, sebuah kota di negeri Syam. Namun utusan tersebut tertangkap dan dihukum di wilayah Mu'tah. Perbuatan tersebut telah bertentangan dengan moral kemanusiaan.
Nabi Muhammad saw. menjadi sedih. Lalu beliau memerintahkan kaum Muslim agar bersiap-siap untuk membuat suatu penyerangan guna menghukum si pembunuh.
Pada bulan Jumadil ula, tahun ke dua setelah hijrah ke Madiah, tiga ribu pasukan ikut serta dalam pertempuran itu. Nasihat Nabi saw. menerangi jalan perjuangan mereka:
"Aku nasihatkan kalian agar takut pada Allah. Menyeranglah dengan menyebut nama Allah. Lawan lah musuh Allah dan musuh kalian. Kalian akan menemukan seorang yang kesepian di dalam sel. Maka jangan lawan mereka. Jangan membunuh wanita atau anak-anak. Jangan menumbangkan pepohonan. Jangan menghancurkan bangunan."
Nabi Muhammad saw. menunjuk Zaid bin Harits sebagai pemimpin pasukan perang kaum Muslim. Nabi saw. berkata,"Bila Zaid syahid, maka pemimpinnya adalah Ja'far bin Abi Thalib. Dan Bila Ja'far pun syahid, pemimpinnya adalah Abdullah Rawaha."
Kabar penyerangan kaum Muslim sampai kepada ke Romawi. Maka orang-orang Romawi punmenggalang kekuatan perang. Pasukannya terdiri dari orang-orang Romawi dan gabungan suku-suku Arab. Pasukan mereka berjumlah 200 ribu orang. Pasukan itu bergabung di wilayah Al Baqaa.
Pertempuran pertama berlangsung di desa Masharif, dekat Al Baqaa. Keunggulan Romawi terlihat dalam pertempuran karena mereka mempunyai kekuatan yang besar. Kaisar Romawi, Hercules, memberikan kepemimpinan kepada saudaranya, Theodore.
Pasukan Muslim, walaupun berjumlah sedikit, memilih wilayah Mu'tah sebagai medan peperangan karena sudut kemiringan tanahnya sesuai bagi kaum Muslim untuk melindungi diri mereka melawan pasukan Romawi.
Zaid bin Harits bersiap-siap untuk memulai pertempuran. Dengan kuat, dia mengibarkan bendera Islam dan dengan segera melawan musuh.
Pertempuran yang sengit pun pecah. Tombak menyobek tubuh Zaid. Lalu ia pun jatuh ke tanah dan memerahkan tanah dengan darahnya.
Sebelum bendera islam terlepas dari tangan Zaid, Ja'far dengan segera merebut dan meraihnya dengan kuat. Ia bertempur dengan gigih. Suaranya lantang di tengah hiruk-pikuknya pertempuran.
Ja'far bin Abi Thalib melompati kudanya yang pirang untuk menunjukkan kelihaiannya dalam berperang. Ialah yang pertama kali melakukan hal tersebut dalam sejarah Islam. Ia bagaikan Gunung. Ia menghadapi musuh dengan sengit. Keteguhannya menciutkan nyali mereka.
Kemudian musuh pun meningkatkan serangan kepadanya. Sebuah pedang menusuk tangan kanannya. Dan darahnya menyembur ke udara. Ja'far memegang bendera Islam dengan tangan kirinyadan kembali bertempur. Pedang lain akhirnya memenggal tangan kirinya sampai putus. Ja'far menekan bendera itu ke dadanya dengan lengan atasnya agar prang terus berlangsung.
Selama saat-saat yang mengerikan itu, Ja'far pun terluka lagi. Ia pun akhirnya jatuh ke tanah dan akhirnya syahid.
Abdullah bin Rawaha, pemimpin yang ke tiga, dengan segera mengibarkan kembali bendera itu ke langit. Pemimpin baru itu berperang dengan gagah berani untuk menghentikan serangan pasukan Romawi yang bergerak bagaikan gelombang.
Abdullah pun akhirnya syahid. Kemudian, Tsabit bin Al Arqam mengambil bendera dan meminta kaum Muslim untuk memilih pemimpin yang baru. Kaum Muslim memilih Khalid bin Walid.
Dengan sangat cepat, pemimpin baru ini memutuskan untuk menarik mundur pasukan. Lalu, dia melancarkan taktik jitu untuk mengelabui musuh.
Ketika malam tiba, kaum Muslim mundur dengan tenang dan menghilang di tengah gurun.
Pada pagi hari, pasukan Romawi terkejut dengan mundurnya kaum Muslim. Mereka pun takut untuk pergi lebih jauh menuju gurun.
Sementara itu, pasukan Muslim yang pemberani, walaupun dengan jumlah yang sedikit, mengagetkan pasukan Romawi dengan membuat debu gurun beterbangan seolah-olah bala bantuan pasukan Muslim yang berjumlah besar telah datang.
Pasukan Romawi pun akhirnya memilih untuk mundur.
Di Madinah
Malaikat Jibril turun dari langit untuk memberi tahu Nabi Muhammad saw. tentang kabar dari medan perang. Kemudian Rasulullah saw. naik ke atas mimbar dan berbicara kepada kaum muslim:
" Pertama Zaid yang membawa bendera. Dia berjuang hingga ia syahid. Kemudian Ja'far mengambil bendera itu dan berjuang hingga ia pun syahid. Lalu Abdullah mengambil bendera itu dan berjuang hingga titik darah penghabisan dan menjadi syahid."
Nabi saw. mengunjungi rumah Ja'far. Di sana beliau menemukan anak-anak Ja'far sedang duduk. Nabi saw. menciumi anak-anak Ja'far dan mendudukkan mereka di atas pangkuannya. Air matanya berlinang. Asma, istri Ja'far, merasa bahwa sesuatu telah terjadi pada suaminya. Kemudian ia pun bertanya kepada Nabi Muhammad saw.,"Ya Rasulullah, apakah Anda telah mendengar kabar tentang Ja'far dan para sahabat lainnya?"
Rasulullah saw. menjawab," Ya, mereka telah Syahid!"
Nabi saw. meninggalkan rumah Ja'far. Beliau menyuruh putrinya, Fathimah az Zahra untuk mengirimkan makanan bagi keluarga Ja'far, sehubungan dengan musibah yang menimpa keluarga mereka.
Pemilik Dua Sayap
Ketika tentara Islam kembali ke kampung halamannya, mulai menceritakan pada keluarga mereka tentang kepahlawanan Ja'far dan saudara-saudaranya yng telah menjadi syuhada.
Salah seorang dari mereka berkata, "Kami melihat sembilan puluh luka di tubuh Ja'far."
Yang lainnya berkata," Aku melihat tangan kanannya terpotong."
Dan orang yang lainnya lagi berkata," Aku melihat dia saat tangan kirinya terpotong. Dia lalu terjatuh ke tanah dan berlumuran darah."
Nabi Muhammad saw. berkata," Jibril telah memberitahuku bahwa Allah telah menganugerahkan Ja'far dua sayap untuk terbang di surga."
Pada malam itu, anak-anak Ja'far berbaring di atas tempat tidur mereka. Mereka menatap langit yang dipenuhi bintang. Sementara itu, mereka membayangkan ayah mereka sedang terbang dengan kedua sayapnya.[]
Permulaan
Abu Thalib atau Syekh Al Bat-ha sangat merindukan keponakannya, yaitu Nabi Muhammad saw., sehingga beliau kemudian mencari Nabi. Beliau tidak sendirian. Putranya, Ja'far, yang saat itu berusia dua puluh tahun, membantu beliau mencari Nabi. Syekh al Bat-ha dan putranya ini mencari ke bukit dekat Makkah. Dan mereka pun menemukan Nabi saw. di sana.
Saat itu Nabi Muhammad saw. sedang berdoa denagn khusyuk. Ali, sang pemuda Islam, juga sedang berdoa di sebelah kanan Nabi. Mereka tidak takut kepada siapa pun kecuali Allah. Mereka sedang berdoa pada Allah, Sang Pencipta langit dan bumi, serta pencipta seluruh makhluk.
Saat mereka (Nabi saw. dan Ali) sedang berdoa, Abu Thalib berpaling pada putranya, Ja'far, dan berkata," Sempurnakan sayap sepupumu ( Nabi saw.)."Yaitu, dengan berdiri di sebelah kiri Nabi karena Ali telah berdiri disebelah kanan beliau. Karena burung tidak dapat terbang dengan satu sayap. Hal tadi bermakna bahwa Abu Thalib tidak ingin Nabi saw. hanya memiliki satu sayap. Sejak saat itu, nama Ja'far muncul dalam sejarah kejayaan islam.
Ja'far bin Abi Thalib lahir sekitar 25 tahun setelah Tahun gajah. Beliau sepuluh tahun lebih tua dari saudaranya, Ali. Beliau dua puluh tahun lebih muda dibanding Nabi saw.
Ja'far bin Abi Thalib mirip dengan Nabi Muhammad saw. Ia tinggal dengan sepupunya, yaitu Al Abbas. Abu Thalib memiliki keluarga besar. Nabi Muhammad saw. ingin meringankan beban pamannya, sehingga beliau saw. membawa Ali ke rumahnya. Sedangkan Ja'far diambil oleh Al Abbas.
Cahaya islam menyinari langit Makkah. Nabi Muhammad saw. mengajak orang-orang yang berada dalam kebimbangan menuju cahaya baru.
Nabi Muhammad saw. mengajak kaum yang teraniaya dan tertindas menuju pada agama yang memberikan kebebasan dan kemerdekaan. Beliau mengajak orang-orang yang berada dalam kegelapan menuju cahaya islam.
Tetapi kaum Quraisy yang kejam tidak mendengarkan seruan dakwah islam dan firman-firman Allah. Kemudian mereka mulai memerangi Nabi Muhammad saw. dan siapa saja yang mengikuti beliau. Mereka melampiaskan kemarahan mereka pada kaum yang lemah. Mereka mencambuk Bilal al Habsyi, Sumayya, Yassir, dan umat muslim lainnya. Para pengikut Nabi saw. dicambuk hanya karena mereka mengucapkan:"Tiada Tuhan selain Allah."
Hijrah Menuju Habsyi
Pada suatu malam, umat Muslim bertemu dengan Nabi Saw. Beliau saw. bersedih karena umat Muslim mengalami penyiksaan. Lalu beliau berkata, "Di Habsyi ada seorang raja yang arif. Hijrahlah menuju ke Habsyi. Tetaplah tinggal di sana sampai Allah menghilangkan kesusahan kalian."
Gagasan hijrah menyinari hati para pengikut Nabi Muhammad saw. bagaikan sinar surya menerangi bumi dengan cahaya dan kehangatan.
Pada tengah malam, sebuah kelompok kecil telah sampai ke Habsyi, melewati laut merah. Kaum yang berhijrah menetap di sana.
Sementara itu, kaum Quraisy meningkatkan penyerangan kepada umat islam yang tinggal di Makkah, sehingga mereka berada dalam kesulitan.
Pada saat yang genting, Nabi Muhammad saw. memerintahkan kepada sepupunya, Ja'far, untuk memimpin kelompok yang lebih besar menuju Habsyi.
Jumlah anggota kelompok itu melebihi delapan puluh orang. Ja'far mulai memimpin kafilah yang akan berhijarah menuju ke tepi pantai.
Laut itu sangat tenang. Angin berhembus dengan lembut. Kaum yang hijrah itu sampai ke pesisir pantai. Atas kehendak Allah SWT, melintaslah sebuah kapal. Kapal itu sedang berlabuh, berasal dari Jeddah menuju Habsyi. Ja'far meminta kapten kapal untuk mengizinkan mereka menumpang menuju Habsyi. Kapten itu pun mengizinkan.
Kapal kemudian berlayar mengarungi lautan. Umat Muslim bersyukur pada Allah, yang telah mengubah ketakutan menjadi rasa aman untuk beribadah kepada Allah SWT semata.
Ja'far sendiri sering menengok keadaan kaum yang berhijrah tersebut, terutama anak-anak. Istri Ja'far, Asma binti Umayyah, sering menengok kaum wanitanya.
Hari demi hari berlalu. Kapal itu Kemudian berlabuh di Habsyi. Umat Muslim Akhirnya sampai di tempat yang dimaksudkan Nabi Muhammad saw. Umat Muslim kini berdoa kepada Allah dengan bebas. Tidak seorang pun yang melarang mereka untuk beribadah. Selama beribadah, mereka selalu meminta kepada Allah SWT agar Nabi Muhammad saw. dan umat muslim lainnya memperoleh kemenangan atas kaum Quraisy yang kejam dan bersikap tidak adil.
Namun, berita yang sampai pada mereka sungguh menyedihkan. Yassir dan Sumayya syahid akibat penyiksaan. Mereka sangat sedih mendengar penyiksaan yang terjadi pada saudara-saudara mereka. Namun hal ini membuat keimanan mereka semakin kokoh.
Di Kota Makkah
Abu Jahal, orang yang selalu dengki pada Nabi Muhammad saw. senantiasa berencana untuk menghancurkan agama Allah. Dia ingin memadamkan cahaya islam sehingga orang hidup dalam kegelapan dan kebodohan.1
Namun agama Allah menyebarbagaikan aroma bunga mawar yang merebak. Hal itu membuat kebahagian hadir dalam hati bagaikan musim semi.
Suatu hari, para pemimpin quraisy mengadakan pertemuan di Darul Nadwa. Mereka mencari jalan untuk memadamkan cahaya Islam.
Umayyah berkata,"Aku akan membuat Bilal jadi pelajaran bagi budak-budak lain sehingga mereka tidak akan masuk agama Muhammad."
Abu Jahal berkata,"Kita terus akan memboikot bani Hasyim (keluarga Nabi saw.) sehingga mereka mati kelaparan atau sampai mereka menyerahkan Muhammad pada kita supaya bisa kita bunuh."
Abu Sofyan berkata," Tapi apa yang harus kita lakukan pada mereka yang melarikan diri dari Makkah ke Habsyi?"
Abu Jahal berkata," Kita akan bawa mereka kembali. Kita akan kirimkan banyak hadiah pada Al Najashyi (Raja Habsyi), sehingga dia akan menyetujui keinginan kita. Kita akan kirimkan seorang yang pandai berunding dengan Al Najashyi."
Setelah beberapa minggu, mereka memutuskan untuk mengirim seorang utusan untuk membawa kebali orang-orang yang melarikan diri itu.
Di Hadapan Al Najashyi
Pada keesokan harinya, Amr bin Ash dan Amarah bin al Walid mengarungi laut dengan membawa hadiah yang banyak untuk Al Najashyi.
Mereka mengarungi laut dengan menggunakan sebuah kapal. Mereka pun kemudian tiba di Habsyi. Mereka lalu menuju istana raja.
Amr bin Ash berkata kepada penjaga istana,"Kami utusan bangsa Quraisy membawa hadiah untuk sang Raja."
Al Najashyi menyambut mereka dan menerima hadiah dari orang Quraisy tersebut. Para pemuka agamanya juga menerima hadiah-hadiah dari mereka. Raja lalu menanyakan maksud kedatangan mereka.
Para utusan itupun menjawab," Ada beberapa orang bodoh telah mengungsi ke negeri Habsyi. Mereka telah mengabaikan agama ayah leluhur mereka. Mereka tidak menerima agama Tuan (Kristen). Mereka telah membawa Agama baru. Agama yang Tuan dan kami tidak ketahui. Kami orang Quraisy adalah kaum yang mulia. Kami datang kemari untuk membawa mereka kembali dan mendidik mereka."
Raja negeri Habsyi adalah seorang yang arif dan bijaksana. Lalu kemudian ia pun berkata,"Bagaimana bisa aku menyerahkan orang yang telah memilih negeriku dan meminta bantuanku? Bagaimanapun, aku akan terlebih dahulu bertanya pada mereka. Apabila benar pikiran mereka jahat dan telah berkhianat, aku akan serahkan mereka pada kalian. Jika sebaliknya, maka aku akan membiarkan mereka untuk tinggal di negeriku."
Al Najashyi memanggil kaum yang berhijrah tersebut. Kemudian mereka pun menghadap ke istana. Ja'far bin Abi Thalib berada paling depan. Mereka memasuki istana dan berdiri tepat di hadapan sang Raja.
Rakyat al Najashyi membungkukkan badan mereka ketika berhadapan dengan sang Raja, begitu pula dengan utusan dari bangsa Quraisy. Sedangkan kaum muslimin tidak membungkuk, kepala mereka tetap ditegakkan.
Raja Al Najashyi pun lalu bertanya pada mereka,"Kenapa kalian tidak membungkukkan badan di hadapanku?"
Ja'far menjawab,"Kami tidak membungkuk dihadapan siapa pun kecuali di hadapan Allah."
Raja lalu berkata,"Apa maksud kalian?"
Ja'far kemudian menjawab,"Yang mulia, Allah telah mengirimkan seorang rasul, dan rasul itu telah memerintahkan kamiuntuk tidak pernah membungkuk pada siapa pun kecuali pada Allah. Beliau juga telah memerintahkan kepada kami untuk mendirikan salat dan menunaikan zakat."
Amr bin Ash berkata dengan nada marah,"Mereka telah melanggar agama raja."
Al Najashyi menyuruh Amr untuk diam, dan meminta Ja'far untuk melanjutkan.
Dengan sopan, Ja'far kemudian berkata," Yang mulia, kami dulu hanyalah orang-orang bodoh. Kami menyembah berhala dan memakan bangkai binatang. Kami melakukan hal-hal yang buruk dan mengabaikan keluarga kami. Kami tidak menyantuni tetangga kami. Yang kuat menindas yang lemah. Kemudian Allah mengirimkan pada kami seorang rasul. Kami mengetahui dengan benar kejujuran dan keluhurannya. Kami mengetahui bahwa ia benar-benar orang yang suci dan dapat dipercaya. Kemudian beliau mengajak kami untuk menyembah pada Allah semata. Beliau memerintahkan kami untuk tidak menyembah apa yang dulu kami dan leluhur kami sembah. Beliau memerintahkan kami untuk selalu jujur dan menjaga amanah. Beliau memerintahkan kami untuk selalu mengunjungi kerabat dan menyantuni tetangga, menghentikan perbuatan jahat dan pertumpahan darah. Beliau mencegah kami dari perbuatan keji dan mungkar, mengambil hak-hak anak yatim dan berbicara buruk pada wanita yang telah menikah. Beliau memerintahkan kami untuk hanya menyembah Allah semata dan tidak menyembah banyak tuhan. Beliau memerintahkan kami untuk mendirikan salat, bersedekah, dan berpuasa.
Yang mulia, kami mempercayai dan mengikuti apa yang beliau bawa dari Allah dan kami hanya menyembah Allah semata, kami tidak menyembah banyak tuhan. Tetapi orang-orang Quraisy menyerang dan menyiksa kami. Mereka mencegah kami dari beribadah menurut agama kami dan memaksa kami untuk menyembah berhala lagi. Kami datang ke negeri Tuan. Kami lebih memilih negeri tuan dibanding negeri lain. Maka dari itu, kami meminta Tuan untuk berlaku adil dan arif."
Al Najashyi kemudian dengan sopan berkata," Apakah kamu mengetahui sesuatu yang disampaikan oleh rasulmu?"
Ja'far menjawab,"Ya"
Al Najashyi:" Bacakan untukku!"
Ja'far lalu mulai membacakan beberapa ayat dari surah Maryam:
"Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Alquran, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka. Lalu kami mengutus roh kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata," Sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Allah yang maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.'Dia (jibril) berkata," Sesungguhnya aku hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.' Maryam berkata, "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!' Jibril berkata," Demikianlah Tuhanmu berfirman,'Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar kami dapat menjadikannya sebuah tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang mudah untuk diputuskan."Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya ituke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata,'Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan.' Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah, 'Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai dibawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum, dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah, sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Allah Yang Maha Pemurah, maka aku tidsak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini." Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata, 'Hai Maryam ! Sesungguhnys kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun ! Ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina.""
Al Najashyi pun terharu. Air matanya membasahi kedua pipinya. Para pemuka agama dan rahib-rahib istana dan ikut terharu. Suara Ja'far terdengar Syahdu:
"Maka Maryam menunjuk pada anaknya. Mereka berkata, Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?' Berkata isa,' Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati dimana saja kau berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup dan berbakti kepda ibuku; dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.'"
Al Najashyi mendukung firman-firman Allah ini dan berkata dengan lirih," Tentu saja, apa yang telah kau bacakan dan apa yang telah dibawa oleh Nabi Isa berasal dari satu tempat yang sama."
Sang Raja kemudian berpaling pada utusan Quraisy dan berkata dengan marah,"Aku tak akan menyerahkan mereka pada kalian dan aku akan membela mereka."
Kemudian sang Raja pun memerintahkan pada prajurit kerajaan untuk mengusir utusan Quraisy tersebut dan mengembalikan hadiah yang telah mereka berikan. Raja berkata, " Mereka telah berusaha menyuapku. Dan aku tak ingin disuap.
Raja kemudian berpaling pada Ja'far dan umat Muslim lainnya. Ia lalu berkata," Kalian diterima di sini, begitu pula dengan Rasul kalian. Aku mengakui bahwa ia adalah seorang rasul yang telah diberikan oleh Nabi Isa bin Maryam. Tinggallah sesuka kalian di negeriku."
Al Najashyi ingin mengetahui kebiasaan dalam tata krama dalam Islam. Ia bertanya pada Ja'far, "Bagaimana cara kaian saling bertegur sapa ?"
Ja'far berkata," Kami menyapa dengan mengucapkan Assalaamu'alaikum."
Rencana Jahat lain
Pada keesokan harinya, Amr bin Ash dan Amarah memutuskan untuk pergi ke istana Raja. Di perjalanan, Amr bin Ash berkata pada Amarah," Kali ini, aku akan membalas Ja'far. Aku akan memberi tahu Raja bahwa umat Muslim mempunya pemikiran lain tentang Isa."
Mereka menghadap kembali pada Al Najashyi dan berkata, " Yang Mulia, umat Muslim mengatakan bahwa Isa adalah seorang hamba sahaya."
Al Najashyi terdiam untuk beberapa saat, kemudian ia berkata pada pengawalnya, "Carilah Ja'far agar kita bisa mendengar pandangannya."
Raja bertanya padanya,"Apa pendapatmu tentang Isa?"
Ja'far menjawab dengan tenang," Kami mengatakan sebagaimana yang telah Allah dan Rasul-nya katakan tentangnya!"
Raja bertanya padanya,"Apa yang telah dikatakan rasulmu?"
Ja'far menjawab dengan tenang,"Beliau adalah hamba Allah, rasul Allah, roh Allah, firman Allah yang telah diberikan Allah pada perawan Maryam yang suci."
Al Najashyi terdiam beberapa saat, kemudian ia menggambar sebuah garis di tanah dengan tongkatnya. Lalu ia berkata,"Temuilah kawan-kawanmu. Kalian aman di negeriku."
Lagi-lagi rencana jahat utusan Quraisy tersebut gagal. Mereka pulang kembali ke Makkah dengan tangan hampa. Sejak pertemuan itu, umat muslim hidup bahagia di negeri Habsyi.
Nabi Muhammad saw. dan umat Muslim bergembira atas kemenangan Ja'far dan tinggalnya mereka di negeri Habsyi.
Tempat Hijrah yang Baik
Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun berlalu.
Ja'far dan kaum Muslim lainnya mendengar banyak kabar. Ketika mereka mendengar kabar baik, mereka ikut senang. Namun ketika mereka mendengar kabar buruk, mereka menjadi sedih.
Mereka merasa senang ketika mendengar bahwa embargo yang kaum Quraisy terapkan pada bani Hasyim telah berakhir.
Namun mereka merasa sedih ketika mendengar tentang kematian Abu Thalib, sang pelindung Nabi Muhammad saw., serta kematian Khadijah, istri Nabi Muhammad saw., yang senantiasa mendukung Nabi dan menghabiskan hartanya demi perjuangan agama Islam.
Kaum Muslimin di negeri Habsyi mendengar kabar tentang hijrahnya Nabi Muhammad saw. ke Madinah dan pendirian Negara Islam yang pertama, dimana bendera tauhid dikibarkan. Mereka diliputi kebahagiaan.
Kabar tentang Perang Badar dan tentang kemenangan Islam atas kaum kafir terdengar oleh mereka. Mereka mendengar kabar tentang Perang Uhud. Mereka merasa sedih ketika mereka mendengar bahwa Nabi saw. terluka di medan perang.
Mereka senang ketika mendengar kabar tentang kemenangan kaum Muslimin atas kaum kafir dan Yahudi. Mereka pun sangat senang ketika mendengar tentang surat-surat Nabi saw. yang ditujukan pada raja-raja di seluruh dunia.
Nabi Muhammad saw. mengirimkan surat pada Hercules, Kaisar Romawi; Khosrow, Raja Persia; dan Al Mokawkas, Fir'aun Mesir.
Surat Untuk Al Najashyi
Amr bin Umayyah al Dhimri, utusan Nabi kita Muhammad saw., tiba di negeri Habsyi dengan membawa surat dari Nabi saw. surat tersebut bertuliskan:
Dari Muhammad, Rasulullah.
Kepada Al Najashyi, Raja Habsyi.
Anda aman.
Segala puji bagi Allah. Tiada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha kuasa, Mahasuci. Aku bersaksi bahwa Isa adalah roh Allah, dan firman-Nya yang diberikan-Nya pada Maryam, sang perawan yang suci. Allah menciptakan Isa dengan kekuasaan-Nya sebagaimana Ia telah menciptakan Adam sebelumnya.
Aku mengajakmu untuk beribadah pada Allah semata, untuk mematuhi-Nya, mengikutiku, dan untuk mempercayai apa yang telah datang padaku, aku adalah rasul Allah. Aku mengajakmu dan prajuritmu untuk menyembah Allah SWT. Aku telah memberitahumu serta mengajakmu. Maka, ikutilah nasihatku.
Dan kesejahteraan semoga tercurah padanya yang mengikuti ajaran yang benar.
Ja'far menemani utusan Nabi Muhammad saw. menuju istana Al Najashyi. Pertama-tama mereka memberi salam pada Raja Habsyi. Kemudian sang Raja menerima surat dari Nabi saw. dengan penuh penghormatan.
Al Najashyi membaca surat tersebut. Beliau lalu turun dari singgasananya dan duduk di bawah untuk menunjukkan kerendahan hatinya serta penghormatannya pada Rasulullah,Nabi Muhammad saw.
Al Najashyi meletakkan surat tersebut di atas kedua matanya untuk menunjukkan penghormatannya yang luar biasa. Kemudian ia memerintahkan para penjaga istananya unutuk membawakan sebuah kotak yang terbuat dari gading untuk menyimpan surat tersebut. Dia berkata,"Negeri Habsyi akan tetap sejahtera selama penduduknya menyimpan surat ini."
Utusan Nabi saw. memberi Raja sebuah surat lagi. Surat itu meminta agar Raja mengizinkan kaum Muslim yang dipimpin oleh Ja'far Bin Abi Thalib untuk kembali ke Negerinya.
Kaum muslim sangat bahagia saat mendengar pemulangan mereka kembali ke kampung halaman. Mereka berterima kasih kepada Al Najashyi atas keramah-tamahannya.
Al Najashyi memerintahkan para prajuritnya untuk meyiapkan beberapa kapal untuk membawa kembali kaum Muslim ke Hijaz. Dia mengirimkan utusannya bersama mereka. Utusan Raja membawa hadiah dan sebuah surat perkenalan kepada Nabi Muhammad saw.
Layar kapal pun dinaikkan untuk memulai perjalanan. Mereka gembira atas kemenangan agama Allah.
Penaklukan Khaibar
Di Madinah, tentara Islam sedang bersiap-siap untuk maju menuju benteng-benteng kaum Yahudi di Khaibar.
Kaum Yahudi di Khaibar selalu berncana jahat untuk memadamkan cahaya Islam. Mereka senantiasa mendorong bangsa Arab untuk menyerang Madinah, untuk menghancurkan Negara Islamyang baru lahir tersebut.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad saw. memutuskan untuk menumpas bahaya yang ditimbulkan kaum Yahudi sehingga masyarakat akan hidup tenteram.
Prajurit Muslim tiba di jalan yang menghubungkan suku Ghatfan dan benteng Khaibaruntuk mengejutkan musuh di sana.
Jumlah tentara Muslim mencapai 1.400 prajurit. Dua ratus penunggang kuda menyertai mereka. Kaum wanita juga turut serta dalam peperangan.
Kaum Muslim berada di garis depan benteng pertahanan Yahudi. Pada waktu subuh, Kaum Muslim mengejutkan kaum Yahudi dan mengepung mereka.
Beberapa sahabat melancarkan serangan yang kuat melawan kaum Yahudi. Namun usaha mereka sia-sia karena kaum Yahudi menghujani mereka dengan panah. Kaum Yahudi mengolok-ngolok Nabi Muhammad saw. beserta pasukannya.
Kemudian Nabi muhammad saw. berkata," Besok, aku akan memberikan bendera Islam kepada seorang pria. Orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya; maka Allah dan Rasul-Nya pun mencintainya."
Di pagi hari, seorang sahabat memohon pada Nabi saw. agar diberikan bendera itu. Namun Nabi Muhammad saw. menyerahkannya pada Ali, saudara Ja'far.
Dengan kuat, Ali mengibarkan bendera dan berada di garis depan benteng kaum Yahudi. Ketika Ali membunuh Marhab, pahlawan Yahudi, kaum Yahudi menjadi takut. Dengan cepat, kaum Muslim memasuki Benteng Khaibar satu per satu.
Nabi Muhammad saw. beserta kaum Muslim dipenuhi dengan kebahagiaan. Kemudiaan mereka bersyukur kepada Allah atas kemenangannya terhadap musuh.
Pada saat yang bersamaan, kaum yang berhijrah ke Habsyi yangt dipimp[in oleh Ja'far bin Abi Thalib sampai. Kebahagiaan Nabi Muhammad saw. menjadi dua kali lipat. Lalu beliau saw. bersabda dengan senyum cerah di wajahnya," Aku tak tahu manakah yang lebih membahagiakan, kedatangan Ja'far dan kawan-kawannya mempunyai dua hijrah, sebuah hijrah ke Habsyi dan sebuah hijrah ke Madinah.
Peperangan Mu' tah
Nabi Muhammad saw. telah mengirimkan seorang utusan pada pemimpin Basrah, sebuah kota di negeri Syam. Namun utusan tersebut tertangkap dan dihukum di wilayah Mu'tah. Perbuatan tersebut telah bertentangan dengan moral kemanusiaan.
Nabi Muhammad saw. menjadi sedih. Lalu beliau memerintahkan kaum Muslim agar bersiap-siap untuk membuat suatu penyerangan guna menghukum si pembunuh.
Pada bulan Jumadil ula, tahun ke dua setelah hijrah ke Madiah, tiga ribu pasukan ikut serta dalam pertempuran itu. Nasihat Nabi saw. menerangi jalan perjuangan mereka:
"Aku nasihatkan kalian agar takut pada Allah. Menyeranglah dengan menyebut nama Allah. Lawan lah musuh Allah dan musuh kalian. Kalian akan menemukan seorang yang kesepian di dalam sel. Maka jangan lawan mereka. Jangan membunuh wanita atau anak-anak. Jangan menumbangkan pepohonan. Jangan menghancurkan bangunan."
Nabi Muhammad saw. menunjuk Zaid bin Harits sebagai pemimpin pasukan perang kaum Muslim. Nabi saw. berkata,"Bila Zaid syahid, maka pemimpinnya adalah Ja'far bin Abi Thalib. Dan Bila Ja'far pun syahid, pemimpinnya adalah Abdullah Rawaha."
Kabar penyerangan kaum Muslim sampai kepada ke Romawi. Maka orang-orang Romawi punmenggalang kekuatan perang. Pasukannya terdiri dari orang-orang Romawi dan gabungan suku-suku Arab. Pasukan mereka berjumlah 200 ribu orang. Pasukan itu bergabung di wilayah Al Baqaa.
Pertempuran pertama berlangsung di desa Masharif, dekat Al Baqaa. Keunggulan Romawi terlihat dalam pertempuran karena mereka mempunyai kekuatan yang besar. Kaisar Romawi, Hercules, memberikan kepemimpinan kepada saudaranya, Theodore.
Pasukan Muslim, walaupun berjumlah sedikit, memilih wilayah Mu'tah sebagai medan peperangan karena sudut kemiringan tanahnya sesuai bagi kaum Muslim untuk melindungi diri mereka melawan pasukan Romawi.
Zaid bin Harits bersiap-siap untuk memulai pertempuran. Dengan kuat, dia mengibarkan bendera Islam dan dengan segera melawan musuh.
Pertempuran yang sengit pun pecah. Tombak menyobek tubuh Zaid. Lalu ia pun jatuh ke tanah dan memerahkan tanah dengan darahnya.
Sebelum bendera islam terlepas dari tangan Zaid, Ja'far dengan segera merebut dan meraihnya dengan kuat. Ia bertempur dengan gigih. Suaranya lantang di tengah hiruk-pikuknya pertempuran.
Ja'far bin Abi Thalib melompati kudanya yang pirang untuk menunjukkan kelihaiannya dalam berperang. Ialah yang pertama kali melakukan hal tersebut dalam sejarah Islam. Ia bagaikan Gunung. Ia menghadapi musuh dengan sengit. Keteguhannya menciutkan nyali mereka.
Kemudian musuh pun meningkatkan serangan kepadanya. Sebuah pedang menusuk tangan kanannya. Dan darahnya menyembur ke udara. Ja'far memegang bendera Islam dengan tangan kirinyadan kembali bertempur. Pedang lain akhirnya memenggal tangan kirinya sampai putus. Ja'far menekan bendera itu ke dadanya dengan lengan atasnya agar prang terus berlangsung.
Selama saat-saat yang mengerikan itu, Ja'far pun terluka lagi. Ia pun akhirnya jatuh ke tanah dan akhirnya syahid.
Abdullah bin Rawaha, pemimpin yang ke tiga, dengan segera mengibarkan kembali bendera itu ke langit. Pemimpin baru itu berperang dengan gagah berani untuk menghentikan serangan pasukan Romawi yang bergerak bagaikan gelombang.
Abdullah pun akhirnya syahid. Kemudian, Tsabit bin Al Arqam mengambil bendera dan meminta kaum Muslim untuk memilih pemimpin yang baru. Kaum Muslim memilih Khalid bin Walid.
Dengan sangat cepat, pemimpin baru ini memutuskan untuk menarik mundur pasukan. Lalu, dia melancarkan taktik jitu untuk mengelabui musuh.
Ketika malam tiba, kaum Muslim mundur dengan tenang dan menghilang di tengah gurun.
Pada pagi hari, pasukan Romawi terkejut dengan mundurnya kaum Muslim. Mereka pun takut untuk pergi lebih jauh menuju gurun.
Sementara itu, pasukan Muslim yang pemberani, walaupun dengan jumlah yang sedikit, mengagetkan pasukan Romawi dengan membuat debu gurun beterbangan seolah-olah bala bantuan pasukan Muslim yang berjumlah besar telah datang.
Pasukan Romawi pun akhirnya memilih untuk mundur.
Di Madinah
Malaikat Jibril turun dari langit untuk memberi tahu Nabi Muhammad saw. tentang kabar dari medan perang. Kemudian Rasulullah saw. naik ke atas mimbar dan berbicara kepada kaum muslim:
" Pertama Zaid yang membawa bendera. Dia berjuang hingga ia syahid. Kemudian Ja'far mengambil bendera itu dan berjuang hingga ia pun syahid. Lalu Abdullah mengambil bendera itu dan berjuang hingga titik darah penghabisan dan menjadi syahid."
Nabi saw. mengunjungi rumah Ja'far. Di sana beliau menemukan anak-anak Ja'far sedang duduk. Nabi saw. menciumi anak-anak Ja'far dan mendudukkan mereka di atas pangkuannya. Air matanya berlinang. Asma, istri Ja'far, merasa bahwa sesuatu telah terjadi pada suaminya. Kemudian ia pun bertanya kepada Nabi Muhammad saw.,"Ya Rasulullah, apakah Anda telah mendengar kabar tentang Ja'far dan para sahabat lainnya?"
Rasulullah saw. menjawab," Ya, mereka telah Syahid!"
Nabi saw. meninggalkan rumah Ja'far. Beliau menyuruh putrinya, Fathimah az Zahra untuk mengirimkan makanan bagi keluarga Ja'far, sehubungan dengan musibah yang menimpa keluarga mereka.
Pemilik Dua Sayap
Ketika tentara Islam kembali ke kampung halamannya, mulai menceritakan pada keluarga mereka tentang kepahlawanan Ja'far dan saudara-saudaranya yng telah menjadi syuhada.
Salah seorang dari mereka berkata, "Kami melihat sembilan puluh luka di tubuh Ja'far."
Yang lainnya berkata," Aku melihat tangan kanannya terpotong."
Dan orang yang lainnya lagi berkata," Aku melihat dia saat tangan kirinya terpotong. Dia lalu terjatuh ke tanah dan berlumuran darah."
Nabi Muhammad saw. berkata," Jibril telah memberitahuku bahwa Allah telah menganugerahkan Ja'far dua sayap untuk terbang di surga."
Pada malam itu, anak-anak Ja'far berbaring di atas tempat tidur mereka. Mereka menatap langit yang dipenuhi bintang. Sementara itu, mereka membayangkan ayah mereka sedang terbang dengan kedua sayapnya.[]
5. HAMZAH HAMZAH
PEMIMPIN PARA SYAHID
Abu Jahal
Hamzah mendaki bukit-bukit sambil melihat-lihat kota Makkah. Kudanya yang kuat menapaki bukit yang berpasir. Keduanya berderap sepanjang perbukitan. Hamzh mengamati pemandangan yang indah.
Langit begitu biru dan cerah. Bukit disinari oleh cahaya matahari, sehingga butiran pasir tampak berkilauan oleh sinar matahari.
Hamzah sedang berpikir tentang misi Nabi Muhammad saw. Hatinya terpaut bersama Nabi Muhammad saw. Dalam hatinya ia berujar, "Sesungguhnya tiada Tuhan kecuali Allah. Latta, Uza, dan Munat hanyalah batu berhala. Manusia membuat berhala-berhala itu dengan tangannya sendiri. Jadi, mengapa mereka menyembahnya?"
Nabi Muhammad saw. sedang duduk di atas batu di suatu jalan menuju Masa antara Bukit Shafa dan Marwah. Seperti biasanya, beliau saw. sedang merenung. Beliau saw. selalu memikirkan umatnya dan mereka yang tidak percaya padanya serta berpikir tentang misi Ilahiahnya.
Di dekat jalan menuju Masa terdapat sebuah rumah. Rumah tersebut memiliki teras di atasnya, sehingga dapat melihat jalan yang ada di bawahnya. Dua gadis gadis kecil sedang duduk di teras tersebut. Mereka melihat Nabi Muhammad saw. sedang berpikir sambil memandangi langit serta gunung-gunung.
Pada saat itu, Abu Jahal dan beberapa kawannya dari Makkah muncul. Mereka sedang tertawa terbahak-bahak.
Abu Jahal melihat ke arah Nabi Muhammad saw., matanya memancarkan kedengkian. Ia inginmengolok-ngolok Nabi Muhammad saw. lalu berteriak," Lihat tukang sihir ini! Lihatlah kegilaannya! Dan tidak tertawa seperti kita ! Dia hanya diam saja!"
Orang-orang bodoh itu tertawa. Tawa iblis mereka membahana ke angkasa," Ha....ha...ha...ha..."
Kedua gadis kecil tersebut sedih melihat apa yang sedang terjadi. Mereka melihat Abu Jahal terus-menerus mengelilingi Nabi Muhammad saw. sambil tertawa dan melakukan tindakan bodoh.
Abu Jahal menangambil segenggam debu. Kemudian ia meletakkan debu itu di atas kepala Nabi saw. Debu itu pun mengotori wajah Nabi dan pakaiannya.
Abu Jahal dan kawan-kawannya lalu tertawa terbahak-bahak. Namun Nabi Muhammad saw. tetap diam. Beliau merasa sedih.
Dua gadis kecil tadimersakan kesedihan dan penderitaan Nabi Muhammad saw. Abu Jahal dan teman-temannya kemudian pergi. Setelah mereka pergi, Nabi Muhammad saw. berdiri. Beliau membersihkan kepala, wajah, dan pakaiannya dari debu. Kemudian beliau beranjak pulang.
Kedua gadis kecil itu memutuskan untuk memberitahu Hamzah tentang kejadian tersebut, sehingga mereka menunggu kedatangan Hamzah.
Dari kejauhan terlihat Hamzah muncul. Ia sedang menuruni bukit dengan menunggangi kuda pirangnya.
Kedua gadis kecil tadi berteriak,"Hamzah kemari!"
Salah seorang gadis kecil itu berkata kepada saudara perempuannya,"Ayo kita beri tahu beliau !"
Gadis kecil itu memanggil," Abu Amar (Hamzah) !"
Hamzah kemudian menghentikan kudanya dan melihat kearah gadis kecil itu. Gadis kecil itu berkata dengan nada sedih, "Abu Amar, Abu Jahal telah menganiaya keponakanmu, Muhammad."
Hamzh bertanya," Menganiaya bagaimana ?"
Gadis kecil itu menjawab, " Mereka menjumpainya di jalan kemudian mengganggunya dengan menaburkan debu di atas kepalanya."
Hamzah pun marah. Ia lalu memacu kudanya. Hamzah pergi menuju Ka'bah. Biasanya ia selalu menyapa orang ketika melewati mereka apabila ia pulang berburu. Tapi kali ini ia begitu marah atas kejadian yang menimpa Nabi Muhammad saw., sehingga ia tidak menyapa siapa pun dan langsung pergi menuju Abu Jahal.
Hamzah melompat ke atas kudanya bagaikan singa. Ia mengangkat busurnya dan dan memukulkannya ke kepala Abu Jahal. Abu Jahal merasa takut ketika ia melihat Hamzah begitu marah. Lalu Abu Jahal berkata dengan lirih, "Abu Amar, dia (Muhammad) telah menghina Tuhan kita dan menyesatkan pikiran kita."
Hamzah berseru dengan marah," Balas aku jika kau mampu !"
Seruang kebenaran membahana di sekeliling Ka'bah. Hamzah berkata dengan lantang, "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah rasul Allah."
Hamzah memandang Abu Jahal dengan marah dan kemudian berkata," Mengapa kau menganiayanya ? Tidak tahukah kamu bahwa akau mengikuti Agamanya ?"
Abu Jahal menundukkan kepalanya dan terdiam. Orang-orang bodoh yang bersamanyatadi melarikan diri dengan ketakutan.
Hamzah lalu memeluk Nabi Muhammad saw. sambil menangis. Nabi pun merasa bahagia saat pamannya, Hamzah, menjadi Muslim. Beliau saw. memberinya gelar Singa Allah dan Singa Rasul-Nya.
Hari Kelahiran Hamzah
Hamzah dilahirkan pada tahun 570 M, yaitu pada Tahun Gajah. Selain sebagai paman, ia juga merupakan saudara angkat Nabi Muhammad saw., Karena seorang wanita yang bernama Thuaibah telah menyusui mereka berdua.
Hamzah adalah seorang yang berani dan kuat. Ia menjadi Muslim pada tahun kedua misi kenabian Nabi Muhammad saw.
Orang-orang tahu bahwa Hamzah mengikuti ajaran Islam. Hal ini membuat umat Muslim menjadi bahagia. Namun kaum kafir menjadi sedih.
Sebagai umat Muslim yang menyembunyikan keislaman mereka karena takut pada kaum kafir Quraisy. Namun, pada saat Hamzah menjadi Muslim, sebuah era baru dimulai, para pengikut Nabi saw. menjadikuat sehingga kaum kafir Quraisy menjadi takut pada kaum Muslim.
Tahun Kesembilan Misi Kenabian
Sembilan tahun sudah misi Nabi Muhammad saw. berlangsung. Jumlah pengikut Islam pun meningkat.
Umar bin Khaththab menjadi resah karenanya.
Suatu Hari, dia membawa pedangnya untuk membunuh Nabi Muhammad saw. Dia bertanya tentang Nabi. Lalu ada yang memberi tahu Umar," Muhammad bersama sahabat-sahabatnya ada di sebuah rumah dekat bukit Shafa."
Kemudian Umar pergi untuk mencari Nabi saw. dalam perjalanan menuju bukit Shafa, seorang lelaki dari sukunya yang bernama Naim berpapasan dengannya dan bertanya, "Kau akan pergi kemana,Umar ?"
Dengan kasar, Umar menjawab," Aku akan membunuh Muhammad karena orang ini telah mengganggu agama kita."
Umar tidak mengetahui bahwa Naim pun sebenarnya telah menjadi Muslim. Kemudia ia berkata kepada Umar," Jika engkau menyakiti Muhammad, maka bani Hasyim (keluarga Nabisaw.) tidak akan membiarkanmu hidup. Di samping itu, saudara perempuanmu dan suaminya pun telah percaya pada ajaran Islam."
Dengan marah Umar berkata,"Apa?saudara perempuanku Fathimah?"
Umar lalu pergi ke rumah Fathimah. Ketika ia berhenti di depan pintu, ia mendengar seseorang membaca Alquran.
Kalam Ilahi sangatlah mengagumkan:
" Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang. Thahaa, Kami tidak menurunkan Alquran ini kepadamu agar kamu menjadi susah."
Umar kemudian mengetuk pintu dan memasuki rumah. Saudara perempuannya itu segera menyembunyikan lembaran Alquran yang dibacanya, karena Umar bermaksud untuk menyobeknya. Umar lalu memukul saudara perempuannya itu, sehingga darah pun membasahi wajahnya.
Umar merasa menyesal. Kemudian dia pun pergi.
Nabi Muhammad saw. dan beberapa sahabatnya sedang berada di sebuah rumah di dekat Bukit Shafa. Beliau sedang mengajarkan kepada mereka Alquran dan hikmah. Beliau sedang membacakan beberapa firman Allah.
Pada saat yang bersamaan, mereka mendengar seseorang mengetuk pintu dengan keras. Seorang Muslim lalu berdiri. Dia mengintip melalui lubang pintu.
Hamzah bertanya,"Siapa itu?"
Orang itu menjawab," Itu adalah Umar yang sedang mengusung pedang."
Hamzah berkata," Jangan takut. Buka saja pintunya. Bila dia menginginkan kebaikan, maka kita berikan kebaikan itu. Dan bila dia menginginkan kejahatan, maka kita bunuh dia dengan pedangnya sendiri."
Hamzah pun lalu berdiri. Dia membukakan pintu dan bertanya," Umar, apa maumu?"
Umar pun menjawab," Aku datang untuk mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah !"
Dengan bahagia Nabi Muhammad saw. berkata,"Maha besar Allah!"
Kaum Muslim ikut berbahagia dengan masuknya Umar ke dalam Islam.
Hijrah
Masyarakat Yatsrib (Madinah) merupakan bagian dari suku Khazraj dan suku Aus. Mereka berjanji kepada Nabi Muhammad saw. untuk mendukung Islam dengan jiwa, raga, dan harta mereka.
Karena suku Quraisy sering menyakiti kaum Muslim, Nabi Muhammad saw. memerintahkan kepada kaum Muslim untuk hijrah ke Yatsrib.
Kemudian secara diam-diam, kaum Muslim meninggalkan Makkah, satu demi satu, atau kelompok demi kelompok. Hamzah bin Abdul Muththalib pun ikut berhijrah.
Muhajirin (orang-orang yang berhijrah) dan para pendukung (Anshar) yang ada di Yatsrib dengan bersemangat menunggu hijrahnya Nabi Muhammad saw. Mereka menantikan kedatangan beliau.
Pengorbanan
Para penyembah berhala memutuskan untuk membunuh Nabi Muhammad saw. Malaikat Jibril turun dari langi untuk menyampaikan rencana jahat kaum kafir.
Kemudian Rasulullah saw. meminta sepupunya, Ali bin Abi Thalib, untuk tidur di ranjangnya agar beliau saw. dapat hijrah ke Yatsrib dengan aman.
Ali bertanya kepada Nabi Muhammad saw., "Ya Rasulullah, apakah engkau akan aman?"
Nabi Muhammad saw. menjawab," Ya!"
Ali ikut berbahagia ketika Nabi Muhammad saw. dapat hijrah dengan aman. Dia tidak memikirkan dirinya sendiri ketika kaumkafir menyerang rumah Nabi Muhammad saw.
Malaikat Jibril turun dari langit dengan membacakan ayat suci Alquran berikut:"Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridhaan Allah"
Maksud ayat ini adalah ada seseorang yang berani mengorbankan dirinya untuk menyenangkan Allah Yang Mahamulia. Ayat ini memuji perilaku Ali dan pengorbanannya.
Nabi Muhammad saw. tiba di Yatsrib. Setibanya Nabi di Yatsrib, kaum Muslim menamai kota itu Madinah al Munawwarah (kota yang diterangi cahaya).
Di Makkah
Kaum kafir di Makkah menyerang rumah-rumah kaum Muslim dan menjarahnya. Muhajirin sedih mendengar berita itu.
Nabi Muhammad saw. memutuskan untuk mengirim beberapa kelompok Muslim untuk menghukum kaum Quraisy yang merupakan para pedagang itu.
Pada bulan Ramadhan, tahun pertama setelah hijriah, Nabi Muhammad saw. memanggil Hamzah, yang bergelar Singa Allah, dan memberi Hamzah bendera pertama dalam sejarah Islam.
Nabi Muhammad saw. memerintahkan Hamzah untuk membawa kelompoknya, tiga puluh Muhajirin, ke pesisir pantai di mana kafilah pedagang Makkah tersebut biasa lewat.
Hamzah menemukan Abu Jahal di suatu wilayah yang bernama Ais.
Tiga ratus pasukan menyertai Abu Jahal, yaitu sepuluh kali lipat dibandingkan pasukan Muslim.
Tetapi Hamzah dan kelompoknya tidaklah merasa gentar. Mereka siap bertempur melawan mereka.
Namun Majdi bin Amr al Jahni, yang mempunyai hubungan baik dengan kaum Quraisy dan Muslim, datang kepada mereka untuk mencegah terjadinya pertempuran.
Hamzah merasa bangga karena beliau adalah orang pertama yang menerima bendera Islam dari Rasulullah saw. Sehubungan dengan hal itu, ia mengucapkan bait puisi yang indah:
Dengan printah Rasulullah, sebuah bendera berkibar di atasku.
Bendera itu belum pernah berkibar sebelum aku (mengibarkannya).
Bendera itu memiliki kemenangan dari pemilik martabat.
Kekasih Allah yang tindakannya adalah sebaik-baik tindakan.
Kemudian ia mengabadikan pertikaiannya dengan Abu Jahal dalam puisinya:
Dimalam hari, ketika kaum kafir berbaris, mereka berjumlah banyak.
Dan kami semua merupakan pemanas air yang mendidihkannya.
Karena kemarahan kawan-kawannya.
Dan ketika kita saling melihat satu sama lain,
Mereka menjadikan unta mereka berlutut dan membelenggunya.
Dan kami mengetahui jarak sasaran panah.
Dan kami berkata pada mereka:
Pendukung kami adalah jubah Allah.
Namun kalian tidak memiliki jubah apa pun melainkan kesesatan.
Inilah Abu Jahal yang telah menjadi penghasut dengan tidak adil.
Maka, merugilah ia (Abu Jahal).
Dan Allah menggagalkan rencana jahat Abu Jahal.
Kami hanyalah terdiri dari tiga puluh prajurit,
Sedang mereka berjumlah tiga ratus.
Bersama Nabi Muhammad saw.
Dalam penyerangan yang terjadi di Ash Shira, Nabi Muhammad saw. memimpin, sedang Hamzah bin Abdul Muththalib memegang bendera.
Pasukan Islam berhasil menghalau para pedagang Quraisy.
Kafilah Quraisy mengumumkan perang dagang melawan kaum Muslim. Lalu mereka menyerang rumah-rumah kaum Muslim yang hijrah dari Makkah ke Madinah. Mereka semakin meningkatkan penyerangannya melawan kaum muslim di mana pun juga.
Sementara itu, suku Quraisy mendesak suku-suku Arab lainnya untuk menyerang Madinah.
Nabi Muhammad saw. menghendaki dihukumnya kaum Quraisy. Beliau berpendapat bahwa cara yang terbaik untuk menghukum mereka adalah dengan menghalau kafilah pedagang pergi menuju Syam.
Hamzah ikut serta dengan Nabi Muhammad saw. dalam setipa penyerangan.
Perang Badar
Nabi Muhammad saw. mendengar bahwa sekelompok kafilah dagang yang dipimpin oleh Abu Sufyan datang kembali dari Syam ke Makkah. Nabi Muhammad saw. kemudian memerintahkan kaum Muslim untuk menghadapi kafilah dagang tersebut.
Pada 12 Ramadhan tahun ke- 2 H, Nabi Muhammad saw. dengan 313 orang Muhajirin dan Anshar pergi meninggalkan Madinah.
Abu Sufyan mendengar pergerakan dan tujuan kaum Muslim yang akan menghadapi kafilah tersebut. Ia pun dengan segera mengirim seseorang untuk memberitahu suku Quraisy tentang keadaan yang berbahaya ini.
Abu Jahal mendapati bahwa tindakan kaum Muslim tadi merupakan kesempatan yang baik untuk menghancurkan Islam dan Umatnya. Lalu ia mulai mendesak kaum Quraisy agar menyerang kaum Muslim. Dia beserta pemimpin Quraisy mengerahkan 950 pasukan. Abu Jahal memimpin pasukannya dan menyerang sumber mata air Badar, tempat pasukan Muslim berkemah.
Pada 17 Ramadhan, dua kubu kekuatan datang bersamaan. Kaum kafir memukul-mukul genderang. Namun kaum Muslim tetap mengingat dan memuji kebesaran Allah.
Malaikat Jibril turun dari langit dan membacakan ayat berikut: " Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya."
Nabi Muhammad saw. mengajak kaum kafir Quraisy untuk berdamai. Namun Abu Jahal menolaknya. Dia pikir dai mampu menghancurkan Islam karena pasukannya berjumlah tiga kali lipat pasukan Muslim.
Dua pasukan bersiap-siap untuk bertempur. Salah satu orang kafir berkata," Muhammad, biarkan orang-orang pemberanimu keluar dan bertarung melawan kami."
Lalu Nabi Muhammad saw. berkata,"Ubaidah bin al Harits, Hamzah bin Abdul Muththalib, dan Ali bin Abi Thalib, berdiri !"
Mereka bergerak dengan sigap. Mereka telah siap mati di jalan Allah.
Ubaidah berdiri di hadapan lawannya, Uthbah bin Rabiah.
Ali berdiri di hadapan Walid bin Uthbah.
Hamzah berdiri di hadapan Shaibah bin Rabiah.
Kemudian perang pertama pun dalam sejarah Islam pecah.
Dengan segera, Hamzah melumpuhkan lawannya. Ali membunuh musuh Islam. Ubaidah memukul lawannya, namun lawannya balas memukul. Sehingga dia terjatuh ke tanah. Kemudian Hamzah dan Ali membunuh Uthbah. Kemudian mereka membawa Ubaidah ke kemah untuk mengobati luka-lukanya.
Ketika pahlawan kaum-kaum kafir berjatuhan satu per satu, Abu Jahal memerintahkan pasukannya agar melancarkan serangan.
Kaum Muslim menghadapi serangan tersebut dengan semangat yang dipenuhi oleh keoercayaan dan keyakinannya terhadap Allah,sehinggaAllah menghadiakan kaum muslim sebuah kemenangan.
Abu Jahal beserta pemimpin kaum kafirmengalami kekalahan. Merka pun melarikan diri karena ketakutan.
Pembalasan dendam
Penduduk Mekkah mendengar kabar tentang kekalahan kaum kafir quraisy. Kaum wanitanya meatapi kematian kaum kafir yang terbunuh. Namun Hindun, istri Abu Sufyan, tetap diam.
Orang-orang berkata kepada Hindun, "Mengapa engkau tidak menagisi saudaramu, ayahmu, dan pamanmu?"
Hindun berkata, "Aku tak menagisi mereka, sebagaimana Muhammad dan para sahabatnya tidak menangisi kesialan kita."
Hindun memikirkan cara untuk membalaskan dendamnya terhadap Nabi Muhammad saw., atau Ali bin Abi Thalib, atau Hamzah bin Abdul Muththalib.
Hindun mendesak kaum kafir agar membalaskan dendamnya pada mereka. Tiga ribu pasukan kafir telah siap. Hindun binti Uthbah, istri Abu Sufyan, ada diantara pasukan tersebut. Terdapat empat belas wanita lain bersamanya. Mereka memukul genderang.
Di kota Makkah, terdapat seorang budak yang kuat bernama Wahsyi. Hindun pergi menemuinya. Dia berjanji padanya akan memberikan banyak emas dan uang apabila Wahsyi dapat membunuh Nabi Muhammad saw., atau Ali bin Abi Thalib, atau Hamzah bin Abdul Muththalib.
Wahsyi berkata,"Aku tak mampu mengalahkan Muhammad karena sahabatnya berada di sekelilingnya. Aku tak mampu mengalahkan Ali karena ia sangat waspada. Aku mungkin dapat membunuh Hamzah karena kemarahan mampu membutakannya."
Hindun memberikan emas kepada Wahsyi sebagai uang muka. Dia selalu memandangi tombak yang disiapkan oleh Wahsyi untuk membunuh Hamzah.
Kaum kafir tiba di Al Abwa (suatu daerah dekat Madinah tempat Aminah, Ibunda Nabi Muhammad saw., disemayamkan lima puluh tahun sebelumnya).
Hindun ingin menggali makam Aminah. Namun para pemimpin Quraisy menolak hal itu karena orang Arab tidak pernah menggali kuburan orang mati.
Nabi Muhammad saw. memimpin pasukan Muslim. Abu Sufyan memimpin pasukan kafir.
Nabi Muhammad saw. memerintahkan empat puluh pemanah terampil untuk tetap tinggal di kaki bukit Al Aianain untuk melindungi pasukan Islam. Beliau memerintahkan mereka agar tidak meninggalkan posisinya.
Kaum kafir mulai menyerang kaum Muslim. Utsman bin Abi Thalhah, pemegang bendera kaum kafir, berada paling depan.
Hindun dan beberapa orang wanita mengelilingi lelaki itu. Mereka memukul-mukul genderang dan memberi semangat kepada para prajurit kafir untuk berjuang.
Mereka melantunkan syair berikut:
Kami adalah putri-putri Thariq, berjalan di atas bantal.
Bagaikan jalannya butir pasir yang berkilauan.
Kejantanan berada di persimpangan.
Mutiara-mutiara mengalungi leher-leher.
Jikalau engkau maju, kami akan memelukmu.
Dan jikalau engkaumelarikan diri,
Kami akan mengabaikanmu.
Dan pengabaian kami akan menyedihkan.
Hamzah berteriak dengan lantang," Akulah putra pembawa air pada musim ziarah."
Hamzah menyerang pembawa bendera. Dia memukul dan memotong tangannya. Maka pembawa bendera itu pun mundur. Kemudian, saudaranya menggantikannya membawa bendera itu.
Pasukan Islam menyerang kaum kafir dengan gencar. Orang-orang yang membawa bendera kafir satu per satu jatuh ke tanah.
Ketika orang-orang pembawa bendera itu berjatuhan ketanah, pasukan kafir pun menjadi gentar. Mereka pun lari tunggang-langgang.
Pasukan Islam mengejar musuh yang melarikan diri itu. Para pemanah lupa akan perintah Nabi saw. dan kemudian meninggalkan kaki gunung untuk mengumpulkan barang rampasan. Maka, garis pertahanan islam pun lowong.
Di bawah pimpinan Khalid bin Walid, kaumkafir kemudian mengepung pasukan Islam. Kekagetan membuat pasukan Muslim berada dalam kekacauan.
Wahsyi memegang tombak panjang dan mencari-cari Hamzah. Tak ada yang dipikirkannya kecuali hasrat untuk membunuh Hamzah.
Sepanjang pertempuran itu, Wahsyi bersembunyi di balik batu besar sambil memperhatikan Hamzah.
Ketika Hamzah sedang sibuk bertempur, Wahsyi melontarkan tombaknya ke tubuh paman Rasul ini. Tombaknya melukai perut Hamzah.
Hamzah berusaha melawan Wahsyi. Namun akhirnya ia syahid.
Wahsyi berlari dengan cepat untuk memberi tahu Hindun tentang apa yang telah dilakukannya.
Hindun tampak gembira. Dia memberikannya emas kepada Wahsyi dan berkata,"Aku akan memberimu sepuluh dinar sesampainya kita di Makkah."
Dengan tergesa-gesa, Hindun mendatangi jasad Hamzah. Dia lalu memotong telinga dan hidung Hamzah untuk dijadikan kalung. Lalu ian menghunjamkan belati keperut Hamzah dan menyobeknya. Dia mengambil hati Hamzah dengan kejam dan memakannya seperti seekor anjing.
Kemudian datanglah Abu sufyan, ia menusukkan tombaknya keseluruh tubuh Hamzah!
Para pemimpin Syahid
Kaum kafir menarik pasukannya dari medan perang. Nabi Muhammad saw. beserta para sahabat turun dari bukit untuk kemudian menguburkan para syahid.
Nabi Muhammad saw. menanyakan kepada para sahabatnya tempat di mana Hamzah syahid.
Al Harits berkata,"Aku tahu tempatnya."
Nabi Muhammad saw. meminta Harits untuk menunjukkan jenazah Hamzah.
Seorang pria pergi mencari jenazah Hamzah. Dia menemukan jasad Hamzah telah tercabik-cabik, sehingga dia enggan mengatakan kepada Nabi Muhammad saw. tentang kondisi jenazah itu.
Nabi Muhammad saw. memerintahkan Ali untuk mencari jasad Hamzah. Ali pun menemukan jasad itu. Namun, beliau tidak mengatakan keadaan Hamzah karena dia tidak ingin Nabi Muhammad saw. bersedih.
Nabi Muhammad saw. kemudian mencari jasad Hamzah sendiri. Beliau menemukan keadaan Hamzah dalam keadaan yamg menyedihkan.
Nabi Muhammad saw. berlinang air mata ketika beliau melihat apa yang telah mereka (kaum kafir) lakukan pada tubuh Hamzah. Bahkan serigala pun tidak berbuat seprti apa yang telah Hindun dan Abu Sufyan perbuat.
Nabi Muhammad saw. sangat murka, kemudian beliau berkata," Paman, semoga Allah mengampuni dosa-dosamu. Engkau telah berbuat kebajikan, senantiasa menjaga hubungan silaturahmi dengan saudara-saudaramu."
Kemudian turunlah Jibril dan membacakan beberapa ayat suci Alquran: "Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang bersabar."
Nabi Muhammad saw. pun akhirnya memaafkan mereka yang telah menyakiti Hamzah. Beliau saw. telah bersabar. Beliau mencegah kaum Muslim dari membalas dendam.
Nabi Muhammad saw. mengambil jubahnya dan menutupi jasad Hamzah seraya berkata," Paman, sang Singa Allah, Singa Rasul-Nya, pelaku kebajikan, penghapus kekhawatiran, panglima Rasulullah, dan penyelamat bagi wajahnya."
Shafiyah, saudara perempuan Hamzah dan bibi Nabi Muhammad saw., pergi bersama Fathimah az Zahra, putri Rasulullah., untuk menengok keadaan Nabi saw.
Ali bin Abi Thalib berpapasan dengan Shafiyah dan berkata," Bibi, kembalilah!"
Ali tidak ingin Shafiyah melihat keadaan Hamzah. Tapi Shafiyah berkata," Aku tak akan kembali sampai aku melihat Rasulullah."
Dari kejauhan, Nabi Muhammad saw. melihatnya, sehingga beliau memerintahkan anak Shafiyah, Zubair, untuk tidak mengizinkannya melihat saudaranya, Hamzah, yang telah syahid.
Zubair mendekati Shafiyah dan berkata," Ibu, kembalilah!" Shafiyah lalu berkata, "Tidak, sampai aku bertemu Rasulullah."
keselamatannya, ia bertanya tentang Hamzah," Dimana saudaraku?"
Nabi Muhammad saw. tetap terdiam, sehingga Shafiyah mengetahui bahwa saudaranya itu telah syahid. Kemudian ia bersama Fathimah az Zahra menangisi kepergiaan Hamzah.
Nabi Muhammad saw. berusaha menghibur mereka," Berbahagialah ! Jibril telah memberitahuku bahwa Hamzah telah disejahterakan dengan menjadi Singa Allah dan Singa Rasul-Nya di langit."
Bukit Uhud berdiri sebagai saksi atas keberanian Hamzah, pemimpin para syahid, dan penumpas kekafiran.[]
PEMIMPIN PARA SYAHID
Abu Jahal
Hamzah mendaki bukit-bukit sambil melihat-lihat kota Makkah. Kudanya yang kuat menapaki bukit yang berpasir. Keduanya berderap sepanjang perbukitan. Hamzh mengamati pemandangan yang indah.
Langit begitu biru dan cerah. Bukit disinari oleh cahaya matahari, sehingga butiran pasir tampak berkilauan oleh sinar matahari.
Hamzah sedang berpikir tentang misi Nabi Muhammad saw. Hatinya terpaut bersama Nabi Muhammad saw. Dalam hatinya ia berujar, "Sesungguhnya tiada Tuhan kecuali Allah. Latta, Uza, dan Munat hanyalah batu berhala. Manusia membuat berhala-berhala itu dengan tangannya sendiri. Jadi, mengapa mereka menyembahnya?"
Nabi Muhammad saw. sedang duduk di atas batu di suatu jalan menuju Masa antara Bukit Shafa dan Marwah. Seperti biasanya, beliau saw. sedang merenung. Beliau saw. selalu memikirkan umatnya dan mereka yang tidak percaya padanya serta berpikir tentang misi Ilahiahnya.
Di dekat jalan menuju Masa terdapat sebuah rumah. Rumah tersebut memiliki teras di atasnya, sehingga dapat melihat jalan yang ada di bawahnya. Dua gadis gadis kecil sedang duduk di teras tersebut. Mereka melihat Nabi Muhammad saw. sedang berpikir sambil memandangi langit serta gunung-gunung.
Pada saat itu, Abu Jahal dan beberapa kawannya dari Makkah muncul. Mereka sedang tertawa terbahak-bahak.
Abu Jahal melihat ke arah Nabi Muhammad saw., matanya memancarkan kedengkian. Ia inginmengolok-ngolok Nabi Muhammad saw. lalu berteriak," Lihat tukang sihir ini! Lihatlah kegilaannya! Dan tidak tertawa seperti kita ! Dia hanya diam saja!"
Orang-orang bodoh itu tertawa. Tawa iblis mereka membahana ke angkasa," Ha....ha...ha...ha..."
Kedua gadis kecil tersebut sedih melihat apa yang sedang terjadi. Mereka melihat Abu Jahal terus-menerus mengelilingi Nabi Muhammad saw. sambil tertawa dan melakukan tindakan bodoh.
Abu Jahal menangambil segenggam debu. Kemudian ia meletakkan debu itu di atas kepala Nabi saw. Debu itu pun mengotori wajah Nabi dan pakaiannya.
Abu Jahal dan kawan-kawannya lalu tertawa terbahak-bahak. Namun Nabi Muhammad saw. tetap diam. Beliau merasa sedih.
Dua gadis kecil tadimersakan kesedihan dan penderitaan Nabi Muhammad saw. Abu Jahal dan teman-temannya kemudian pergi. Setelah mereka pergi, Nabi Muhammad saw. berdiri. Beliau membersihkan kepala, wajah, dan pakaiannya dari debu. Kemudian beliau beranjak pulang.
Kedua gadis kecil itu memutuskan untuk memberitahu Hamzah tentang kejadian tersebut, sehingga mereka menunggu kedatangan Hamzah.
Dari kejauhan terlihat Hamzah muncul. Ia sedang menuruni bukit dengan menunggangi kuda pirangnya.
Kedua gadis kecil tadi berteriak,"Hamzah kemari!"
Salah seorang gadis kecil itu berkata kepada saudara perempuannya,"Ayo kita beri tahu beliau !"
Gadis kecil itu memanggil," Abu Amar (Hamzah) !"
Hamzah kemudian menghentikan kudanya dan melihat kearah gadis kecil itu. Gadis kecil itu berkata dengan nada sedih, "Abu Amar, Abu Jahal telah menganiaya keponakanmu, Muhammad."
Hamzh bertanya," Menganiaya bagaimana ?"
Gadis kecil itu menjawab, " Mereka menjumpainya di jalan kemudian mengganggunya dengan menaburkan debu di atas kepalanya."
Hamzah pun marah. Ia lalu memacu kudanya. Hamzah pergi menuju Ka'bah. Biasanya ia selalu menyapa orang ketika melewati mereka apabila ia pulang berburu. Tapi kali ini ia begitu marah atas kejadian yang menimpa Nabi Muhammad saw., sehingga ia tidak menyapa siapa pun dan langsung pergi menuju Abu Jahal.
Hamzah melompat ke atas kudanya bagaikan singa. Ia mengangkat busurnya dan dan memukulkannya ke kepala Abu Jahal. Abu Jahal merasa takut ketika ia melihat Hamzah begitu marah. Lalu Abu Jahal berkata dengan lirih, "Abu Amar, dia (Muhammad) telah menghina Tuhan kita dan menyesatkan pikiran kita."
Hamzah berseru dengan marah," Balas aku jika kau mampu !"
Seruang kebenaran membahana di sekeliling Ka'bah. Hamzah berkata dengan lantang, "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah rasul Allah."
Hamzah memandang Abu Jahal dengan marah dan kemudian berkata," Mengapa kau menganiayanya ? Tidak tahukah kamu bahwa akau mengikuti Agamanya ?"
Abu Jahal menundukkan kepalanya dan terdiam. Orang-orang bodoh yang bersamanyatadi melarikan diri dengan ketakutan.
Hamzah lalu memeluk Nabi Muhammad saw. sambil menangis. Nabi pun merasa bahagia saat pamannya, Hamzah, menjadi Muslim. Beliau saw. memberinya gelar Singa Allah dan Singa Rasul-Nya.
Hari Kelahiran Hamzah
Hamzah dilahirkan pada tahun 570 M, yaitu pada Tahun Gajah. Selain sebagai paman, ia juga merupakan saudara angkat Nabi Muhammad saw., Karena seorang wanita yang bernama Thuaibah telah menyusui mereka berdua.
Hamzah adalah seorang yang berani dan kuat. Ia menjadi Muslim pada tahun kedua misi kenabian Nabi Muhammad saw.
Orang-orang tahu bahwa Hamzah mengikuti ajaran Islam. Hal ini membuat umat Muslim menjadi bahagia. Namun kaum kafir menjadi sedih.
Sebagai umat Muslim yang menyembunyikan keislaman mereka karena takut pada kaum kafir Quraisy. Namun, pada saat Hamzah menjadi Muslim, sebuah era baru dimulai, para pengikut Nabi saw. menjadikuat sehingga kaum kafir Quraisy menjadi takut pada kaum Muslim.
Tahun Kesembilan Misi Kenabian
Sembilan tahun sudah misi Nabi Muhammad saw. berlangsung. Jumlah pengikut Islam pun meningkat.
Umar bin Khaththab menjadi resah karenanya.
Suatu Hari, dia membawa pedangnya untuk membunuh Nabi Muhammad saw. Dia bertanya tentang Nabi. Lalu ada yang memberi tahu Umar," Muhammad bersama sahabat-sahabatnya ada di sebuah rumah dekat bukit Shafa."
Kemudian Umar pergi untuk mencari Nabi saw. dalam perjalanan menuju bukit Shafa, seorang lelaki dari sukunya yang bernama Naim berpapasan dengannya dan bertanya, "Kau akan pergi kemana,Umar ?"
Dengan kasar, Umar menjawab," Aku akan membunuh Muhammad karena orang ini telah mengganggu agama kita."
Umar tidak mengetahui bahwa Naim pun sebenarnya telah menjadi Muslim. Kemudia ia berkata kepada Umar," Jika engkau menyakiti Muhammad, maka bani Hasyim (keluarga Nabisaw.) tidak akan membiarkanmu hidup. Di samping itu, saudara perempuanmu dan suaminya pun telah percaya pada ajaran Islam."
Dengan marah Umar berkata,"Apa?saudara perempuanku Fathimah?"
Umar lalu pergi ke rumah Fathimah. Ketika ia berhenti di depan pintu, ia mendengar seseorang membaca Alquran.
Kalam Ilahi sangatlah mengagumkan:
" Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang. Thahaa, Kami tidak menurunkan Alquran ini kepadamu agar kamu menjadi susah."
Umar kemudian mengetuk pintu dan memasuki rumah. Saudara perempuannya itu segera menyembunyikan lembaran Alquran yang dibacanya, karena Umar bermaksud untuk menyobeknya. Umar lalu memukul saudara perempuannya itu, sehingga darah pun membasahi wajahnya.
Umar merasa menyesal. Kemudian dia pun pergi.
Nabi Muhammad saw. dan beberapa sahabatnya sedang berada di sebuah rumah di dekat Bukit Shafa. Beliau sedang mengajarkan kepada mereka Alquran dan hikmah. Beliau sedang membacakan beberapa firman Allah.
Pada saat yang bersamaan, mereka mendengar seseorang mengetuk pintu dengan keras. Seorang Muslim lalu berdiri. Dia mengintip melalui lubang pintu.
Hamzah bertanya,"Siapa itu?"
Orang itu menjawab," Itu adalah Umar yang sedang mengusung pedang."
Hamzah berkata," Jangan takut. Buka saja pintunya. Bila dia menginginkan kebaikan, maka kita berikan kebaikan itu. Dan bila dia menginginkan kejahatan, maka kita bunuh dia dengan pedangnya sendiri."
Hamzah pun lalu berdiri. Dia membukakan pintu dan bertanya," Umar, apa maumu?"
Umar pun menjawab," Aku datang untuk mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah !"
Dengan bahagia Nabi Muhammad saw. berkata,"Maha besar Allah!"
Kaum Muslim ikut berbahagia dengan masuknya Umar ke dalam Islam.
Hijrah
Masyarakat Yatsrib (Madinah) merupakan bagian dari suku Khazraj dan suku Aus. Mereka berjanji kepada Nabi Muhammad saw. untuk mendukung Islam dengan jiwa, raga, dan harta mereka.
Karena suku Quraisy sering menyakiti kaum Muslim, Nabi Muhammad saw. memerintahkan kepada kaum Muslim untuk hijrah ke Yatsrib.
Kemudian secara diam-diam, kaum Muslim meninggalkan Makkah, satu demi satu, atau kelompok demi kelompok. Hamzah bin Abdul Muththalib pun ikut berhijrah.
Muhajirin (orang-orang yang berhijrah) dan para pendukung (Anshar) yang ada di Yatsrib dengan bersemangat menunggu hijrahnya Nabi Muhammad saw. Mereka menantikan kedatangan beliau.
Pengorbanan
Para penyembah berhala memutuskan untuk membunuh Nabi Muhammad saw. Malaikat Jibril turun dari langi untuk menyampaikan rencana jahat kaum kafir.
Kemudian Rasulullah saw. meminta sepupunya, Ali bin Abi Thalib, untuk tidur di ranjangnya agar beliau saw. dapat hijrah ke Yatsrib dengan aman.
Ali bertanya kepada Nabi Muhammad saw., "Ya Rasulullah, apakah engkau akan aman?"
Nabi Muhammad saw. menjawab," Ya!"
Ali ikut berbahagia ketika Nabi Muhammad saw. dapat hijrah dengan aman. Dia tidak memikirkan dirinya sendiri ketika kaumkafir menyerang rumah Nabi Muhammad saw.
Malaikat Jibril turun dari langit dengan membacakan ayat suci Alquran berikut:"Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridhaan Allah"
Maksud ayat ini adalah ada seseorang yang berani mengorbankan dirinya untuk menyenangkan Allah Yang Mahamulia. Ayat ini memuji perilaku Ali dan pengorbanannya.
Nabi Muhammad saw. tiba di Yatsrib. Setibanya Nabi di Yatsrib, kaum Muslim menamai kota itu Madinah al Munawwarah (kota yang diterangi cahaya).
Di Makkah
Kaum kafir di Makkah menyerang rumah-rumah kaum Muslim dan menjarahnya. Muhajirin sedih mendengar berita itu.
Nabi Muhammad saw. memutuskan untuk mengirim beberapa kelompok Muslim untuk menghukum kaum Quraisy yang merupakan para pedagang itu.
Pada bulan Ramadhan, tahun pertama setelah hijriah, Nabi Muhammad saw. memanggil Hamzah, yang bergelar Singa Allah, dan memberi Hamzah bendera pertama dalam sejarah Islam.
Nabi Muhammad saw. memerintahkan Hamzah untuk membawa kelompoknya, tiga puluh Muhajirin, ke pesisir pantai di mana kafilah pedagang Makkah tersebut biasa lewat.
Hamzah menemukan Abu Jahal di suatu wilayah yang bernama Ais.
Tiga ratus pasukan menyertai Abu Jahal, yaitu sepuluh kali lipat dibandingkan pasukan Muslim.
Tetapi Hamzah dan kelompoknya tidaklah merasa gentar. Mereka siap bertempur melawan mereka.
Namun Majdi bin Amr al Jahni, yang mempunyai hubungan baik dengan kaum Quraisy dan Muslim, datang kepada mereka untuk mencegah terjadinya pertempuran.
Hamzah merasa bangga karena beliau adalah orang pertama yang menerima bendera Islam dari Rasulullah saw. Sehubungan dengan hal itu, ia mengucapkan bait puisi yang indah:
Dengan printah Rasulullah, sebuah bendera berkibar di atasku.
Bendera itu belum pernah berkibar sebelum aku (mengibarkannya).
Bendera itu memiliki kemenangan dari pemilik martabat.
Kekasih Allah yang tindakannya adalah sebaik-baik tindakan.
Kemudian ia mengabadikan pertikaiannya dengan Abu Jahal dalam puisinya:
Dimalam hari, ketika kaum kafir berbaris, mereka berjumlah banyak.
Dan kami semua merupakan pemanas air yang mendidihkannya.
Karena kemarahan kawan-kawannya.
Dan ketika kita saling melihat satu sama lain,
Mereka menjadikan unta mereka berlutut dan membelenggunya.
Dan kami mengetahui jarak sasaran panah.
Dan kami berkata pada mereka:
Pendukung kami adalah jubah Allah.
Namun kalian tidak memiliki jubah apa pun melainkan kesesatan.
Inilah Abu Jahal yang telah menjadi penghasut dengan tidak adil.
Maka, merugilah ia (Abu Jahal).
Dan Allah menggagalkan rencana jahat Abu Jahal.
Kami hanyalah terdiri dari tiga puluh prajurit,
Sedang mereka berjumlah tiga ratus.
Bersama Nabi Muhammad saw.
Dalam penyerangan yang terjadi di Ash Shira, Nabi Muhammad saw. memimpin, sedang Hamzah bin Abdul Muththalib memegang bendera.
Pasukan Islam berhasil menghalau para pedagang Quraisy.
Kafilah Quraisy mengumumkan perang dagang melawan kaum Muslim. Lalu mereka menyerang rumah-rumah kaum Muslim yang hijrah dari Makkah ke Madinah. Mereka semakin meningkatkan penyerangannya melawan kaum muslim di mana pun juga.
Sementara itu, suku Quraisy mendesak suku-suku Arab lainnya untuk menyerang Madinah.
Nabi Muhammad saw. menghendaki dihukumnya kaum Quraisy. Beliau berpendapat bahwa cara yang terbaik untuk menghukum mereka adalah dengan menghalau kafilah pedagang pergi menuju Syam.
Hamzah ikut serta dengan Nabi Muhammad saw. dalam setipa penyerangan.
Perang Badar
Nabi Muhammad saw. mendengar bahwa sekelompok kafilah dagang yang dipimpin oleh Abu Sufyan datang kembali dari Syam ke Makkah. Nabi Muhammad saw. kemudian memerintahkan kaum Muslim untuk menghadapi kafilah dagang tersebut.
Pada 12 Ramadhan tahun ke- 2 H, Nabi Muhammad saw. dengan 313 orang Muhajirin dan Anshar pergi meninggalkan Madinah.
Abu Sufyan mendengar pergerakan dan tujuan kaum Muslim yang akan menghadapi kafilah tersebut. Ia pun dengan segera mengirim seseorang untuk memberitahu suku Quraisy tentang keadaan yang berbahaya ini.
Abu Jahal mendapati bahwa tindakan kaum Muslim tadi merupakan kesempatan yang baik untuk menghancurkan Islam dan Umatnya. Lalu ia mulai mendesak kaum Quraisy agar menyerang kaum Muslim. Dia beserta pemimpin Quraisy mengerahkan 950 pasukan. Abu Jahal memimpin pasukannya dan menyerang sumber mata air Badar, tempat pasukan Muslim berkemah.
Pada 17 Ramadhan, dua kubu kekuatan datang bersamaan. Kaum kafir memukul-mukul genderang. Namun kaum Muslim tetap mengingat dan memuji kebesaran Allah.
Malaikat Jibril turun dari langit dan membacakan ayat berikut: " Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya."
Nabi Muhammad saw. mengajak kaum kafir Quraisy untuk berdamai. Namun Abu Jahal menolaknya. Dia pikir dai mampu menghancurkan Islam karena pasukannya berjumlah tiga kali lipat pasukan Muslim.
Dua pasukan bersiap-siap untuk bertempur. Salah satu orang kafir berkata," Muhammad, biarkan orang-orang pemberanimu keluar dan bertarung melawan kami."
Lalu Nabi Muhammad saw. berkata,"Ubaidah bin al Harits, Hamzah bin Abdul Muththalib, dan Ali bin Abi Thalib, berdiri !"
Mereka bergerak dengan sigap. Mereka telah siap mati di jalan Allah.
Ubaidah berdiri di hadapan lawannya, Uthbah bin Rabiah.
Ali berdiri di hadapan Walid bin Uthbah.
Hamzah berdiri di hadapan Shaibah bin Rabiah.
Kemudian perang pertama pun dalam sejarah Islam pecah.
Dengan segera, Hamzah melumpuhkan lawannya. Ali membunuh musuh Islam. Ubaidah memukul lawannya, namun lawannya balas memukul. Sehingga dia terjatuh ke tanah. Kemudian Hamzah dan Ali membunuh Uthbah. Kemudian mereka membawa Ubaidah ke kemah untuk mengobati luka-lukanya.
Ketika pahlawan kaum-kaum kafir berjatuhan satu per satu, Abu Jahal memerintahkan pasukannya agar melancarkan serangan.
Kaum Muslim menghadapi serangan tersebut dengan semangat yang dipenuhi oleh keoercayaan dan keyakinannya terhadap Allah,sehinggaAllah menghadiakan kaum muslim sebuah kemenangan.
Abu Jahal beserta pemimpin kaum kafirmengalami kekalahan. Merka pun melarikan diri karena ketakutan.
Pembalasan dendam
Penduduk Mekkah mendengar kabar tentang kekalahan kaum kafir quraisy. Kaum wanitanya meatapi kematian kaum kafir yang terbunuh. Namun Hindun, istri Abu Sufyan, tetap diam.
Orang-orang berkata kepada Hindun, "Mengapa engkau tidak menagisi saudaramu, ayahmu, dan pamanmu?"
Hindun berkata, "Aku tak menagisi mereka, sebagaimana Muhammad dan para sahabatnya tidak menangisi kesialan kita."
Hindun memikirkan cara untuk membalaskan dendamnya terhadap Nabi Muhammad saw., atau Ali bin Abi Thalib, atau Hamzah bin Abdul Muththalib.
Hindun mendesak kaum kafir agar membalaskan dendamnya pada mereka. Tiga ribu pasukan kafir telah siap. Hindun binti Uthbah, istri Abu Sufyan, ada diantara pasukan tersebut. Terdapat empat belas wanita lain bersamanya. Mereka memukul genderang.
Di kota Makkah, terdapat seorang budak yang kuat bernama Wahsyi. Hindun pergi menemuinya. Dia berjanji padanya akan memberikan banyak emas dan uang apabila Wahsyi dapat membunuh Nabi Muhammad saw., atau Ali bin Abi Thalib, atau Hamzah bin Abdul Muththalib.
Wahsyi berkata,"Aku tak mampu mengalahkan Muhammad karena sahabatnya berada di sekelilingnya. Aku tak mampu mengalahkan Ali karena ia sangat waspada. Aku mungkin dapat membunuh Hamzah karena kemarahan mampu membutakannya."
Hindun memberikan emas kepada Wahsyi sebagai uang muka. Dia selalu memandangi tombak yang disiapkan oleh Wahsyi untuk membunuh Hamzah.
Kaum kafir tiba di Al Abwa (suatu daerah dekat Madinah tempat Aminah, Ibunda Nabi Muhammad saw., disemayamkan lima puluh tahun sebelumnya).
Hindun ingin menggali makam Aminah. Namun para pemimpin Quraisy menolak hal itu karena orang Arab tidak pernah menggali kuburan orang mati.
Nabi Muhammad saw. memimpin pasukan Muslim. Abu Sufyan memimpin pasukan kafir.
Nabi Muhammad saw. memerintahkan empat puluh pemanah terampil untuk tetap tinggal di kaki bukit Al Aianain untuk melindungi pasukan Islam. Beliau memerintahkan mereka agar tidak meninggalkan posisinya.
Kaum kafir mulai menyerang kaum Muslim. Utsman bin Abi Thalhah, pemegang bendera kaum kafir, berada paling depan.
Hindun dan beberapa orang wanita mengelilingi lelaki itu. Mereka memukul-mukul genderang dan memberi semangat kepada para prajurit kafir untuk berjuang.
Mereka melantunkan syair berikut:
Kami adalah putri-putri Thariq, berjalan di atas bantal.
Bagaikan jalannya butir pasir yang berkilauan.
Kejantanan berada di persimpangan.
Mutiara-mutiara mengalungi leher-leher.
Jikalau engkau maju, kami akan memelukmu.
Dan jikalau engkaumelarikan diri,
Kami akan mengabaikanmu.
Dan pengabaian kami akan menyedihkan.
Hamzah berteriak dengan lantang," Akulah putra pembawa air pada musim ziarah."
Hamzah menyerang pembawa bendera. Dia memukul dan memotong tangannya. Maka pembawa bendera itu pun mundur. Kemudian, saudaranya menggantikannya membawa bendera itu.
Pasukan Islam menyerang kaum kafir dengan gencar. Orang-orang yang membawa bendera kafir satu per satu jatuh ke tanah.
Ketika orang-orang pembawa bendera itu berjatuhan ketanah, pasukan kafir pun menjadi gentar. Mereka pun lari tunggang-langgang.
Pasukan Islam mengejar musuh yang melarikan diri itu. Para pemanah lupa akan perintah Nabi saw. dan kemudian meninggalkan kaki gunung untuk mengumpulkan barang rampasan. Maka, garis pertahanan islam pun lowong.
Di bawah pimpinan Khalid bin Walid, kaumkafir kemudian mengepung pasukan Islam. Kekagetan membuat pasukan Muslim berada dalam kekacauan.
Wahsyi memegang tombak panjang dan mencari-cari Hamzah. Tak ada yang dipikirkannya kecuali hasrat untuk membunuh Hamzah.
Sepanjang pertempuran itu, Wahsyi bersembunyi di balik batu besar sambil memperhatikan Hamzah.
Ketika Hamzah sedang sibuk bertempur, Wahsyi melontarkan tombaknya ke tubuh paman Rasul ini. Tombaknya melukai perut Hamzah.
Hamzah berusaha melawan Wahsyi. Namun akhirnya ia syahid.
Wahsyi berlari dengan cepat untuk memberi tahu Hindun tentang apa yang telah dilakukannya.
Hindun tampak gembira. Dia memberikannya emas kepada Wahsyi dan berkata,"Aku akan memberimu sepuluh dinar sesampainya kita di Makkah."
Dengan tergesa-gesa, Hindun mendatangi jasad Hamzah. Dia lalu memotong telinga dan hidung Hamzah untuk dijadikan kalung. Lalu ian menghunjamkan belati keperut Hamzah dan menyobeknya. Dia mengambil hati Hamzah dengan kejam dan memakannya seperti seekor anjing.
Kemudian datanglah Abu sufyan, ia menusukkan tombaknya keseluruh tubuh Hamzah!
Para pemimpin Syahid
Kaum kafir menarik pasukannya dari medan perang. Nabi Muhammad saw. beserta para sahabat turun dari bukit untuk kemudian menguburkan para syahid.
Nabi Muhammad saw. menanyakan kepada para sahabatnya tempat di mana Hamzah syahid.
Al Harits berkata,"Aku tahu tempatnya."
Nabi Muhammad saw. meminta Harits untuk menunjukkan jenazah Hamzah.
Seorang pria pergi mencari jenazah Hamzah. Dia menemukan jasad Hamzah telah tercabik-cabik, sehingga dia enggan mengatakan kepada Nabi Muhammad saw. tentang kondisi jenazah itu.
Nabi Muhammad saw. memerintahkan Ali untuk mencari jasad Hamzah. Ali pun menemukan jasad itu. Namun, beliau tidak mengatakan keadaan Hamzah karena dia tidak ingin Nabi Muhammad saw. bersedih.
Nabi Muhammad saw. kemudian mencari jasad Hamzah sendiri. Beliau menemukan keadaan Hamzah dalam keadaan yamg menyedihkan.
Nabi Muhammad saw. berlinang air mata ketika beliau melihat apa yang telah mereka (kaum kafir) lakukan pada tubuh Hamzah. Bahkan serigala pun tidak berbuat seprti apa yang telah Hindun dan Abu Sufyan perbuat.
Nabi Muhammad saw. sangat murka, kemudian beliau berkata," Paman, semoga Allah mengampuni dosa-dosamu. Engkau telah berbuat kebajikan, senantiasa menjaga hubungan silaturahmi dengan saudara-saudaramu."
Kemudian turunlah Jibril dan membacakan beberapa ayat suci Alquran: "Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang bersabar."
Nabi Muhammad saw. pun akhirnya memaafkan mereka yang telah menyakiti Hamzah. Beliau saw. telah bersabar. Beliau mencegah kaum Muslim dari membalas dendam.
Nabi Muhammad saw. mengambil jubahnya dan menutupi jasad Hamzah seraya berkata," Paman, sang Singa Allah, Singa Rasul-Nya, pelaku kebajikan, penghapus kekhawatiran, panglima Rasulullah, dan penyelamat bagi wajahnya."
Shafiyah, saudara perempuan Hamzah dan bibi Nabi Muhammad saw., pergi bersama Fathimah az Zahra, putri Rasulullah., untuk menengok keadaan Nabi saw.
Ali bin Abi Thalib berpapasan dengan Shafiyah dan berkata," Bibi, kembalilah!"
Ali tidak ingin Shafiyah melihat keadaan Hamzah. Tapi Shafiyah berkata," Aku tak akan kembali sampai aku melihat Rasulullah."
Dari kejauhan, Nabi Muhammad saw. melihatnya, sehingga beliau memerintahkan anak Shafiyah, Zubair, untuk tidak mengizinkannya melihat saudaranya, Hamzah, yang telah syahid.
Zubair mendekati Shafiyah dan berkata," Ibu, kembalilah!" Shafiyah lalu berkata, "Tidak, sampai aku bertemu Rasulullah."
keselamatannya, ia bertanya tentang Hamzah," Dimana saudaraku?"
Nabi Muhammad saw. tetap terdiam, sehingga Shafiyah mengetahui bahwa saudaranya itu telah syahid. Kemudian ia bersama Fathimah az Zahra menangisi kepergiaan Hamzah.
Nabi Muhammad saw. berusaha menghibur mereka," Berbahagialah ! Jibril telah memberitahuku bahwa Hamzah telah disejahterakan dengan menjadi Singa Allah dan Singa Rasul-Nya di langit."
Bukit Uhud berdiri sebagai saksi atas keberanian Hamzah, pemimpin para syahid, dan penumpas kekafiran.[]
6. HABIB BIN MAZHAHIR HABIB BIN MAZHAHIR
Gurun pasir amatlah luas. Langit penuh dengan bintang. Seorang laki-laki tua berumur 75 tahun meninggalkan tendanya. Laki-laki tua itu melompat naik ke punggung kudanya dan pergi.
Lelaki tua itu mendengar lolongan serigala. Ia tidak takut tehadap apa pun. Ia bermaksud berkunjung ke Mudharib (suku bani Asad) yang terletak di sungai Eufrat.
Ketika lelaki tua itu tiba disana, beberapa anjing menyalak padanya. Beberapa laki-laki suku bani Asad duduk dalam tenda yang besar. Mereka saling mendendangkan lagu pada malam hari.
Mereka menyambut lelaki tua tersebut. Mereka pun berdiri menyambutnya. Ia terlihat begitu dihormati, tetapi mereka tidak mengenalnya.
Lelaki tua itu duduk di bawah. Ia memiliki janggut. Janggutnya berwarna putih seputih kapas. Orang-orang suku bani Asad melihat ekspresi wajahnya yang tenang dan janggutnya yang putih.
Aku Adalah Habib
Lelaki tua itu memperkenalkan dirinya pada orang-orang yang ada dalam tenda tersebut," Aku adalah Habib bin Mazhahir. Aku berasal dari suku bani Asad."
Diantara mereka terdapat lelaki yang sudah sangat tua. Ia mengenal betul leluhurnya. Sehingga, ia mengetahui Habib dan berkata," Habib berkata benar. Ia adalah Ibnu Riaab bin al Ashtar bin Fakas bin Tarif bin Qais bin al Harits bin Thalaba bin Dudad bin Asad."
Seorang yang lain menambahkan," Ia adalah sahabat Rasulullah. Ia tinggal di Kufah sejak kekhalifahan Imam Ali. Ia berdiri di pihak Imam Ali pada perang Jamal, Perang Shiffin, dan pertempuran Nahrawan."
Salah seorang dari mereka bertanya pada Habib," Syekh bani Asad, apa yang membawamu kemari? Habib menjawab dengan perlahan," Aku membawakan kalian sesuatu yang baik, yang tidak dibawa oleh seorang pemimpin kepada rakyatnya. "
Mereka mendengarkan Habib dengan penuh perhatian. Lalu ia menambahkan," Al Husain, anak Ali dan Fathimah, ada di dekat sini. Sekelompok orang beriman menjadi pendukungnya. Musuh-musuhnya telah mengepungnya. Mereka ingin membunuhnya. Oleh karena itu, aku datang pada kalian. Aku meminta kalian untuk membelanya melawan musuh-musuhnya, untuk menyelamatkan martabat Rasulullah. Demi Allah! Jika kalian mendukungnya, Allah akan memberikan kalian kemuliaan di dunia dan di akhirat."
Salah seorang laki-laki berdiri. Namanya Abdullah bin Bashir al Asadi. Ia berkata," Semoga Allah membalas usahamu. Kau bawakan pada kami perbuatan terpuji. Aku orang pertama yang akan membela Al Husain melawan musuh-musuhnya.
Kemudian, beberapa dari mereka menyatakan kesanggupannya untuk membela Al Husain, cucu Nabi Muhammad saw., melawan musuh-musuhnya.
Jumlah sukarelawan menjadi sembilan puluh orang. Habib membawa mereka dan memimpin mereka hingga tiba di daerah yang bernama Karbala. Imam Husain, keluarganya, dan orang-orang Mukmin pendukungnya mendirikan kemah di sana.
Adam salah seorang lelaki dari bani Asad yang ternyata seorang pengkhianat. Ia memanfaatkan kegelapan malam dan bergegas memberi tahu Umar bin Sa'ad, pemimpin pasukan Yazid, tentang Habib dan kawan-kawannya.
Pasukan Yazid mengepung kafilah Imam Husain dan menghalang-halangi mereka untuk minum air.
Umar bin Sa'ad membentuk sekelompok pasukan. Terdiri dari lima ratus orang penunggang kuda. Dan Al Azraq yang memimin mereka.
Penunggang kuda itu mencoba menghalangi bani Asad. Al Azraqmeminta mereka untuk kembali, namun mereka menolak. Lalu pertempuran pun terjadi antara keduanya. Beberapa orang bani Asad terbunuh dan beberapa lainnya terluka.
Para suka relawan itu tahu bahwa ada pasukan besar di hadapan mereka. Dan terdapat banyak bala bantuan di belakang pasukan tersebut. Sehingga karena alasan itu, mereka memutuskan untuk kembali.
Ketika para sukarelawan itu tiba di tempat suku mereka, Mudharib, mereka memperingatkan sukunya untuk meninggalkan daerah itu.
Lalu mereka bergegas membongkar kemah mereka dan pindah ke daerah lain di gurun pasir tersebut.
Habib kembali sendirian. Ia sangat sedih. Ia menceritakan pada Imam Husaintentang perbuatan bani Asad. Imam Husain berkata," Tiada kekuatan dan daya upaya kecuali milik Allah!"
Di Karbala
Muawiyah meninggal dunia. Anaknya, Yazid, menggantikannya.
Yazid adalah orang yang jahat. Ia adalah peminum alcohol. Ia adalah pelaku tindak pelanggaran. Ia menghibur dirinya dengan anjing dan monyetnya. Karena itu semua, Imam Husain menolak untuk menghormatinya.
Rakyat di kota-kota kaum Muslim menderita karena keputusan-keputusan zalim Muawiyah. Mereka menginginkan kematiannya untuk menghilangkan perlakuan buruknya. Ketika kaum Muslim tahu bahwa Yazid akan menjadi khalifah, mereka merasa sedih sekali dan penuh dengan kemarahan. Mereka menentang kepemimpinannya karena ia tidak menghargai Islam dan kaum Muslim.
Rakyat Kufah menyukai Imam Ali karena beliau adil dan pemurah. Di samping itu, mereka juga tahu bahwa Imam Husain adalah putra Imam Ali dan Fathimah. Lebih dari itu, mereka pun tahu tabiat baik Al Husain dan perlakuan baiknya terhadap kaum Muslim. Oleh karena itu, mereka terus -menerus mengirim surat dukungan kepada beliau.
Suatu hari di Makkah, Imam Husain menerima utusan kaum Muslim. Dalam surat mereka, kaum Muslim berkata kepada Imam Husain," Datanglah kepada kami! Engkau adalah satu-satunya pemimpin kami!"
Imam Husain memenuhi perintaan kaum Muslim tersebut. Beiau memutuskan untuk melakukan revolusi menentang Yazid bin Muawiyah. Beliau pun membawa keluarga dan para pendukungnya, lalu pergi ke Kufah.
Pengepungan
Ubaidillah bin Ziyad telah mengirim pasukannya, yang terdiri dari seribu orang penunggang kuda. Tujuannya adalah untuk menghalangi rombongan Imam Husain.
Hari itu terasa sangat panas. Pasukan penunggang kuda Ubaidillahkehabisan persediaan air. Imam Husain merasa kasihan kepada mereka, dan memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk memberi mereka air.
Imam Husain mendirikan tenda di dekat sungai Eufrat. Ubaidillah menunjuk Umar bin Sa'ad untuk mengambil alih kepemimpinan pasukannya. Umar bin Sa'ad lalu menguasai tepi sungai Eufrat. Ia mencegah Imam Husain dan sahabat-sahabatnyauntuk meminum air sungai itu.
Umar bin Sa'ad mengirim seorang yang bernama Qurra bin Quais kepada Imam Husain . Ia memerintahkan Qurra untuk bertanya pada Imam Husain alasan beliau datang ke Kufah.
Ketika Qurra menghadap Imam Husain, beliau bertanya pada Habib bin Mazhahir tentang Qurra," Apakah engkau mengenalnya?" Habib menjawab," Ya ,itu Qurra bin Quais. Aku tahu ia mempunyai pemikiran yang baik. Aku tidak berpikir ia akan memerangimu."
Qurra datang dan memberi salam pada Imam. Ia membacakan surat Umar bin Sa'ad kepada beliau. Imam lalu berkata," Rakyat Kufah telah memintaku untuk datang. Jika mereka membenciku, maka aku akan meninggalkan mereka."
Qurra bin Quais terdiam. Ketika ia akan kembali pada Umar bin Sa'ad, Habib berkata padanya," Qurra, celaka engkau! Jangan kembali pda orang-orang zalim itu! Jadilah pendukung Imam Husain!" Qurra menjawab," Aku Akn sampaikan jawaban Imam Husain pada Umar bin Sa'ad. Dan aku akan pertimbangkan kata-katamu."
Saling Memperingatkan
Pada Tanggal 9 Muharram 61 H, di malam hari, Umar bin Sa'ad memulai penyerangannya. Ia maju menuju kemah Imam Husain. Zainab, putrid Imam Ali, mendengar suara musuh. Ia berkata pada saudaranya, Imam Husain," Musuh telah mendekat!"
Imam Husain memerintahkan saudaranya, Al Abbas, untuk bertanya pada mereka. Al Abbas, Habib bin Mazhahir, dan dua puluh orang lainnya melompat ke atas kuda dan memacunya. Al Abbas bertanya tentang tujuan kedatangan mereka. Mereka menjawab," Patuhi Ubaidillah bin Ziyad. Jika tidak, maka kami akan menyerang kalian!"
Al Abbas kembali pada Imam Husain untuk melaporkan hal itu.
Habib tetap tinggal. Ia pun mulai menasehati pasukan Ubaidillah, " Demi Allah, di kemudian hari Allah akan menganggap kalian orang-orang yang jahat! Bagaimana kalian akan bertemu dengan_Nya sementara kalian akan membunuh Imam Husain dan keluarga beliau? Tidakkah kalian tahu bahwa mereka adalah cucu Nabi? Tidakkah kalian tahu bahwa mereka adalah orang-orang yang paling beriman di Kufah? Tidakkah kalian tahu bahwa mereka selalu salat menghadap Allah pada tengah malam dan begitu mengingat Allah?"
Salah seorang musuh yang bernama Uzrah berkata," Habib, kau membagakan dirimu sendiri!"
Zuhair menjawab," Allah telah memuliakan dan membimbingnya. Uzrah, aku nasihatkan padamu, takutlah kepada Allah!"
Salat
Al Abbas kembali pada Imam Husain untuk mengabarkan sikap musuh. Imam berkata padanya," Kembalilah dan ajaklah mereka untuk salat. Kita akan salat malam ini. Kita akan memohon ampunan- Nya. Allah mengetahui bahwa aku mencintai salat, membaca Alquran, dan memohon ampunan."
Al Abbas kembali dan meminta waktu pada mereka. Umar bin Sa'ad berpikir sesaat. Ia berpikir bahwa Imam Husain akan mengubah rencananya. Sehingga ia setujupada permintaan Imam Husain dan berkata," Kami akan memberi kalian kesempatan hingga esok. Jika kalian meyerah, kami akan membawa kalian pada Ubaidillah bin Ziyad. Jika kalian menolak, maka kami tak akan membiarkan kalian pergi."
Imam Husain Siap Bertempur
Imam Husain dan para sahabatnya melakukan salat dan membaca Alquran, sementara malam itu adalah malam terakhir bagi mereka di dunia.
Kemah-kemah ada di sana-sini. Imam Husain berusaha mencegah musuh menyusup di antara mereka. Oleh karena itu, ia memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk saling berdekatan satu sama lain. Beliau juga memerintahkan para sahabatnya untuk menggali parit di belakang kemah-kemah agar dapat bertempurdengan musuh dalam satu arah saja. Imam menemui sahabat-sahabatnya dan berkata," Aku memuji Allah dengan sebaik-baik pujian! Aku bersyukur pada Allah dalam segala keadaan, baik disaat suka maupun duka! Ya Allah, Aku bersyukur kepada-Mu yang telah menjadikan kakekku seorang Nabi dan mengajarkan pada kami Alquran! Aku bersyukur kepada-Mu yang telah mengajarkan pada kami hukum-hukum agama! Aku bersyukur kepada-Mu yang telah memberi kami telinga, mata, dan mati. Aku bersyukur kepada-Mu karena tidak menjadikan kami seorang musyrik.
Lalu Imam menambahkan, "Aku tidak berpikir bahwa ada sahabat-sahabat yang lebih baik dari para sahabatku, ada keluarga yang lebih setia dari keluargaku! Semoga Allah memberikan pahala pada kalian semua. Aku rasa kita akan berhadapan dengan musuh-musuh itu besok! Oleh karena itu, kalian aku izinkan untuk pergi!"
Namun, semuanya menolak dan berkata," Kami akan korbankan nyawa, harta, dan keluarga kami untuk membelamu melawan para musuh itu! Kami akan tetap bersamamu!"
Tawanan Perang
Seorang pemuda mendatangi kemah Imam Husain. Ia mencari ayahnya yang bernama Muhammad bin Bashir al Hadhrami.
Pemuda itu berkata pada ayahnya, " Saudaraku menjadi tawanan perang di Ray.
Ayahnya berkata," Aku akan mendukung Imam Husain apa pun resikonya!" Imam Husain berkata," Aku izinkan engkau pergi dan membebaskan anakmu!" Muhammad bin Bashir menolak dan berkata," Demi Allah, aku tidak akan meninggalkanmu!"
Imam Husain memberinya lima helai pakaian. Masing-masing seharga seribu dinar. Kemudian beliau berkata padanya," Berikan pakaian ini pada anakmu (sebagai tebusan) untuk membebaskan saudaranya."
Para sahabat Imam Husain lebih memilih syahid bersama Imam daripada hidup bersama orang-orang zalim.
Kemah Zainab
Tengah malam, Imam Husain keluar untuk melihat sekitar bukit. Seorang sahabatnya, Nafi bin Hilal al Jamil, melihat dan mengikuti beliau.
Imam bertanya pada sahabatnya itu alasannya mengikiuti beliau.
Sahabat beliau itu berkata,"Wahai putra Rasulullah, aku mencemaskanmu." Imam Husain berkata padanya," Aku keluar untuk melihat-lihat sekitar bukit."
Imam Husain dan sahabat beliau yang setia itu pun kembali ke kemah. Dalam perjalanannya Imam Husain berkata," Dapatkah engkau melewati dua bukit ini dalam kegelapan untuk menyelamatkan dirimu?"
Nafi pun menangis dan berkata,"Tidak, Demi Allah, aku tidak akan meninggalkanmu sendiri! Aku ingin syahid bersamamu!"
Ketika Imam tiba di kemahnya, beliau mendatangi kemah saudara perempuan beliau, Zaenab. Nafi berdiri di luar kemah menunggu Imam. Nafi mendengar Zainab berkata pada saudaranya," Apakah engkau yakin dengan keteguhan hati sahabat-sahabatmu?"
Imam berkata,"Demi Allah, aku telah membuktikannya. Mereka pemberani. Mereka siap mati demi aku."
Ketika Nafi mendengar kata-kata Zainab, ia menitikkan air mata dan pergi ke kemah Habib. Ia menceritakan tentang kata-kata Zainab. Kemudian ia berkata padanya," Sebaiknya kita menemui Zainab untuk menghilangkan kekhawatirannya." Habib berdiri, meninggalkan kemahnya, dan memanggil," Sahabat-sahabatku yang baik!"
Semua keluar dan berdiri mengelilingi Habib. Lalu ia berkata pada mereka," Marilah kita pergi ke kemah Zainab untuk menghilangkan kekhawatirannya."
Mereka pun mengambil pedang mereka dan pergi ke kemah Zainab. Lalu mereka berkata padanya," Demi Allah, kami siap mengorbankan hidup kami untukmu!" Zainab keluar dan berkata pada mereka," Sahabat-sahabat yang baik, belalah cucu Rasulullah dalam melawan musuh-musuhnya." Habib dan teman-temannya menangis. Mereka bertekad untuk bertempur hingga ajal menjemput mereka.
Mimpi
Para sahabat Imam Husain kembali ke kemah masing-masing. Beberapa dari mereka tidur untuk persiapan bertempur esok hari, beberapa lainnya melakukan salat dan membaca Alquran. Al Husain berada di kemah beliau. Imam merasa kelelahan dan tertidur.
Saat itu menjelang subuh. Imam Husain bermimpi bahwa beliau melihat anjing-anjing menyerang belaiu. Salah satu anjing itu, yang berbintik-bintik, menggigit leher beliau. Al Husain terbangun dan berkata," kita adalah milik Allah dan kita akan kembali kepada-Nya!"
Asyura
Subuh, 10 Muharram 61 H, Imam Husain dan para sahabatnya menunaikan salat. Beliau mempersiapkan para sahabatnya untuk bertempur. Imam membagi mereka dalam tiga kelompok kecil: Zuhair bin al Qain memimpin sayap kanan, Habib bin Mazhahir memimpin sayap kiri, dan Al Abbas (saudara Imam Husain) memimpin di bagian tengah.
Imam Husain menunggang unta betinanya dan berdiri di depan pasukan Yazid. Imam memberikan Khotbah dan menasehati mereka. Beliau mengingatkan mereka akan tindakan jahat mereka. Namun, seluruh upaya Imam Husain sia-sia. Setan telah menyesatkan pasukan Yazid. Sehingga mereka melupakan Allah.
Pertempuran
Pasukan Yazid mulai menyerang kemah Imam Husain. Mereka menghujani kemah Imam dengan panah. Imam Husain berkata pada para sahabatnya,"Sahabatku, bersiaplah untuk syahid!"
Kedua pasukan itu tidak seimbang. Pasukan Imam Husain berjumlah 70 orang, sedangkan pasukan Yazid berjumlah 30 ribu orang.
Kedua kelompok itu terlebih dahulu melakukan perang tanding satu lawan satu. Babak itu segera berakhir, dan para sahabat Imam kembali ke tempat mereka masing-masing.
Lalu pasukan Yazid melancarkan serangan biadab atas para sahabat Imam Husain.
Para sahabat Imam Husain membalas serangan itu dengan gagah berani. Beberapa di antara mereka jatuh ke tanah dan syahid demi cucu Rasulullah saw.
Muslim yang Syahid
Amr bin al Hajjaj memulai serangan. Para sahabat Imam Husain menghadapi serangan itu dan bertempur dengan gagah berani.
Muslim bin Ausajah, salah seorang sahabat Imam, bertempur dengan semangat. Hingga kemudian ia terluka parah dan jatuh tersungkur ke tanah.
Imam Husain melihat Muslim terbaring di tanah. Beliau dan Habib menyerang pasukan Yazid. Mereka berusaha menyelamatkan Muslim. Musim telah mendekati ajalnya.
Imam Husain berkata dengan sedih,"Muslim, semoga Allah memberikan rahmat-Nya padamu. Aku memberikan kabar gembira padamu tentang surga."
Muslim menjawab dengan perlahan,"Semoga Allah memberimu kabar gembira!"
Habib berkata," Aku berharap engkau berwasiat kepadaku."
Muslim memandang Habib. Kemudian ia memandang Imam Husain dan berkata,"Habib, aku memintamu untuk syahid demi Al Husain!"
Habib menjawab denga penuh semangat,'Demi Allah Pemilik Ka'bah, aku akan melakukannya!"
Kebahagiaan
Hari itu hati Habib dipenuhi kebahagiaan. Ia selalu tersenyum. Seorang sahabat Habib heran dan bertanya padanya. "Mengapa engkau begitu bahagia?"
Habib menjawab, "Aku bahagia, karena aku akan syahid dan masuk surga!"
Salat Terakhir
Pertempuran berlangsung hingga petang. Seorang sahbat imam Husain memandang matahari. Ia tahu bahwa telah masuk waktu salat.
Imam Husain meminta pada pasukan Yazid untuk menghentikan pertempuran guna melaksanakan salat.
Al-Husahin bin Numair at tamimi berkata pada imam Husain "Wahai Husain! Allah tidak akan menerima salatmu!"
Habib bin Mazhahir berkata dengan keras, "Wahai kledai! Apakah Allah akan meneriama salatmu dan tidak menerima salat cucu Rosulullah?"
Penutup
Al-Husain sangat marah. Ia memacu kudanya dan menyerang Habib. Habib pun menghadapinya. Habib memukul kepala kuda Al-Husain, yang membuat ia tersungkur ke tanah. Segera beberapa orang dari pasukan Yazid berdatangan untuk menyelamatkan. Dan perang tanding pun terjadi.
Walau pun usianya telah tua, Habib berhasil membunuh lebih dari enam puluh orang pasukan musuh itu. Namun, serangan pedang dan tombak secara serentak dari pasukan musuh telah mengurangi gerak lincah Habib. Seketika salah seorang musuh memukulkan pedang ke kepala Habib, dan seorang lainnya juaga melakukan hal yang sama. Sehingga, Habib pun tersungkur dan syahid. Hidup salah seorang sahabat pemberani ini pun berakhir. Ia telah menghabiskan seluruh hidupnya untuk berjihad demi islam.
Al-Husahin bin Numair tidak puas dengan hanya terbunuhnya Habib. Ia selalu memotong kepala Habib dan mengikatnya di leher kuda. Kemudian ia membawanya berkeliling di sekitar pasukan Yazid, untuk membanggakan tindakan biadabnya itu.
Imam Husain berusaha untuk menyelamatkan Habib, namun terlambat. Beliau mengucurkan air mata , dan berkata dengan sedih, " Kita adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kita akan kembali (inna lillahi wa inna ilaihi raaji'un)."
Imam Husain kembali ke kemah beliau. Beliau merasa sedih kerena kehilangan sahabat terdekat beliau yang paling setia itu.
Dalam hati orang-orang beriman
Saat ini, kaum muslim dari penjuru dunia datang ke Karbala untuk bersiarah kemakam Imam Husain. Dari kejauhan, mereka dapat melihat sebuah kubah emas dan menara yang tinggi.
Ketika seorang muslim masuk kemakam suci yang di penuhi bau harum itu, maka ia akan mendapati sebuah makam yang dekat dengan makam Imam Husain. Makam itu adalah makam Habib bin Mazhahir, pemimpin bani Asad, dan pemimpin orang-orang yang setia.
Penziarah Imam Husain harus mengucapkan salam pada sahabt beliau ini, dengan berkata: "Salam sejahtera atas Habib bin Mazhahir al-Asadi."
"Habib semoga Allah merahmatimu. engkau adalah orang baik. Engkau selesaikan membaca Alquran dalam semalam." (Imam Husain).
Gurun pasir amatlah luas. Langit penuh dengan bintang. Seorang laki-laki tua berumur 75 tahun meninggalkan tendanya. Laki-laki tua itu melompat naik ke punggung kudanya dan pergi.
Lelaki tua itu mendengar lolongan serigala. Ia tidak takut tehadap apa pun. Ia bermaksud berkunjung ke Mudharib (suku bani Asad) yang terletak di sungai Eufrat.
Ketika lelaki tua itu tiba disana, beberapa anjing menyalak padanya. Beberapa laki-laki suku bani Asad duduk dalam tenda yang besar. Mereka saling mendendangkan lagu pada malam hari.
Mereka menyambut lelaki tua tersebut. Mereka pun berdiri menyambutnya. Ia terlihat begitu dihormati, tetapi mereka tidak mengenalnya.
Lelaki tua itu duduk di bawah. Ia memiliki janggut. Janggutnya berwarna putih seputih kapas. Orang-orang suku bani Asad melihat ekspresi wajahnya yang tenang dan janggutnya yang putih.
Aku Adalah Habib
Lelaki tua itu memperkenalkan dirinya pada orang-orang yang ada dalam tenda tersebut," Aku adalah Habib bin Mazhahir. Aku berasal dari suku bani Asad."
Diantara mereka terdapat lelaki yang sudah sangat tua. Ia mengenal betul leluhurnya. Sehingga, ia mengetahui Habib dan berkata," Habib berkata benar. Ia adalah Ibnu Riaab bin al Ashtar bin Fakas bin Tarif bin Qais bin al Harits bin Thalaba bin Dudad bin Asad."
Seorang yang lain menambahkan," Ia adalah sahabat Rasulullah. Ia tinggal di Kufah sejak kekhalifahan Imam Ali. Ia berdiri di pihak Imam Ali pada perang Jamal, Perang Shiffin, dan pertempuran Nahrawan."
Salah seorang dari mereka bertanya pada Habib," Syekh bani Asad, apa yang membawamu kemari? Habib menjawab dengan perlahan," Aku membawakan kalian sesuatu yang baik, yang tidak dibawa oleh seorang pemimpin kepada rakyatnya. "
Mereka mendengarkan Habib dengan penuh perhatian. Lalu ia menambahkan," Al Husain, anak Ali dan Fathimah, ada di dekat sini. Sekelompok orang beriman menjadi pendukungnya. Musuh-musuhnya telah mengepungnya. Mereka ingin membunuhnya. Oleh karena itu, aku datang pada kalian. Aku meminta kalian untuk membelanya melawan musuh-musuhnya, untuk menyelamatkan martabat Rasulullah. Demi Allah! Jika kalian mendukungnya, Allah akan memberikan kalian kemuliaan di dunia dan di akhirat."
Salah seorang laki-laki berdiri. Namanya Abdullah bin Bashir al Asadi. Ia berkata," Semoga Allah membalas usahamu. Kau bawakan pada kami perbuatan terpuji. Aku orang pertama yang akan membela Al Husain melawan musuh-musuhnya.
Kemudian, beberapa dari mereka menyatakan kesanggupannya untuk membela Al Husain, cucu Nabi Muhammad saw., melawan musuh-musuhnya.
Jumlah sukarelawan menjadi sembilan puluh orang. Habib membawa mereka dan memimpin mereka hingga tiba di daerah yang bernama Karbala. Imam Husain, keluarganya, dan orang-orang Mukmin pendukungnya mendirikan kemah di sana.
Adam salah seorang lelaki dari bani Asad yang ternyata seorang pengkhianat. Ia memanfaatkan kegelapan malam dan bergegas memberi tahu Umar bin Sa'ad, pemimpin pasukan Yazid, tentang Habib dan kawan-kawannya.
Pasukan Yazid mengepung kafilah Imam Husain dan menghalang-halangi mereka untuk minum air.
Umar bin Sa'ad membentuk sekelompok pasukan. Terdiri dari lima ratus orang penunggang kuda. Dan Al Azraq yang memimin mereka.
Penunggang kuda itu mencoba menghalangi bani Asad. Al Azraqmeminta mereka untuk kembali, namun mereka menolak. Lalu pertempuran pun terjadi antara keduanya. Beberapa orang bani Asad terbunuh dan beberapa lainnya terluka.
Para suka relawan itu tahu bahwa ada pasukan besar di hadapan mereka. Dan terdapat banyak bala bantuan di belakang pasukan tersebut. Sehingga karena alasan itu, mereka memutuskan untuk kembali.
Ketika para sukarelawan itu tiba di tempat suku mereka, Mudharib, mereka memperingatkan sukunya untuk meninggalkan daerah itu.
Lalu mereka bergegas membongkar kemah mereka dan pindah ke daerah lain di gurun pasir tersebut.
Habib kembali sendirian. Ia sangat sedih. Ia menceritakan pada Imam Husaintentang perbuatan bani Asad. Imam Husain berkata," Tiada kekuatan dan daya upaya kecuali milik Allah!"
Di Karbala
Muawiyah meninggal dunia. Anaknya, Yazid, menggantikannya.
Yazid adalah orang yang jahat. Ia adalah peminum alcohol. Ia adalah pelaku tindak pelanggaran. Ia menghibur dirinya dengan anjing dan monyetnya. Karena itu semua, Imam Husain menolak untuk menghormatinya.
Rakyat di kota-kota kaum Muslim menderita karena keputusan-keputusan zalim Muawiyah. Mereka menginginkan kematiannya untuk menghilangkan perlakuan buruknya. Ketika kaum Muslim tahu bahwa Yazid akan menjadi khalifah, mereka merasa sedih sekali dan penuh dengan kemarahan. Mereka menentang kepemimpinannya karena ia tidak menghargai Islam dan kaum Muslim.
Rakyat Kufah menyukai Imam Ali karena beliau adil dan pemurah. Di samping itu, mereka juga tahu bahwa Imam Husain adalah putra Imam Ali dan Fathimah. Lebih dari itu, mereka pun tahu tabiat baik Al Husain dan perlakuan baiknya terhadap kaum Muslim. Oleh karena itu, mereka terus -menerus mengirim surat dukungan kepada beliau.
Suatu hari di Makkah, Imam Husain menerima utusan kaum Muslim. Dalam surat mereka, kaum Muslim berkata kepada Imam Husain," Datanglah kepada kami! Engkau adalah satu-satunya pemimpin kami!"
Imam Husain memenuhi perintaan kaum Muslim tersebut. Beiau memutuskan untuk melakukan revolusi menentang Yazid bin Muawiyah. Beliau pun membawa keluarga dan para pendukungnya, lalu pergi ke Kufah.
Pengepungan
Ubaidillah bin Ziyad telah mengirim pasukannya, yang terdiri dari seribu orang penunggang kuda. Tujuannya adalah untuk menghalangi rombongan Imam Husain.
Hari itu terasa sangat panas. Pasukan penunggang kuda Ubaidillahkehabisan persediaan air. Imam Husain merasa kasihan kepada mereka, dan memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk memberi mereka air.
Imam Husain mendirikan tenda di dekat sungai Eufrat. Ubaidillah menunjuk Umar bin Sa'ad untuk mengambil alih kepemimpinan pasukannya. Umar bin Sa'ad lalu menguasai tepi sungai Eufrat. Ia mencegah Imam Husain dan sahabat-sahabatnyauntuk meminum air sungai itu.
Umar bin Sa'ad mengirim seorang yang bernama Qurra bin Quais kepada Imam Husain . Ia memerintahkan Qurra untuk bertanya pada Imam Husain alasan beliau datang ke Kufah.
Ketika Qurra menghadap Imam Husain, beliau bertanya pada Habib bin Mazhahir tentang Qurra," Apakah engkau mengenalnya?" Habib menjawab," Ya ,itu Qurra bin Quais. Aku tahu ia mempunyai pemikiran yang baik. Aku tidak berpikir ia akan memerangimu."
Qurra datang dan memberi salam pada Imam. Ia membacakan surat Umar bin Sa'ad kepada beliau. Imam lalu berkata," Rakyat Kufah telah memintaku untuk datang. Jika mereka membenciku, maka aku akan meninggalkan mereka."
Qurra bin Quais terdiam. Ketika ia akan kembali pada Umar bin Sa'ad, Habib berkata padanya," Qurra, celaka engkau! Jangan kembali pda orang-orang zalim itu! Jadilah pendukung Imam Husain!" Qurra menjawab," Aku Akn sampaikan jawaban Imam Husain pada Umar bin Sa'ad. Dan aku akan pertimbangkan kata-katamu."
Saling Memperingatkan
Pada Tanggal 9 Muharram 61 H, di malam hari, Umar bin Sa'ad memulai penyerangannya. Ia maju menuju kemah Imam Husain. Zainab, putrid Imam Ali, mendengar suara musuh. Ia berkata pada saudaranya, Imam Husain," Musuh telah mendekat!"
Imam Husain memerintahkan saudaranya, Al Abbas, untuk bertanya pada mereka. Al Abbas, Habib bin Mazhahir, dan dua puluh orang lainnya melompat ke atas kuda dan memacunya. Al Abbas bertanya tentang tujuan kedatangan mereka. Mereka menjawab," Patuhi Ubaidillah bin Ziyad. Jika tidak, maka kami akan menyerang kalian!"
Al Abbas kembali pada Imam Husain untuk melaporkan hal itu.
Habib tetap tinggal. Ia pun mulai menasehati pasukan Ubaidillah, " Demi Allah, di kemudian hari Allah akan menganggap kalian orang-orang yang jahat! Bagaimana kalian akan bertemu dengan_Nya sementara kalian akan membunuh Imam Husain dan keluarga beliau? Tidakkah kalian tahu bahwa mereka adalah cucu Nabi? Tidakkah kalian tahu bahwa mereka adalah orang-orang yang paling beriman di Kufah? Tidakkah kalian tahu bahwa mereka selalu salat menghadap Allah pada tengah malam dan begitu mengingat Allah?"
Salah seorang musuh yang bernama Uzrah berkata," Habib, kau membagakan dirimu sendiri!"
Zuhair menjawab," Allah telah memuliakan dan membimbingnya. Uzrah, aku nasihatkan padamu, takutlah kepada Allah!"
Salat
Al Abbas kembali pada Imam Husain untuk mengabarkan sikap musuh. Imam berkata padanya," Kembalilah dan ajaklah mereka untuk salat. Kita akan salat malam ini. Kita akan memohon ampunan- Nya. Allah mengetahui bahwa aku mencintai salat, membaca Alquran, dan memohon ampunan."
Al Abbas kembali dan meminta waktu pada mereka. Umar bin Sa'ad berpikir sesaat. Ia berpikir bahwa Imam Husain akan mengubah rencananya. Sehingga ia setujupada permintaan Imam Husain dan berkata," Kami akan memberi kalian kesempatan hingga esok. Jika kalian meyerah, kami akan membawa kalian pada Ubaidillah bin Ziyad. Jika kalian menolak, maka kami tak akan membiarkan kalian pergi."
Imam Husain Siap Bertempur
Imam Husain dan para sahabatnya melakukan salat dan membaca Alquran, sementara malam itu adalah malam terakhir bagi mereka di dunia.
Kemah-kemah ada di sana-sini. Imam Husain berusaha mencegah musuh menyusup di antara mereka. Oleh karena itu, ia memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk saling berdekatan satu sama lain. Beliau juga memerintahkan para sahabatnya untuk menggali parit di belakang kemah-kemah agar dapat bertempurdengan musuh dalam satu arah saja. Imam menemui sahabat-sahabatnya dan berkata," Aku memuji Allah dengan sebaik-baik pujian! Aku bersyukur pada Allah dalam segala keadaan, baik disaat suka maupun duka! Ya Allah, Aku bersyukur kepada-Mu yang telah menjadikan kakekku seorang Nabi dan mengajarkan pada kami Alquran! Aku bersyukur kepada-Mu yang telah mengajarkan pada kami hukum-hukum agama! Aku bersyukur kepada-Mu yang telah memberi kami telinga, mata, dan mati. Aku bersyukur kepada-Mu karena tidak menjadikan kami seorang musyrik.
Lalu Imam menambahkan, "Aku tidak berpikir bahwa ada sahabat-sahabat yang lebih baik dari para sahabatku, ada keluarga yang lebih setia dari keluargaku! Semoga Allah memberikan pahala pada kalian semua. Aku rasa kita akan berhadapan dengan musuh-musuh itu besok! Oleh karena itu, kalian aku izinkan untuk pergi!"
Namun, semuanya menolak dan berkata," Kami akan korbankan nyawa, harta, dan keluarga kami untuk membelamu melawan para musuh itu! Kami akan tetap bersamamu!"
Tawanan Perang
Seorang pemuda mendatangi kemah Imam Husain. Ia mencari ayahnya yang bernama Muhammad bin Bashir al Hadhrami.
Pemuda itu berkata pada ayahnya, " Saudaraku menjadi tawanan perang di Ray.
Ayahnya berkata," Aku akan mendukung Imam Husain apa pun resikonya!" Imam Husain berkata," Aku izinkan engkau pergi dan membebaskan anakmu!" Muhammad bin Bashir menolak dan berkata," Demi Allah, aku tidak akan meninggalkanmu!"
Imam Husain memberinya lima helai pakaian. Masing-masing seharga seribu dinar. Kemudian beliau berkata padanya," Berikan pakaian ini pada anakmu (sebagai tebusan) untuk membebaskan saudaranya."
Para sahabat Imam Husain lebih memilih syahid bersama Imam daripada hidup bersama orang-orang zalim.
Kemah Zainab
Tengah malam, Imam Husain keluar untuk melihat sekitar bukit. Seorang sahabatnya, Nafi bin Hilal al Jamil, melihat dan mengikuti beliau.
Imam bertanya pada sahabatnya itu alasannya mengikiuti beliau.
Sahabat beliau itu berkata,"Wahai putra Rasulullah, aku mencemaskanmu." Imam Husain berkata padanya," Aku keluar untuk melihat-lihat sekitar bukit."
Imam Husain dan sahabat beliau yang setia itu pun kembali ke kemah. Dalam perjalanannya Imam Husain berkata," Dapatkah engkau melewati dua bukit ini dalam kegelapan untuk menyelamatkan dirimu?"
Nafi pun menangis dan berkata,"Tidak, Demi Allah, aku tidak akan meninggalkanmu sendiri! Aku ingin syahid bersamamu!"
Ketika Imam tiba di kemahnya, beliau mendatangi kemah saudara perempuan beliau, Zaenab. Nafi berdiri di luar kemah menunggu Imam. Nafi mendengar Zainab berkata pada saudaranya," Apakah engkau yakin dengan keteguhan hati sahabat-sahabatmu?"
Imam berkata,"Demi Allah, aku telah membuktikannya. Mereka pemberani. Mereka siap mati demi aku."
Ketika Nafi mendengar kata-kata Zainab, ia menitikkan air mata dan pergi ke kemah Habib. Ia menceritakan tentang kata-kata Zainab. Kemudian ia berkata padanya," Sebaiknya kita menemui Zainab untuk menghilangkan kekhawatirannya." Habib berdiri, meninggalkan kemahnya, dan memanggil," Sahabat-sahabatku yang baik!"
Semua keluar dan berdiri mengelilingi Habib. Lalu ia berkata pada mereka," Marilah kita pergi ke kemah Zainab untuk menghilangkan kekhawatirannya."
Mereka pun mengambil pedang mereka dan pergi ke kemah Zainab. Lalu mereka berkata padanya," Demi Allah, kami siap mengorbankan hidup kami untukmu!" Zainab keluar dan berkata pada mereka," Sahabat-sahabat yang baik, belalah cucu Rasulullah dalam melawan musuh-musuhnya." Habib dan teman-temannya menangis. Mereka bertekad untuk bertempur hingga ajal menjemput mereka.
Mimpi
Para sahabat Imam Husain kembali ke kemah masing-masing. Beberapa dari mereka tidur untuk persiapan bertempur esok hari, beberapa lainnya melakukan salat dan membaca Alquran. Al Husain berada di kemah beliau. Imam merasa kelelahan dan tertidur.
Saat itu menjelang subuh. Imam Husain bermimpi bahwa beliau melihat anjing-anjing menyerang belaiu. Salah satu anjing itu, yang berbintik-bintik, menggigit leher beliau. Al Husain terbangun dan berkata," kita adalah milik Allah dan kita akan kembali kepada-Nya!"
Asyura
Subuh, 10 Muharram 61 H, Imam Husain dan para sahabatnya menunaikan salat. Beliau mempersiapkan para sahabatnya untuk bertempur. Imam membagi mereka dalam tiga kelompok kecil: Zuhair bin al Qain memimpin sayap kanan, Habib bin Mazhahir memimpin sayap kiri, dan Al Abbas (saudara Imam Husain) memimpin di bagian tengah.
Imam Husain menunggang unta betinanya dan berdiri di depan pasukan Yazid. Imam memberikan Khotbah dan menasehati mereka. Beliau mengingatkan mereka akan tindakan jahat mereka. Namun, seluruh upaya Imam Husain sia-sia. Setan telah menyesatkan pasukan Yazid. Sehingga mereka melupakan Allah.
Pertempuran
Pasukan Yazid mulai menyerang kemah Imam Husain. Mereka menghujani kemah Imam dengan panah. Imam Husain berkata pada para sahabatnya,"Sahabatku, bersiaplah untuk syahid!"
Kedua pasukan itu tidak seimbang. Pasukan Imam Husain berjumlah 70 orang, sedangkan pasukan Yazid berjumlah 30 ribu orang.
Kedua kelompok itu terlebih dahulu melakukan perang tanding satu lawan satu. Babak itu segera berakhir, dan para sahabat Imam kembali ke tempat mereka masing-masing.
Lalu pasukan Yazid melancarkan serangan biadab atas para sahabat Imam Husain.
Para sahabat Imam Husain membalas serangan itu dengan gagah berani. Beberapa di antara mereka jatuh ke tanah dan syahid demi cucu Rasulullah saw.
Muslim yang Syahid
Amr bin al Hajjaj memulai serangan. Para sahabat Imam Husain menghadapi serangan itu dan bertempur dengan gagah berani.
Muslim bin Ausajah, salah seorang sahabat Imam, bertempur dengan semangat. Hingga kemudian ia terluka parah dan jatuh tersungkur ke tanah.
Imam Husain melihat Muslim terbaring di tanah. Beliau dan Habib menyerang pasukan Yazid. Mereka berusaha menyelamatkan Muslim. Musim telah mendekati ajalnya.
Imam Husain berkata dengan sedih,"Muslim, semoga Allah memberikan rahmat-Nya padamu. Aku memberikan kabar gembira padamu tentang surga."
Muslim menjawab dengan perlahan,"Semoga Allah memberimu kabar gembira!"
Habib berkata," Aku berharap engkau berwasiat kepadaku."
Muslim memandang Habib. Kemudian ia memandang Imam Husain dan berkata,"Habib, aku memintamu untuk syahid demi Al Husain!"
Habib menjawab denga penuh semangat,'Demi Allah Pemilik Ka'bah, aku akan melakukannya!"
Kebahagiaan
Hari itu hati Habib dipenuhi kebahagiaan. Ia selalu tersenyum. Seorang sahabat Habib heran dan bertanya padanya. "Mengapa engkau begitu bahagia?"
Habib menjawab, "Aku bahagia, karena aku akan syahid dan masuk surga!"
Salat Terakhir
Pertempuran berlangsung hingga petang. Seorang sahbat imam Husain memandang matahari. Ia tahu bahwa telah masuk waktu salat.
Imam Husain meminta pada pasukan Yazid untuk menghentikan pertempuran guna melaksanakan salat.
Al-Husahin bin Numair at tamimi berkata pada imam Husain "Wahai Husain! Allah tidak akan menerima salatmu!"
Habib bin Mazhahir berkata dengan keras, "Wahai kledai! Apakah Allah akan meneriama salatmu dan tidak menerima salat cucu Rosulullah?"
Penutup
Al-Husain sangat marah. Ia memacu kudanya dan menyerang Habib. Habib pun menghadapinya. Habib memukul kepala kuda Al-Husain, yang membuat ia tersungkur ke tanah. Segera beberapa orang dari pasukan Yazid berdatangan untuk menyelamatkan. Dan perang tanding pun terjadi.
Walau pun usianya telah tua, Habib berhasil membunuh lebih dari enam puluh orang pasukan musuh itu. Namun, serangan pedang dan tombak secara serentak dari pasukan musuh telah mengurangi gerak lincah Habib. Seketika salah seorang musuh memukulkan pedang ke kepala Habib, dan seorang lainnya juaga melakukan hal yang sama. Sehingga, Habib pun tersungkur dan syahid. Hidup salah seorang sahabat pemberani ini pun berakhir. Ia telah menghabiskan seluruh hidupnya untuk berjihad demi islam.
Al-Husahin bin Numair tidak puas dengan hanya terbunuhnya Habib. Ia selalu memotong kepala Habib dan mengikatnya di leher kuda. Kemudian ia membawanya berkeliling di sekitar pasukan Yazid, untuk membanggakan tindakan biadabnya itu.
Imam Husain berusaha untuk menyelamatkan Habib, namun terlambat. Beliau mengucurkan air mata , dan berkata dengan sedih, " Kita adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kita akan kembali (inna lillahi wa inna ilaihi raaji'un)."
Imam Husain kembali ke kemah beliau. Beliau merasa sedih kerena kehilangan sahabat terdekat beliau yang paling setia itu.
Dalam hati orang-orang beriman
Saat ini, kaum muslim dari penjuru dunia datang ke Karbala untuk bersiarah kemakam Imam Husain. Dari kejauhan, mereka dapat melihat sebuah kubah emas dan menara yang tinggi.
Ketika seorang muslim masuk kemakam suci yang di penuhi bau harum itu, maka ia akan mendapati sebuah makam yang dekat dengan makam Imam Husain. Makam itu adalah makam Habib bin Mazhahir, pemimpin bani Asad, dan pemimpin orang-orang yang setia.
Penziarah Imam Husain harus mengucapkan salam pada sahabt beliau ini, dengan berkata: "Salam sejahtera atas Habib bin Mazhahir al-Asadi."
"Habib semoga Allah merahmatimu. engkau adalah orang baik. Engkau selesaikan membaca Alquran dalam semalam." (Imam Husain).
7. AMMAR BIN YASIR AMMAR BIN YASIR
Rakyat Makkah hidup dalam kebodohan dan kegelapan. Yang kuat menyiksa yang lemah dan melanggar hak-hak mereka. Tak seorang pun mendukung mereka yang lemah.
Pemimpin-pemimpin Quraisy adalah pedagang. Setiap tahun, mereka mengadakan dua kali perjalanan dagang.
Di musim panas, kafilah mereka pergi ke Syam. Dan di musim dingin, mereka pergi ke Yaman.
Rakyat di Makkah terdiri dari dua kelas, yaitu kelas orang-orang kaya dan kelas orang-orang miskin. Kaum kaya selalu menyiksa kaum miskin. Beberapa orang miskin pun menjadi budak. Mereka tak memiliki apa pun, bahkan tidak juga kemerdekaan mereka.
Nabi Muhammad saw. hidup pada masa itu. Beliau sering pergi ke Bukit Hira. Di sana beliau memikirkan kaumnya. Beliau merasa sedih karena mereka menyembah berhala.
Nabi Muhammad saw. telah berumur empat puluh tahun. Suatu hari, Malaikat Jibril turun dari langit. Ia membawa wahyu kepada Nabi Muhammad saw.tentang Islam.
Nabi Muhammad saw. turun dari gunung. Beliau membawa misi Islam. Beliau bermaksud untuk menyebarluaskannya di antara umat manusia agar dapat hidup dengan damai.
Orang-orang miskindan teraniaya mendengarkan misi Islam tersebut. Mereka mempercayainya. Sehingga, hati mereka dipenuhi dengan kecintaan kpada Islam.
Para pedagang dan orang-orang kaya Quraisy mendengarkan tentang Islam. Namun, dengan kedengkian, mereka menentang Nabi Muhammad saw. Pada saat yang sama, mereka bersekongkol untuk melawan Islam dan kaum Muslim.
Abu Jahal adalah seorang musyrik yang paling mendengki. Ia sering menganiaya Nabi Muhammad saw.
Rumah al Arqam
Nabi Muhammad saw. bertemu dengan kaum Muslim secara sembunyi-sembunyi di rumah Al Arqam. Beliau ingin merahasiakan agama beliau agar Abu Jahal, Abu Sufyan, dan orang-orang musyrik lainnya tidak menyakitikaum Muslim.
Suatu hari, Ammar bin Yasir datang dan melihat seorang lelaki berdiri di depan pintu. Laki-laki itu bernama suhaib. Ammar bertanya padanya," Wahai Suhaib, apa yang engkau lakukan di sini?" Suhaib menjawab,"Aku datang untuk mendengarkan kata-kata Muhammad. Dan apaa yang engkau lakukan di sini?" Ammar menjawab," Aku ke sini untuk mendengarkan kata-kata Muhammad juga."
Kemudian Ammar dan Suhaib masuk ke rumah Al Arqam. Mereka dengan khusyuk mulai mendengarkan firman-firman Allah. Hati Ammar penuh dengan iman seperti sungai-sungai yang dipenuhi air hujan.
Ketika Ammar dan Suhaib hendak meninggalkan rumah Al Arqam, Nabi Muhammad saw. berkata pda mereka,"Tinggallah di sini dulu hingga malam."
Rasulullah saw. khawatir kaum Quraisy akan menyakiti mereka. Ammar menunggu hingga hari telah gelap. Kemudian ia meninggalkan rumah Al Arqam dan bergegas menuju ke rumahnya. Ibu dan ayahnya sedang menunggunya dengan khawatir.
Ketika Ammar masuk, seluruh isi rumahnya yang sederhana itu dipenuhi kebahagiaan. Ia mulai menyampaikan pada orang tuanya tentang Islam, agama Allah.
Keluarga Yasir
Ammar berasal dari suatu suku di Yaman, tetapi bagaimana ia datang ke Makkah?
Yasir (ayah Ammar) dan kedua saudara laki-lakinya, Al Harits dan Malik, mencari ke sana ke mari saudara laki-laki mereka lainnya yang hilang.
Namun mereka tidak menemukannya. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk mencarinya ke Makkah. Namun, mereka tidak dapat menemukannya juga.
Al Harits dan Malik kembali ke Yaman, tetapi Yasir memutuskan untuk tetap tinggal di Makkah, hidup di dekat rumah suci Allah (Ka'bah).
Yasir bergabung dengan suku bani Makhzum. Kemudian ia menjadi salah seorang anggotanya. Ia menikah dengan seorang budak wanita, yang bernama Sumayya.
Hari-hari berlalu, Sumayya pun melahirkan seorang bayi laki-laki. Dan sang suami memberinya nama Ammar.
Ammar
Ammar lahir empat tahun sebelum Tahun Gaja. Sedangkan Nabi Muhammad saw.lahir pada Tahun Gaja.
Ketika Ammar masih sebagai seorang pemuda, ia berteman dengan Nabi Muhammad saw., sehingga ia pun menjadi sahabat beliau saw.
Ammar mencintai Nabi Muhammad saw. karena perilaku beliau yang baik.
Ammar berusia 29 tahun. Sementara Nabi Muhammad saw. berusia 25 tahun.
Suatu hari, Ammar sedang berjalan dengan Nabi Muhammad saw. di antara Bukit Shafa dan Marwah. Tiba-tiba, Halah, saudara perempuan Khadijah bin Khuwailid, datang.
Halah mendekati Ammar dan berkata padanya," Mintalah Muhammad untuk menikahi saudaraku,Khadijah."
Nabi Muhammad saw. menerima Khadijah. Kemudian pernikahan yang diberkahi itu terjadi.
Ketika Allah SWT menunjuk Nabi Muhammad saw. menjadi nabi; Ammar, Yasir (ayahnya), Sumayya (ibunya), mengimani beliau saw.
Pembalasan Dendam
Abu Jahal mendengar Ammar menjadi seorang Muslim. Sehingga ia menjadi amat marah.
Abu Jahal lalu memimpin sekelompok orang musyrik dan pergi ke rumah Yasir. Obor-obor telah siap di tangan mereka. Mereka kemudian membakar rumah Ammar, serta membawa Yasir, Ammar, dan Sumayya ke sebuah gurun di luar Makkah.
Mereka mengikat dan menyiksa mereka. Terlebih dahulu mereka dicambuk hingga darah pun mengucurdari tubuh mereka. Kemudian mereka mengambil obordan mulai membakar tubuh mereka. Namun, keluarga kecil ini tetap teguhpada keyakinan mereka.
Abu Jahal lalu mengambil batu-batu besar dan meletakkannya ke dada mereka. Sehingga mereka sulit untuk bernapas. Namun, mereka tetap teguh dengan keimanan mereka.
Hari telah siang. Panas begitu menyengat. Abu Jahal dan kaum musyrik itu pun kembali ke Makkah. Mereka meninggalkan keluarga Yasir di tengah teriknya matahari.
Pada saat itu, Nabi Muhammad saw. melewat keluarga tersebut. Ketika beliau melihat mereka, beloiau menangis dan berkata," Wahai keluarga Yasir, bersabarlah! Ganjaran bagi kalian adalah surga!" Sumayya berkata dengan penuh keyakinan," Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah dan janjimu adalah benar!"
Penjahat-penjahat itu kembali. Abu JAhal memimpin mereka. Ada sebuah tombak di tangannya. Ia mulai menyiksa mereka dengan kejam.
Ammar,Yasir, dan Sumayya pun tak sadarkan diri. Sehingga, para penjahat itu menyiram mereka dengan air.Ketika mereka sadar kembali, Abu Jahal berteriak dengan keras kepada Sumayya," Pujilah Tuhan-tuhan kami, dan cacilah Muhammad!"
Sumayya pun meludahi wajah Abu Jahal dan berkata," Betapa buruknya engkau dan tuhan-tuhanmu!"
Abu Jahal marah. Ia lalu mengangkat tombaknya tinggi-tinggi dan dihunjamkan ke perut Sumayya. Dan kemudian ia menikam tubuh Sumayya hingga meninggal.
Dengan demikian, Sumayya telah menjadi syahid pertama dalam sejarah Islam.
Kemudian Abu Jahal mulai menendangi perut Yasir dengan biadab hingga meninggal. Ammar melihat apa yang telah terjadi pada kedua orang tuanya. Sehingga ia pun menangis. Kemudian Abu Jahal berteriak dengan marah," Jika engkau tidak memuji Tuhan-tuhan kami, aku akan membunuhmu!"
Ammar tak tahan lagi dengan siksaan biadab itu. Sehingga, dengan terpaksa ia berkata," Hubal yang agung!"
Ammar terpaksa memuji berhala mereka untuk menyelamatkan dirinya dari siksaan keji itu. Sehingga, mereka pun melepaskannya dan meninggalkannya.
Keimanan dalam Hati
Ammar lalu pergi dan menangis di hadapan Nabi Muhammad saw. Ia bukan menangis karena kesahidan kedua orang tuanya atau pun karena siksaan yang telah ia derita, ia menangis karena ia telah memuji berhala-berhala orang-orang musyrik itu.
Rasullah saw. menghibur Ammar dengan mengatakan bahwa kedua orang tuanya telah menjadi syuhada. Ammar pun menangis. Kemudian ia berkata," Ya Rasulullah, kaum musyrik itu tidak akan melepaskan aku hingga mereka berhasil memaksaku untuk memuji berhala-berhala mereka!"
Nabi Muhammad saw. berkata dengan lembut," Wahai Ammar, bagaimana dengan hatimu?"
Ammar menjawab," Ya Rasulullah, hatiku penuh dengan keimanan.
Nabi Muhammad saw. berkata," Jangan bersedih! Allah telah meurunkan ayat yang berkenaan denganmu, "Tidak ia yang telah terpaksa sementara hatinya tetap dalam keimanan.'"
Hijrah
Kondisi kaum Muslim di Makkah menjadi kritis. Sehingga, Nabi Muhammad saw. memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke Yatsrib (Madinah). Dan Ammar adalah salah seorang yang ikut berhijrah karena Allah.
Ketika NAbi saw. sampai ke tempat hijrah, kebahagiaan meliputi seluruh Madinah. Dan kaum Muhajirin hidup dengan damai bersama saudara-saudara mereka (kaum Anshar) di sana.
Terlebih dahulu Rasulullah saw. berpikir untuk membangun masjid agar kaum Muslimdapat beribadah kepada Allah. Hal itu sekaligus akan menjadi symbol kekuatan kaum Muslim dan benteng bagi mereka.
Dengan bersemangat, kaum Muslim mulai membangun masjid.
Beberapa orang membawa pasir, yang lainnya membuat batu bata, dan yang lainnya lagi membawa batu bata keringuntuk membuat tembok.
Nabi Muhammad saw. bekerja bersama-sama dengan para sahabat beliau. Sementara Ammar, meskipun bermandikan debu, tetap bekerja dengan giat.
Setiap orang membawa sebuah batu bata. Tetapi Ammar membawa dua batu bata. Karena itu, Nabi Muhammad saw. berkata padanya," Mereka (kaum Muslim yang lain) akan mendapat satu pahala, sedangkan engkau akan mendapatkan dua pahala."
Untuk menyemangati kaum Muslim yang lain, Ammar mengulang kata-kata berikut:" Mereka yang membangun mesjid tidaklah sama dengan mereka yang menghindari debu."
Beberapa sahabat ada yang menghindari debu, tidak mau kerja keras. Mereka merasa tidak senang dengan kata-kata Ammar. Utsman mendatangi Ammar dan dengan nada mengancam ia berkata,"Aku akan memukul hidungmu dengan tongkat ini!" Ammar memandang Utsman, tapi ia tidak mengatakan apa-apa.
Nabi Muhammad saw. mendengar ancaman Utsman. Beliau merasa sedih. Kemudoian beliau mendatangi Ammar dan berkata," Engkau adalah kekasihku!"
Nabi Muhammad saw. mengusap debu dari wajah Ammar. Oleh karena itu, hati sahabat besar ini dipenuhi dengan kecintaan pada Nabi saw.
Jihad
Hari demi hari dan bulan demi bulan telah berlalu. Allah SWT ingin menghukum orang yang telah menganiaya kaum Muslim di Makkah dan merampok harta mereka.
Perang Badar pun dimulai. Ammar adalah salah seorang pejuang yang telah merintangi kafilah kaum Quraisy yang datang dari Syam. Kaum Muslim mendengar bahwa kaum musyrik telah membentuk sebuah pasukan. Abu Jahal memimpin pasukan tersebut, dan bergerak menuju Madinah.
Nabi saw. meminta saran dari para sahabatnya. Akhirnya, beliau saw. mengambil keputusan untuk menghadapi orang-orang musyrik itu.Nabi Muhammad saw. mengirim Ammar bin Yasir dan Abdullah bin Mas'ud untuk mencari informasi tentang pasukan kaum musyrik.
Ammar adalah seorang pemberani. Sehingga ia pun mendekati kafilah kaum musyrik dan berkeliling di sekitar kemah mereka untuk mencari informasi.
Ammar dan temannya kembali kepada Nabi Muhammad saw. Ammar berkata," Pasukan itu khawatir. Kuda-kuda mereka meringkik.Tetapi pemiliknya memukul wajah kuda itu. Dan hujan pun turun dengan lebat. Oleh karena itu, mereka tak dapat bergerak dengan mudah. Secara umum, dari pembicaraan mereka, kaum Musyrik berada dalam semangat yang rendah."
Pagi harinya, 17 Ramadhan 2 H, Perang Badar- pertempuran pertama dalam Islam- dimulai. Dalam pertempuran itu, Allah memberikan kaum Mukmin kemenangan atas kaum musyrik.
Ammar bertempur dengan semangat. Ketika kaum musyrik melarikan diri, Ammar melihat Abu Jahal. Sehingga ia teringat hari di mana Abu Jahal menyakiti kaum Muslim dan menyiksa orang tuanya. Sekarang pedang-pedang orang-orang tertindas akan membalas mereka yang zalim. Ammar menatap ke langit dan besyukur pada Allah SWT atas kemenangannya.
Ammar Bersama dengan Kebenaran
Ammar telah berumur tujuh puluh tahun. Meskipun demikian, ia lebih bersemangat dari pada kaum muda untuk berjuang di jalan Allah. Ammar begitu beriman kepada Allah. Ia mencintai Nabi Muhammad saw. Nabi saw. juga mencintai teman lama beliau itu, Ammar. Beliau saw. juga memujinya dalam beberapa kesempatan:
"Ammar bersama kebenaran, dan kebenaran bersama Ammar. kebenaran selalu bersamanya."
"Ammar penuh dengan keimanan."
"Semoga Allah merahmatimu wahai Ammar. Orang-orang zalim akan membunuhmu. Makanan terakhirmu di dunia ini adalah secangkir yoghurt (susu asam)."
Hari-hari, bulan-bulan, dan tahun-tahun telah berlalu. Ammar selalu bersama dengan Nabi Muhammad saw.. Ia selalu berjuang di jalan Allah melawan musuh-musuh Islam dan umat manusia.
Nabi Muhammad saw. Wafat
Pada tahun 11 H, Nabi Muhammad saw. wafat. Pada saat itu, seluruh kaum Muslim bersedih, Ammar menangisi teman lamanya itu, Rasulullah saw. Ia teringat hari-hari masa mudanya di Makkah dan hari-hari ketika berjihad.
Ammar tetap setia pada keislamannya. Ia selalu berjuang demi agama dan menyerukan kebenaran. Ia tidak takut pada siapa pun kecuali kepada Allah.
Ammar mencintai Imam Ali bin Abi Thalib karena ia mendengar Nabi Muhammad saw. selalu bersabda:
"Wahai Ali, tak ada yang mencintaimu kecuali seorang Mukmin, dan tak ada yang membencimu kecuali seorang munafik."
"Wahai Ali, kedudukanmu di sisiku sebagaimana kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tak ada nabi setelahku."
Pada haji perpisahan (Haji Wada' ), Ammar melihat Nabi Muhammad saw. meraih tangan Ali dan mengangkatnya tinggi-tinggi, dan beliau saw. bersabda:
"Siapa saja yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya, maka inilah Ali pemimpinnya. Ya Allah, tolonglah siapa saja yang menolong Ali, dan musuhilah siapa saja yang memusuhi Ali. Dukunglah siapa saja yang mendukung Ali, dan tinggalkanlah siapa saja yang meninggalkan Ali."
Karena itulah, Ammar berpikir bahwa Imam Ali bin Abi Thalibakan menjadi Khalifah sepeninggal Nabi Muhammad saw. Namun , Abu Bakar justru menjadikan dirinya sebagai khalifah setelah Nabi saw., dengan mengambil hak kepemimpinan Imam Ali. Sebagian sahabat menentang kekhalifahan Abu Bakar, termasuk Ammar. Ia berdiri di pihak Imam Ali bin Abi Thalib dan Fathimah az Zahra, putri Nabi Muhammad saw.
Setelah enam bulan wafatnya Nabi saw., Fathimah az Zahra, pemimpin wanita sedunia, meninggal dunia. Imam Ali dengan sangat terpaksa menerima Abu Bakar sebagai khalifah. Kemudian Ammar, demi mematuhi Imam Ali, terpaksa melakukan hal yang sama.
Jihad
Ammar mencurahkan seluruh hidupnya untuk berjihad. Ia mengambil bagian dalam perjuangankaum Muslimuntuk menaklukan daerah lain. Ia juga bertempur dengan gagah berani melawan kaum murtad (orang-orang yang keluar dari Islam) di Yaman.
Ketika Umar bin Khaththab menjadi khalifah setelah Abu Bakar, ia menunjuk Ammar menjadi gubernur di Kufah.
Di sana, Ammar memperlakukan rakyat sesuai dengan hukum-hukum Allah. Dan rakyat merasa senang dengan keadilan, kemurahan, dan perlakuan rendah hati.
Syura (Dewan Penasihat)
Pada tahun 23 H, Umar bin Khaththab menjadi target pembunuhan. Beberapa Muslim datang pada Umar dan memintanya untuk menunjuk seorang khalifah sepeninggalnya.
Umar memutuskan bahwa kekhalifahan harus dirundingkan. Sehingga, ia memilih enam orang. Mereka adalah Imam Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Thalhah, Zubair, Abdurrahman bin Auf, dan Sa'ad bin Abi Waqqas.
Umar memerintahkan orang-orang tersebutuntuk mengadakan pertemuan di salah satu rumah mereka untuk menunjuk seorang khalifah dari mereka dalam waktu tiga hari.
Ammar berharap bahwa yang akan terpilih nanti adalah Imam Ali, karena jihadnya, hubungan darahnya dengan Nabi Muhammad saw., pengetahuannya, kebaikannya yang telah terkenal, dan keutamaannya dalam Islam.
Satu hari berlalu. Hari kedua pun berlalu. Tapi tidak ada hasil. Adam persaingan serius antara Imam Ali binAbi Thalib dan Utsman bin Affanuntuk menjadi Khalifah.
Beberapa sahabat seperti Miqdad, Ammar bin Yasir, Al Abbas, dan lainnya berkumpul di dekat rumah itu. Mereka berharap bahwa Imam Ali yang akan terpilih.
Sementara itu, bani Umayyah juga berkumpul di dekat rumah itu. Mereka berharap bahwa Utsman bin Affan yang akan terpilih.
Lalu, agar Abdurrahman bin Auf mendengar, Ammar beseru,"Jika engkau ingin melihat kaum Muslimmencapai mufakat, maka tunjuklah Ali." Untuk mendukung Ammar, Miqdad berkata," Ammar berkata benar. Jika engkau memilih Ali, kami akan mendengar dan mematuhinya."
Namun, Abdurrahman berambisi untuk menjadi Khalifah. Sehingga ia menolak untuk menunjuk Imam Ali, karena Imam Ali tidak mau mendukungnya menjadi Khalifah selanjutnya.
Maka Abdurrahman menunjuk Utsman sebagai Khalifah, karena Utsmanakan menjadikan Abdurrahman khalifah setelah kematiannya. Dengan demikian, Utsman pun menjadi khalifah yang ketiga.
Imam Ali keluar setelah berkata pada Abdurrahman. "Ini bukan pertama kalinya kalian saling mendukung untuk menentang kami! Tetapi, sabar adalah baik, dan Dialah Allah yang pertolongan-Nyadiharapkan untuk menentang apa yang kalian gambarkan. Demi Allah, engkau telah menunjuk Utsman sebagai khalifah, untuk mendukungmu menjadi khalifah (selanjutnya).
Ammar sangat sedih melihat kelakuan sebagian umat Islam kepada keluarga Nabi saw.. Mereka (keluarga Nabi saw.) lebih berhak atas kekhalifahan daripada orang lain, karena Allah telah menjauhkan kekotoran dari mereka dan telah mensucikan mereka sesuci-sucinya.
Penyimpangan
Enam tahun telah lewat pada masa kekhalifahan Utsman. Berangsur-angsur Utsman menyimpang dari Islam. Utsman menunjuk sanak saudaranya menjadi penguasa di seluruh negeri. Mereka jahat dan zalim.
Misalnya, Utsman menunjuk Walid bin Uthbah, saudara sepupunya, menjadi Gubernur di Kufah. Walid adalah seorang peminum khamar (minuman keras), dan sering pergi ke masjid dalam keadaan mabuk.
Utsman menjadikan Marwan bin Hakam menjadi penguasa dalam pemerintahan kaum Muslim. Ia diberi wewenang untuk menunjuk penguasa-penguasa dan memecat mereka. Ia telah memcat sahabat besar, Salman al Farisi, dari kedudukannya sebagai Gubernur Madain, dan menunjuk salah seorang kerabatnya menjadi penguasa di sana.
Utsman juga memecat Sa'ad bin Abi Waqqas dari kedudukannya sebagai Gubernur Kufah dan menunjuk Walid bin Akabah sebagai penggantinya.
Utsman membagikan uang baitulmal (perbendaharaan harta Negara Islam) untuk sanak keluarganya dari bani Umayyah, dan membiarkan fakir miskin hidup dalam kesengsaraan.
Kata-kata Kebenaran
Dalam baitulmal ada sejumlah perhiasan. Utsman membagi-bagikannya kepada anak-anak dan istri-istrinya. Kaum Muslim menjadi marah. Mereka mulai membicarakan kelakuan Utsman yang buruk itu.
Utsman terus-menerus melakukan korupsi. Suatu hari, ia naik ke atas mimbardan berseru," Kami akan mengambil apa pun yang kami butuhkan dari baitulmal meskipun itu adalah milik seluruh rakyat."
Imam Ali bin Abi Thalib menjadi sedih ketika mendengar kata-kata Utsman itu. Ammar bin Yasir yang telah berumur sembilan puluh tahun berdiri dan berkata-dengan kata-kat kebenaran," Demi Allah, akulah orang pertama yang akan mencegahmu melakukan hal tersebut!" Utsman menjadi jengkel dan berkata," Wahai Ibnu Yasir, alangkah beraninya engkau berbicara seperti itu di hadapanku!"
Utsman lalu memerintahkan pengawalnya untuk menangkap Ammar. Pengawal-pengawal itu tidak menghargai Ammar, baik sebagai seorang tua maupun sebagai sahabat Rasulullah saw. Mereka menyeretnya ke dalam ruangan Utsman. Mereka merantai tangan dan kakinya.
Kemudian Utsman datang dan mulai memukuli Ammar di bagian perutnya hingga ia tak sadarkan diri. Beberapa Muslim datang dan membawa Ammar ke rumah Ummu Salamah, istri Nabi Muhammad saw. Ammar masih tak sadarkan diri. Sehingga, ia tak dapat melakukan salat di waktu pagi, siang, dan malam hari. Ketika ia siuman, ia segera mengerjakan salat-salat yang tertinggal tersebut.
Ammar teringat hari-hari penuh penyiksaan di Makkah. Dulu ia dapat menahan sakit akibat siksaan Utsman, karena ia masih muda. Tetapi sekarang ia tidak sanggup lagi menahan siksaan Utsman, karena ia telah lanjut usia.
Ummu Salamah merasa sedih melihat Ammar dalam kondisi yang buruk. Namun Ammar masih sempat berkata," Ini bukan pertama kalinya kami menderita siksaan demi Allah."
Utsman Membuang Abu Dzar
Utsman membuang Abu Dzar ke Rabadzah, sebuah gurun tandus, tak seorang pun mendiaminya karena beriklim buruk.
Di samping itu, Utsman mencegah kaum Muslim untuk mengunjungi Abu Dzar. Namun demikian, beberapa sahabat Nabi Muhammad saw tetap pergi untuk mengunjungi sahabat besar itu.
Imam Ali bin Abi Thalib dan cucu Nabi Muhammad saw., Al Hasan dan Al Husain, serta Ammar pergi mengunjungi Abu Dzar. Kemudian Imam Ali berkata," Semoga Allah menghinakan orang-orang yang mengganggumu. Dan semoga Allah tidak menyelamatkan orang yang tidak menyenangkan hatimu. Demi Allah, Jika engkau menginginkan dunia mereka, mereka akan menyelamatkanmu. Dan bila engkau senang dengan tindakan mereka, mereka akan mencintaimu."
Abu Dzar, istrinya, dan anaknya pergi ke Rabadzah. Ia pun teringat pada sabda Nabi Muhammad saw.:" Wahai Abu Dzar, engkau akan hidup sendiri, dan akan mati sendiri."
Pemberontakan
Kaum Muslim bertambah marah karena kelakuan Utsman dan para pejabatnya. Sahabat-sahabat Nabi saw. yang berda di Madinah menulis surat kepada rakyat di mana saja, sebagai berikut:"Jika kalian ingin berjihad, maka datanglah. Karena khalifah kalian telah menyimpangkan agama Muhammad."
Karena itulah, utusan dari Kufah, Mesir, Basrah, dan lainnya datang ke Madinah dan menghadap khalifah Utsman untuk memintanya mengubah kebijakan burunya. Tetapi ia malah mengusir mereka. Sehingga mereka pergi ke Imam Ali bin Abi Thalib, sepupu Nabi Muhammad saw. dan penerus kepemimpinan beliau saw.
Imam Ali berharap agar Utsman mau kembali pada hukum-hukum Islam. Oleh karena itu, beliau pergi untuk menasihatinya," Jangan engkau menjadi alat bagi tangan Marwan. Jangan biarkan ia memerintahmu sesuka hatinya. Jangan lupakan kedudukanmu yang berkaitan dengan Rasulullah."
Utsman setuju mengumumkan penyesalannya di hadapan rakyat. Maka, ia pun keluar dan meminta maaf pada rakyat atas kelakuannya yang buruk. Di samping itu, ia juga berjanji pada mereka untuk mengikuti hukum-hukum ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. Tetapi, Marwan yang licik berkata padanya," Janganlah lemah di hadapan rakyat. Ancam mereka!"
Nailah, istri Utsman, tahu bahwa Marwan adalah seorang yang jahat. Karena itu, ia berkata pada suaminya," Dengarkan kata Ali, karena rakyat mencintai dan mematuhinya. Jangan dengarkan Marwan, karena rakyat membencinya."
Imam Ali
Kaum Muslim berbondong-bondong menuju rumah Imam Ali. Mereka meminta beliau untuk menjadi khalifah. Imam menolaknya dan berkata," Cari orang lain saja."
Tetapi rakyat sadar bahwa tidak ada lagi yang lebih tepat dari Imam Ali untuk menjadi khalifah. Oleh karena itu, mereka mendesakkan sikap mereka itu. Dan akhirnya, Imam Ali setuju untuk menanggung tanggungjawab ini di bahu beliau.
Keadilan
Kaum Muslim memberontak demi keadilan. Mereka marah pada para penindas. Imam Ali adalah symbol keadilan.
Imam Ali tidak membuat sedih kaum Muslim. Pada hari pertama kekhalifahan, beliau memecat semua gubernur jahat yang telah ditunjuk oleh Utsman. Kemudian beliau menunjuk para gubernur yang baik.
Imam memecat Muawiyah dari Syam. Tetapi Muawiyah telah berencana terlebih dahulu untuk menguasai Syam. Kemudian ia berencana untuk menguasai tanah-tanah milik kaum Muslim secara keseluruhan. Sehingga, ia memberontak dengan alasan akan menuntut balas pada para pembunuh Utsman. Sehingga, terjadilah Perang Shiffain di perbatasan Suriah dan Irak.
Pasukan Imam Ali mencakup sejumlah sahabat Rasulullah saw.: Ammar bin Yasir, Malik al Asytar, Abdullah bin Abbas, dan lainnya.
Pasukan Muawiyah mencakup musuh-musuh Islam, seperti Marwan bin Hakam, Amr bin Ash, Ibnu Abi Mayad, dan mereka yang membelot dari keadilan Imam Ali ke dunia busuk Muawiyah.
Kelompok Orang Zalim Akan Membunuhmu
Kaum Muslim yang ada di kedua pasukan itu selalu mengulang-ulang sabda Nabi Muhammad saw.:" Wahai Ammar, kelompok orang zalim akan membunuhmu."
Ammar berada dalam pasukan Imam Ali. Ia telah berumur lebih dari sembilan puluh tahun. Meskipun demikian, ia tetap bertempur dengan berani sebagaimana para pemuda Mukmin.
Ia memandang langit dan berkata,"Ya Allah, jika aku tahu bahwa yang membuat-Mu ridha adalah terlemparnya aku ke sungai Eufrat, maka aku akn lakukan! Ya Allah, aku tahu bahwa engkau akan ridha melihatku berjuang melawan orang-orang sesat itu!"
Ammar bersama kebenaran, dan kebenaran selalu bersamanya. Sehingga ia berkata," Demi Allah, jika mereka (pasukan Muawiyah) mengalahkan kita dan memburu kita hingga ke pohon Hajar, maka aku akan berkata bahwa kami adalah benar dan mereka salah."
Ketika pertempuran berkobar, Ammar menyeru pasukannya," Siapa yang menginginkan keridhaan Allah?!"
Ammar segera memimpin pasukannya menuju musuh. Walaupun Ammar saat itu sedang berpuasa, ia bertempur dengan semangat yang tinggi.
Di tengah-tengah pertempuran, Ammar memandang Amr bin Ash dan berkata padanya," Wahai Amr, terkutuklah engkau! Engkau telah menjual agamamu demi Mesir!"
Muawiyah berjanji akan menjadikan Amr penguasa Mesir jika ia mendukungnya. Amr bin Ash berkata bohong,"Tidak, aku ingin membalaskan darah Utsman!"
Ammar lalu berkata," Aku sangat yakin bahwa tindakanmu bukan karena Allah." Kemudian Ammar menasehatinya," Jika engkau tidak mati hari ini, maka engkau akan mati esok. Dan amalan bergantung dari niatnya. Maka, perbaikilah niatmu, karena Allah akan membalas manusia sesuai dengan niatnya."
Pengadilan
Kaum Muslim telah berketetapan hati. Paduan mereka adalah Ammar, karena Nabi Muhammad saw. berkata," Kelompok orang zalimakan membunuh Ammar."
Amr bin Ash menipu rakyat Syam ketika ia berkata kepada mereka," Bersabarlah! Ammar akan berada di pihak kalian!"
Beberapa hari telah lewat, tetapi Ammar tetap bertempur di pihak yang benar. Ia selalu berpihak kepada Imam Ali.
Suatu hari, Ammar dan kelompok Mukmin melancarkan serangan. Ammar bertempur dengan gagah berani. Ia teringat pada hari-hari ketika ia bertempur di samping Nabi Muhammad saw. Ia ingat Perang Badar, Uhud, dan pertempuran-pertempuran kaum Muslim lainnya.
Meskipun Ammar berpuasa, ia tetap bertempur. Ketika matahari terbenam, Ammar meminta sedikit air untuk menghilangkan dahaganya. Salah seorang dari pasukannya membawakan untuknya secangkir penuh yoghurt. Ammar pun tersenyum. Dengan gembira ia berkata,"Malam ini semoga aku syahid."
Lalu Ammar berkata,"Kekasihku, Rasulullah saw., telah berkata padaku,"Kelompok orang zalimakan membunuhmu. Dan makanan terakhirmu di dunia ini adalah secangkir yoghurt."
Ammar meminum secangkir yoghurt itu. Kemudian ia melanjutkan pertempuran hingga ia terjatuh ke tanah dan syahid.
Muawiyah serasa terbang karena karena bahagia. Imam Ali dipenuhi kesedihan dan duka cita. Saat itulah kaum Muslim mengetahui kelompok orang zalim yang dimaksud.
Beberapa orang pasukan Muawiyah menunggu kedatangan Ammar pada pihak mereka. Namun, mereka justru melihatnya bertempur gagah berani di samping Imam Ali hingga syahid. Sehingga mereka mencemooh pernyataan bohong Amr bin Ash. Pada saat yang sama, mereka mengambil kesempatan di kegelapan malam untuk bergabung dengan pasukan Imam Ali. Mereka tahu bahwa pasukan Imam Ali berada di pihak yang benar.
Penutup
Kesyahidan Ammar bergema di kedua belah pihak. Pasukan Imam Ali melancarkan serangan besar terhadap pasukan Muawiyah. Pasukan Imam Ali hamper saja mencapai kemenangan. Tetapi Amr bin Ash membuat tipuan baru. Ia memerintahkan pasukannya untuk mengangkat Alquran.
Pertempuran berhenti. Kedua pasukan menarik diri dari Shiffin. Jasad syuhada masih berada di medan pertempuran. Jasad Ammar-yang mana umurnyasaat itu telah mencapai 96 tahun- tertinggal di sana juga.
Hingga hari ini, ketika kaum Muslim mengunjungi daerah itu, mereka akan melihat makam sahabat besar tersebut, yang telah menghabiskan seluruh hidupnyauntuk berjuang demi Islam. Ketika Ammar syahid, kaum Muslim pun menjadi tahu pihak yang benar dalam pertempuran pahit itu.
"Ammar bersama kebenaran, dan kebenaran bersama Ammar. Kebenaran selalu bersamanya."(Nabi Muhammad saw.)[]
Rakyat Makkah hidup dalam kebodohan dan kegelapan. Yang kuat menyiksa yang lemah dan melanggar hak-hak mereka. Tak seorang pun mendukung mereka yang lemah.
Pemimpin-pemimpin Quraisy adalah pedagang. Setiap tahun, mereka mengadakan dua kali perjalanan dagang.
Di musim panas, kafilah mereka pergi ke Syam. Dan di musim dingin, mereka pergi ke Yaman.
Rakyat di Makkah terdiri dari dua kelas, yaitu kelas orang-orang kaya dan kelas orang-orang miskin. Kaum kaya selalu menyiksa kaum miskin. Beberapa orang miskin pun menjadi budak. Mereka tak memiliki apa pun, bahkan tidak juga kemerdekaan mereka.
Nabi Muhammad saw. hidup pada masa itu. Beliau sering pergi ke Bukit Hira. Di sana beliau memikirkan kaumnya. Beliau merasa sedih karena mereka menyembah berhala.
Nabi Muhammad saw. telah berumur empat puluh tahun. Suatu hari, Malaikat Jibril turun dari langit. Ia membawa wahyu kepada Nabi Muhammad saw.tentang Islam.
Nabi Muhammad saw. turun dari gunung. Beliau membawa misi Islam. Beliau bermaksud untuk menyebarluaskannya di antara umat manusia agar dapat hidup dengan damai.
Orang-orang miskindan teraniaya mendengarkan misi Islam tersebut. Mereka mempercayainya. Sehingga, hati mereka dipenuhi dengan kecintaan kpada Islam.
Para pedagang dan orang-orang kaya Quraisy mendengarkan tentang Islam. Namun, dengan kedengkian, mereka menentang Nabi Muhammad saw. Pada saat yang sama, mereka bersekongkol untuk melawan Islam dan kaum Muslim.
Abu Jahal adalah seorang musyrik yang paling mendengki. Ia sering menganiaya Nabi Muhammad saw.
Rumah al Arqam
Nabi Muhammad saw. bertemu dengan kaum Muslim secara sembunyi-sembunyi di rumah Al Arqam. Beliau ingin merahasiakan agama beliau agar Abu Jahal, Abu Sufyan, dan orang-orang musyrik lainnya tidak menyakitikaum Muslim.
Suatu hari, Ammar bin Yasir datang dan melihat seorang lelaki berdiri di depan pintu. Laki-laki itu bernama suhaib. Ammar bertanya padanya," Wahai Suhaib, apa yang engkau lakukan di sini?" Suhaib menjawab,"Aku datang untuk mendengarkan kata-kata Muhammad. Dan apaa yang engkau lakukan di sini?" Ammar menjawab," Aku ke sini untuk mendengarkan kata-kata Muhammad juga."
Kemudian Ammar dan Suhaib masuk ke rumah Al Arqam. Mereka dengan khusyuk mulai mendengarkan firman-firman Allah. Hati Ammar penuh dengan iman seperti sungai-sungai yang dipenuhi air hujan.
Ketika Ammar dan Suhaib hendak meninggalkan rumah Al Arqam, Nabi Muhammad saw. berkata pda mereka,"Tinggallah di sini dulu hingga malam."
Rasulullah saw. khawatir kaum Quraisy akan menyakiti mereka. Ammar menunggu hingga hari telah gelap. Kemudian ia meninggalkan rumah Al Arqam dan bergegas menuju ke rumahnya. Ibu dan ayahnya sedang menunggunya dengan khawatir.
Ketika Ammar masuk, seluruh isi rumahnya yang sederhana itu dipenuhi kebahagiaan. Ia mulai menyampaikan pada orang tuanya tentang Islam, agama Allah.
Keluarga Yasir
Ammar berasal dari suatu suku di Yaman, tetapi bagaimana ia datang ke Makkah?
Yasir (ayah Ammar) dan kedua saudara laki-lakinya, Al Harits dan Malik, mencari ke sana ke mari saudara laki-laki mereka lainnya yang hilang.
Namun mereka tidak menemukannya. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk mencarinya ke Makkah. Namun, mereka tidak dapat menemukannya juga.
Al Harits dan Malik kembali ke Yaman, tetapi Yasir memutuskan untuk tetap tinggal di Makkah, hidup di dekat rumah suci Allah (Ka'bah).
Yasir bergabung dengan suku bani Makhzum. Kemudian ia menjadi salah seorang anggotanya. Ia menikah dengan seorang budak wanita, yang bernama Sumayya.
Hari-hari berlalu, Sumayya pun melahirkan seorang bayi laki-laki. Dan sang suami memberinya nama Ammar.
Ammar
Ammar lahir empat tahun sebelum Tahun Gaja. Sedangkan Nabi Muhammad saw.lahir pada Tahun Gaja.
Ketika Ammar masih sebagai seorang pemuda, ia berteman dengan Nabi Muhammad saw., sehingga ia pun menjadi sahabat beliau saw.
Ammar mencintai Nabi Muhammad saw. karena perilaku beliau yang baik.
Ammar berusia 29 tahun. Sementara Nabi Muhammad saw. berusia 25 tahun.
Suatu hari, Ammar sedang berjalan dengan Nabi Muhammad saw. di antara Bukit Shafa dan Marwah. Tiba-tiba, Halah, saudara perempuan Khadijah bin Khuwailid, datang.
Halah mendekati Ammar dan berkata padanya," Mintalah Muhammad untuk menikahi saudaraku,Khadijah."
Nabi Muhammad saw. menerima Khadijah. Kemudian pernikahan yang diberkahi itu terjadi.
Ketika Allah SWT menunjuk Nabi Muhammad saw. menjadi nabi; Ammar, Yasir (ayahnya), Sumayya (ibunya), mengimani beliau saw.
Pembalasan Dendam
Abu Jahal mendengar Ammar menjadi seorang Muslim. Sehingga ia menjadi amat marah.
Abu Jahal lalu memimpin sekelompok orang musyrik dan pergi ke rumah Yasir. Obor-obor telah siap di tangan mereka. Mereka kemudian membakar rumah Ammar, serta membawa Yasir, Ammar, dan Sumayya ke sebuah gurun di luar Makkah.
Mereka mengikat dan menyiksa mereka. Terlebih dahulu mereka dicambuk hingga darah pun mengucurdari tubuh mereka. Kemudian mereka mengambil obordan mulai membakar tubuh mereka. Namun, keluarga kecil ini tetap teguhpada keyakinan mereka.
Abu Jahal lalu mengambil batu-batu besar dan meletakkannya ke dada mereka. Sehingga mereka sulit untuk bernapas. Namun, mereka tetap teguh dengan keimanan mereka.
Hari telah siang. Panas begitu menyengat. Abu Jahal dan kaum musyrik itu pun kembali ke Makkah. Mereka meninggalkan keluarga Yasir di tengah teriknya matahari.
Pada saat itu, Nabi Muhammad saw. melewat keluarga tersebut. Ketika beliau melihat mereka, beloiau menangis dan berkata," Wahai keluarga Yasir, bersabarlah! Ganjaran bagi kalian adalah surga!" Sumayya berkata dengan penuh keyakinan," Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah dan janjimu adalah benar!"
Penjahat-penjahat itu kembali. Abu JAhal memimpin mereka. Ada sebuah tombak di tangannya. Ia mulai menyiksa mereka dengan kejam.
Ammar,Yasir, dan Sumayya pun tak sadarkan diri. Sehingga, para penjahat itu menyiram mereka dengan air.Ketika mereka sadar kembali, Abu Jahal berteriak dengan keras kepada Sumayya," Pujilah Tuhan-tuhan kami, dan cacilah Muhammad!"
Sumayya pun meludahi wajah Abu Jahal dan berkata," Betapa buruknya engkau dan tuhan-tuhanmu!"
Abu Jahal marah. Ia lalu mengangkat tombaknya tinggi-tinggi dan dihunjamkan ke perut Sumayya. Dan kemudian ia menikam tubuh Sumayya hingga meninggal.
Dengan demikian, Sumayya telah menjadi syahid pertama dalam sejarah Islam.
Kemudian Abu Jahal mulai menendangi perut Yasir dengan biadab hingga meninggal. Ammar melihat apa yang telah terjadi pada kedua orang tuanya. Sehingga ia pun menangis. Kemudian Abu Jahal berteriak dengan marah," Jika engkau tidak memuji Tuhan-tuhan kami, aku akan membunuhmu!"
Ammar tak tahan lagi dengan siksaan biadab itu. Sehingga, dengan terpaksa ia berkata," Hubal yang agung!"
Ammar terpaksa memuji berhala mereka untuk menyelamatkan dirinya dari siksaan keji itu. Sehingga, mereka pun melepaskannya dan meninggalkannya.
Keimanan dalam Hati
Ammar lalu pergi dan menangis di hadapan Nabi Muhammad saw. Ia bukan menangis karena kesahidan kedua orang tuanya atau pun karena siksaan yang telah ia derita, ia menangis karena ia telah memuji berhala-berhala orang-orang musyrik itu.
Rasullah saw. menghibur Ammar dengan mengatakan bahwa kedua orang tuanya telah menjadi syuhada. Ammar pun menangis. Kemudian ia berkata," Ya Rasulullah, kaum musyrik itu tidak akan melepaskan aku hingga mereka berhasil memaksaku untuk memuji berhala-berhala mereka!"
Nabi Muhammad saw. berkata dengan lembut," Wahai Ammar, bagaimana dengan hatimu?"
Ammar menjawab," Ya Rasulullah, hatiku penuh dengan keimanan.
Nabi Muhammad saw. berkata," Jangan bersedih! Allah telah meurunkan ayat yang berkenaan denganmu, "Tidak ia yang telah terpaksa sementara hatinya tetap dalam keimanan.'"
Hijrah
Kondisi kaum Muslim di Makkah menjadi kritis. Sehingga, Nabi Muhammad saw. memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke Yatsrib (Madinah). Dan Ammar adalah salah seorang yang ikut berhijrah karena Allah.
Ketika NAbi saw. sampai ke tempat hijrah, kebahagiaan meliputi seluruh Madinah. Dan kaum Muhajirin hidup dengan damai bersama saudara-saudara mereka (kaum Anshar) di sana.
Terlebih dahulu Rasulullah saw. berpikir untuk membangun masjid agar kaum Muslimdapat beribadah kepada Allah. Hal itu sekaligus akan menjadi symbol kekuatan kaum Muslim dan benteng bagi mereka.
Dengan bersemangat, kaum Muslim mulai membangun masjid.
Beberapa orang membawa pasir, yang lainnya membuat batu bata, dan yang lainnya lagi membawa batu bata keringuntuk membuat tembok.
Nabi Muhammad saw. bekerja bersama-sama dengan para sahabat beliau. Sementara Ammar, meskipun bermandikan debu, tetap bekerja dengan giat.
Setiap orang membawa sebuah batu bata. Tetapi Ammar membawa dua batu bata. Karena itu, Nabi Muhammad saw. berkata padanya," Mereka (kaum Muslim yang lain) akan mendapat satu pahala, sedangkan engkau akan mendapatkan dua pahala."
Untuk menyemangati kaum Muslim yang lain, Ammar mengulang kata-kata berikut:" Mereka yang membangun mesjid tidaklah sama dengan mereka yang menghindari debu."
Beberapa sahabat ada yang menghindari debu, tidak mau kerja keras. Mereka merasa tidak senang dengan kata-kata Ammar. Utsman mendatangi Ammar dan dengan nada mengancam ia berkata,"Aku akan memukul hidungmu dengan tongkat ini!" Ammar memandang Utsman, tapi ia tidak mengatakan apa-apa.
Nabi Muhammad saw. mendengar ancaman Utsman. Beliau merasa sedih. Kemudoian beliau mendatangi Ammar dan berkata," Engkau adalah kekasihku!"
Nabi Muhammad saw. mengusap debu dari wajah Ammar. Oleh karena itu, hati sahabat besar ini dipenuhi dengan kecintaan pada Nabi saw.
Jihad
Hari demi hari dan bulan demi bulan telah berlalu. Allah SWT ingin menghukum orang yang telah menganiaya kaum Muslim di Makkah dan merampok harta mereka.
Perang Badar pun dimulai. Ammar adalah salah seorang pejuang yang telah merintangi kafilah kaum Quraisy yang datang dari Syam. Kaum Muslim mendengar bahwa kaum musyrik telah membentuk sebuah pasukan. Abu Jahal memimpin pasukan tersebut, dan bergerak menuju Madinah.
Nabi saw. meminta saran dari para sahabatnya. Akhirnya, beliau saw. mengambil keputusan untuk menghadapi orang-orang musyrik itu.Nabi Muhammad saw. mengirim Ammar bin Yasir dan Abdullah bin Mas'ud untuk mencari informasi tentang pasukan kaum musyrik.
Ammar adalah seorang pemberani. Sehingga ia pun mendekati kafilah kaum musyrik dan berkeliling di sekitar kemah mereka untuk mencari informasi.
Ammar dan temannya kembali kepada Nabi Muhammad saw. Ammar berkata," Pasukan itu khawatir. Kuda-kuda mereka meringkik.Tetapi pemiliknya memukul wajah kuda itu. Dan hujan pun turun dengan lebat. Oleh karena itu, mereka tak dapat bergerak dengan mudah. Secara umum, dari pembicaraan mereka, kaum Musyrik berada dalam semangat yang rendah."
Pagi harinya, 17 Ramadhan 2 H, Perang Badar- pertempuran pertama dalam Islam- dimulai. Dalam pertempuran itu, Allah memberikan kaum Mukmin kemenangan atas kaum musyrik.
Ammar bertempur dengan semangat. Ketika kaum musyrik melarikan diri, Ammar melihat Abu Jahal. Sehingga ia teringat hari di mana Abu Jahal menyakiti kaum Muslim dan menyiksa orang tuanya. Sekarang pedang-pedang orang-orang tertindas akan membalas mereka yang zalim. Ammar menatap ke langit dan besyukur pada Allah SWT atas kemenangannya.
Ammar Bersama dengan Kebenaran
Ammar telah berumur tujuh puluh tahun. Meskipun demikian, ia lebih bersemangat dari pada kaum muda untuk berjuang di jalan Allah. Ammar begitu beriman kepada Allah. Ia mencintai Nabi Muhammad saw. Nabi saw. juga mencintai teman lama beliau itu, Ammar. Beliau saw. juga memujinya dalam beberapa kesempatan:
"Ammar bersama kebenaran, dan kebenaran bersama Ammar. kebenaran selalu bersamanya."
"Ammar penuh dengan keimanan."
"Semoga Allah merahmatimu wahai Ammar. Orang-orang zalim akan membunuhmu. Makanan terakhirmu di dunia ini adalah secangkir yoghurt (susu asam)."
Hari-hari, bulan-bulan, dan tahun-tahun telah berlalu. Ammar selalu bersama dengan Nabi Muhammad saw.. Ia selalu berjuang di jalan Allah melawan musuh-musuh Islam dan umat manusia.
Nabi Muhammad saw. Wafat
Pada tahun 11 H, Nabi Muhammad saw. wafat. Pada saat itu, seluruh kaum Muslim bersedih, Ammar menangisi teman lamanya itu, Rasulullah saw. Ia teringat hari-hari masa mudanya di Makkah dan hari-hari ketika berjihad.
Ammar tetap setia pada keislamannya. Ia selalu berjuang demi agama dan menyerukan kebenaran. Ia tidak takut pada siapa pun kecuali kepada Allah.
Ammar mencintai Imam Ali bin Abi Thalib karena ia mendengar Nabi Muhammad saw. selalu bersabda:
"Wahai Ali, tak ada yang mencintaimu kecuali seorang Mukmin, dan tak ada yang membencimu kecuali seorang munafik."
"Wahai Ali, kedudukanmu di sisiku sebagaimana kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tak ada nabi setelahku."
Pada haji perpisahan (Haji Wada' ), Ammar melihat Nabi Muhammad saw. meraih tangan Ali dan mengangkatnya tinggi-tinggi, dan beliau saw. bersabda:
"Siapa saja yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya, maka inilah Ali pemimpinnya. Ya Allah, tolonglah siapa saja yang menolong Ali, dan musuhilah siapa saja yang memusuhi Ali. Dukunglah siapa saja yang mendukung Ali, dan tinggalkanlah siapa saja yang meninggalkan Ali."
Karena itulah, Ammar berpikir bahwa Imam Ali bin Abi Thalibakan menjadi Khalifah sepeninggal Nabi Muhammad saw. Namun , Abu Bakar justru menjadikan dirinya sebagai khalifah setelah Nabi saw., dengan mengambil hak kepemimpinan Imam Ali. Sebagian sahabat menentang kekhalifahan Abu Bakar, termasuk Ammar. Ia berdiri di pihak Imam Ali bin Abi Thalib dan Fathimah az Zahra, putri Nabi Muhammad saw.
Setelah enam bulan wafatnya Nabi saw., Fathimah az Zahra, pemimpin wanita sedunia, meninggal dunia. Imam Ali dengan sangat terpaksa menerima Abu Bakar sebagai khalifah. Kemudian Ammar, demi mematuhi Imam Ali, terpaksa melakukan hal yang sama.
Jihad
Ammar mencurahkan seluruh hidupnya untuk berjihad. Ia mengambil bagian dalam perjuangankaum Muslimuntuk menaklukan daerah lain. Ia juga bertempur dengan gagah berani melawan kaum murtad (orang-orang yang keluar dari Islam) di Yaman.
Ketika Umar bin Khaththab menjadi khalifah setelah Abu Bakar, ia menunjuk Ammar menjadi gubernur di Kufah.
Di sana, Ammar memperlakukan rakyat sesuai dengan hukum-hukum Allah. Dan rakyat merasa senang dengan keadilan, kemurahan, dan perlakuan rendah hati.
Syura (Dewan Penasihat)
Pada tahun 23 H, Umar bin Khaththab menjadi target pembunuhan. Beberapa Muslim datang pada Umar dan memintanya untuk menunjuk seorang khalifah sepeninggalnya.
Umar memutuskan bahwa kekhalifahan harus dirundingkan. Sehingga, ia memilih enam orang. Mereka adalah Imam Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Thalhah, Zubair, Abdurrahman bin Auf, dan Sa'ad bin Abi Waqqas.
Umar memerintahkan orang-orang tersebutuntuk mengadakan pertemuan di salah satu rumah mereka untuk menunjuk seorang khalifah dari mereka dalam waktu tiga hari.
Ammar berharap bahwa yang akan terpilih nanti adalah Imam Ali, karena jihadnya, hubungan darahnya dengan Nabi Muhammad saw., pengetahuannya, kebaikannya yang telah terkenal, dan keutamaannya dalam Islam.
Satu hari berlalu. Hari kedua pun berlalu. Tapi tidak ada hasil. Adam persaingan serius antara Imam Ali binAbi Thalib dan Utsman bin Affanuntuk menjadi Khalifah.
Beberapa sahabat seperti Miqdad, Ammar bin Yasir, Al Abbas, dan lainnya berkumpul di dekat rumah itu. Mereka berharap bahwa Imam Ali yang akan terpilih.
Sementara itu, bani Umayyah juga berkumpul di dekat rumah itu. Mereka berharap bahwa Utsman bin Affan yang akan terpilih.
Lalu, agar Abdurrahman bin Auf mendengar, Ammar beseru,"Jika engkau ingin melihat kaum Muslimmencapai mufakat, maka tunjuklah Ali." Untuk mendukung Ammar, Miqdad berkata," Ammar berkata benar. Jika engkau memilih Ali, kami akan mendengar dan mematuhinya."
Namun, Abdurrahman berambisi untuk menjadi Khalifah. Sehingga ia menolak untuk menunjuk Imam Ali, karena Imam Ali tidak mau mendukungnya menjadi Khalifah selanjutnya.
Maka Abdurrahman menunjuk Utsman sebagai Khalifah, karena Utsmanakan menjadikan Abdurrahman khalifah setelah kematiannya. Dengan demikian, Utsman pun menjadi khalifah yang ketiga.
Imam Ali keluar setelah berkata pada Abdurrahman. "Ini bukan pertama kalinya kalian saling mendukung untuk menentang kami! Tetapi, sabar adalah baik, dan Dialah Allah yang pertolongan-Nyadiharapkan untuk menentang apa yang kalian gambarkan. Demi Allah, engkau telah menunjuk Utsman sebagai khalifah, untuk mendukungmu menjadi khalifah (selanjutnya).
Ammar sangat sedih melihat kelakuan sebagian umat Islam kepada keluarga Nabi saw.. Mereka (keluarga Nabi saw.) lebih berhak atas kekhalifahan daripada orang lain, karena Allah telah menjauhkan kekotoran dari mereka dan telah mensucikan mereka sesuci-sucinya.
Penyimpangan
Enam tahun telah lewat pada masa kekhalifahan Utsman. Berangsur-angsur Utsman menyimpang dari Islam. Utsman menunjuk sanak saudaranya menjadi penguasa di seluruh negeri. Mereka jahat dan zalim.
Misalnya, Utsman menunjuk Walid bin Uthbah, saudara sepupunya, menjadi Gubernur di Kufah. Walid adalah seorang peminum khamar (minuman keras), dan sering pergi ke masjid dalam keadaan mabuk.
Utsman menjadikan Marwan bin Hakam menjadi penguasa dalam pemerintahan kaum Muslim. Ia diberi wewenang untuk menunjuk penguasa-penguasa dan memecat mereka. Ia telah memcat sahabat besar, Salman al Farisi, dari kedudukannya sebagai Gubernur Madain, dan menunjuk salah seorang kerabatnya menjadi penguasa di sana.
Utsman juga memecat Sa'ad bin Abi Waqqas dari kedudukannya sebagai Gubernur Kufah dan menunjuk Walid bin Akabah sebagai penggantinya.
Utsman membagikan uang baitulmal (perbendaharaan harta Negara Islam) untuk sanak keluarganya dari bani Umayyah, dan membiarkan fakir miskin hidup dalam kesengsaraan.
Kata-kata Kebenaran
Dalam baitulmal ada sejumlah perhiasan. Utsman membagi-bagikannya kepada anak-anak dan istri-istrinya. Kaum Muslim menjadi marah. Mereka mulai membicarakan kelakuan Utsman yang buruk itu.
Utsman terus-menerus melakukan korupsi. Suatu hari, ia naik ke atas mimbardan berseru," Kami akan mengambil apa pun yang kami butuhkan dari baitulmal meskipun itu adalah milik seluruh rakyat."
Imam Ali bin Abi Thalib menjadi sedih ketika mendengar kata-kata Utsman itu. Ammar bin Yasir yang telah berumur sembilan puluh tahun berdiri dan berkata-dengan kata-kat kebenaran," Demi Allah, akulah orang pertama yang akan mencegahmu melakukan hal tersebut!" Utsman menjadi jengkel dan berkata," Wahai Ibnu Yasir, alangkah beraninya engkau berbicara seperti itu di hadapanku!"
Utsman lalu memerintahkan pengawalnya untuk menangkap Ammar. Pengawal-pengawal itu tidak menghargai Ammar, baik sebagai seorang tua maupun sebagai sahabat Rasulullah saw. Mereka menyeretnya ke dalam ruangan Utsman. Mereka merantai tangan dan kakinya.
Kemudian Utsman datang dan mulai memukuli Ammar di bagian perutnya hingga ia tak sadarkan diri. Beberapa Muslim datang dan membawa Ammar ke rumah Ummu Salamah, istri Nabi Muhammad saw. Ammar masih tak sadarkan diri. Sehingga, ia tak dapat melakukan salat di waktu pagi, siang, dan malam hari. Ketika ia siuman, ia segera mengerjakan salat-salat yang tertinggal tersebut.
Ammar teringat hari-hari penuh penyiksaan di Makkah. Dulu ia dapat menahan sakit akibat siksaan Utsman, karena ia masih muda. Tetapi sekarang ia tidak sanggup lagi menahan siksaan Utsman, karena ia telah lanjut usia.
Ummu Salamah merasa sedih melihat Ammar dalam kondisi yang buruk. Namun Ammar masih sempat berkata," Ini bukan pertama kalinya kami menderita siksaan demi Allah."
Utsman Membuang Abu Dzar
Utsman membuang Abu Dzar ke Rabadzah, sebuah gurun tandus, tak seorang pun mendiaminya karena beriklim buruk.
Di samping itu, Utsman mencegah kaum Muslim untuk mengunjungi Abu Dzar. Namun demikian, beberapa sahabat Nabi Muhammad saw tetap pergi untuk mengunjungi sahabat besar itu.
Imam Ali bin Abi Thalib dan cucu Nabi Muhammad saw., Al Hasan dan Al Husain, serta Ammar pergi mengunjungi Abu Dzar. Kemudian Imam Ali berkata," Semoga Allah menghinakan orang-orang yang mengganggumu. Dan semoga Allah tidak menyelamatkan orang yang tidak menyenangkan hatimu. Demi Allah, Jika engkau menginginkan dunia mereka, mereka akan menyelamatkanmu. Dan bila engkau senang dengan tindakan mereka, mereka akan mencintaimu."
Abu Dzar, istrinya, dan anaknya pergi ke Rabadzah. Ia pun teringat pada sabda Nabi Muhammad saw.:" Wahai Abu Dzar, engkau akan hidup sendiri, dan akan mati sendiri."
Pemberontakan
Kaum Muslim bertambah marah karena kelakuan Utsman dan para pejabatnya. Sahabat-sahabat Nabi saw. yang berda di Madinah menulis surat kepada rakyat di mana saja, sebagai berikut:"Jika kalian ingin berjihad, maka datanglah. Karena khalifah kalian telah menyimpangkan agama Muhammad."
Karena itulah, utusan dari Kufah, Mesir, Basrah, dan lainnya datang ke Madinah dan menghadap khalifah Utsman untuk memintanya mengubah kebijakan burunya. Tetapi ia malah mengusir mereka. Sehingga mereka pergi ke Imam Ali bin Abi Thalib, sepupu Nabi Muhammad saw. dan penerus kepemimpinan beliau saw.
Imam Ali berharap agar Utsman mau kembali pada hukum-hukum Islam. Oleh karena itu, beliau pergi untuk menasihatinya," Jangan engkau menjadi alat bagi tangan Marwan. Jangan biarkan ia memerintahmu sesuka hatinya. Jangan lupakan kedudukanmu yang berkaitan dengan Rasulullah."
Utsman setuju mengumumkan penyesalannya di hadapan rakyat. Maka, ia pun keluar dan meminta maaf pada rakyat atas kelakuannya yang buruk. Di samping itu, ia juga berjanji pada mereka untuk mengikuti hukum-hukum ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. Tetapi, Marwan yang licik berkata padanya," Janganlah lemah di hadapan rakyat. Ancam mereka!"
Nailah, istri Utsman, tahu bahwa Marwan adalah seorang yang jahat. Karena itu, ia berkata pada suaminya," Dengarkan kata Ali, karena rakyat mencintai dan mematuhinya. Jangan dengarkan Marwan, karena rakyat membencinya."
Imam Ali
Kaum Muslim berbondong-bondong menuju rumah Imam Ali. Mereka meminta beliau untuk menjadi khalifah. Imam menolaknya dan berkata," Cari orang lain saja."
Tetapi rakyat sadar bahwa tidak ada lagi yang lebih tepat dari Imam Ali untuk menjadi khalifah. Oleh karena itu, mereka mendesakkan sikap mereka itu. Dan akhirnya, Imam Ali setuju untuk menanggung tanggungjawab ini di bahu beliau.
Keadilan
Kaum Muslim memberontak demi keadilan. Mereka marah pada para penindas. Imam Ali adalah symbol keadilan.
Imam Ali tidak membuat sedih kaum Muslim. Pada hari pertama kekhalifahan, beliau memecat semua gubernur jahat yang telah ditunjuk oleh Utsman. Kemudian beliau menunjuk para gubernur yang baik.
Imam memecat Muawiyah dari Syam. Tetapi Muawiyah telah berencana terlebih dahulu untuk menguasai Syam. Kemudian ia berencana untuk menguasai tanah-tanah milik kaum Muslim secara keseluruhan. Sehingga, ia memberontak dengan alasan akan menuntut balas pada para pembunuh Utsman. Sehingga, terjadilah Perang Shiffain di perbatasan Suriah dan Irak.
Pasukan Imam Ali mencakup sejumlah sahabat Rasulullah saw.: Ammar bin Yasir, Malik al Asytar, Abdullah bin Abbas, dan lainnya.
Pasukan Muawiyah mencakup musuh-musuh Islam, seperti Marwan bin Hakam, Amr bin Ash, Ibnu Abi Mayad, dan mereka yang membelot dari keadilan Imam Ali ke dunia busuk Muawiyah.
Kelompok Orang Zalim Akan Membunuhmu
Kaum Muslim yang ada di kedua pasukan itu selalu mengulang-ulang sabda Nabi Muhammad saw.:" Wahai Ammar, kelompok orang zalim akan membunuhmu."
Ammar berada dalam pasukan Imam Ali. Ia telah berumur lebih dari sembilan puluh tahun. Meskipun demikian, ia tetap bertempur dengan berani sebagaimana para pemuda Mukmin.
Ia memandang langit dan berkata,"Ya Allah, jika aku tahu bahwa yang membuat-Mu ridha adalah terlemparnya aku ke sungai Eufrat, maka aku akn lakukan! Ya Allah, aku tahu bahwa engkau akan ridha melihatku berjuang melawan orang-orang sesat itu!"
Ammar bersama kebenaran, dan kebenaran selalu bersamanya. Sehingga ia berkata," Demi Allah, jika mereka (pasukan Muawiyah) mengalahkan kita dan memburu kita hingga ke pohon Hajar, maka aku akan berkata bahwa kami adalah benar dan mereka salah."
Ketika pertempuran berkobar, Ammar menyeru pasukannya," Siapa yang menginginkan keridhaan Allah?!"
Ammar segera memimpin pasukannya menuju musuh. Walaupun Ammar saat itu sedang berpuasa, ia bertempur dengan semangat yang tinggi.
Di tengah-tengah pertempuran, Ammar memandang Amr bin Ash dan berkata padanya," Wahai Amr, terkutuklah engkau! Engkau telah menjual agamamu demi Mesir!"
Muawiyah berjanji akan menjadikan Amr penguasa Mesir jika ia mendukungnya. Amr bin Ash berkata bohong,"Tidak, aku ingin membalaskan darah Utsman!"
Ammar lalu berkata," Aku sangat yakin bahwa tindakanmu bukan karena Allah." Kemudian Ammar menasehatinya," Jika engkau tidak mati hari ini, maka engkau akan mati esok. Dan amalan bergantung dari niatnya. Maka, perbaikilah niatmu, karena Allah akan membalas manusia sesuai dengan niatnya."
Pengadilan
Kaum Muslim telah berketetapan hati. Paduan mereka adalah Ammar, karena Nabi Muhammad saw. berkata," Kelompok orang zalimakan membunuh Ammar."
Amr bin Ash menipu rakyat Syam ketika ia berkata kepada mereka," Bersabarlah! Ammar akan berada di pihak kalian!"
Beberapa hari telah lewat, tetapi Ammar tetap bertempur di pihak yang benar. Ia selalu berpihak kepada Imam Ali.
Suatu hari, Ammar dan kelompok Mukmin melancarkan serangan. Ammar bertempur dengan gagah berani. Ia teringat pada hari-hari ketika ia bertempur di samping Nabi Muhammad saw. Ia ingat Perang Badar, Uhud, dan pertempuran-pertempuran kaum Muslim lainnya.
Meskipun Ammar berpuasa, ia tetap bertempur. Ketika matahari terbenam, Ammar meminta sedikit air untuk menghilangkan dahaganya. Salah seorang dari pasukannya membawakan untuknya secangkir penuh yoghurt. Ammar pun tersenyum. Dengan gembira ia berkata,"Malam ini semoga aku syahid."
Lalu Ammar berkata,"Kekasihku, Rasulullah saw., telah berkata padaku,"Kelompok orang zalimakan membunuhmu. Dan makanan terakhirmu di dunia ini adalah secangkir yoghurt."
Ammar meminum secangkir yoghurt itu. Kemudian ia melanjutkan pertempuran hingga ia terjatuh ke tanah dan syahid.
Muawiyah serasa terbang karena karena bahagia. Imam Ali dipenuhi kesedihan dan duka cita. Saat itulah kaum Muslim mengetahui kelompok orang zalim yang dimaksud.
Beberapa orang pasukan Muawiyah menunggu kedatangan Ammar pada pihak mereka. Namun, mereka justru melihatnya bertempur gagah berani di samping Imam Ali hingga syahid. Sehingga mereka mencemooh pernyataan bohong Amr bin Ash. Pada saat yang sama, mereka mengambil kesempatan di kegelapan malam untuk bergabung dengan pasukan Imam Ali. Mereka tahu bahwa pasukan Imam Ali berada di pihak yang benar.
Penutup
Kesyahidan Ammar bergema di kedua belah pihak. Pasukan Imam Ali melancarkan serangan besar terhadap pasukan Muawiyah. Pasukan Imam Ali hamper saja mencapai kemenangan. Tetapi Amr bin Ash membuat tipuan baru. Ia memerintahkan pasukannya untuk mengangkat Alquran.
Pertempuran berhenti. Kedua pasukan menarik diri dari Shiffin. Jasad syuhada masih berada di medan pertempuran. Jasad Ammar-yang mana umurnyasaat itu telah mencapai 96 tahun- tertinggal di sana juga.
Hingga hari ini, ketika kaum Muslim mengunjungi daerah itu, mereka akan melihat makam sahabat besar tersebut, yang telah menghabiskan seluruh hidupnyauntuk berjuang demi Islam. Ketika Ammar syahid, kaum Muslim pun menjadi tahu pihak yang benar dalam pertempuran pahit itu.
"Ammar bersama kebenaran, dan kebenaran bersama Ammar. Kebenaran selalu bersamanya."(Nabi Muhammad saw.)[]
8. AL MIQDAD AL MIQDAD
Al Miqdad bin Amir
Pada bulan Ramadhan 2 H, 313 orang prajurit Muslim bertolak dari Madinah untuk melawan kafilah dagang Quraisy yang datang dari Syam. Kafilah itu sangat besar dan memiliki seribu unta. Abu sufyan, seorang musuh Islam, memimpin kafilah itu.
Ketika kaum Muslim hijrah dari Makkah ke Madinah, kaum kafir menyerang dan merampok rumah mereka. Karena alas an inilah, Nabi Muhammad saw. Berkeinginan mengambil kembali harta umat Islam. Disamping itu, beliau juga ingin menghukum kaum kafir Quraisy.
Kaum Muslim mendirikan kemah di Badar. Mereka sedang menunggu kedatangan kafilah. Setelah beberapa saat, mereka mendengar kabar buruk. Kabar buruknya adalah bahwa Abu Sufyan telah mengubah arah jalannya kafilah tersebut. Sementara itu, kaum Quraisy sedang mempersiapkan pasukan dalam jumlah besar dengan persenjataan lengkap untuk menyelamatkan kafilah mereka dari serangan umat Muslim.
Umat Muslim pergi ke luar Madinah untuk menghadang kafilah dagang itu. Mereka tidak menyangka akan menghadapi pasukan dalam jumlah besar.
Nabi Muhammad saw. Meminta pendapat para sahabat. Umar bin Khaththab berdiri dan berkata,"Demi Allah! Tidaklah Quraisy menjadi hina setelah mereka menjadi kuat. Dan tidaklah menjadi beriman, setelah kemungkaran mereka (terhadap Allah)."
Umat Muslim merasa cemas setelah mendengar kata-kata Umar. Sebagian dari pasukan itu berpikir untuk kembali lagi ke Madinah.
Selama masa-masa menegangkan itu, Al Miqdad bin Amr al Kindi berdiri dan dengan antusias berkata," Ya Rasulullah, lanjutkan perintah Allah! Kami akan mendukungmu! Demi Allah! Kami tidak akan berkata seperti apa yang dikatakan kaum Yahuditerhadap nabi mereka:' Kau dan Tuhanmu, pergi dan berjuanglah! Kami akan tinggal di sini!' Kami akan berjuang bersamamu."
Kebahagiaan terlihat dari wajah Nabi Muhammad saw. Lalu Nabi Muhammad saw. Berkata pada kaum Anshar," Sekarang, apa yang kita lakukan ?"
Sa'ad bin Ma'adh menjawab," Ya Rasulullah, kami percaya padamu. Kami telah bersaksi bahwa apa yang engkau bawa adalah benar. Kami telah berjanji untuk mendengar dan mematuhimu! Maka, ya Rasulullah, perintahkan apa yang engkau inginkan! Demi Allah! Sekalipun engkau meminta kamiuntuk menyeberangi Laut Merah, kami akan lakukan!"
Kaum Muslim sangat antusias. Mereka bersiap-siap untuk menghadapi kaum kafir dengan hati yang penuh keimanan.
Perang pun dimulai. Kaum Muslim memenangkan perang itu. Kemudian mereka kembali dan mengingat kata-kata Al Miqdad.
Siapakah Al Miqdad?
Al Miqdad berasal dari suku Kunda. Dia melarikan diri dari sukunyadan menetap di Makkah.
Di sana ia menjadi budak seorang pria yang bernama Aswad bin Abid Yaghuth al Zuhri. Maka orang-orang pun memanggilnya dengan sebutan Al Miqdad bin Aswad. Sehubungan dengan hal ini, maka turunlah firman Allah:"Panggillah mereka dengan nama bapaknya."
Oleh karena itu, orang-orang memanggilnya Al Miqdad bin Amr (karena Amr adalah nama bapaknya)
Islam terbit dari puncak Bukit Hira.
Al Miqdad telah berusia 24 tahun. Dia mendengar tentang misi Nabi Muhammad saw. Dengan segera, ia pun percaya pada agama baru itu.
Dia merahasiakan keislamannya. Dia bertemu dengan Nabi Muhammad saw. Secara diam-diam. Sehingga ia pun termasuk dalam orang-orang pertama yang masuk Islam. Dia selalu merasakan penderitaan umat Muslim.
Hijrah
Nabi Muhammad saw. Memerintahkan kepada para sahabat untuk hijrah ke Madinah. Mereka hijrah seorang demi seorang atau sekelompok demi sekelompok. Lalu Allah SWT Yang Mahaagung memerintahkan kapada Rasulullah saw. Untuk hijrah ke Madinah.
Al Miqdad ikut bergembira atas keselamatan Nabi saw. Ia memuji Imam Ali bin Abi Thalibyang rela mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan Nabi Muhammad saw. Dari pedang kaum kafir.
Ketika Nabi Muhammad saw. Hijrah ke Madinah, Kaum kafir menyerang dan merampok rumah-rumah kaum Muslim di Makkah. Lalu, Nabi Muhammad saw. Berniat untuk menghadang kafilah dagang Quraisy sebagai hukuman.
Hamzah bin Abdul Muththalib memimpin pasukan pertama dan menuju daerah Al Ays dekat Laut Merah. Disana ia bertemu dengan pasukan kafir yang dipimpin Abu Jahal.
Tidak ada pertumpahan darah, karena beberapa pemuka bangsa Arab menengahi kedua kelompok yang bertikai.
Pada bulan Syawwal 1 Hijriah, beberapa pasukan berangkat. Pasukan tersebut beranggotakan enam puluh orang. Tujuannya adalah menguasai Bukit Rabgh yang merupakan jalan yang digunakan kafilah dagang kaum kafir Quraisy.
Di Makkah
Kaum kafir di kota Makkah mendengar kabar tentang pasukan Muslim. Lalu, Abu Sufyan menghasut penduduk Makkah untuk memberikan perlawanan.
Al Miqdad memutuskan untuk berpura-pura bergabung dengan pasukan kafir. Ia melakukan nya agar dapat hijrah ke Madinah dengan aman.
Uthbah bin Ghazwan masuk Islam secara diam-diam. Al Miqdad pergi menyusul Uthbah. Mereka setuju untuk berpura-pura bergabung dengan pasukan kaum kafir.
Abu Sufyan memimpin dua ratus orang pasukan dan pergi menuju Bukit Rabgh. Di sana pasukan kafir bertemu dengan pasukan Muslim. Kedua kubu saling melontarkan panah.
Sementara itu, kaum kafir terkejut ketika melihat dua orang anggota pasukannya berlari menuju pasukan Muslim. Kaum kafir terkesima mendengar teriakan umat muslim menggema di gurun itu:" Allaahu akbar (Mahabesar Allah)! Allaahu akbar!"
Abu Sufyan mengetahui nama-nama pelarian itu. Mereka adalah Al Miqdad dan Uthbah bin Ghazwan.
Maka, Abu Sufyan pun jengkel. Dia memerintahkan pasukannya untuk kembali ke Makkah. Dia takut mungkin ada orang Muslim lain yang menyamar di dalam pasukannya.
Di Madinah
Al Miqdad hidup dengan bahagia di Madinah. Kaum Muslim sangat bahagia, karena Nabi Muhammad saw. Memperlakukan mereka semua dengan baik.
Nabi Muhammad saw. Sangat perhatian terhadap umat Islam. Beliau selalu memikirkan keselamatan dan masa depan mereka di dunia dan di akhirat.
Al Miqdad sangat tebal keimanannya. Dia mencintai Rasulullah saw. Maka ia pun selalu mengikuti beliau saw. Dalam perang suci melawan kaum kaum kafir.
Suatu hari, kaum kafir menyerang padang rumput Madinah dan merampok ternak mereka. Maka Nabi Muhammad saw. Meminta kaum Muslim agar mengejar kaum kafir itu.
Al Miqdad merupakan salah seorang di antara kelompok pertama yang mematuhi perintah Rasulullah saw. Nabi Muhammad saw. Memimpin dua ratus tentara berkuda untuk mengejar penyerang itu, namun mereka melarikan diri. Rasulullah saw. Pun kembali ke Madinah. Peristiwa tadi diberi nama Perang Badar Kecil.
Perang Badar Besar
Pada 13 Ramadhan, kaum Muslim pergi untuk menghalau kafilah dagang Quraisy yang dating dari Syam.
Dekat sumur-sumur Badar, kaum Muslim mendengar bahwa kaum kafir akan membentuk suatu pasukan bersenjata. Dan Abu Jahal memimpin pasukan itu.
Nabi Muhammad saw. Meminta pendapat para sahabat. Beberapa sahabat menyarangkan agar kembali ke Madinah. Sementara itu, umat Muslim merasa sangat Khawatir.
Pada saat-saat yang menegangkan itu, Al Miqdad berdiri dan berkata dengan antusias. Kata-katanya menambah keimanan kaum Muslim.
Ketika perang mulai pecah, pasukan Islam bertempur dengan berani. Di saat yang sama, Nabi Muhammad saw. Memohon kepada Allah agar menhadiahi hamba-hamba-Nya kemenangan. Hanya dalam waktu beberapa jam saja pasukan Islam dapat mengalahkan kaum kafir.
Allah membalas Abu Jahal dan Umayyah bin Khulaif atas penyiksaannya terhadap umat Muslim. Selain itu, pasukan Muslim juga menangkap beberapa orang kafir, seperti Al Nadhar bin al Harits, Akabah bin Abu Myad, dan lain-lain.
Al Miqdad menangkap Al Nadhar bin al Harits.
Pasukan Muslim membawa tawanan perang ke Madinah. Ketika sampai di daerah Al Athil, Nabi Muhammad saw. Memerintahkan untuk membunuh Al Nadhar bin al Harits sebagai hukuman atas perbuatannya.
Al Nadhar bin al Harits telah menyiksa umat Muslim di Makkah. Karena itulah, Rasulullah memerintahkan Imam Ali binAbi Thalib, pahlawan Islam, untuk membunuhnya.
Al Miqdad berkata," Ya Rasulullah, Al Nadhar adalah tawananku!"
Nabi Muhammad saw. Mengetahui bahwa Al Miqdad menginginkan imbalan. Maka, beliau pun menengadahkan tangannya ke langit seraya berkata," Ya Allah, jadikan Al Miqdad kaya dengan kemurahan-Mu!"
Al Miqdad pun puas dengan doa Nabi saw. Maka, ia pun menyerahkan musuh Islam dan musuh kemanusiaan itu pada kaum Muslim untuk dihukum.
Nabi Muhammad saw. Meminta pada para sahabat untuk memperlakukan para tawanan dengan baik. Selain itu, mereka juga melepaskan tawanan tanpa meminta tebusan karena mereka miskin. Dan beliau meminta pada para tawanan yang dapat menulis dan membaca untuk mengajarkannya pada anak-anak Muslim sebagai imbalan bagi kebebasannya.
Perang Uhud
Setelah mengalami kekalahan pada Perang Badar, kaum kafir memutuskan untuk membalas dendampada umat Islam. Maka mereka pun membentuk pasukan bersenjata yang berkekuatan tiga ribu orang.
Kaum Kafir bergerak menuju Madinah. Ketika mereka sampai di Madinah, mereka meninggalkan unta dan kudanya untuk digembalakan di padang rumput Madinah. Mereka melakukan itu untuk menantang umat Muslim.
Nabi Muhammad saw. Meminta saran pada para sahabat. Beberapa sahabat menyarangkan beliau untuk tetap tinggal di Madinah, dan beberapa sahabat menyarankan agar Nabi keluar dari Madinah. Para pemuda Muslim sudah tidak sabar untuk memulai pertempuran di luar Madinah. Maka Nabi Muhammad saw. Pun memutuskan untuk keluar dari Madinah.
Pasukan Muslim bergerak menuju Bukit Uhud. Di sanalah Nabi Muhammad saw. Mempersiapkan pasukannya untuk memulai peperangan.
Nabi Muhammad saw. Memerintahkan empat puluh pemanah untuk bersiaga di Bukit Al Aianain, sebuah bukit kecil, untuk melindungi umat Islam dari belakang.
Ketika perang terjadi, pasukan kuda kaum kafir mencoba menyerang dari belakang. Para pemanah pun bersiap-siap menghadapinya, menghentikan serangan mereka dan melawan mereka sampai mereka mundur. Kaum kafir melancarkan tiga kali serangan, namun gagal karena pasukan berkuda Islam yang dipimpin oleh Miqdad menghadapi serangan dan hantaman mereka dengan gigih.
Kaum kafir yang dipimpin oleh Khalid bin Walid kembali ke posisi mereka .
Di saat itu, Nabi Muhammad saw. Memerintahkan umat Islam untuk melanarkan serangan balasan untuk menurunkan bendera kaum kafir guna melemahkan semangat mereka.
Pertarungan berlangsung seru di sekitar bendera kaum kafir. Ketika bendera itu jatuh dari tangan seseorang, yang lainnya pun menaikkan bendera itu.
Akhirnya, jatuhlah bendera itu. Maka umat Islam Pun mengalahkan kaum kafir. Kaum kafir lari tunggang-langgang. Berhala mereka pun jatuh dari unta.
Para pemanah melihat lari musuh. Dan mereka pun melihat umat Islam mengejarnya dan mengumpulkan barang rampasan perang. Para pemanah pun turun dari bukit. Pemimpin mereka mengingatkan mereka akan perintah Nabi saw. Namun mereka berkata," Kaum kafir telah melarikan diri. Maka kita tak perlu lagi tinggal di bukit."
Pada saat itulah Khalid bin Walid dan pasukan berkudanya melancarkan serangan mendadak. Pasukan pemanah yang tersisa tidak dapat menahan serangan.
Pasukan berkuda kaum kafir mengejutkan pasukan Muslim. Maka, kekacauan pun terjadi. Pada saat itu, beberapa anggota pasukan Islam syahid dan yang lainnya terluka.
Ketika kaum kafir melihat kekacauan pasukan Islam, mereka kembali dan membawa bendera mereka. Maka pasukan Islam pun berada dalam kepungan dua kekuatan. Pasukan berkuda di belakangnyadan pasukan berjalan kaki di depannya.
Kaum kafir berusaha membunuh Nabi Muhammad saw. Untuk menghacurkan Islam secara keseluruhan. Namun para sahabat utama, seperti Imam Ali bin Abi Thalib, Al Miqdad, Az Zubair, Mus'ab bin Umair, Abu Dujana al Anshari, Sahal bin Hunaif, dan lainnya menahan serangan kaum kafir dengan berani. Mereka melindungi Nabi Muhammad saw.
Nabi Muhammad saw. Memutuskan untuk menarik mundur pasukan ke Bukit Uhud guna melindungi diri mereka dari serangan kaum kafir. Maka, untuk sementara, kaum kafir menghentikan penyerangan.
Pelajaran Berharga
Perang Uhud merupakan pelajaran bagi umat Islam. Mereka belajar banyak dari kejadian itu.
Mereka belajar bagaimana mematuhi Nabi Muhammad saw. Dalam segala hal, karena kepatuhan kepadanya merupakan kemenangan, dan ketidakpatuhan padanya berarti kekalahan.
Nabi Muhammad saw. Terluka parah. Beliau saw. Telah memerintahkan para pemanah untuk tidak meninggalkan tempatnya di Bukit Al Aianain apa pun yang terjadi, namun mereka melupakan perintah itu.
Suku-suku bangsa Arab mencemooh kekalahan umat Islam. Sementara itu, kaum munafik dan Yahudi bergembira atas kekalahan umat Islam itu.
Nabi Muhammad saw. Ingin memperbaiki reputasi Islam kembali. Maka beliau mengatur kembali pasukannya untuk melawan kaum kafir.
Hamra al Asad
Walaupun terluka, umat Muslim tetap mematuhi dan mendukung Nabi Muhammad saw. Maka Beliau saw. Pun mengikutsertakan mereka dan bergerak menuju tempat yang bernama Hamra al Asad.
Kaum Yahudi terkejut melihat pasukan Muslim pergi dengan penuh semangat untuk menghadapi pasukan kafir sehari setelah Perang Uhud.
Kaum kafir befikir untuk menyerang Madinah lagi guna menghancurkan Islam secara penuh. Maka, Abu Sufyan mendirikan kemah di Al Ruuha.
Abu Sufyan mendengar kabar tentang kedatangan pasukan Islam. Dia khawatir, karena dia tahu bahwa kekalahan Muslim sebelumnya hanya disebabkan kelalaian pasukan pemanah. Maka ia pun menarik mundur pasukannya ke Makkah. Dia berusah menakut-nakuti pasukan Muslim. Kemudian, ia mengirimkan ancamannya ke Hamra al Asad.
Pasukan Muslim tidak mempedulikan ancamannya. Mereka tetap mendirikan kemah di Hamra al Asad selama tiga hari. Mereka menyalakan api di malam hari untuk menantang kaum kafir.
Abu Sufyan merasa takut. Maka ia memerintahkan pasukannya untuk mundur ke Makkah.
Maka, Nabi Muhammad saw. Pun dapat memperbaiki reputasi Islam di Jazirah Arab.
Allah Mencintainya
Al Miqdad benar-benar beriman pada Allah dan Rasul-Nya. Nabi Muhammad saw. Berkata tentang Al Miqdad dan beberapa sahabat," Allah telah memerintahkanku untuk mencintai empat orang, dan Ia berfirman bahwa Ia pun mencintai mereka. Orang-orang itu adalah Ali, Al Miqdad,Abu Dzar, dan Salman."
Nabi Muhammad saw. Telah meninggal dunia. Beberapa sahabat yakin bahwa pengganti beliau saw. Adalah Imam Ali bin Abi Thalib.
Namun beberapa orang Muhajirin dan Anshar mengadakan pertemuan di Saqifah, tempat pertemuan bani Sa'idah. Di tempat itulah terjadi persaingan ketat untuk menjadi Khalifah. Akhirnya, Abu Bakar ditunjuk sebagai Khalifah.
Al Miqdad, Salman, Ammar, Abu Dzar, Abu Ayub al Anshari, Al Abbas bin Abdul Muththalib, dan sahabat yang lain terkejut atas penunjukan itu. Mereka mendukung Imam Ali.
Fathimah az Zahra, putrid Rasulullah saw., merasa tidak senang atas peristiwa yang terjadi setelah ayahnya meninggal. Maka, ia pun meninggal dunia enam bulan setelah Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah.
Al Miqdad tetap setia pada Allah dan Rasul-Nya. Dia tidak mengubah cara pandangnya.
Khalifah kedua (Umar bin Khaththab) menunjuk tujuh orang sebagai calon penggantinya. Mereka adalah Imam Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqash, Al Zubairbin al Awam, dan Thalhah bin Abdullah. Mereka yang ditunjuk itu mengadakan pertemuan untuk memilih salah satu dari mereka untuk menjadi Khalifah.
Beberapa sahabat berharap agar Imam Ali terpilih. Maka, Al Miqdad berseru agar pendapatnya didengar," Jika kalian memilih Ali, kami akan mendengarkan dan mematuhinya."
Ammar bin Yasir mendukung Al Miqdad. Namun orang-orang ambisius menolaknya. Maka, dipilihlah Utsman sebagai Khalifah.
Selesai
Al Miqdad menyaksikan bahwa Utsman menyimpang dari perilaku Nabi saw. Al Miqdad tetap setia pada agamanya. Dia meninggal dunia pada usia 90 tahun.[]
Al Miqdad bin Amir
Pada bulan Ramadhan 2 H, 313 orang prajurit Muslim bertolak dari Madinah untuk melawan kafilah dagang Quraisy yang datang dari Syam. Kafilah itu sangat besar dan memiliki seribu unta. Abu sufyan, seorang musuh Islam, memimpin kafilah itu.
Ketika kaum Muslim hijrah dari Makkah ke Madinah, kaum kafir menyerang dan merampok rumah mereka. Karena alas an inilah, Nabi Muhammad saw. Berkeinginan mengambil kembali harta umat Islam. Disamping itu, beliau juga ingin menghukum kaum kafir Quraisy.
Kaum Muslim mendirikan kemah di Badar. Mereka sedang menunggu kedatangan kafilah. Setelah beberapa saat, mereka mendengar kabar buruk. Kabar buruknya adalah bahwa Abu Sufyan telah mengubah arah jalannya kafilah tersebut. Sementara itu, kaum Quraisy sedang mempersiapkan pasukan dalam jumlah besar dengan persenjataan lengkap untuk menyelamatkan kafilah mereka dari serangan umat Muslim.
Umat Muslim pergi ke luar Madinah untuk menghadang kafilah dagang itu. Mereka tidak menyangka akan menghadapi pasukan dalam jumlah besar.
Nabi Muhammad saw. Meminta pendapat para sahabat. Umar bin Khaththab berdiri dan berkata,"Demi Allah! Tidaklah Quraisy menjadi hina setelah mereka menjadi kuat. Dan tidaklah menjadi beriman, setelah kemungkaran mereka (terhadap Allah)."
Umat Muslim merasa cemas setelah mendengar kata-kata Umar. Sebagian dari pasukan itu berpikir untuk kembali lagi ke Madinah.
Selama masa-masa menegangkan itu, Al Miqdad bin Amr al Kindi berdiri dan dengan antusias berkata," Ya Rasulullah, lanjutkan perintah Allah! Kami akan mendukungmu! Demi Allah! Kami tidak akan berkata seperti apa yang dikatakan kaum Yahuditerhadap nabi mereka:' Kau dan Tuhanmu, pergi dan berjuanglah! Kami akan tinggal di sini!' Kami akan berjuang bersamamu."
Kebahagiaan terlihat dari wajah Nabi Muhammad saw. Lalu Nabi Muhammad saw. Berkata pada kaum Anshar," Sekarang, apa yang kita lakukan ?"
Sa'ad bin Ma'adh menjawab," Ya Rasulullah, kami percaya padamu. Kami telah bersaksi bahwa apa yang engkau bawa adalah benar. Kami telah berjanji untuk mendengar dan mematuhimu! Maka, ya Rasulullah, perintahkan apa yang engkau inginkan! Demi Allah! Sekalipun engkau meminta kamiuntuk menyeberangi Laut Merah, kami akan lakukan!"
Kaum Muslim sangat antusias. Mereka bersiap-siap untuk menghadapi kaum kafir dengan hati yang penuh keimanan.
Perang pun dimulai. Kaum Muslim memenangkan perang itu. Kemudian mereka kembali dan mengingat kata-kata Al Miqdad.
Siapakah Al Miqdad?
Al Miqdad berasal dari suku Kunda. Dia melarikan diri dari sukunyadan menetap di Makkah.
Di sana ia menjadi budak seorang pria yang bernama Aswad bin Abid Yaghuth al Zuhri. Maka orang-orang pun memanggilnya dengan sebutan Al Miqdad bin Aswad. Sehubungan dengan hal ini, maka turunlah firman Allah:"Panggillah mereka dengan nama bapaknya."
Oleh karena itu, orang-orang memanggilnya Al Miqdad bin Amr (karena Amr adalah nama bapaknya)
Islam terbit dari puncak Bukit Hira.
Al Miqdad telah berusia 24 tahun. Dia mendengar tentang misi Nabi Muhammad saw. Dengan segera, ia pun percaya pada agama baru itu.
Dia merahasiakan keislamannya. Dia bertemu dengan Nabi Muhammad saw. Secara diam-diam. Sehingga ia pun termasuk dalam orang-orang pertama yang masuk Islam. Dia selalu merasakan penderitaan umat Muslim.
Hijrah
Nabi Muhammad saw. Memerintahkan kepada para sahabat untuk hijrah ke Madinah. Mereka hijrah seorang demi seorang atau sekelompok demi sekelompok. Lalu Allah SWT Yang Mahaagung memerintahkan kapada Rasulullah saw. Untuk hijrah ke Madinah.
Al Miqdad ikut bergembira atas keselamatan Nabi saw. Ia memuji Imam Ali bin Abi Thalibyang rela mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan Nabi Muhammad saw. Dari pedang kaum kafir.
Ketika Nabi Muhammad saw. Hijrah ke Madinah, Kaum kafir menyerang dan merampok rumah-rumah kaum Muslim di Makkah. Lalu, Nabi Muhammad saw. Berniat untuk menghadang kafilah dagang Quraisy sebagai hukuman.
Hamzah bin Abdul Muththalib memimpin pasukan pertama dan menuju daerah Al Ays dekat Laut Merah. Disana ia bertemu dengan pasukan kafir yang dipimpin Abu Jahal.
Tidak ada pertumpahan darah, karena beberapa pemuka bangsa Arab menengahi kedua kelompok yang bertikai.
Pada bulan Syawwal 1 Hijriah, beberapa pasukan berangkat. Pasukan tersebut beranggotakan enam puluh orang. Tujuannya adalah menguasai Bukit Rabgh yang merupakan jalan yang digunakan kafilah dagang kaum kafir Quraisy.
Di Makkah
Kaum kafir di kota Makkah mendengar kabar tentang pasukan Muslim. Lalu, Abu Sufyan menghasut penduduk Makkah untuk memberikan perlawanan.
Al Miqdad memutuskan untuk berpura-pura bergabung dengan pasukan kafir. Ia melakukan nya agar dapat hijrah ke Madinah dengan aman.
Uthbah bin Ghazwan masuk Islam secara diam-diam. Al Miqdad pergi menyusul Uthbah. Mereka setuju untuk berpura-pura bergabung dengan pasukan kaum kafir.
Abu Sufyan memimpin dua ratus orang pasukan dan pergi menuju Bukit Rabgh. Di sana pasukan kafir bertemu dengan pasukan Muslim. Kedua kubu saling melontarkan panah.
Sementara itu, kaum kafir terkejut ketika melihat dua orang anggota pasukannya berlari menuju pasukan Muslim. Kaum kafir terkesima mendengar teriakan umat muslim menggema di gurun itu:" Allaahu akbar (Mahabesar Allah)! Allaahu akbar!"
Abu Sufyan mengetahui nama-nama pelarian itu. Mereka adalah Al Miqdad dan Uthbah bin Ghazwan.
Maka, Abu Sufyan pun jengkel. Dia memerintahkan pasukannya untuk kembali ke Makkah. Dia takut mungkin ada orang Muslim lain yang menyamar di dalam pasukannya.
Di Madinah
Al Miqdad hidup dengan bahagia di Madinah. Kaum Muslim sangat bahagia, karena Nabi Muhammad saw. Memperlakukan mereka semua dengan baik.
Nabi Muhammad saw. Sangat perhatian terhadap umat Islam. Beliau selalu memikirkan keselamatan dan masa depan mereka di dunia dan di akhirat.
Al Miqdad sangat tebal keimanannya. Dia mencintai Rasulullah saw. Maka ia pun selalu mengikuti beliau saw. Dalam perang suci melawan kaum kaum kafir.
Suatu hari, kaum kafir menyerang padang rumput Madinah dan merampok ternak mereka. Maka Nabi Muhammad saw. Meminta kaum Muslim agar mengejar kaum kafir itu.
Al Miqdad merupakan salah seorang di antara kelompok pertama yang mematuhi perintah Rasulullah saw. Nabi Muhammad saw. Memimpin dua ratus tentara berkuda untuk mengejar penyerang itu, namun mereka melarikan diri. Rasulullah saw. Pun kembali ke Madinah. Peristiwa tadi diberi nama Perang Badar Kecil.
Perang Badar Besar
Pada 13 Ramadhan, kaum Muslim pergi untuk menghalau kafilah dagang Quraisy yang dating dari Syam.
Dekat sumur-sumur Badar, kaum Muslim mendengar bahwa kaum kafir akan membentuk suatu pasukan bersenjata. Dan Abu Jahal memimpin pasukan itu.
Nabi Muhammad saw. Meminta pendapat para sahabat. Beberapa sahabat menyarangkan agar kembali ke Madinah. Sementara itu, umat Muslim merasa sangat Khawatir.
Pada saat-saat yang menegangkan itu, Al Miqdad berdiri dan berkata dengan antusias. Kata-katanya menambah keimanan kaum Muslim.
Ketika perang mulai pecah, pasukan Islam bertempur dengan berani. Di saat yang sama, Nabi Muhammad saw. Memohon kepada Allah agar menhadiahi hamba-hamba-Nya kemenangan. Hanya dalam waktu beberapa jam saja pasukan Islam dapat mengalahkan kaum kafir.
Allah membalas Abu Jahal dan Umayyah bin Khulaif atas penyiksaannya terhadap umat Muslim. Selain itu, pasukan Muslim juga menangkap beberapa orang kafir, seperti Al Nadhar bin al Harits, Akabah bin Abu Myad, dan lain-lain.
Al Miqdad menangkap Al Nadhar bin al Harits.
Pasukan Muslim membawa tawanan perang ke Madinah. Ketika sampai di daerah Al Athil, Nabi Muhammad saw. Memerintahkan untuk membunuh Al Nadhar bin al Harits sebagai hukuman atas perbuatannya.
Al Nadhar bin al Harits telah menyiksa umat Muslim di Makkah. Karena itulah, Rasulullah memerintahkan Imam Ali binAbi Thalib, pahlawan Islam, untuk membunuhnya.
Al Miqdad berkata," Ya Rasulullah, Al Nadhar adalah tawananku!"
Nabi Muhammad saw. Mengetahui bahwa Al Miqdad menginginkan imbalan. Maka, beliau pun menengadahkan tangannya ke langit seraya berkata," Ya Allah, jadikan Al Miqdad kaya dengan kemurahan-Mu!"
Al Miqdad pun puas dengan doa Nabi saw. Maka, ia pun menyerahkan musuh Islam dan musuh kemanusiaan itu pada kaum Muslim untuk dihukum.
Nabi Muhammad saw. Meminta pada para sahabat untuk memperlakukan para tawanan dengan baik. Selain itu, mereka juga melepaskan tawanan tanpa meminta tebusan karena mereka miskin. Dan beliau meminta pada para tawanan yang dapat menulis dan membaca untuk mengajarkannya pada anak-anak Muslim sebagai imbalan bagi kebebasannya.
Perang Uhud
Setelah mengalami kekalahan pada Perang Badar, kaum kafir memutuskan untuk membalas dendampada umat Islam. Maka mereka pun membentuk pasukan bersenjata yang berkekuatan tiga ribu orang.
Kaum Kafir bergerak menuju Madinah. Ketika mereka sampai di Madinah, mereka meninggalkan unta dan kudanya untuk digembalakan di padang rumput Madinah. Mereka melakukan itu untuk menantang umat Muslim.
Nabi Muhammad saw. Meminta saran pada para sahabat. Beberapa sahabat menyarangkan beliau untuk tetap tinggal di Madinah, dan beberapa sahabat menyarankan agar Nabi keluar dari Madinah. Para pemuda Muslim sudah tidak sabar untuk memulai pertempuran di luar Madinah. Maka Nabi Muhammad saw. Pun memutuskan untuk keluar dari Madinah.
Pasukan Muslim bergerak menuju Bukit Uhud. Di sanalah Nabi Muhammad saw. Mempersiapkan pasukannya untuk memulai peperangan.
Nabi Muhammad saw. Memerintahkan empat puluh pemanah untuk bersiaga di Bukit Al Aianain, sebuah bukit kecil, untuk melindungi umat Islam dari belakang.
Ketika perang terjadi, pasukan kuda kaum kafir mencoba menyerang dari belakang. Para pemanah pun bersiap-siap menghadapinya, menghentikan serangan mereka dan melawan mereka sampai mereka mundur. Kaum kafir melancarkan tiga kali serangan, namun gagal karena pasukan berkuda Islam yang dipimpin oleh Miqdad menghadapi serangan dan hantaman mereka dengan gigih.
Kaum kafir yang dipimpin oleh Khalid bin Walid kembali ke posisi mereka .
Di saat itu, Nabi Muhammad saw. Memerintahkan umat Islam untuk melanarkan serangan balasan untuk menurunkan bendera kaum kafir guna melemahkan semangat mereka.
Pertarungan berlangsung seru di sekitar bendera kaum kafir. Ketika bendera itu jatuh dari tangan seseorang, yang lainnya pun menaikkan bendera itu.
Akhirnya, jatuhlah bendera itu. Maka umat Islam Pun mengalahkan kaum kafir. Kaum kafir lari tunggang-langgang. Berhala mereka pun jatuh dari unta.
Para pemanah melihat lari musuh. Dan mereka pun melihat umat Islam mengejarnya dan mengumpulkan barang rampasan perang. Para pemanah pun turun dari bukit. Pemimpin mereka mengingatkan mereka akan perintah Nabi saw. Namun mereka berkata," Kaum kafir telah melarikan diri. Maka kita tak perlu lagi tinggal di bukit."
Pada saat itulah Khalid bin Walid dan pasukan berkudanya melancarkan serangan mendadak. Pasukan pemanah yang tersisa tidak dapat menahan serangan.
Pasukan berkuda kaum kafir mengejutkan pasukan Muslim. Maka, kekacauan pun terjadi. Pada saat itu, beberapa anggota pasukan Islam syahid dan yang lainnya terluka.
Ketika kaum kafir melihat kekacauan pasukan Islam, mereka kembali dan membawa bendera mereka. Maka pasukan Islam pun berada dalam kepungan dua kekuatan. Pasukan berkuda di belakangnyadan pasukan berjalan kaki di depannya.
Kaum kafir berusaha membunuh Nabi Muhammad saw. Untuk menghacurkan Islam secara keseluruhan. Namun para sahabat utama, seperti Imam Ali bin Abi Thalib, Al Miqdad, Az Zubair, Mus'ab bin Umair, Abu Dujana al Anshari, Sahal bin Hunaif, dan lainnya menahan serangan kaum kafir dengan berani. Mereka melindungi Nabi Muhammad saw.
Nabi Muhammad saw. Memutuskan untuk menarik mundur pasukan ke Bukit Uhud guna melindungi diri mereka dari serangan kaum kafir. Maka, untuk sementara, kaum kafir menghentikan penyerangan.
Pelajaran Berharga
Perang Uhud merupakan pelajaran bagi umat Islam. Mereka belajar banyak dari kejadian itu.
Mereka belajar bagaimana mematuhi Nabi Muhammad saw. Dalam segala hal, karena kepatuhan kepadanya merupakan kemenangan, dan ketidakpatuhan padanya berarti kekalahan.
Nabi Muhammad saw. Terluka parah. Beliau saw. Telah memerintahkan para pemanah untuk tidak meninggalkan tempatnya di Bukit Al Aianain apa pun yang terjadi, namun mereka melupakan perintah itu.
Suku-suku bangsa Arab mencemooh kekalahan umat Islam. Sementara itu, kaum munafik dan Yahudi bergembira atas kekalahan umat Islam itu.
Nabi Muhammad saw. Ingin memperbaiki reputasi Islam kembali. Maka beliau mengatur kembali pasukannya untuk melawan kaum kafir.
Hamra al Asad
Walaupun terluka, umat Muslim tetap mematuhi dan mendukung Nabi Muhammad saw. Maka Beliau saw. Pun mengikutsertakan mereka dan bergerak menuju tempat yang bernama Hamra al Asad.
Kaum Yahudi terkejut melihat pasukan Muslim pergi dengan penuh semangat untuk menghadapi pasukan kafir sehari setelah Perang Uhud.
Kaum kafir befikir untuk menyerang Madinah lagi guna menghancurkan Islam secara penuh. Maka, Abu Sufyan mendirikan kemah di Al Ruuha.
Abu Sufyan mendengar kabar tentang kedatangan pasukan Islam. Dia khawatir, karena dia tahu bahwa kekalahan Muslim sebelumnya hanya disebabkan kelalaian pasukan pemanah. Maka ia pun menarik mundur pasukannya ke Makkah. Dia berusah menakut-nakuti pasukan Muslim. Kemudian, ia mengirimkan ancamannya ke Hamra al Asad.
Pasukan Muslim tidak mempedulikan ancamannya. Mereka tetap mendirikan kemah di Hamra al Asad selama tiga hari. Mereka menyalakan api di malam hari untuk menantang kaum kafir.
Abu Sufyan merasa takut. Maka ia memerintahkan pasukannya untuk mundur ke Makkah.
Maka, Nabi Muhammad saw. Pun dapat memperbaiki reputasi Islam di Jazirah Arab.
Allah Mencintainya
Al Miqdad benar-benar beriman pada Allah dan Rasul-Nya. Nabi Muhammad saw. Berkata tentang Al Miqdad dan beberapa sahabat," Allah telah memerintahkanku untuk mencintai empat orang, dan Ia berfirman bahwa Ia pun mencintai mereka. Orang-orang itu adalah Ali, Al Miqdad,Abu Dzar, dan Salman."
Nabi Muhammad saw. Telah meninggal dunia. Beberapa sahabat yakin bahwa pengganti beliau saw. Adalah Imam Ali bin Abi Thalib.
Namun beberapa orang Muhajirin dan Anshar mengadakan pertemuan di Saqifah, tempat pertemuan bani Sa'idah. Di tempat itulah terjadi persaingan ketat untuk menjadi Khalifah. Akhirnya, Abu Bakar ditunjuk sebagai Khalifah.
Al Miqdad, Salman, Ammar, Abu Dzar, Abu Ayub al Anshari, Al Abbas bin Abdul Muththalib, dan sahabat yang lain terkejut atas penunjukan itu. Mereka mendukung Imam Ali.
Fathimah az Zahra, putrid Rasulullah saw., merasa tidak senang atas peristiwa yang terjadi setelah ayahnya meninggal. Maka, ia pun meninggal dunia enam bulan setelah Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah.
Al Miqdad tetap setia pada Allah dan Rasul-Nya. Dia tidak mengubah cara pandangnya.
Khalifah kedua (Umar bin Khaththab) menunjuk tujuh orang sebagai calon penggantinya. Mereka adalah Imam Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqash, Al Zubairbin al Awam, dan Thalhah bin Abdullah. Mereka yang ditunjuk itu mengadakan pertemuan untuk memilih salah satu dari mereka untuk menjadi Khalifah.
Beberapa sahabat berharap agar Imam Ali terpilih. Maka, Al Miqdad berseru agar pendapatnya didengar," Jika kalian memilih Ali, kami akan mendengarkan dan mematuhinya."
Ammar bin Yasir mendukung Al Miqdad. Namun orang-orang ambisius menolaknya. Maka, dipilihlah Utsman sebagai Khalifah.
Selesai
Al Miqdad menyaksikan bahwa Utsman menyimpang dari perilaku Nabi saw. Al Miqdad tetap setia pada agamanya. Dia meninggal dunia pada usia 90 tahun.[]
9. ABU THALIB ABU THALIB
Tahun gajah
Pada tahun 570 M,tentara Abisinia di bawah kepemimpinan Abrahah menyerang kota suci Makkah utuk meghancurkan Ka'bah.
Abdul Muththalib,kakek nabi kita Nabi Muhammad saw. Dan pemimpin Mekkah saat itu,segera melakukan tawaf (berkeliling) di Ka'bah,berdo'a kepada Allah SWT agar mencegah para penyerbu yang akan menghancurkan rumah suci tersebut,yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim as. dan anaknya,Nabi Ismail as.,untuk umat manusia agar menyembah Allah semata.
Allah swt mengabulkan doa Abdul Muththalib.Maka ketika pasukan penunggang gajah itu maju untuk menghancurkan ka'bah,burung Ababil yang membawa batu pada paruhnya muncul dari kejauhan.Mereka mulai menjatuhkan batu tersebut.Sehingga,para penyerbu yang ada disekitar ka'bah kocar-kacir.Oleh sebab itu,tahun itu disebut tahun gajah.
Nabi Muhammad Saw lahir pada tahun itu pula.Pada saat itu,Abu Thalib telah berumur tiga puluh tahun.
Abdul Muththalib
Abdul Muththalib, orang yang telah menggali sumur zamzam,memiliki sepuluh anak. Abdullah,ayah Nabi Saw.,adalah salah satunya.Abu Thalib,paman Nabi,adalah salah satu dari mereka.
Nabi Muhammad saw.adalah seorang yatim.Ayahnya,Abdullah,meninggal saat beliau saw.masih bayi.Ketika ibunya.Aminah,meninggal ,beliau saw.masih berumur enam tahun.
Abdul Muththalib kemudian merawat Nabi saw.Abdul Muththalib sangat sayang pada Nabi.Ia tahu bahwa cucunya itu akan menjadi seorang nabi.
Abdul Muththalib adalah seorang yang berbudi luhur.Ia mengikuti agama Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as.Ia selalu menasehati anak-anaknya untuk mengikuti jalan yang benar.
Diatas pembaringannya,saat ajalnya akan menjemput,Abdul Muththalib berpesan pada anak-anaknya,"cucuku akan menjadi seorang nabi,sehingga siapapun yang ada pada masanya harus beriman kepadanya."
Kemudian ia berpaling pada anaknya ,Abu Thalib ,dam berbisik di telinganya, "Abu Thalib,Muhammad akan menjadi orang besar.Maka dukunglah ia dengan tangan dan lidahmu.
Sang Penjaga
Nabi Muhammad saw. Berusia delapan tahun ketika kakeknya meninggal.Sehingga pamannya,Abu Thalib,yang kemudian merawat beliau.
Nama Abu Thalib sebenarnya adalah Abdul Manaf. Ibunyabernama Fathimah Ibnu Amru, dan berasal dari bani makhzum.Abu Thalib sering dipanggil dengah syekh al bat-ha.
Nabi Muhammad saw.tinggal bersama pamannya itu.Ia memperlakukan beliau saw.dengan baik.Fathimah binti Asad,istri pamannya,juga memperlakukan Nabi dengan amat baik.Ia memperhatikan beliau melebihi perhatiannya terhadap anak-anaknya sendiri. Sehingga,Nabi saw.tumbuh dalam lingkungan keluarga yang baik.
Cinta Abu Thalib dari hari kehari semakin bertambah terhadap keponakannya itu,karena beliau saw. Berlaku baik dan sopan.
Misalnya,pada saat makanan tersaji,Anak yatim itu mengambilnya dengan sopan.Lalu beliau mengucap,"Bismillaah." Ketika selesai,beliau mengucap,"Alhamdulillah."
Suatu hari,Abu Thalib tidak melihat keponakannya,Muhammad saw.sehingga ia menunda makannya dan berkata,"Tunggu sampai anakku datang!"
Ketika Nabi Muhammad saw. datang,Abu Thalib memberinya secangkir yoghurt(susu asam).Nabi Muhammad saw. meminum yoghurt di cangkir itu.Baru setelah itu,anak-anak Abu Thalib minum pula satu per satu, hingga semuanya kebagian.
Sang paman pun begitu mengagumi Nabi.sehingga ia berkata pada keponakannya itu,"Muhammad,engkau adalah seorang yang diberkati."
Kabar Gembira
Abu Thalib mendengar berita gembira dari para ahlulkitab(Yahudi dan Nasrani).Berita gembira itu adalah seorang Nabi akan datang dalam waktu dekat.Oleh karena itu ia lebih memperhatikan keponakannya.Abu Thalib tau bahwa keponakannya itu akan menjadi nabi. Sehingga,ia tidak pernah meniggalkan Muhammad sendirian.
Ketika Abu Thalib akan pergi ke Syam untuk perjalanan dagang,ia membawa Nabi Muhammad bersamanya.Saat itu Nabi Muhammad berumur sembilan tahun.
Di Basrah,sebuah kota dimana situasi jalannya penuh dengan kafilah-kafilah dagang,terdapat sebuah biara.Seorang pendeta tinggal di biara tersebut.Pendeta itu bernama Buhaira.Ia selalu mencari tahu tentang kemunculan nabi yang waktunya telah dekat.
Ketika pendeta itu melihat Muhammad saw. ,ia sadar bahwa Muhammad saw akan menjadi nabi yang dijanjikan, karena Muhammad saw. memiliki kepribadian dan tanda -tanda seorang nabi.
Pendeta itu mulai memperhatikan wajah Muhammad saw. Dengan seksama.Sementara itu,kabar gembira dari Nabi Isa as. terngiang dibenaknya. Pendeta itu bertanya pada Abu Thalib,"siapa nama anak ini ?" Abu Thalib menjawab,"namanya Muhammad."
Pendeta itu menjadi begitu merendah setelah mendengar nama tersebut. Lalu ia berkata pada Abu Thalib, "Kembalilah ke Makkah. Lindungi keponakanmu dari orang-orang Yahudi, karena ia akan menjadi orang besar!"
Abu Thalib kembali ke Makkah. Ia mencintai Nabi Muhammad. Ia pun sangat berhati-hati pada keselamatan Nabi Muhammad.
Anak Laki-laki yang Diberkati
Beberapa tahun kemudian, Makkah dan desa-desa sekitarnya kekeringan karena tidak turun Hujan .
Orang-orang datang pada syekh al Bat-ha. Mereka memintanya untuk berdoa pada Allah,memohon turunnya hujan. Mereka berkata, "Abu Thalib,lembah-lembah menjadi kering. Keluarga kami kelaparan. Jadi, berdoalah pada Allah memohon hujan."
Abu Thalib pergi.Ia mempunyai kepercayaan besar terhadap Allah. Ia menjemput keponakannya, Nabi Muhammad,bersamanya.
Abu Thalib dan Nabi Muhammad berdiri disamping ka'bah. Hati Nabi Muhammad tersentuh melihat orang-orang itu. Abu Thalib memohon pada Allah untuk menurunkan hujan deras. Muhammad saw. Melihat kelangit.
Selang beberapa waktu setelah itu, langit dipenuhi awan tebal. Kilat menyambar. Guntur bergemuruh. Dan hujan pun turun dengan derasnya.
Air hujan mengalir ke desa-desa. Orang-orang kembali kerumah masing-masing dengan bersyukur kepada Allah atas turunnya hujan. Abu Thalib pun kembali kerumahnya. Cintanya pada keponakannya bertambah besar.
Beberapa tahun telah lewat. Muhammad saw. Begitu santun. Sehingga,orang-orang menjulukinya Al Amin (orang yang dapat dipercaya).
Pendukung Mereka yang Teraniaya
Abu Thalib sangat membenci penganiayaan. Pada saat yang sama,ia juga mencintai yang teraniaya. Karenanya,Nabi Muhammad saw.sangat mencintai Abu Thalib.
Suatu hari, pecah perang antara suku Kinana dan suku Qais. Suku Qais adalah kaum penindas.
Seorang laki-laki dari suku Kinana datang pada Abu Thalib dan berkata," Wahai putra pemberi makan burung dan pemberi minum peziarah Ka'bah,jangan tinggalkan kami. Kami akan beroleh kemenangan dengan kehadiranmu."
Abu Thalib menjawab,"Aku tidak akan meninggalkan kalian bila kalian menjauhi penganiayaan,permusuhan,kekasaran dan dusta."
Dan mereka berjanji pada Abu Thalib untuk melakukannya. Sehingga, Nabi Muhammad saw.bersama pamannya membela suku Kinana.
Perserikatan Fudhuul
Beberapa orang Makkah menyerang para peziarah Ka'bah. Seorang lelaki dan anak perempuannya,dari suku Khathaam, termasuk dalam peziarah tersebut.
Seorang pemuda Makkah membawa anak perempuan itu dengan paksa.
Orang Khathaam itu berteriak,"tolong! tolong! tolong! "seorang yang sedang lewat berkata padanya," Pergilah pada perserikatan Fudhuul."
Laki-laki itupun pergi untuk menemui Abu Thalib.
Abu Thalib adalah pendiri Perserikatan Fudhuul, yaitu kesepakatan yang ditandatangani oleh para pemimpin orang-orang Makkah. Menurut kesepakatan tersebut, mereka memutuskan untuk menolong orang yang tertindas dan menghukum para penindas.
Ketika lelaki Khathaam itu datang dan meminta pertolongan,beberapa orang laki-laki mengambil pedang mereka dan pergi ke rumah laki-laki penganiaya itu. Mereka mengancam laki-laki yang membawa anak perempuan orang Khathaam itu,dan membawa anak perempuan itu kembali pada ayahnya.
Nabi Muhammad saw. Juga merupakan anggota perserikatan Fudhuul.
Perkawinan Bahagia
Abu Thalib mempunyai keluarga besar. Ia banyak mengeluarkan uang untuk membantu fakir miskin. Sehingga, ia menjadi miskin pula. Nabi Muhammad saw. Merasa bahwa ia harus membatu pamannya. Maka, Nabi Muhammad memutuskan membawa barang-barang dagangan Khadija untuk dibawa ke Syam.
Tugas itupun berhsil. Ini membuat Khadijah memikirkan Nabi Muhammad. Maka, ia meminta Nabi Muhammad untuk menikahinya.
Abu Thalib sangat bahagia dengan keputusan itu. Sehingga, ia,seluruh bani Hasyim, dan Hamzah bin Abdul Muththalib (paman Nabi Muhammad) pergi melamar Khadijah pada keluarganya. Abu Thalib berkata,"Segala puji bagi Allah yang menjadikan kami putra-putra Ibrahim dan Ismail,yang membuat rumah perlindungan dan tempat suci yang aman (Ka'bah), dan membuat negri kita terberkahi."
Kemudian ia menambahkan,"Keponakanku Muhammad Bin Abdullah adalah orang terbaik dan terbesar dari seluruh kaum Quraisy. Disamping itu, Ia lebih baik dari pada harta,karena harta bisa habis. Muhammad menyukai Khadijah dan Khadijah pun menyukai beliau. Demi Allah,Muhammad akan menjadi orang penting. Mahar Khadijah dari uangku."
Muhammad saw. Dan Khadijah pun melangsungkan pernikahan.
Beberapa tahun telah lewat. Allah memberi Abu Thalib bayi baru. Bayi itu bernama Ali.
Nabi Muhammad saw. Ingin meringankan beban pamannya untuk membawa Ali kerumahnya.
Jibril
Beberapa tahu telah lewat. Abu Thalib telah berumur tujuh puluh tahun. Sementara, Nabi Muhammad saw. berumur empat puluh tahun. Muhammad saw. Pergi ke Gua Hira setiap hari. Pada tahun itu, Malaikat Jibril turun dari langit. Nabi Muhammad saw mendengar suara Jibril,
"Bacalah ! Dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha pemurah, Yang mengajarkan manusia denagn perantaraan kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya."
Kemudian Jibril berkata,"Muhammad,engkau adalah utusan Allah dan aku Jibril."
Nabi Muhammad kembali dari Gua Hira dengan mengemban misi dari langit.
Istrinya,Khadija,mengimaninya. Sepupunya,Ali bin Abi Thalib, mengimaninya pula.
Suatu hari,Ketika Nabi Muhammad saw. Sedang menjalankan shalat dan Ali ada disamping beliau, Abu Thalib datang dan berkata dengan penuh rasa sayang," keponakanku, apa yang sedang kau kerjakan?" Nabi Muhammad saw. Menjawab," Kami sedang shalat menyembah Allah yang telah menurunkan agama Islam." Abu Thalib berkata dengan bahagia,"Tak akan ada yang mengganggumu." Kemudian ia berkata pada anaknya, Ali,"Wahai Ali, dukunglah sepupumu. Tak ada yang ia lakukan selain kebaikan."
Dalam Rumah Nabi
Setelah beberapa waktu, Jibril datang dengan membawa perintah Allah: " dan berilah peringatan kepada kerabat- kerabatmu yang terdekat."
Nabi memrintahkan Ali yang saat itu berumur sepuluh tahun untuk mengundan keluarganya, bani Hasyim. Lalu Abu Thalib, Abu Lahab, dan yang lainnya datang kerumah Nabi.
Setelah makan, Nabi Muhammad saw. Berkata,"Tidak ada seorang pemuda Arab yang membawakan kepada kaumnya seperti yang aku bawakan pada kalian. Aku bawakan kebahagiaan dunia dan akhirat untuk kalian."
Kemudian, Nabi meminta mereka untuk memeluk Islam. Abu Lahab berdiri dan berkata dengan keras,"Muhammad telah menyihir kalian ! "Abu Thalib berkata dengan marah, "Diam ! itu bukan urusanmu ! "
Abu Thalib berpaling pada Nabi Muhammad saw. Dan berkata, "Berdirilah dan katakan apa yang akan kau katakan. Sebarkan misi Tuhanmu, karena engkau adalah Al Amin (yang dapat dipercaya)."
Kemudian, Nabi Muhammad saw. Berdiri dan bekata," Tuhanku memerintahkanku untuk meminta kalian agar beriman pada-Nya. Maka, siapa yang akan mendukungku dalam misiku ini ? siapa yang ingin menjadi saudaraku, wasiku (pewarisku), dan Khalifahku sepeninggalku?"
Mereka semua terdiam.
Kemudian, Ali berkata dengan keras," Ya Rasulullah, aku."
Nabi gembira dan memeluk sepupunya yang masih mudah itu sambil mencucurkan air mata.
Seluruh bani Hasyim berdiri. Abu Lahab tertawa dan mengejek Abu Thalib," Muhammad memerintahkanmu untuk mendengarkan dan mematuhi anakmu."
Tetapi Abu Thalib tidak memedulikannya. Bahkan, Abu Thalib memandang Abu Lahab dengan marah.
Abu Thalib berkata dengan rasa sayang pada keponakannya," Laksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah. Demi Allah, aku akan mendukung dan melindungimu."
Nabi Muhammad saw. Memandang pamannya dengan rasa hormat. Nabi Muhammad saw. Merasa kuat sepanjang pemimpin Makkah itu bersamanya.
Sang Pendukung
Meskipun Abu Thalib sudah tua, ia masih kuat berdiri sebagai pendukung misi Nabi Muhammad. Ia selalu melindungi Nabi Muhammad dari kaum kafir Quraisy.
Sebagian besar orang Makkah beriman pada Allah dan tidak lagi menyembah berhala dan tidak menghiraukan ancaman para penguasa kafir Quraisy.
Suatu Hari, pemimpin-pemimpin Quraisy datang pada Abu Thalib meskipun ia sedang sakit. Mereka berkata dengan marah," Abu Thalib ! Cegahlah keponakanmu dari kami, karena ia meruntuhkan pemikiran kami dan menghina tuhan-tuhan kami ! "
Abu Thalib menjadi sedih karena kaumnya tidak ingin mendengarkan suara kebenaran. Maka, ia berkata pada mereka,"Beri aku waktu untuk berbicara padanya."
Abu Thalib menyampaikan kata-kata pemimpin-pemimpin Quraisy itu pada Nabi Muhammad saw. Nabi berkata dengan penuh rasa hormat," Paman ! Aku tidak dapat membangkan pada perintah Tuhanku."
Abu Jahal, Seorang pendengki, berkata," Kami akan berikan apapun yang dia mau dari uang kami." Lebih dari itu, kami akan jadikan ia raja diantara kami jika ia menginginkan."
Nabi saw. berkata,"Aku tidak menginginkan sesuatu kecuali satu kalimat." Abu Jahal bertanya,"Kalimat apa itu ? Kami akan berikan padamu sepuluh kali lipat dari itu." Nabi Muhammad saw. berkata," Tiada Tuhan Selain Allah."
Maka, Abu Jahal dengan penuh kemarahan berkata," Mintalah kalimat yang lain !
Rasulullah saw. berkata," Walaupun kalian bawakan aku matahari dan meletakkannya ditanganku, aku tetap tak akan meminta kalimat yang lain."
Suasana memanas. Kaum Musyrik berdiri. Merka mengancam Nabi Muhammad saw.
Abu Thalib berkata pada Nabi Muhammad saw. ,"Selamatkan jiwamu dan jangan membebaniku." Nabi menitikkan air mata lalu menjawab," Paman, demi Allah, Bila mereka letakkan matahari ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku agar aku melepaskan misiku ini, aku tetap tak akan menerimanya sampai Allah menolongku atau aku terbunuh karenanya.
Nabi Muhammad saw. berdiri sambil mengusap air matanya. Lalu, Abu Thalib memanggilnya dan berkata," Keponakanku, kemarilah."
Nabi Muhammad saw. menghampiri.
Pamannya menciumnya dan berkata,"keponakanku, pergi dan katakan apa yang engkau mau. Demi Allah, Aku tak akan meninggalkanmu sendiri."
Kemudian, Abu Thalib melanjutkan Syair:
Demi Allah, mereka semua tak akan menjangkaumu.
Hingga aku terbunuh.
Dan hingga aku terkubur.
Cahaya Islam
Nabi Muhammad saw. pergi menyebarkan agama baru untuk mengelurkan manusia dari kegelapan menuju cahaya.
Sekali lagi, kaum kafir Quraisy mengancam Abu Thalib. Mereka menggunakan cara lain: "Abu Thalib, ini Amarah bin Walid (saudara Khalid bin Walid ). Ia adalah pemuda terkuat dan tertampan dari seluruh kaum Quraisy. Maka, ambil ia dan serahkan Muhammad untuk kami bunuh."
Abu Thalib merasa sedih mendengar hal itu. Ia menjawab dengan marah," Apakah kalian memberikan anak kalian untuk aku pelihara, sementara aku berikan anakku untuk kalian bunuh ? Pernahkah kalian melihat unta betina yang mengasihi anak unta lain melebihi kasihnya pada anaknya sendiri?"
Penindasan kaum musyrik semakin meningkat. Mereka mulai menyiksa orang-orang beriman. Abu Thalib khawatir mereka akan mencelakai Nabi Muhammad saw. Maka, ia mengirimkan beliau saw. ke bani Hasyim. Ia meminta mereka untuk melindungi dan menyelamatkan Nabi Muhammad saw. Mereka menerimanya, kecuali Abu Lahab.
Abu Thalib mendengar bahwa Abu Jahal dan beberapa orang kafir berusaha membunuh Nabi Muhammad Saw.
Maka ia dan anaknya, Ja'far, pergi ke lembah-lembah sekitar Makkah untuk mencari Nabi Muhammad saw. kesana kemari.
Akhirnya, ia dan Ja'far menemukan Nabi sedang salat. Pada saat yang bersamaan, Ali pun menunaikan salat di samping kanan Nabi.
Mereka sedih melihat tak ada seorang pun disana bersama Nabi Muhammad saw. kecuali Ali. Walaupun demikian, Abu Thalib ingin membesarkan hati keponakannya. Ia berpaling pada anaknya, Ja'far, dan berkata,"lengkapilah sayap sepupumu."yaitu salat disamping kiri Nabi untuk memunculkan keteguhan hati, kekuatan, dan kepercayaan diri. Ja'far berdiri bersama Nabi Muhammad saw. dan saudaranya, Ali, untuk salat menyembah Allah, pencipta langit dan bumi, Tuhan alam semesta.
Kembali, Abu Thalib merindukan Nabi Muhammad saw. Ia menantikan kepulangannya. Tapi Nabi tak kunjung kembali. Maka ia pergi untuk mencari Nabi. Ia datangi tempat yang sering dikunjungi Nabi. Namun, ia tak menemukan beliau.
Maka, Abu Thalib kembali, mengumpulkan bani Hasyim dan berkata,"Setiap dari kalian harus membawa sebatang besi. Sekarang ikuti aku. Saat aku masuk kedalam mesjid, setiap dari kalian harus duduk di samping pemimpin Quraisy. Ia harus membunuhnya bila ternyata Muhammad telah dibunuh."
Para pemuda bani Hasyim mematuhi Abu Thalib. Setiap dari mereka duduk di samping para orang kafir tersebut.
Abu Thalib duduk menunggu kedatangan Nabi Muhammad saw. Tak lama kemudian, Zaid bin Harits datang dan mengatakan bahwa Nabi selamat.
Kemudian, Abu Thalib mengumumkan rencananya untuk menghukum orang yang berusaha menyakiti Nabi Muhammad saw. Kaum musyrik menjadi ciut nyalinya. Abu Jahal pun terdiam. Wajahnya menjadi pucat ketakutan.
Beberapa orang musyrik mendesak anak-anak dan budak- budak mereka untuk menyakiti Nabi Muhammad Saw.
Suatu hari, Nbi sedang menunaikan salat. Lalu datang seorang pemuda, ia melemparkan kotoran pada Nabi Muhammad saw. Pemuda itu mulai tertawa terbahak-bahak. Nabi Muhammad saw. merasa sedih. Maka, ia pergi menemui pamannya dan mengatakan perlakuan buruk pemuda itu.
Abu Thalib menjadi sangat marah. Ia menghunus pedangnya dan mendatangi kaum musyrik itu. Lalu ia memerintahkan anaknya untuk melemparkan kotoran kewajah mereka. Mereka berkata, "Abu Thalib, cukup!"
Boikot
Ketika kaum musyrik tahu bahwa Abu Thalib tidak meninggalkan Nabi Muhammad saw. sendirian dan bahwa ia rela mati untuk Nabi, mereka memutuskan untuk mengumumkan pemboikotan terhadap bani Hasyim, mereka memutuskan semua hubungan dengan bani Hasyim.
Pada bulan Muharram, tujuh tahun setelah kenabian, lima puluh orang pemimpin Quraisy menandatangani surat pemboikotan dan menempelkannya di tembok Ka'bah.
Kaum Quraisy berharap Abu Thalib menyerah. Tetapi, Abu Thalib bersikap sebaliknya.
Abu Thalib membawa seluruh sukunya ke lembah diantara dua bukit, untuk melindungi Nabi Muhammad Saw dari pembunuhan. Ia selalu berkunjung ke lembah itu untuk menutup peluang musuh yang mungkin melewati tempat itu untuk membunuh Nabi Muhammad saw. pada malam hari.
Abu Thalib, seorang tua yang kuat, dan saudaranya Hamzah, serta beberapa laki-laki bani Hasyim selalu bergantian satu per satu menjaga Nabi pada malam hari. Abu Thalib selalu memindahkan tempat tidur Nabi dari satu tempat ke tempat lainnya untuk menyembunyikan beliau saw.
Hari-hari dan bulan-bulan telah lewat. Mereka yang diboikot itu berada dalam pengasingan total. Mereka menderita kelaparan. Ketika waktu ziarah Ka'bah datang, mereka pergi keluar dari lembah untuk membeli makanan dan pakaian.
Orang-orang kaya Quraisy yang kejam di Makkah selalu membeli seluruh jenis makanan untuk mencegah orang-orang yang diboikot itu membelinya.
Selama masa duka itu, Abu Thalib semakin kuat laksana gunung. Ia selalu mendampingi Nabi Muhammad Saw Ia tak merasa takut. Ia adalah mukmin sejati.
Abu Thalib mencintai Nabi Muhammad Saw melebihi anaknya sendiri. Terkadang ia memandang Nabi seraya menitikkan air mata dan berkata," Bila aku memandangmu, aku selalu teringat pada saudaraku, Abdullah (ayah Nabi)."
Suatu malam, Abu Thalib datang dan membangunkan Nabi Muhammad saw. Ia berkata pada anaknya, Ali, yang pada saat itu berumur delapan belas tahun, "anakku, tidurlah di tempat tidur Nabi Muhammad." Untuk mengetahui kesetiaan ayahnya pada Nabi Muhammad Saw, Ali berkata," Tetapi, nanti aku akan terbunuh." Ayahnya menjawab," Bersabarlah!" Ali berkata dengan tegas, "Aku tak takut mati. Aku ingin ayah mengetahui dukunganku pada Muhammad."
Abu Thalib menepuk punggung Ali. Ia membawa Nabi Muhammad saw. ke tempat yang aman untuk tidur di sana.
Ketika Nabi Muhammad saw. pergi tidur, Abu Thalib pun tidur.
Berbulan-bulan telah lewat. Kesabaran dan kelaparan mereka yang diboikot itu pun meningkat. Mereka makan apa saja yang masih tertinggal di pohon-pohon. Nabi saw. merasa kasihan pada anak-anak yang kelaparan.
Berita Gembira
Suatu hari, Nabi Muhammad saw. datang pada pamannya. Nabi dipenuhi rasa gembira. Nabi berkata padanya," Paman, Tuhanku memerintahkan rayap memakan surat pemboikotan. Semuanya termakan kecuali nama Allah." Abu Thalib berkata dengan gembira,"Apakah Tuhanmu mengatakan itu padamu?"Nabi saw. menjawab,"Ya."
Hati Abu Thalib dipenuhi dengan keyakinan. Maka, Abu Thalib berdiri dan pergi menuju Darul Nadwa, dekat Ka'bah, dimana para pemimpin Quraisy duduk.
Abu Thalib menyeru mereka, "Wahai kaum Quraisy! "Mereka berdiri untuk menghormati orang tua itu. Mereka mendengarkan kata-katanya. Mereka mengharap ia menyerah kalah karena pemboikotan itu. Tetapi Abu Thalib berkata,"Wahai kaum Quraisy, keponakanku Muhammad mengatakan padaku bahwa Allah memerintahkan rayap memakan surat pemboikotan kalian. Maka habislah semuanya kecuali nama Allah. Jika ia benar, maka berakhirlah pemboikotan ini." Abu Jahal berkata,"Dan bila ia berbohong?" Abu Thalib menjawab," Aku yang akan bertanggungjawab atas ucapan keponakanku." Para pemimpin Quraisy menjawab,"Baiklah."
Mereka membuka pintu Ka'bah. Mereka menemukan rayap melahap habis surat itu kecuali nama Allah.
Pengepungan terhadap bani Hasyim di lembah pun berakhir. Nabi saw. dan semua keluarganya mulai menyebarkan islam pada peziarah yang datang ke rumah suci Allah.
Wafat
Abu Thalib telah berusia lebih dari delapan puluh tahun. Ia menjadi sakit-sakitan. Sehingga ia harus selalu berada di tempat tidur. Tidak ada yang dia pikirkan kecuali Nabi Muhammad saw. Ia tahu, bila ia wafat nanti, orang-orang Quraisy tak akan segan-segan membunuh keponakannya itu.
Para pemimpin Quraisy mendatangi Abu Thalib. Mereka berkata, "Abu Thalib, kau adalah pemuka dan pemimpin kami. Dan kau pun sedang menjelang ajal. Maka, akhiri segala permusuhan antara keponakanmu denagn kami. Katakan padanya untuk berhenti pula menyakiti kami. Maka kami akan berhenti pula menyakitinya. Maka kami akan membiarkan kami dengan agama kami. Maka kami akan membiarkannya dengan agamanya."
Abu Thalib memandang Abu Jahal, Abu Sufyan, dan para pemimpin Quraisy yang lain. Ia berkata pada mereka dengan lirih," Bila kalian mendengarkan kata-kata Muhammad dan mematuhi perintahnya, maka kalian akan bahagia. Oleh karena itu, patuhilah ia dan dapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat."
Kaum kafir itu berdiri. Abu Jahal berkata dengan marah," Apakah kau menginginkan kami menjadikan Tuhan kami satu?"
Abu Thalib sedih melihat mereka. Ia sangat mengkhawatirkan keselamatan Nabi Muhammad saw. Maka, ia mengundang bani Hasyim dan meminta kesediaan mereka untuk mendukung Nabi Muhammad saw. apa pun resikonya. Mereka semua mematuhinya. Kemudian Abu Thalib menutup mata untuk selama-lamanya.
Syekh al Bat-ha tak bergerak. Ia telah meninggalkan dunia.
Anaknya, Ali, meneteskan air mata duka. Tangisan sedih menyebar ke seluruh Makkah. Namun, kaum kafir justru gembira mendengar kewafatannya.
Abu Jahal berkata dengan marah,"Sudah saatnya aku membalas dendam pada Muhammad."
Nabi Muhammad saw. datang untuk mengucapkan selamat tinggal. Nabi mencium kening Abu Thalib yang cemerlang dan berbisik dengan sedih," Paman, semoga Allah merahmatimu. Kau mengajarku ketika aku kecil, Menjagaku ketika aku menjadi yatim, dan mendukungku ketika aku dewasa. Semoga Allah memberi ganjaran yang melimpah kepadamu."
Lalu air mata beliau saw. semakin deras mengalir. Nabi mulai teringat kembali masa-masa kecil bersama pamannya yang baik hati itu. Nabi lalu memeluk sepupunya, Ali. Mereka pun menangis bersama.
Tahun Nestapa
Hanya beberapa minggu setelah wafatnya Abu Thalib, Khadijah, istri Nabi Muhammad Saw, meninggal dunia pula. Sehingga, Nabi Muhammad menamakan tahun itu sebagai Tahun Kesedihan atau "Amul Huzn.
Orang-orang quraisy semakin ganas menindas Nabi Muhammad saw. dan para pengikut beliau.
Sementara Fathimah, putri Nabi, membersihkan kepala ayahnya sambil menitikkan air mata. Nabi menepuk kepala Fathimah dan berkata," Anakku jangan menangis. Allah akan menyelamatkan Ayahmu. Dia akan melindungi ayahmu dari musuh-musuh agama dan misi-Nya."
Jibril turun ke bumi membawa perintah Allah. Ia berkata," Muhammad saw. pergilah dari Makkah. Pendukungmu telah meninggal."
Ketika orang-orang Quraisy merencanakan untuk membunuh Nabi Muhammad saw., Ali bin Abu Thalib menggantikan Nabi saw. untuk tidur di tempat tidur beliau saw. Ia bersedia mati untuk Nabi Muhammad saw.
Nabi Muhammad saw. prgi menuju Yatsrib (Madinah). Dari sanalah cahaya Islam mulai menerangi dunia.
Ketika kaum muslim prgi berkunjung ke rumah suci Allah (Ka'bah) setiap tahunnya, Mereka mengenang sikap Abu Thalib yang selalu membela agama Allah.
Muhammad Rasulullah, dan orang-orang yang bersamanya, bersikap tegas terhadap kaum kafir dan berkasih sayang diantara mereka." (Q.S.al Fath:29).[]
Tahun gajah
Pada tahun 570 M,tentara Abisinia di bawah kepemimpinan Abrahah menyerang kota suci Makkah utuk meghancurkan Ka'bah.
Abdul Muththalib,kakek nabi kita Nabi Muhammad saw. Dan pemimpin Mekkah saat itu,segera melakukan tawaf (berkeliling) di Ka'bah,berdo'a kepada Allah SWT agar mencegah para penyerbu yang akan menghancurkan rumah suci tersebut,yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim as. dan anaknya,Nabi Ismail as.,untuk umat manusia agar menyembah Allah semata.
Allah swt mengabulkan doa Abdul Muththalib.Maka ketika pasukan penunggang gajah itu maju untuk menghancurkan ka'bah,burung Ababil yang membawa batu pada paruhnya muncul dari kejauhan.Mereka mulai menjatuhkan batu tersebut.Sehingga,para penyerbu yang ada disekitar ka'bah kocar-kacir.Oleh sebab itu,tahun itu disebut tahun gajah.
Nabi Muhammad Saw lahir pada tahun itu pula.Pada saat itu,Abu Thalib telah berumur tiga puluh tahun.
Abdul Muththalib
Abdul Muththalib, orang yang telah menggali sumur zamzam,memiliki sepuluh anak. Abdullah,ayah Nabi Saw.,adalah salah satunya.Abu Thalib,paman Nabi,adalah salah satu dari mereka.
Nabi Muhammad saw.adalah seorang yatim.Ayahnya,Abdullah,meninggal saat beliau saw.masih bayi.Ketika ibunya.Aminah,meninggal ,beliau saw.masih berumur enam tahun.
Abdul Muththalib kemudian merawat Nabi saw.Abdul Muththalib sangat sayang pada Nabi.Ia tahu bahwa cucunya itu akan menjadi seorang nabi.
Abdul Muththalib adalah seorang yang berbudi luhur.Ia mengikuti agama Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as.Ia selalu menasehati anak-anaknya untuk mengikuti jalan yang benar.
Diatas pembaringannya,saat ajalnya akan menjemput,Abdul Muththalib berpesan pada anak-anaknya,"cucuku akan menjadi seorang nabi,sehingga siapapun yang ada pada masanya harus beriman kepadanya."
Kemudian ia berpaling pada anaknya ,Abu Thalib ,dam berbisik di telinganya, "Abu Thalib,Muhammad akan menjadi orang besar.Maka dukunglah ia dengan tangan dan lidahmu.
Sang Penjaga
Nabi Muhammad saw. Berusia delapan tahun ketika kakeknya meninggal.Sehingga pamannya,Abu Thalib,yang kemudian merawat beliau.
Nama Abu Thalib sebenarnya adalah Abdul Manaf. Ibunyabernama Fathimah Ibnu Amru, dan berasal dari bani makhzum.Abu Thalib sering dipanggil dengah syekh al bat-ha.
Nabi Muhammad saw.tinggal bersama pamannya itu.Ia memperlakukan beliau saw.dengan baik.Fathimah binti Asad,istri pamannya,juga memperlakukan Nabi dengan amat baik.Ia memperhatikan beliau melebihi perhatiannya terhadap anak-anaknya sendiri. Sehingga,Nabi saw.tumbuh dalam lingkungan keluarga yang baik.
Cinta Abu Thalib dari hari kehari semakin bertambah terhadap keponakannya itu,karena beliau saw. Berlaku baik dan sopan.
Misalnya,pada saat makanan tersaji,Anak yatim itu mengambilnya dengan sopan.Lalu beliau mengucap,"Bismillaah." Ketika selesai,beliau mengucap,"Alhamdulillah."
Suatu hari,Abu Thalib tidak melihat keponakannya,Muhammad saw.sehingga ia menunda makannya dan berkata,"Tunggu sampai anakku datang!"
Ketika Nabi Muhammad saw. datang,Abu Thalib memberinya secangkir yoghurt(susu asam).Nabi Muhammad saw. meminum yoghurt di cangkir itu.Baru setelah itu,anak-anak Abu Thalib minum pula satu per satu, hingga semuanya kebagian.
Sang paman pun begitu mengagumi Nabi.sehingga ia berkata pada keponakannya itu,"Muhammad,engkau adalah seorang yang diberkati."
Kabar Gembira
Abu Thalib mendengar berita gembira dari para ahlulkitab(Yahudi dan Nasrani).Berita gembira itu adalah seorang Nabi akan datang dalam waktu dekat.Oleh karena itu ia lebih memperhatikan keponakannya.Abu Thalib tau bahwa keponakannya itu akan menjadi nabi. Sehingga,ia tidak pernah meniggalkan Muhammad sendirian.
Ketika Abu Thalib akan pergi ke Syam untuk perjalanan dagang,ia membawa Nabi Muhammad bersamanya.Saat itu Nabi Muhammad berumur sembilan tahun.
Di Basrah,sebuah kota dimana situasi jalannya penuh dengan kafilah-kafilah dagang,terdapat sebuah biara.Seorang pendeta tinggal di biara tersebut.Pendeta itu bernama Buhaira.Ia selalu mencari tahu tentang kemunculan nabi yang waktunya telah dekat.
Ketika pendeta itu melihat Muhammad saw. ,ia sadar bahwa Muhammad saw akan menjadi nabi yang dijanjikan, karena Muhammad saw. memiliki kepribadian dan tanda -tanda seorang nabi.
Pendeta itu mulai memperhatikan wajah Muhammad saw. Dengan seksama.Sementara itu,kabar gembira dari Nabi Isa as. terngiang dibenaknya. Pendeta itu bertanya pada Abu Thalib,"siapa nama anak ini ?" Abu Thalib menjawab,"namanya Muhammad."
Pendeta itu menjadi begitu merendah setelah mendengar nama tersebut. Lalu ia berkata pada Abu Thalib, "Kembalilah ke Makkah. Lindungi keponakanmu dari orang-orang Yahudi, karena ia akan menjadi orang besar!"
Abu Thalib kembali ke Makkah. Ia mencintai Nabi Muhammad. Ia pun sangat berhati-hati pada keselamatan Nabi Muhammad.
Anak Laki-laki yang Diberkati
Beberapa tahun kemudian, Makkah dan desa-desa sekitarnya kekeringan karena tidak turun Hujan .
Orang-orang datang pada syekh al Bat-ha. Mereka memintanya untuk berdoa pada Allah,memohon turunnya hujan. Mereka berkata, "Abu Thalib,lembah-lembah menjadi kering. Keluarga kami kelaparan. Jadi, berdoalah pada Allah memohon hujan."
Abu Thalib pergi.Ia mempunyai kepercayaan besar terhadap Allah. Ia menjemput keponakannya, Nabi Muhammad,bersamanya.
Abu Thalib dan Nabi Muhammad berdiri disamping ka'bah. Hati Nabi Muhammad tersentuh melihat orang-orang itu. Abu Thalib memohon pada Allah untuk menurunkan hujan deras. Muhammad saw. Melihat kelangit.
Selang beberapa waktu setelah itu, langit dipenuhi awan tebal. Kilat menyambar. Guntur bergemuruh. Dan hujan pun turun dengan derasnya.
Air hujan mengalir ke desa-desa. Orang-orang kembali kerumah masing-masing dengan bersyukur kepada Allah atas turunnya hujan. Abu Thalib pun kembali kerumahnya. Cintanya pada keponakannya bertambah besar.
Beberapa tahun telah lewat. Muhammad saw. Begitu santun. Sehingga,orang-orang menjulukinya Al Amin (orang yang dapat dipercaya).
Pendukung Mereka yang Teraniaya
Abu Thalib sangat membenci penganiayaan. Pada saat yang sama,ia juga mencintai yang teraniaya. Karenanya,Nabi Muhammad saw.sangat mencintai Abu Thalib.
Suatu hari, pecah perang antara suku Kinana dan suku Qais. Suku Qais adalah kaum penindas.
Seorang laki-laki dari suku Kinana datang pada Abu Thalib dan berkata," Wahai putra pemberi makan burung dan pemberi minum peziarah Ka'bah,jangan tinggalkan kami. Kami akan beroleh kemenangan dengan kehadiranmu."
Abu Thalib menjawab,"Aku tidak akan meninggalkan kalian bila kalian menjauhi penganiayaan,permusuhan,kekasaran dan dusta."
Dan mereka berjanji pada Abu Thalib untuk melakukannya. Sehingga, Nabi Muhammad saw.bersama pamannya membela suku Kinana.
Perserikatan Fudhuul
Beberapa orang Makkah menyerang para peziarah Ka'bah. Seorang lelaki dan anak perempuannya,dari suku Khathaam, termasuk dalam peziarah tersebut.
Seorang pemuda Makkah membawa anak perempuan itu dengan paksa.
Orang Khathaam itu berteriak,"tolong! tolong! tolong! "seorang yang sedang lewat berkata padanya," Pergilah pada perserikatan Fudhuul."
Laki-laki itupun pergi untuk menemui Abu Thalib.
Abu Thalib adalah pendiri Perserikatan Fudhuul, yaitu kesepakatan yang ditandatangani oleh para pemimpin orang-orang Makkah. Menurut kesepakatan tersebut, mereka memutuskan untuk menolong orang yang tertindas dan menghukum para penindas.
Ketika lelaki Khathaam itu datang dan meminta pertolongan,beberapa orang laki-laki mengambil pedang mereka dan pergi ke rumah laki-laki penganiaya itu. Mereka mengancam laki-laki yang membawa anak perempuan orang Khathaam itu,dan membawa anak perempuan itu kembali pada ayahnya.
Nabi Muhammad saw. Juga merupakan anggota perserikatan Fudhuul.
Perkawinan Bahagia
Abu Thalib mempunyai keluarga besar. Ia banyak mengeluarkan uang untuk membantu fakir miskin. Sehingga, ia menjadi miskin pula. Nabi Muhammad saw. Merasa bahwa ia harus membatu pamannya. Maka, Nabi Muhammad memutuskan membawa barang-barang dagangan Khadija untuk dibawa ke Syam.
Tugas itupun berhsil. Ini membuat Khadijah memikirkan Nabi Muhammad. Maka, ia meminta Nabi Muhammad untuk menikahinya.
Abu Thalib sangat bahagia dengan keputusan itu. Sehingga, ia,seluruh bani Hasyim, dan Hamzah bin Abdul Muththalib (paman Nabi Muhammad) pergi melamar Khadijah pada keluarganya. Abu Thalib berkata,"Segala puji bagi Allah yang menjadikan kami putra-putra Ibrahim dan Ismail,yang membuat rumah perlindungan dan tempat suci yang aman (Ka'bah), dan membuat negri kita terberkahi."
Kemudian ia menambahkan,"Keponakanku Muhammad Bin Abdullah adalah orang terbaik dan terbesar dari seluruh kaum Quraisy. Disamping itu, Ia lebih baik dari pada harta,karena harta bisa habis. Muhammad menyukai Khadijah dan Khadijah pun menyukai beliau. Demi Allah,Muhammad akan menjadi orang penting. Mahar Khadijah dari uangku."
Muhammad saw. Dan Khadijah pun melangsungkan pernikahan.
Beberapa tahun telah lewat. Allah memberi Abu Thalib bayi baru. Bayi itu bernama Ali.
Nabi Muhammad saw. Ingin meringankan beban pamannya untuk membawa Ali kerumahnya.
Jibril
Beberapa tahu telah lewat. Abu Thalib telah berumur tujuh puluh tahun. Sementara, Nabi Muhammad saw. berumur empat puluh tahun. Muhammad saw. Pergi ke Gua Hira setiap hari. Pada tahun itu, Malaikat Jibril turun dari langit. Nabi Muhammad saw mendengar suara Jibril,
"Bacalah ! Dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha pemurah, Yang mengajarkan manusia denagn perantaraan kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya."
Kemudian Jibril berkata,"Muhammad,engkau adalah utusan Allah dan aku Jibril."
Nabi Muhammad kembali dari Gua Hira dengan mengemban misi dari langit.
Istrinya,Khadija,mengimaninya. Sepupunya,Ali bin Abi Thalib, mengimaninya pula.
Suatu hari,Ketika Nabi Muhammad saw. Sedang menjalankan shalat dan Ali ada disamping beliau, Abu Thalib datang dan berkata dengan penuh rasa sayang," keponakanku, apa yang sedang kau kerjakan?" Nabi Muhammad saw. Menjawab," Kami sedang shalat menyembah Allah yang telah menurunkan agama Islam." Abu Thalib berkata dengan bahagia,"Tak akan ada yang mengganggumu." Kemudian ia berkata pada anaknya, Ali,"Wahai Ali, dukunglah sepupumu. Tak ada yang ia lakukan selain kebaikan."
Dalam Rumah Nabi
Setelah beberapa waktu, Jibril datang dengan membawa perintah Allah: " dan berilah peringatan kepada kerabat- kerabatmu yang terdekat."
Nabi memrintahkan Ali yang saat itu berumur sepuluh tahun untuk mengundan keluarganya, bani Hasyim. Lalu Abu Thalib, Abu Lahab, dan yang lainnya datang kerumah Nabi.
Setelah makan, Nabi Muhammad saw. Berkata,"Tidak ada seorang pemuda Arab yang membawakan kepada kaumnya seperti yang aku bawakan pada kalian. Aku bawakan kebahagiaan dunia dan akhirat untuk kalian."
Kemudian, Nabi meminta mereka untuk memeluk Islam. Abu Lahab berdiri dan berkata dengan keras,"Muhammad telah menyihir kalian ! "Abu Thalib berkata dengan marah, "Diam ! itu bukan urusanmu ! "
Abu Thalib berpaling pada Nabi Muhammad saw. Dan berkata, "Berdirilah dan katakan apa yang akan kau katakan. Sebarkan misi Tuhanmu, karena engkau adalah Al Amin (yang dapat dipercaya)."
Kemudian, Nabi Muhammad saw. Berdiri dan bekata," Tuhanku memerintahkanku untuk meminta kalian agar beriman pada-Nya. Maka, siapa yang akan mendukungku dalam misiku ini ? siapa yang ingin menjadi saudaraku, wasiku (pewarisku), dan Khalifahku sepeninggalku?"
Mereka semua terdiam.
Kemudian, Ali berkata dengan keras," Ya Rasulullah, aku."
Nabi gembira dan memeluk sepupunya yang masih mudah itu sambil mencucurkan air mata.
Seluruh bani Hasyim berdiri. Abu Lahab tertawa dan mengejek Abu Thalib," Muhammad memerintahkanmu untuk mendengarkan dan mematuhi anakmu."
Tetapi Abu Thalib tidak memedulikannya. Bahkan, Abu Thalib memandang Abu Lahab dengan marah.
Abu Thalib berkata dengan rasa sayang pada keponakannya," Laksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah. Demi Allah, aku akan mendukung dan melindungimu."
Nabi Muhammad saw. Memandang pamannya dengan rasa hormat. Nabi Muhammad saw. Merasa kuat sepanjang pemimpin Makkah itu bersamanya.
Sang Pendukung
Meskipun Abu Thalib sudah tua, ia masih kuat berdiri sebagai pendukung misi Nabi Muhammad. Ia selalu melindungi Nabi Muhammad dari kaum kafir Quraisy.
Sebagian besar orang Makkah beriman pada Allah dan tidak lagi menyembah berhala dan tidak menghiraukan ancaman para penguasa kafir Quraisy.
Suatu Hari, pemimpin-pemimpin Quraisy datang pada Abu Thalib meskipun ia sedang sakit. Mereka berkata dengan marah," Abu Thalib ! Cegahlah keponakanmu dari kami, karena ia meruntuhkan pemikiran kami dan menghina tuhan-tuhan kami ! "
Abu Thalib menjadi sedih karena kaumnya tidak ingin mendengarkan suara kebenaran. Maka, ia berkata pada mereka,"Beri aku waktu untuk berbicara padanya."
Abu Thalib menyampaikan kata-kata pemimpin-pemimpin Quraisy itu pada Nabi Muhammad saw. Nabi berkata dengan penuh rasa hormat," Paman ! Aku tidak dapat membangkan pada perintah Tuhanku."
Abu Jahal, Seorang pendengki, berkata," Kami akan berikan apapun yang dia mau dari uang kami." Lebih dari itu, kami akan jadikan ia raja diantara kami jika ia menginginkan."
Nabi saw. berkata,"Aku tidak menginginkan sesuatu kecuali satu kalimat." Abu Jahal bertanya,"Kalimat apa itu ? Kami akan berikan padamu sepuluh kali lipat dari itu." Nabi Muhammad saw. berkata," Tiada Tuhan Selain Allah."
Maka, Abu Jahal dengan penuh kemarahan berkata," Mintalah kalimat yang lain !
Rasulullah saw. berkata," Walaupun kalian bawakan aku matahari dan meletakkannya ditanganku, aku tetap tak akan meminta kalimat yang lain."
Suasana memanas. Kaum Musyrik berdiri. Merka mengancam Nabi Muhammad saw.
Abu Thalib berkata pada Nabi Muhammad saw. ,"Selamatkan jiwamu dan jangan membebaniku." Nabi menitikkan air mata lalu menjawab," Paman, demi Allah, Bila mereka letakkan matahari ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku agar aku melepaskan misiku ini, aku tetap tak akan menerimanya sampai Allah menolongku atau aku terbunuh karenanya.
Nabi Muhammad saw. berdiri sambil mengusap air matanya. Lalu, Abu Thalib memanggilnya dan berkata," Keponakanku, kemarilah."
Nabi Muhammad saw. menghampiri.
Pamannya menciumnya dan berkata,"keponakanku, pergi dan katakan apa yang engkau mau. Demi Allah, Aku tak akan meninggalkanmu sendiri."
Kemudian, Abu Thalib melanjutkan Syair:
Demi Allah, mereka semua tak akan menjangkaumu.
Hingga aku terbunuh.
Dan hingga aku terkubur.
Cahaya Islam
Nabi Muhammad saw. pergi menyebarkan agama baru untuk mengelurkan manusia dari kegelapan menuju cahaya.
Sekali lagi, kaum kafir Quraisy mengancam Abu Thalib. Mereka menggunakan cara lain: "Abu Thalib, ini Amarah bin Walid (saudara Khalid bin Walid ). Ia adalah pemuda terkuat dan tertampan dari seluruh kaum Quraisy. Maka, ambil ia dan serahkan Muhammad untuk kami bunuh."
Abu Thalib merasa sedih mendengar hal itu. Ia menjawab dengan marah," Apakah kalian memberikan anak kalian untuk aku pelihara, sementara aku berikan anakku untuk kalian bunuh ? Pernahkah kalian melihat unta betina yang mengasihi anak unta lain melebihi kasihnya pada anaknya sendiri?"
Penindasan kaum musyrik semakin meningkat. Mereka mulai menyiksa orang-orang beriman. Abu Thalib khawatir mereka akan mencelakai Nabi Muhammad saw. Maka, ia mengirimkan beliau saw. ke bani Hasyim. Ia meminta mereka untuk melindungi dan menyelamatkan Nabi Muhammad saw. Mereka menerimanya, kecuali Abu Lahab.
Abu Thalib mendengar bahwa Abu Jahal dan beberapa orang kafir berusaha membunuh Nabi Muhammad Saw.
Maka ia dan anaknya, Ja'far, pergi ke lembah-lembah sekitar Makkah untuk mencari Nabi Muhammad saw. kesana kemari.
Akhirnya, ia dan Ja'far menemukan Nabi sedang salat. Pada saat yang bersamaan, Ali pun menunaikan salat di samping kanan Nabi.
Mereka sedih melihat tak ada seorang pun disana bersama Nabi Muhammad saw. kecuali Ali. Walaupun demikian, Abu Thalib ingin membesarkan hati keponakannya. Ia berpaling pada anaknya, Ja'far, dan berkata,"lengkapilah sayap sepupumu."yaitu salat disamping kiri Nabi untuk memunculkan keteguhan hati, kekuatan, dan kepercayaan diri. Ja'far berdiri bersama Nabi Muhammad saw. dan saudaranya, Ali, untuk salat menyembah Allah, pencipta langit dan bumi, Tuhan alam semesta.
Kembali, Abu Thalib merindukan Nabi Muhammad saw. Ia menantikan kepulangannya. Tapi Nabi tak kunjung kembali. Maka ia pergi untuk mencari Nabi. Ia datangi tempat yang sering dikunjungi Nabi. Namun, ia tak menemukan beliau.
Maka, Abu Thalib kembali, mengumpulkan bani Hasyim dan berkata,"Setiap dari kalian harus membawa sebatang besi. Sekarang ikuti aku. Saat aku masuk kedalam mesjid, setiap dari kalian harus duduk di samping pemimpin Quraisy. Ia harus membunuhnya bila ternyata Muhammad telah dibunuh."
Para pemuda bani Hasyim mematuhi Abu Thalib. Setiap dari mereka duduk di samping para orang kafir tersebut.
Abu Thalib duduk menunggu kedatangan Nabi Muhammad saw. Tak lama kemudian, Zaid bin Harits datang dan mengatakan bahwa Nabi selamat.
Kemudian, Abu Thalib mengumumkan rencananya untuk menghukum orang yang berusaha menyakiti Nabi Muhammad saw. Kaum musyrik menjadi ciut nyalinya. Abu Jahal pun terdiam. Wajahnya menjadi pucat ketakutan.
Beberapa orang musyrik mendesak anak-anak dan budak- budak mereka untuk menyakiti Nabi Muhammad Saw.
Suatu hari, Nbi sedang menunaikan salat. Lalu datang seorang pemuda, ia melemparkan kotoran pada Nabi Muhammad saw. Pemuda itu mulai tertawa terbahak-bahak. Nabi Muhammad saw. merasa sedih. Maka, ia pergi menemui pamannya dan mengatakan perlakuan buruk pemuda itu.
Abu Thalib menjadi sangat marah. Ia menghunus pedangnya dan mendatangi kaum musyrik itu. Lalu ia memerintahkan anaknya untuk melemparkan kotoran kewajah mereka. Mereka berkata, "Abu Thalib, cukup!"
Boikot
Ketika kaum musyrik tahu bahwa Abu Thalib tidak meninggalkan Nabi Muhammad saw. sendirian dan bahwa ia rela mati untuk Nabi, mereka memutuskan untuk mengumumkan pemboikotan terhadap bani Hasyim, mereka memutuskan semua hubungan dengan bani Hasyim.
Pada bulan Muharram, tujuh tahun setelah kenabian, lima puluh orang pemimpin Quraisy menandatangani surat pemboikotan dan menempelkannya di tembok Ka'bah.
Kaum Quraisy berharap Abu Thalib menyerah. Tetapi, Abu Thalib bersikap sebaliknya.
Abu Thalib membawa seluruh sukunya ke lembah diantara dua bukit, untuk melindungi Nabi Muhammad Saw dari pembunuhan. Ia selalu berkunjung ke lembah itu untuk menutup peluang musuh yang mungkin melewati tempat itu untuk membunuh Nabi Muhammad saw. pada malam hari.
Abu Thalib, seorang tua yang kuat, dan saudaranya Hamzah, serta beberapa laki-laki bani Hasyim selalu bergantian satu per satu menjaga Nabi pada malam hari. Abu Thalib selalu memindahkan tempat tidur Nabi dari satu tempat ke tempat lainnya untuk menyembunyikan beliau saw.
Hari-hari dan bulan-bulan telah lewat. Mereka yang diboikot itu berada dalam pengasingan total. Mereka menderita kelaparan. Ketika waktu ziarah Ka'bah datang, mereka pergi keluar dari lembah untuk membeli makanan dan pakaian.
Orang-orang kaya Quraisy yang kejam di Makkah selalu membeli seluruh jenis makanan untuk mencegah orang-orang yang diboikot itu membelinya.
Selama masa duka itu, Abu Thalib semakin kuat laksana gunung. Ia selalu mendampingi Nabi Muhammad Saw Ia tak merasa takut. Ia adalah mukmin sejati.
Abu Thalib mencintai Nabi Muhammad Saw melebihi anaknya sendiri. Terkadang ia memandang Nabi seraya menitikkan air mata dan berkata," Bila aku memandangmu, aku selalu teringat pada saudaraku, Abdullah (ayah Nabi)."
Suatu malam, Abu Thalib datang dan membangunkan Nabi Muhammad saw. Ia berkata pada anaknya, Ali, yang pada saat itu berumur delapan belas tahun, "anakku, tidurlah di tempat tidur Nabi Muhammad." Untuk mengetahui kesetiaan ayahnya pada Nabi Muhammad Saw, Ali berkata," Tetapi, nanti aku akan terbunuh." Ayahnya menjawab," Bersabarlah!" Ali berkata dengan tegas, "Aku tak takut mati. Aku ingin ayah mengetahui dukunganku pada Muhammad."
Abu Thalib menepuk punggung Ali. Ia membawa Nabi Muhammad saw. ke tempat yang aman untuk tidur di sana.
Ketika Nabi Muhammad saw. pergi tidur, Abu Thalib pun tidur.
Berbulan-bulan telah lewat. Kesabaran dan kelaparan mereka yang diboikot itu pun meningkat. Mereka makan apa saja yang masih tertinggal di pohon-pohon. Nabi saw. merasa kasihan pada anak-anak yang kelaparan.
Berita Gembira
Suatu hari, Nabi Muhammad saw. datang pada pamannya. Nabi dipenuhi rasa gembira. Nabi berkata padanya," Paman, Tuhanku memerintahkan rayap memakan surat pemboikotan. Semuanya termakan kecuali nama Allah." Abu Thalib berkata dengan gembira,"Apakah Tuhanmu mengatakan itu padamu?"Nabi saw. menjawab,"Ya."
Hati Abu Thalib dipenuhi dengan keyakinan. Maka, Abu Thalib berdiri dan pergi menuju Darul Nadwa, dekat Ka'bah, dimana para pemimpin Quraisy duduk.
Abu Thalib menyeru mereka, "Wahai kaum Quraisy! "Mereka berdiri untuk menghormati orang tua itu. Mereka mendengarkan kata-katanya. Mereka mengharap ia menyerah kalah karena pemboikotan itu. Tetapi Abu Thalib berkata,"Wahai kaum Quraisy, keponakanku Muhammad mengatakan padaku bahwa Allah memerintahkan rayap memakan surat pemboikotan kalian. Maka habislah semuanya kecuali nama Allah. Jika ia benar, maka berakhirlah pemboikotan ini." Abu Jahal berkata,"Dan bila ia berbohong?" Abu Thalib menjawab," Aku yang akan bertanggungjawab atas ucapan keponakanku." Para pemimpin Quraisy menjawab,"Baiklah."
Mereka membuka pintu Ka'bah. Mereka menemukan rayap melahap habis surat itu kecuali nama Allah.
Pengepungan terhadap bani Hasyim di lembah pun berakhir. Nabi saw. dan semua keluarganya mulai menyebarkan islam pada peziarah yang datang ke rumah suci Allah.
Wafat
Abu Thalib telah berusia lebih dari delapan puluh tahun. Ia menjadi sakit-sakitan. Sehingga ia harus selalu berada di tempat tidur. Tidak ada yang dia pikirkan kecuali Nabi Muhammad saw. Ia tahu, bila ia wafat nanti, orang-orang Quraisy tak akan segan-segan membunuh keponakannya itu.
Para pemimpin Quraisy mendatangi Abu Thalib. Mereka berkata, "Abu Thalib, kau adalah pemuka dan pemimpin kami. Dan kau pun sedang menjelang ajal. Maka, akhiri segala permusuhan antara keponakanmu denagn kami. Katakan padanya untuk berhenti pula menyakiti kami. Maka kami akan berhenti pula menyakitinya. Maka kami akan membiarkan kami dengan agama kami. Maka kami akan membiarkannya dengan agamanya."
Abu Thalib memandang Abu Jahal, Abu Sufyan, dan para pemimpin Quraisy yang lain. Ia berkata pada mereka dengan lirih," Bila kalian mendengarkan kata-kata Muhammad dan mematuhi perintahnya, maka kalian akan bahagia. Oleh karena itu, patuhilah ia dan dapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat."
Kaum kafir itu berdiri. Abu Jahal berkata dengan marah," Apakah kau menginginkan kami menjadikan Tuhan kami satu?"
Abu Thalib sedih melihat mereka. Ia sangat mengkhawatirkan keselamatan Nabi Muhammad saw. Maka, ia mengundang bani Hasyim dan meminta kesediaan mereka untuk mendukung Nabi Muhammad saw. apa pun resikonya. Mereka semua mematuhinya. Kemudian Abu Thalib menutup mata untuk selama-lamanya.
Syekh al Bat-ha tak bergerak. Ia telah meninggalkan dunia.
Anaknya, Ali, meneteskan air mata duka. Tangisan sedih menyebar ke seluruh Makkah. Namun, kaum kafir justru gembira mendengar kewafatannya.
Abu Jahal berkata dengan marah,"Sudah saatnya aku membalas dendam pada Muhammad."
Nabi Muhammad saw. datang untuk mengucapkan selamat tinggal. Nabi mencium kening Abu Thalib yang cemerlang dan berbisik dengan sedih," Paman, semoga Allah merahmatimu. Kau mengajarku ketika aku kecil, Menjagaku ketika aku menjadi yatim, dan mendukungku ketika aku dewasa. Semoga Allah memberi ganjaran yang melimpah kepadamu."
Lalu air mata beliau saw. semakin deras mengalir. Nabi mulai teringat kembali masa-masa kecil bersama pamannya yang baik hati itu. Nabi lalu memeluk sepupunya, Ali. Mereka pun menangis bersama.
Tahun Nestapa
Hanya beberapa minggu setelah wafatnya Abu Thalib, Khadijah, istri Nabi Muhammad Saw, meninggal dunia pula. Sehingga, Nabi Muhammad menamakan tahun itu sebagai Tahun Kesedihan atau "Amul Huzn.
Orang-orang quraisy semakin ganas menindas Nabi Muhammad saw. dan para pengikut beliau.
Sementara Fathimah, putri Nabi, membersihkan kepala ayahnya sambil menitikkan air mata. Nabi menepuk kepala Fathimah dan berkata," Anakku jangan menangis. Allah akan menyelamatkan Ayahmu. Dia akan melindungi ayahmu dari musuh-musuh agama dan misi-Nya."
Jibril turun ke bumi membawa perintah Allah. Ia berkata," Muhammad saw. pergilah dari Makkah. Pendukungmu telah meninggal."
Ketika orang-orang Quraisy merencanakan untuk membunuh Nabi Muhammad saw., Ali bin Abu Thalib menggantikan Nabi saw. untuk tidur di tempat tidur beliau saw. Ia bersedia mati untuk Nabi Muhammad saw.
Nabi Muhammad saw. prgi menuju Yatsrib (Madinah). Dari sanalah cahaya Islam mulai menerangi dunia.
Ketika kaum muslim prgi berkunjung ke rumah suci Allah (Ka'bah) setiap tahunnya, Mereka mengenang sikap Abu Thalib yang selalu membela agama Allah.
Muhammad Rasulullah, dan orang-orang yang bersamanya, bersikap tegas terhadap kaum kafir dan berkasih sayang diantara mereka." (Q.S.al Fath:29).[]
10. Kearifan Puncak ABU DZAR
SUARA KEADILAN
Suku Ghifar merupakan suku penyembah berhala. Mereka tinggal di dekat Madinah (Yatsrib), tempat yang dilewati oleh kafilah-kafilah pedagang yang berasal dari Makkah.
Anggota suku Ghifar menyembah berhala yang bernama Munat. Mereka mengira bahwa Munat-lah yang menentukan takdir. Maka, mereka mengunjunginya dan mengurbankan domba untuknya.
Suatu hari, Jundub, seorang pemuda suku Ghifar yang miskin mengunjungi Munat. Dia mempersembahkan susu asam (yoghurt) dan mulai mengamatinya. Tapi Munat tetap tak bergerak dan tak pula meminum susu itu. Ia terus menunggu.
Seekor rubah lewat. Rubah itu meminum susu asam itu, dan kemudian rubah itu mengangkat kakinya dan mengencingi telinga Munat. Tetap saja Munat diam. Anak muda itu tertawa. Dia mengejek Munat. Lalu ia mencela dirinya sendiri karena telah menyembah batu yang bodoh, yang tidak mengerti apa pun juga.
Ketika Jundub pulang ke rumah, ia teringat kata-kata Qais bin Saydah. Ia mengatakan kata-kata tersebut di Pasar Ukadh:
"Hai orang-orang, dengarkanlah dan pahamilah ! Dia yang hidup akan mati ! Dan dia yang mati akan binasa! Hal-hal yang akan terjadi di masa depan akan terjadi. Mengapa aku melihat orang pergi dan tak kembali ? Apakah ia puas tinggal di sana? Atau apakah mereka meninggalkan sesuatu di sana, sehingga mereka tertidur?"
Jundub menatap ke langit yang biru dan cerah dan ia juga memandangi gurun yang luas. Lalu ia teringat apa yang dilakukan rubah tadi terhadap Munat. Maka, ia pun percaya bahwa dunia memiliki Tuhan Yang Mahaagung, jauh lebih agung disbanding Munat, Hubal, latta, dan berhala yang lain.
Sejak saat itu, Jundub bin Junadah percaya pada pencipta langit dan bumi.
Sinar Matahari
Ahli kitab (Kristen dan Yahudi) memberikan kabar baik tentang akan munculnya seorang nabi baru yang waktunya akan segera tiba.
Orang-orang Arab mengabarkan hal itu. Mereka yang mengolok-olok berhala-berhala menunggu sejak lama kedatangan nabi itu.
Suatu hari, seseorang datang dari Makkah dan berkata pada Jundub," Adam seorang lelaki di Makkah berkata bahwa tiada Tuhan selain Allah dan mengaku bahwa dirinya adalah seorang Nabi."
Jundub bertanya," Dari suku manakah ia?"
Orang itu menjawab," Ia berasal dari suku Quraisy."
Jundub lalu bertanya lagi," Dari keluarga(bani) mana ia berasal?"
Orang itu menjawab," Dia berasal dari bani Hasyim."
Jundub bertanya," Apa yang dilakukan suku Quraisy terhadapnya?"
Orang Makkah itu menjawab," Mereka telah menuduhnya bahwa ia telah berbohong. Mereka berkata bahwa dia adalah tukang sihir dan orang gila."
Orang itu pun kemudian pergi. Dan Jundub pun berpikir dan berpikir lagi.
Anis, Saudara Jundub
Jundub berfikir untuk mengirim saudaranya, Anis, ke Makkah untuk mendapatkan kabar tentang nabi baru itu. Anis pun berangkat ke Makkah.
Anis menempuh ratusan mil perjalanan.
Dengan segera Anis pulang kembali untuk memberi tahu saudaranya," Aku telah melihat seorang laki-laki. Ia memerintahkan agar berperilaku baik dan menghindari perbuatan keji. Ia mengajak mereka agar menyembah Allah. Aku telah melihat ia berdoa di Ka'bah. Aku telah melihat seorang pemuda, yaitu sepupunya, Ali, berdoa di sampingnya. Dan aku telah melihat seorang wanita, istrinya,Khadijah, berdoa di belakang mereka."
Jundub bertanya," Lalu, apa lagi yang kau lihat?"
Anis menjawab," Itulah yang kulihat. Tapi aku tak berani mendekatinya karena aku takut pada pemimpin Quraisy."
Anis, Saudara Jundub
Menuju Makkah
Jundub tak puas dengan apa yang telah ia dengar. Lalu ia pun pergi menuju Makkah untuk mencari tahu tentang nabi itu
Ketika anak muda dari suku Ghifari itu tiba di Makkah, matahari sudah mulai tenggelam. Dan ia pun duduk di sudut Ka'bah untuk beristirahatdan berpikir bagaimana caranya bertemu dengan nabi baru itu.
Hari telah malam. Ka'bah pun menjadi sepi.
Sementara itu, datanglah seorang anak muda mendekati halaman Ka'bah. Dia mulai mengitari Ka'bah.
Pemuda itu melihat orang yang asing. Dia mendatanginya dan bertanya dengan sopan," Anda bikan orang sini, bukan?"
Jundub lalu menjawab, "Ya."
Pemuda tadi kemudian berkata,"Mari kita ke rumahku."
Jundub mengikuti saja anak muda itu tanpa berkata apa-apa.
Pada pagi harinya, Jundub pun berterima kasih pada pemuda tadi atas keramahannya. Jundub melihat pemuda tadi pergi menuju sumur Zam-zam untuk bertemu Nabi saw.
Pertemuan
Sekali lagi, pemuda itu datang dan mengelilingi Ka'bah. Dia melihat Jundub. Pemuda itu bertanya pada Jundub," Bolehkah aku tahu dimana rumahmu?"
"Tidak!" kata Jundub.
Anak muda itu bertanya lagi pada Jundub, "Ikutlah denganku ke Rumah."
Jundub berdiri dan pergi ke rumah pemuda itu. Kali ini Jundub hanya diam saja. Sehingga kemudian pemuda itu bertanya," Tampaknya engkau sedang memikirkan sesuatu, apa keperluanmu?"
Dengan hati-hati, Jundub berkata," Akan aku beri tahu jika engkau berjanji akan merahasiakannya."
Jundub merasa lega ketika mendengar nama Allah. Lalu dengan pelan ia berkata,"Aku telah mendengar tentang kemunculan seorang nabi di kota Makka dan aku ingin melihatnya."
Sambil tersenyum, pemuda itu menjawab,"Allah telah menuntunmu. Akan aku tunjukkan rumah beliau. Ikuti aku, tapi jaga jarakmu. Jika aku lihat orang yang mencurigakan, aku akan berhenti seolah-olah aku sedang membetulkan sandalku. Maka engkau jangan berhenti dan teruskanlah jalanmu."
Pemuda itu pergi menuju rumah Nabi Muhammad saw. Sementara itu itu ,Jundub mengikutinuya.
Kepercayaan
Jundub sampai ke tempat Nabi saw. Dan bertemu dengan beliau. Jundub kini berada di hadapan manusia yang telah mewujudkan seluruh akhlak baik.
Nabi Muhammad saw. Bertanya pada tamunya," Dari mana engkau berasal?"
Jundub menjawab," Dari suku Ghifar."
Nabi Muhammad saw. Bertanya," Apa keperluanmu?"
Jundub berkata,"Bagaimana caranya aku menjadi penganut agamamu?"
Nabi Muhammad saw. Berkata," Dengan mengucapkan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan akulah rasul Allah."
Jundub bertanya,"Apa lagi?"
Nabi saw.menjawab," Hindarilah perbuatan keji. Ikutilah akhlak yang baik. Berhentilah menyembah berhala. Sembahlah Allah semata. Jangan menghamburkan uangmu. Jangan menganiaya orang lain."
Jundub sangat percaya pada Allah dan Rasulullah saw. Sehingga ia berkata,"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan engkau (Muhammad ) adalah utusan-Nya. Aku telah puas dengan menjadikan Allah sebagai Tuhanku dan engkau sebagai rasulku."
Di saat itulah, pribadi muslim yang baru telah lahir. Seorang sahabat besar, Abu Dzar al Ghifari, yang memiliki nama asli Jundub bin Junadah.
Abu Dzar berdiri dan berkata dengan antusias,"Demi Allah, aku akan menyebarkan agama Islam."
Sebelum Abu Dzar meninggalkan rumah Nabi saw., dia bertanya pada Nabi saw.," Siapa pemuda yang menunjukkan rumahmu padaku?"
Dengan bangga, Nabi Muhammad saw. Menjawab," Dia adalah sepupuku, Ali."
Nabi Muhammad saw. Menasehatinya,"Abu Dzar, rahasiakanlah keislamanmu dan pulanglah ke kampong halamanmu."
Abu Dzar menyadari bahwa Rasulullah saw. Mengkhawatirkannya karena orang Quraisy mungkin akan membunuhnya.
Ia berkata," Demi Allah, aku akan menyebarkan Islam di antara orang-orang Quraisy apa pun resikonya."
Pada pagi harinya, Abu Dzar pergi menuju Ka'bah, rumah suci Allah. Berhala-berhala itu diam di tempatnya. Abu Dzar berteriak lantang," Wahai Quraisy, akuy bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah."
Kaum kafir Quraisy terkejut. Salah seorang dari mereka berkata dengan lantang," Siapa yang telah mengganggu Tuhan kita?"
Dengan membabi buta, mereka memukuli Abu Dzar. Sehingga ia jatuh pingsan. Darah mengalir dari tubuhnya.
Al Abbas, sepupu nabi Muhammad saw., datang melerai dan menolongnya. Kemudian Al Abbas berkata," Terkutuklah kalian! Apakah kalian ingin membunuh orang dari suku Ghifar? Tidaklah kalian tahu bahwa kafilah dagang kalian melewati daerahnya?"
Abu Dzar siuman dan pergi ke sumur Zam-zam. Dia meminum air itu dan membasuh luka di tubuhnya.
Sekali lagi, Abu Dzar ingin menghadapi Quraisy dengan keyakinannya. Dia berjalan menuju Ka'bah. Dengan lantang ia berkta," Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, tak ada sekutu baginya. Dan aku bersaksi Muhammad adalah utusan Allah."
Orang-orang Quraisy pun menyerangnya bagai serigala. Mereka menghajarnya. Dia kemudian pingsan dan jatuh ke tanah. Al Abbas pun menyelamatkannya lagi.
Kepulangan Abu Dzar
Abu Dzar pergi menemui Nabi Muhammad saw. Dengan sedih, Nabi Muhammad saw. Menatapnya. Kemudian, dengan lembut Nabi Muhammad saw. Berbicara padanya,"Kembalilah pada kaummu, dan ajak mereka masuk Islam."
Abu Dzar berkata," Aku akan kembali pada kaumku, dan takkan melupakan apa yang telah orang Quraisy lakukan padaku!"
Abu Dzar kembali ke sukunya dan mulai mengajak mereka menuju cahaya Islam. Maka, saudaranya,Anis, ibunya, dan setengah anggota sukunya pun memeluk agama Islam.
Hijrah
Hari demi hari,bulan demi bulan, dan tahun demi tahun berlalu. Nabi Muhammad saw. Hijrah dari Makkah ke Madinah. Berita hijrahnya itu diketahui Abu Dzar. Maka ia dan sukunya pergi ke luar kota untuk menyambut Nabi Muhammad saw. Di jalan.
Dari kejauhan, Nabi Muhammad saw. Muncul di atas punggung unta betinanya, Al Qaswaa. Lalu dengan segera Abu Dzar memegang tali kekang unta betina itu dan memberikan kabar gembira," Ya Rasulullah, saudaraku, ibuku, dan orang-orang sukuku telah percaya pada Islam."
Nabi Muhammad saw. Menjadi bahagia ketika melihat kerumunan orang. Salah satu dari mereka berkata," Ya Rasulullah, Abu Dzar telah mengajarkan kami apa yang telah engkau ajarkan padanya. Maka, kami telah percaya pada Islam dan kami telah bersaksi bahwa engkaulah utusan Allah."
Setengah dari anggota suku Ghifar juga memeluk Islam. Suku lain yang dekat dengan suku Ghifar yaitu suku Aslam pun datang, dan telah memeluk Islam serta bersaksi," Kami bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allha dan Muhammad saw. Adalah utusan Allah.
Nabi Muhammad saw. Lalu berkata," Semoga Allah mengasihi suku Ghifar, semoga Allah menyelamatkan suku Aslam."
Rasulullah saw. Melanjutkan perjalanannya menuju Madinah (Yatsrib). Abu Dzar kembali ke sukunya, beberapa dari mereka bertanya pada Abu Dzar," Apakah Rasulullah telah mengajarkanmu sesuatu?"
Abu Dzar berkata," Ya, beliau telah memerintahkanmu untuk melakukan tujuh hal. Beliau memerintahkanku untuk menyayangi orang miskin dan dekat dengan mereka. Beliau juga memerintahkanku untuk melihat orang yang berada di bawahku, bukan orang yang ada di atasku. Beliau memerintahkanku untuk tetap mempererat tali silaturahmi dengan kerabatku walaupun jika aku berpalingdari mereka. Beliau memerintahkanku jangan meminta sesuatu pun pada orang lain. Beliau memerintahkanku untuk berkata jujur walaupun pahit. Beliau memerintahkanku agar jangan takut pada siapa pun di jalan Allah. Dan beliau memerintahkanku agar banyak berzikir,' Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah.' Karena hal-hal tersebut merupakan harta karun di bawah singgasana."
Abu Dzar terus membimbing dan mengajarkan sukunya. Dialah panuitan pemeluk Islam.
Beri Tahu Aku
Suatu hari, Abu Dzar datang ke masjid. Dia menemukan Nabi Muhammad saw. Sendirian. Dia kemudian duduk di samping beliau. Nabi Muhammad saw. Berkata," Abu Dzar, makmurkan mesjid ini. Salatlah dua rakaat."
Abu Dzar kemudian berdiri dan salat dua rakaat. Lalu ia kembali dan duduk di samping Nabi Muhammad saw. Kemudian ia berkata," Ya Rasulullah, perbuatan apakah yang terbaik?"
Rasulullah menjawab," Percaya pada AllahSWT, dan berjuang di jalan Allah."
Abu Dzar:"Pengikut yang bagaimanakah yang paling sempurna?"
Rasulullah saw:" Yang paling sopan."
Abu Dzar:"Ya Rasulullah, pengikut yang bagaimanakah yang paling selamat?"
Rasulullah saw.:"Muslim yang dapat menjaga lidah dan tangannya."
Abu Dzar:"Ya Rasulullah, hijrah apakah yang terbaik?"
Rasulullah saw.:"Hijrah dari perbuatan dosa."
Abu Dzar:" Ya Rasulullah, sedekah apa yang terbaik?"
Rasulullah saw.:"Bersedekah pada yang miskin."
Abu Dzar:"Ya Rasulullah, ayat manakah yang terbaik?"
Rasulullah saw.:"Ayat kursi."
Abu Dzar:"Ya Rasulullah, berapakah jumlah para nabi?"
Rasulullah saw.:" Seratus dua puluh empat ribu. Abu Dzar, 4 nabi dari bangsa Assyiria. Mereka adalah Adam, Syis, Idris_orang yang pertama kali menulis dengan pena_ dan Nuh.Dan 4 nabi berasal dari bangsa Arab. Mereka adalah Hud, Shaleh, Syu'aib, dan nabimu (Muhammad saw.)."
Abu Dzar:"Ya Rasulullah, ada berapa banyak kitab Allah SWT?"
Rasulullah saw.:" Seratus empat buah kitab; 40 suhuf (lembaran) diturunkan pada Sais,30 suhuf diturunkan pada Idris, 10 suhuf diturunkan pada Ibrahim, 10 suhuf diturunkan pada Musa sebelum Taurat. Diturunkan pula kitab Taurat, Injil, Zabur, dan kitab Pembeda (Alquran)."
Abu Dzar:" Ya Rasulullah, apa sajakah suhuf Nabi Ibrahim as.?"
Rasulullah saw.:" Di dalamnya berisi tentang peribahasa:"Raja yang berkuasa, berhasil dan congkak. Tidaklah aku mengutus engkau untuk menyatukan seisi dunia. Aku telah mengutus engkau untuk memenuhi permintaan kaum yang tertindas. Aku tak menolaknya walaupun apabila hal itu merupakan permintaan dari orang yang bukan pengikut."
Abu dzar:" Ya Rasulullah, bagaimana dengan suhuf Musa?"
Rasulullah saw.:" Di dalamnya berisi pelajaran:'Aku heran pada orang yang percaya pada kematian kemudian ia mengingkarinya. Aku heran pada orang yang percaya pada api kemudian ia tertawa. Aku heran pada orang yang percaya pada takdir kemudian ia merasa susah. Aku heran pada orang yang melihat dunia dan perubahannya kemudian ia mempercayainya. Dan aku heran pada orang yang percaya pada hari kebangkitan kemudian ia tidak melakukan apa pun.'"
Abu Dzar menangis terharu dan berkata," Ya Rasulullah, beri tahu aku!"
Rasulullah saw.:"Aku beri tahu engkau untuk takut pada Allah, karena itulah inti dari agama."
Abu Dzar:"Ya Rasulullah, tinggikan aku!"
Rasulullah saw.:" Bacalah Alquran. Alquran adalah cahaya untukmu di dunia dan sebagai peringatan untukmu di langit."
Abu Dzar:"Ya Rasulullah, tinggikan aku!"
Rasulullah saw.:" Sayangilah orang miskin dan bergaullah dengan mereka."
Dalam perjalanan Menuju Tabuk
Sekian tahun telah berlalu.
Kaum Muslim telah menjadi satu bangsa. Mereka telah memiliki pemerintahan. Mereka mendapatkan kemenangan atas kaum kafir dan kaum Yahudi. Suku-suku Arab berduyun-duyun memasuki agama Allah secara bekelompok.
Nabi Muhammad saw. Adalah utusan Allah bagi semua umat manusia. Sehingga beliau pun berharap Islamdapat tersebar ke seluruh penjuru dunia.
Nabi Muhammad saw. Mengumumkan jihad dan memerintahkan kaum Muslim untuk bersiap-siap ke Tabuk, di sebelah selatan semenanjung Arab.
Kaum Muslim terkejut mendengar pengumuman Nabi saw. Dan tantangan beliau pada kekuatan terbesar di dunia pada saat itu (Romawi).
Kaum munafik berkata," Hercules (Raja Romawi) akan mengalahkan mereka dengan kekuatan yang besar."
Orang-orang munafik selalu mengadakan pertemuan di rumah Suailim, seorang Yahudi. Mereka selalu mengecilkan hati kaum Muslim untuk berangkat ke Tabuk.
Nabi Muhammad saw. Ingin meninggalkan Madinah. Beliau mengetahui bahwa orang-orang munafikdan rusak hatinya akan tetap tinggal di sana. Maka beliau pun memutuskanuntuk menunjuk sepupunya, Imam Ali bin Abi Thalib, pahlawan Islam, sebagai pemimpin pengganti di Madinah untuk menggagalkan usaha jahat kaum munafik.
Orang-orang munafik tidak senang atas pengangkatan Imam Ali. Maka mereka menyebar hasutan di antara orang-orang," Nabi saw. Telah menunjuk Ali sebagai pemimpin pengganti (dan tak mengajaknya ke Tabuk) karena beliau saw. Membencinya."
Untuk menunjukkan kebenarannya pada orang-orang, Imam Ali menyusul Nabi saw. Imam menemukan Nabi saw. Di sebuah wilayah yang bernama Al Juruf di luar Madinah. Ali memberi tahu NAbi Saw. Kata-kata orang-orang munafik, "Ya Rasulullah, orang-orang munafik mengatakan bahwa engkau telah menunjukku ( sebagai pemimpin pengganti) karena engkau membenciku."
Nabi Muhammad saw. Tersenyum dan berkata," Orang-orang munafik telah berbohong padamu. Aku menunjukmu sebagai pengganti untuk melindungi Madinah dari rencana jahat mereka. Ali, tidakkah kau menerima persaudaraanku sebagai persaudaraan Harun Dan Musa, namun tidak akan ada Nabi setelahku?"
Imam Ali menjawab,"Ya, aku menerimamu (sebagai saudara), Ya Rasulullah."
Imam Ali gembira dengan perkataan Nabi saw. Sehingga ia pun lalu kembali ke Madinah.
Semoga Itu Abu Dzar
Nabi Muhammad saw. Memimpin pasukan Muslim menyeberangi gurun. Beberapa orang Muslim yang lemah imannya tertinggal di belakang dan kembali ke Madinah.
Beberapa orang, dalam beberapa kesempatan, berbicara pada Nabi Muhammad saw.," Seseorang tertinggal dibelakang."
Namun Rasulullah selalu berujar,"Tinggalkan dia. Jika dia berbuat baik, maka Allah akan mengirimkan ia pada kita."
Di tengah perjalanan, seorang Muslim berkata," Ya Rasulullah, Abu DZar tertinggal di belakang."
Kemudian Rasul saw. Berkata," Tinggalkan dia. Jika dia berbuat baik, maka Allah akan membimbingnya pada kita."
Pasukan Muslim bergerak menembus gurun.
Abu Dzar menunggangi unta yang lemah. Unta itu tak bisa berjalan lagi. Sehingga Abu Dzar pun tertinggal di belakang pasukan Muslim
Dengan sedih, Abu Dzar terduduk. Dia memikirkan bagaimana cara menyusul Nabi Muhammad saw. Maka ia bertanya pada dirinya," Haruskah aku kembali ke Madinah atau haruskah aku meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki?"
Namun Abu Dzar memilih untuk tidak kembali ke Madinah. Ia orang yang sangat beriman. Ia mencintai Nabi Muhammad saw. Maka ia memutuskan untuk mengikuti jejak Nabi Muhammad saw. Dengan berjalan kaki.
Abu Dzar melewati gurun pasir yang panas. Ia telah menghabiskan makanan dan minumannya. Namun, ia masih terus berjalan. Keteguhahn imannya pada Allah dan kecintaannya pada Nabi Muhammad saw. Mendorongnya untuk berbuat demikian.
Abu Dzar merasa haus. Ia melihat air di dalam lubang di sebuah bongkahan batu. Ia kemudian mencicipinya. Ia merasa air itu sangat segar. Maka ia berniat untuk meminumnya. Namun kemudian ia mencegah dirinya untuk meminum air itu. Ia berkata," Aku tak akan minum sebelum Rasulullah minum."
Abu Dzar mengisi kantung airnya dan pergi melewati gurun dengan berjalan kaki.
Abu Dzar berjalan siang dan malam untuk menyusul pasukan Islam.
Pasukan Islam berkemah di tempat yang strategis untuk bermalam. Untuk kemudian meneruskan perjalanan ke Tabuk.
Ketika matahari terbit keesokan harinya, seorang pria melihat datangnya seseorang dari kejauhan. Mereka berkata pada Nabi Muhammad saw.,"Ya Rasulullah, ada seorang laki-laki berjalan sendirian."
Rasulullah saw. Kemudian berkata," Semoga itu Abu Dzar!"
Pasukan Muslim melihat dengan cermat. Ketika pria itu datang menghampiri mereka, mereka berteriak," Demi Allah, dia adalah Abu Dzar!"
Nabi Muhammad saw. Melihat tanda kelelahan dan kehausan di wajah Abu Dzar. Maka beliau saw. Berkata," Selamatkan ia dengan air, karena ia sangat kehausan."
Namun Abu Dzar lebih mendahulukan Nabi Muhammad saw. Ia memegang tempat airnya dan diberikannya pada Rasulullah saw.
Lalu Nabi Muhammad saw. Bertanya," Abu Dzar, mengapa engkau kehausan sedangkan engkau mempunyai air?"
Abu Dzar berkata," Ya Rasulullah, aku melihat air mengalir di bongkahan batu. Aku mencicipinya. Air itu dingin dan segar. Namun aku tidak akan meminumnya sebelum engkau meminumnya."
Kemudian, dengan bijak Rasulullah saw. Berkata," Abu Dzar, semoga Allah mengasihimu! Engkau akan tinggal sendiri, meninggal sendiri, dan memasuki surga sendiri. Beberapa orang Irak akan bahagia karenamu, mereka akan memandikan tubuhmu, mengafanimu, medoakanmu, dan menguburkanmu."
Hadis-hadis Nabi
Nabi Muhammad saw. Meninggal dunia. Umat Muslim pun sedih. Namun Abu Dzar lebih sedih dari mereka. Dia sangat setia terhadap Rasulullah saw. Maka, ia pun mengingat hadis-hadis beliau saw. Dan menjadikannya penerang jalannya.
Abu Dzar sangat percaya terhadap kekhalifahan sebagaimana ia percaya pada kenabian. Dia menghormatinya sebagai hak-hak ketuhanan. Allah SWT, Yang Mahamulia, memilih yang paling baik diantara hambanya yang terbaik. Di saat itu, ia teringat pada perkataan Nabi Muhammad saw. Yang berbicara pada Imam Ali," Ali, tidakkah engkau menerimaku sebagai saudara sebagaimana persaudaraan Harun dan Musa, namun tidak akan ada nabi setelahku?"
Di Ghadir Khum, Abu Dzar mendengar Nabi Muhammad saw. Berbicara keseluruh umat Muslim," Dia yang menganggapku sebagai pemimpin, maka Ali juga adalah pemimpinnya. Allah akan mendukung orang yang mendukung ali...."
Dan ia mendengar Nabi Muhammad saw. Berkata," Ali bersama keadilan, dan keadilan bersama Ali."
Sangat disayangkan, sebagian umat Muslim telah melupakan beberapa hadis Nabi saw. Setelah beliau meninggal. Ketika sepupu beliau saw., Imam Ali bin Abi Thalib, tengah mengurus jenazah Rasulullah saw., kaum Muslim malah mengadaka pertemuan rahasia dan memilih Abu Bakar sebagai Khalifah.
Banyak sahabat yang menentang hal itu. Di antaranya adalah Salman al Farisi, Abadah bin al Saamit, Abu al Haitam al Taihan, Hudhaifa, dan Ammar bin Yasir. Fathimah az Zahra, putrid Nabi saw., juga tidak puas dengan keputusan tersebut. Dia sangat marah.
Beberapa bulan setelah wafatnya Rasulullah saw., Imam Ali terpaksa menyetujui kekhalifahan Abu Bakar demi menyatukan umat Islam. Maka Abu Dzar ikut setuju.
Abu Dzar selalu berpikir tentang kepentingan umat Islam. Sehingga ia pergi berjihad untuk mempertahankan pemerintahan Islam.
Sementara itu, Romawi sedang melancarkan serangan militer terhadap garis perbatasan Negara Islam. Maka Abu Dzar pun pergi berjuang bersama sahabat yang lain berperang untuk berjuang di jalan Allah.
Khalifah pertama adalah Abu Bakar. Kemudian Umar bin Khaththab menggantikannya. Abu Dzar berada di Syam (Suriah). Dia beserta saudara seislam berjuang di sana.
Umar bin Khaththab meninggal. Khalifah Utsman menggantikannya.
Namun Utsman tidak mengikuti perilaku Rasulullah saw. Dia mengikutsertakan kerabatnyadan menunjuk mereka sebagai pejabat pemerintahan. Dia mulai mempertebal kantongnya dengan uang milik umat Islam. Dia menarik kembali Marwan bin Hakam, yang dipecat oleh Nabi saw., dan menjadikannya penguasa.
Masyarakat mengeluh atas kebijakan Utsman. Sebuah delegasi dari Kufah pergi menghadap Utsman. Mereka memberi tahu bahwa pemimpin daerah mereka selalu minum alcohol dan selalu pergi ke masjid dalam keadaan mabuk dan selalu muntah dalam salat.
Namun Utsman tidak melakukan apa-apa. Bahkan, Marwan mengganggu delegasi itu dan membubarkan mereka. Beberapa sahabat bersama mereka.
Suatu hari, Abu Dzar menasihati Utsman. Malah Utsman mencaci Abu Dzar dan berkata di hadapan orang-orang yang hadir," Nasihati aku ! Apa yang harus aku lakukan terhadap orang tua pembohong ini ? Apakah aku harus memukulnya, memenjarakannya, membunuhnya, atau mengasingkannya dari Negara Islam?"
Abu Dzar dan kaum Muslim pun sedih. Mereka pun teringat dengan hadis Nabi Muhammad saw.," Tak ada seorang pun di langit atau di bumi yang lebih dapat dipercaya di bandingkan Abu Dzar."
Namun Utsman menuduhnya berbohong dan berkata," Dasar orang tua pembohong!"
Dengan sedih, Abu Dzar pun keluar dari pertemuan itu. Dia teringat pada kejadian lebih dari dua puluh tahun lalu. Dia teringat ketika suatu hari Rasulullah saw. Menemukannya tertidur di masjid. Rasulullah membangunkannya dan berkata," Janganlah engkau tidur di masjid lagi. Apa yang akan engkau lakukan jika mereka mengusirmudari masjid suatu saat nanti?"
Abu Dzar berkata," Aku akan pergi ke Syam, tanah jihad."
Lalu Nabi Muhammad saw. Berkata," Jika mereka mengusirmu dari sana?"
Abu Dzar berkata," Aku akan kembali ke Masjid."
Lalu Nabi Muhammad saw. Bertanya," Jika mereka mengusirmu dari masjid?"
Abu Dzar menjawab," Aku akan mengambil pedangku dan memukul mereka dengannya."
Nabi Muhammad saw. Lalu berkata," Bolehkah aku mengarahkanmu kepada kebajikan?"
Abu Dzar:" Ya, Rasulullah."
Nabi Muhammad saw. Berkata," Dengar dan Ikutilah."
Menuju Syam
Utsman memutuskan untuk mengasingkan Abu Dzar ke Syam. Abu Dzar tiba di Syam. Muawiyah, Gubernur Syam saat itu, memerintahkan pasukannya untuk mengasingkannya ke suatu daerah di bagian selatan Libanon, sekarang bernama Jabal Amil.
Abu Dzar mulai mengajarkan hadis dan perilaku Nabi kepada masyarakat. Dia mengutuk pemerintahan yang korup, kejam, dan bermewah-mewah.
Dia selalu membacakan ayat suci Alquran," Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannyapada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, ( bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,"
Muawiyah berkeinginan untuk membujuk Abu Dzar dengan uang agar ia diam. Maka ia memerintahkan pasukannya untuk membawa Abu Dzar ke Damaskus (ibu kota Syam). Muawiyah mengirimkan banyak hadiah untuk Abu Dzar. Namun sahabat besar itu memberikan hadiahnya itu kepada orang-orang miskin. Abu Dzar selalu melewati istana Muawiyah dan berkata," Allah mengutuk mereka yang menikmati kebajikan, namun tidak melakukannya. Allah mengutuk mereka yang mencegah orang dari melakukan perbuatan keji, namun mereka tetap melakukannya."
Lalu Muawiyah memerintahkan para pengawalnya untuk menahan Abu Dzar. Mereka membawanya dalam keadaan terikat rantai ke hadapan Muawiyah. Muawiyah berkata padanya dewngan benci," Musuh Allah, dan musuh Rasulullah! Tiap hari kau melewati istana dan berteriak. Aku akan meminta izin Khalifah untuk membunuhmu."
Lalu Muawiyah berpaling ke pengawalnya dan berkata," Penjarakan dia!"
Menuju Madinah
Muawiyah mengirimkan surat kepada Khalifah Utsman. Dalam suratnya, dia mengatakan tentang perbuatan Abu Dzar.
Khalifah memerintahkan Muawiyah untuk mengirim kembali Abu Dzar ke Madinah.
Umat Muslim mendengar berita itu. Maka mereka berduyun-duyun untuk melihat sahabat Rasulullah saw. Itu.
Abu Dzar mengendarai unta betinanya. Beberapa orang yang kasar menuntun unta itu. Mereka tidak menghormati kondisi Abu Dzar yang sudah lemah dan uzur. Dan mereka pun membuatnya lelah selama dalam perjalanan.
Abu Dzar tiba di Madinah dalam keadaan memprihatinkan. Dia menemui Khalifah. Ia hampir saja terjatuh ke tanah karena lemah dan lelah.
Abu Dzar berkata," Terkutuklah engkau! Kalian menyiksaku seperti orang-orang yang kejam lakukan!"
Dengan amat benci, Utsman berkata," Keluar kau dari tanah airmu!"
Dengan sedih Abu Dzar berkata,
Abu Dzar:"Ke mana?"
Khalifah:"Ke manapun kamu mau."
Abu Dzar:" Bolehkah aku pergi ke Syam, tanah jihad?"
Khalifah:" Tidak,aku tak akan mengembalikanmu ke Syam."
Abu Dzar berkata," Bolehkah aku pergi ke Irak?"
Khalifah:"Tidak!"
Dengan sedih, Abu Dzar berkata," Lalu, kemana aku harus pergi?"
Khalifah:" Ke gurun!"
Abu Dzar:" Bolehkah aku pergi ke Gurun Najid?"
Khalifah:" Tidak! Ke timur jauh, ke Al Rabadzah!"
Abu Dzar berseru," Mahabesar Allah! Benar apa yang dikatakan Rasulullah."
Utsman bertanya,"Ap yang telah beliau katakana padamu?"
Sahabat tua itu menjawab," Beliau berkata bahwa aku akan dicegah untuk hidup di Makkah dan di Madinah dan bahwa aku akan meninggal di Rabadzah dan bahwa beberapa orang irak , dalam perjalanannya menuju Hijaz, akan menguburkanku."
Al Rabadzah
Al Rabadzah merupakan suatu daerah yang berada di sebelah timur Madinah.
Abu Dzar tidak menyukai Rabadzah karena ia pernah menyembah berhala di sana pada masa sebelum Islam.
Abu Dzar menyukai Madinah karena makam Nabi saw. Dan masjid Nabi ada di sana. Dia menyukai Makkah karena Ka'bahada di sana. Dia menyukai Syam karena Syam meruppakan tanah jihad.
Abu DZar tidak menyukai Rabadzah karena tempat itu akan mengingatkannya atas perbuatannya menyembah berhala. Namun, Khalifah mengusirnya. Dalam pada itu, Khalifah Utsman memerintahkan Marwan untuk membawanya dan mencegah umat Muslim agar tidak mengantarnya.
Umat muslim takut pada kekuasaan Khalifah. Sehingga, hanya sedikit sahabat yang menyaksikan kepergiaannya. Mereka adalah Imam Ali binAbi Thalib; saudaranya, Aqil; anaknya,Al Hasan dan Al Husain (Cucu-cucu Nabi saw. ); serta sahabat besar , Ammar bin Yasir.
Imam Ali maju untuk mengantarnya. Kemudian, beliau berkata," Abu Dzar, engkau menjadi marah karena Allah. Masyarakat mengkhawatirkan agama mereka, dan engkau mengkhawatirkan agamamu. Maka, biarkan apa yang mereka khawatirkan itu di tangan mereka, dan lepaskanlah dari mereka apa yang engkau khawatirkan. Mereka membutuhkan apa-apa yang engkau menahan diri darinya. Dan engkau tidak membutuhkan apa-apa yang engkau menahan diri darinya. Besok engkau akan mengetahui siapa yang akan menjadi pemenang. Abu Dzar, tidak ada yang menarik perhatianmu kecuali kebenaran, dan tidak ada yang mengganggumu kecuali kebohongan."
Aqil berada di depan dan berkata," Engkau tahu kami mencintaimu, dan engkau pun mencintai kami. Maka, takutlah pada Allah, karena takut pada Allah adalah penyelamatmu. Dan sabarlah karena kesabaran adalah kemurahan hati."
Cucu Nabi saw., Al Hasan, maju dan berbicara," Paman, bersabarlah sampai engkau bertemu dengan Rasulullah saw. Beliau akan senang padamu."
Al Husain maju dan berkata," Paman, mohonlah pada Allah agar menganugerahimu kesabaran dan kemenangan."
Sambil menitikkan air mata, Amar bin Yasir maju dan berkata," Semoga Allah tidak memperhatikan orang-orang yang mengganggumu. Dan semoga Allah tidak menyelamatkan orang-orang yang menakutimu. Demi Allah! Jika engkau menginginkan dunia mereka, mereka membuatmu aman. Dan jika engkau senang dengan perbuatan mereka, mereka akan mencintaimu."
Dengan berlinang air mata,Abu DZar berkata," Semoga Allah mengasihi kalian semua."
Abu Dzar, istri, dan anak perempuannya pergi menuju Rabadzah. Dia mengulangi kata-kata Nabi Saw.,"Abu Dzar, semoga Allah mengasihimu. Engkau akan hidup sendirian, meninggal sendirian, bangkit dari kematian sendirian, dan masuk ke surga sendirian."[]
SUARA KEADILAN
Suku Ghifar merupakan suku penyembah berhala. Mereka tinggal di dekat Madinah (Yatsrib), tempat yang dilewati oleh kafilah-kafilah pedagang yang berasal dari Makkah.
Anggota suku Ghifar menyembah berhala yang bernama Munat. Mereka mengira bahwa Munat-lah yang menentukan takdir. Maka, mereka mengunjunginya dan mengurbankan domba untuknya.
Suatu hari, Jundub, seorang pemuda suku Ghifar yang miskin mengunjungi Munat. Dia mempersembahkan susu asam (yoghurt) dan mulai mengamatinya. Tapi Munat tetap tak bergerak dan tak pula meminum susu itu. Ia terus menunggu.
Seekor rubah lewat. Rubah itu meminum susu asam itu, dan kemudian rubah itu mengangkat kakinya dan mengencingi telinga Munat. Tetap saja Munat diam. Anak muda itu tertawa. Dia mengejek Munat. Lalu ia mencela dirinya sendiri karena telah menyembah batu yang bodoh, yang tidak mengerti apa pun juga.
Ketika Jundub pulang ke rumah, ia teringat kata-kata Qais bin Saydah. Ia mengatakan kata-kata tersebut di Pasar Ukadh:
"Hai orang-orang, dengarkanlah dan pahamilah ! Dia yang hidup akan mati ! Dan dia yang mati akan binasa! Hal-hal yang akan terjadi di masa depan akan terjadi. Mengapa aku melihat orang pergi dan tak kembali ? Apakah ia puas tinggal di sana? Atau apakah mereka meninggalkan sesuatu di sana, sehingga mereka tertidur?"
Jundub menatap ke langit yang biru dan cerah dan ia juga memandangi gurun yang luas. Lalu ia teringat apa yang dilakukan rubah tadi terhadap Munat. Maka, ia pun percaya bahwa dunia memiliki Tuhan Yang Mahaagung, jauh lebih agung disbanding Munat, Hubal, latta, dan berhala yang lain.
Sejak saat itu, Jundub bin Junadah percaya pada pencipta langit dan bumi.
Sinar Matahari
Ahli kitab (Kristen dan Yahudi) memberikan kabar baik tentang akan munculnya seorang nabi baru yang waktunya akan segera tiba.
Orang-orang Arab mengabarkan hal itu. Mereka yang mengolok-olok berhala-berhala menunggu sejak lama kedatangan nabi itu.
Suatu hari, seseorang datang dari Makkah dan berkata pada Jundub," Adam seorang lelaki di Makkah berkata bahwa tiada Tuhan selain Allah dan mengaku bahwa dirinya adalah seorang Nabi."
Jundub bertanya," Dari suku manakah ia?"
Orang itu menjawab," Ia berasal dari suku Quraisy."
Jundub lalu bertanya lagi," Dari keluarga(bani) mana ia berasal?"
Orang itu menjawab," Dia berasal dari bani Hasyim."
Jundub bertanya," Apa yang dilakukan suku Quraisy terhadapnya?"
Orang Makkah itu menjawab," Mereka telah menuduhnya bahwa ia telah berbohong. Mereka berkata bahwa dia adalah tukang sihir dan orang gila."
Orang itu pun kemudian pergi. Dan Jundub pun berpikir dan berpikir lagi.
Anis, Saudara Jundub
Jundub berfikir untuk mengirim saudaranya, Anis, ke Makkah untuk mendapatkan kabar tentang nabi baru itu. Anis pun berangkat ke Makkah.
Anis menempuh ratusan mil perjalanan.
Dengan segera Anis pulang kembali untuk memberi tahu saudaranya," Aku telah melihat seorang laki-laki. Ia memerintahkan agar berperilaku baik dan menghindari perbuatan keji. Ia mengajak mereka agar menyembah Allah. Aku telah melihat ia berdoa di Ka'bah. Aku telah melihat seorang pemuda, yaitu sepupunya, Ali, berdoa di sampingnya. Dan aku telah melihat seorang wanita, istrinya,Khadijah, berdoa di belakang mereka."
Jundub bertanya," Lalu, apa lagi yang kau lihat?"
Anis menjawab," Itulah yang kulihat. Tapi aku tak berani mendekatinya karena aku takut pada pemimpin Quraisy."
Anis, Saudara Jundub
Menuju Makkah
Jundub tak puas dengan apa yang telah ia dengar. Lalu ia pun pergi menuju Makkah untuk mencari tahu tentang nabi itu
Ketika anak muda dari suku Ghifari itu tiba di Makkah, matahari sudah mulai tenggelam. Dan ia pun duduk di sudut Ka'bah untuk beristirahatdan berpikir bagaimana caranya bertemu dengan nabi baru itu.
Hari telah malam. Ka'bah pun menjadi sepi.
Sementara itu, datanglah seorang anak muda mendekati halaman Ka'bah. Dia mulai mengitari Ka'bah.
Pemuda itu melihat orang yang asing. Dia mendatanginya dan bertanya dengan sopan," Anda bikan orang sini, bukan?"
Jundub lalu menjawab, "Ya."
Pemuda tadi kemudian berkata,"Mari kita ke rumahku."
Jundub mengikuti saja anak muda itu tanpa berkata apa-apa.
Pada pagi harinya, Jundub pun berterima kasih pada pemuda tadi atas keramahannya. Jundub melihat pemuda tadi pergi menuju sumur Zam-zam untuk bertemu Nabi saw.
Pertemuan
Sekali lagi, pemuda itu datang dan mengelilingi Ka'bah. Dia melihat Jundub. Pemuda itu bertanya pada Jundub," Bolehkah aku tahu dimana rumahmu?"
"Tidak!" kata Jundub.
Anak muda itu bertanya lagi pada Jundub, "Ikutlah denganku ke Rumah."
Jundub berdiri dan pergi ke rumah pemuda itu. Kali ini Jundub hanya diam saja. Sehingga kemudian pemuda itu bertanya," Tampaknya engkau sedang memikirkan sesuatu, apa keperluanmu?"
Dengan hati-hati, Jundub berkata," Akan aku beri tahu jika engkau berjanji akan merahasiakannya."
Jundub merasa lega ketika mendengar nama Allah. Lalu dengan pelan ia berkata,"Aku telah mendengar tentang kemunculan seorang nabi di kota Makka dan aku ingin melihatnya."
Sambil tersenyum, pemuda itu menjawab,"Allah telah menuntunmu. Akan aku tunjukkan rumah beliau. Ikuti aku, tapi jaga jarakmu. Jika aku lihat orang yang mencurigakan, aku akan berhenti seolah-olah aku sedang membetulkan sandalku. Maka engkau jangan berhenti dan teruskanlah jalanmu."
Pemuda itu pergi menuju rumah Nabi Muhammad saw. Sementara itu itu ,Jundub mengikutinuya.
Kepercayaan
Jundub sampai ke tempat Nabi saw. Dan bertemu dengan beliau. Jundub kini berada di hadapan manusia yang telah mewujudkan seluruh akhlak baik.
Nabi Muhammad saw. Bertanya pada tamunya," Dari mana engkau berasal?"
Jundub menjawab," Dari suku Ghifar."
Nabi Muhammad saw. Bertanya," Apa keperluanmu?"
Jundub berkata,"Bagaimana caranya aku menjadi penganut agamamu?"
Nabi Muhammad saw. Berkata," Dengan mengucapkan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan akulah rasul Allah."
Jundub bertanya,"Apa lagi?"
Nabi saw.menjawab," Hindarilah perbuatan keji. Ikutilah akhlak yang baik. Berhentilah menyembah berhala. Sembahlah Allah semata. Jangan menghamburkan uangmu. Jangan menganiaya orang lain."
Jundub sangat percaya pada Allah dan Rasulullah saw. Sehingga ia berkata,"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan engkau (Muhammad ) adalah utusan-Nya. Aku telah puas dengan menjadikan Allah sebagai Tuhanku dan engkau sebagai rasulku."
Di saat itulah, pribadi muslim yang baru telah lahir. Seorang sahabat besar, Abu Dzar al Ghifari, yang memiliki nama asli Jundub bin Junadah.
Abu Dzar berdiri dan berkata dengan antusias,"Demi Allah, aku akan menyebarkan agama Islam."
Sebelum Abu Dzar meninggalkan rumah Nabi saw., dia bertanya pada Nabi saw.," Siapa pemuda yang menunjukkan rumahmu padaku?"
Dengan bangga, Nabi Muhammad saw. Menjawab," Dia adalah sepupuku, Ali."
Nabi Muhammad saw. Menasehatinya,"Abu Dzar, rahasiakanlah keislamanmu dan pulanglah ke kampong halamanmu."
Abu Dzar menyadari bahwa Rasulullah saw. Mengkhawatirkannya karena orang Quraisy mungkin akan membunuhnya.
Ia berkata," Demi Allah, aku akan menyebarkan Islam di antara orang-orang Quraisy apa pun resikonya."
Pada pagi harinya, Abu Dzar pergi menuju Ka'bah, rumah suci Allah. Berhala-berhala itu diam di tempatnya. Abu Dzar berteriak lantang," Wahai Quraisy, akuy bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah."
Kaum kafir Quraisy terkejut. Salah seorang dari mereka berkata dengan lantang," Siapa yang telah mengganggu Tuhan kita?"
Dengan membabi buta, mereka memukuli Abu Dzar. Sehingga ia jatuh pingsan. Darah mengalir dari tubuhnya.
Al Abbas, sepupu nabi Muhammad saw., datang melerai dan menolongnya. Kemudian Al Abbas berkata," Terkutuklah kalian! Apakah kalian ingin membunuh orang dari suku Ghifar? Tidaklah kalian tahu bahwa kafilah dagang kalian melewati daerahnya?"
Abu Dzar siuman dan pergi ke sumur Zam-zam. Dia meminum air itu dan membasuh luka di tubuhnya.
Sekali lagi, Abu Dzar ingin menghadapi Quraisy dengan keyakinannya. Dia berjalan menuju Ka'bah. Dengan lantang ia berkta," Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, tak ada sekutu baginya. Dan aku bersaksi Muhammad adalah utusan Allah."
Orang-orang Quraisy pun menyerangnya bagai serigala. Mereka menghajarnya. Dia kemudian pingsan dan jatuh ke tanah. Al Abbas pun menyelamatkannya lagi.
Kepulangan Abu Dzar
Abu Dzar pergi menemui Nabi Muhammad saw. Dengan sedih, Nabi Muhammad saw. Menatapnya. Kemudian, dengan lembut Nabi Muhammad saw. Berbicara padanya,"Kembalilah pada kaummu, dan ajak mereka masuk Islam."
Abu Dzar berkata," Aku akan kembali pada kaumku, dan takkan melupakan apa yang telah orang Quraisy lakukan padaku!"
Abu Dzar kembali ke sukunya dan mulai mengajak mereka menuju cahaya Islam. Maka, saudaranya,Anis, ibunya, dan setengah anggota sukunya pun memeluk agama Islam.
Hijrah
Hari demi hari,bulan demi bulan, dan tahun demi tahun berlalu. Nabi Muhammad saw. Hijrah dari Makkah ke Madinah. Berita hijrahnya itu diketahui Abu Dzar. Maka ia dan sukunya pergi ke luar kota untuk menyambut Nabi Muhammad saw. Di jalan.
Dari kejauhan, Nabi Muhammad saw. Muncul di atas punggung unta betinanya, Al Qaswaa. Lalu dengan segera Abu Dzar memegang tali kekang unta betina itu dan memberikan kabar gembira," Ya Rasulullah, saudaraku, ibuku, dan orang-orang sukuku telah percaya pada Islam."
Nabi Muhammad saw. Menjadi bahagia ketika melihat kerumunan orang. Salah satu dari mereka berkata," Ya Rasulullah, Abu Dzar telah mengajarkan kami apa yang telah engkau ajarkan padanya. Maka, kami telah percaya pada Islam dan kami telah bersaksi bahwa engkaulah utusan Allah."
Setengah dari anggota suku Ghifar juga memeluk Islam. Suku lain yang dekat dengan suku Ghifar yaitu suku Aslam pun datang, dan telah memeluk Islam serta bersaksi," Kami bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allha dan Muhammad saw. Adalah utusan Allah.
Nabi Muhammad saw. Lalu berkata," Semoga Allah mengasihi suku Ghifar, semoga Allah menyelamatkan suku Aslam."
Rasulullah saw. Melanjutkan perjalanannya menuju Madinah (Yatsrib). Abu Dzar kembali ke sukunya, beberapa dari mereka bertanya pada Abu Dzar," Apakah Rasulullah telah mengajarkanmu sesuatu?"
Abu Dzar berkata," Ya, beliau telah memerintahkanmu untuk melakukan tujuh hal. Beliau memerintahkanku untuk menyayangi orang miskin dan dekat dengan mereka. Beliau juga memerintahkanku untuk melihat orang yang berada di bawahku, bukan orang yang ada di atasku. Beliau memerintahkanku untuk tetap mempererat tali silaturahmi dengan kerabatku walaupun jika aku berpalingdari mereka. Beliau memerintahkanku jangan meminta sesuatu pun pada orang lain. Beliau memerintahkanku untuk berkata jujur walaupun pahit. Beliau memerintahkanku agar jangan takut pada siapa pun di jalan Allah. Dan beliau memerintahkanku agar banyak berzikir,' Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah.' Karena hal-hal tersebut merupakan harta karun di bawah singgasana."
Abu Dzar terus membimbing dan mengajarkan sukunya. Dialah panuitan pemeluk Islam.
Beri Tahu Aku
Suatu hari, Abu Dzar datang ke masjid. Dia menemukan Nabi Muhammad saw. Sendirian. Dia kemudian duduk di samping beliau. Nabi Muhammad saw. Berkata," Abu Dzar, makmurkan mesjid ini. Salatlah dua rakaat."
Abu Dzar kemudian berdiri dan salat dua rakaat. Lalu ia kembali dan duduk di samping Nabi Muhammad saw. Kemudian ia berkata," Ya Rasulullah, perbuatan apakah yang terbaik?"
Rasulullah menjawab," Percaya pada AllahSWT, dan berjuang di jalan Allah."
Abu Dzar:"Pengikut yang bagaimanakah yang paling sempurna?"
Rasulullah saw:" Yang paling sopan."
Abu Dzar:"Ya Rasulullah, pengikut yang bagaimanakah yang paling selamat?"
Rasulullah saw.:"Muslim yang dapat menjaga lidah dan tangannya."
Abu Dzar:"Ya Rasulullah, hijrah apakah yang terbaik?"
Rasulullah saw.:"Hijrah dari perbuatan dosa."
Abu Dzar:" Ya Rasulullah, sedekah apa yang terbaik?"
Rasulullah saw.:"Bersedekah pada yang miskin."
Abu Dzar:"Ya Rasulullah, ayat manakah yang terbaik?"
Rasulullah saw.:"Ayat kursi."
Abu Dzar:"Ya Rasulullah, berapakah jumlah para nabi?"
Rasulullah saw.:" Seratus dua puluh empat ribu. Abu Dzar, 4 nabi dari bangsa Assyiria. Mereka adalah Adam, Syis, Idris_orang yang pertama kali menulis dengan pena_ dan Nuh.Dan 4 nabi berasal dari bangsa Arab. Mereka adalah Hud, Shaleh, Syu'aib, dan nabimu (Muhammad saw.)."
Abu Dzar:"Ya Rasulullah, ada berapa banyak kitab Allah SWT?"
Rasulullah saw.:" Seratus empat buah kitab; 40 suhuf (lembaran) diturunkan pada Sais,30 suhuf diturunkan pada Idris, 10 suhuf diturunkan pada Ibrahim, 10 suhuf diturunkan pada Musa sebelum Taurat. Diturunkan pula kitab Taurat, Injil, Zabur, dan kitab Pembeda (Alquran)."
Abu Dzar:" Ya Rasulullah, apa sajakah suhuf Nabi Ibrahim as.?"
Rasulullah saw.:" Di dalamnya berisi tentang peribahasa:"Raja yang berkuasa, berhasil dan congkak. Tidaklah aku mengutus engkau untuk menyatukan seisi dunia. Aku telah mengutus engkau untuk memenuhi permintaan kaum yang tertindas. Aku tak menolaknya walaupun apabila hal itu merupakan permintaan dari orang yang bukan pengikut."
Abu dzar:" Ya Rasulullah, bagaimana dengan suhuf Musa?"
Rasulullah saw.:" Di dalamnya berisi pelajaran:'Aku heran pada orang yang percaya pada kematian kemudian ia mengingkarinya. Aku heran pada orang yang percaya pada api kemudian ia tertawa. Aku heran pada orang yang percaya pada takdir kemudian ia merasa susah. Aku heran pada orang yang melihat dunia dan perubahannya kemudian ia mempercayainya. Dan aku heran pada orang yang percaya pada hari kebangkitan kemudian ia tidak melakukan apa pun.'"
Abu Dzar menangis terharu dan berkata," Ya Rasulullah, beri tahu aku!"
Rasulullah saw.:"Aku beri tahu engkau untuk takut pada Allah, karena itulah inti dari agama."
Abu Dzar:"Ya Rasulullah, tinggikan aku!"
Rasulullah saw.:" Bacalah Alquran. Alquran adalah cahaya untukmu di dunia dan sebagai peringatan untukmu di langit."
Abu Dzar:"Ya Rasulullah, tinggikan aku!"
Rasulullah saw.:" Sayangilah orang miskin dan bergaullah dengan mereka."
Dalam perjalanan Menuju Tabuk
Sekian tahun telah berlalu.
Kaum Muslim telah menjadi satu bangsa. Mereka telah memiliki pemerintahan. Mereka mendapatkan kemenangan atas kaum kafir dan kaum Yahudi. Suku-suku Arab berduyun-duyun memasuki agama Allah secara bekelompok.
Nabi Muhammad saw. Adalah utusan Allah bagi semua umat manusia. Sehingga beliau pun berharap Islamdapat tersebar ke seluruh penjuru dunia.
Nabi Muhammad saw. Mengumumkan jihad dan memerintahkan kaum Muslim untuk bersiap-siap ke Tabuk, di sebelah selatan semenanjung Arab.
Kaum Muslim terkejut mendengar pengumuman Nabi saw. Dan tantangan beliau pada kekuatan terbesar di dunia pada saat itu (Romawi).
Kaum munafik berkata," Hercules (Raja Romawi) akan mengalahkan mereka dengan kekuatan yang besar."
Orang-orang munafik selalu mengadakan pertemuan di rumah Suailim, seorang Yahudi. Mereka selalu mengecilkan hati kaum Muslim untuk berangkat ke Tabuk.
Nabi Muhammad saw. Ingin meninggalkan Madinah. Beliau mengetahui bahwa orang-orang munafikdan rusak hatinya akan tetap tinggal di sana. Maka beliau pun memutuskanuntuk menunjuk sepupunya, Imam Ali bin Abi Thalib, pahlawan Islam, sebagai pemimpin pengganti di Madinah untuk menggagalkan usaha jahat kaum munafik.
Orang-orang munafik tidak senang atas pengangkatan Imam Ali. Maka mereka menyebar hasutan di antara orang-orang," Nabi saw. Telah menunjuk Ali sebagai pemimpin pengganti (dan tak mengajaknya ke Tabuk) karena beliau saw. Membencinya."
Untuk menunjukkan kebenarannya pada orang-orang, Imam Ali menyusul Nabi saw. Imam menemukan Nabi saw. Di sebuah wilayah yang bernama Al Juruf di luar Madinah. Ali memberi tahu NAbi Saw. Kata-kata orang-orang munafik, "Ya Rasulullah, orang-orang munafik mengatakan bahwa engkau telah menunjukku ( sebagai pemimpin pengganti) karena engkau membenciku."
Nabi Muhammad saw. Tersenyum dan berkata," Orang-orang munafik telah berbohong padamu. Aku menunjukmu sebagai pengganti untuk melindungi Madinah dari rencana jahat mereka. Ali, tidakkah kau menerima persaudaraanku sebagai persaudaraan Harun Dan Musa, namun tidak akan ada Nabi setelahku?"
Imam Ali menjawab,"Ya, aku menerimamu (sebagai saudara), Ya Rasulullah."
Imam Ali gembira dengan perkataan Nabi saw. Sehingga ia pun lalu kembali ke Madinah.
Semoga Itu Abu Dzar
Nabi Muhammad saw. Memimpin pasukan Muslim menyeberangi gurun. Beberapa orang Muslim yang lemah imannya tertinggal di belakang dan kembali ke Madinah.
Beberapa orang, dalam beberapa kesempatan, berbicara pada Nabi Muhammad saw.," Seseorang tertinggal dibelakang."
Namun Rasulullah selalu berujar,"Tinggalkan dia. Jika dia berbuat baik, maka Allah akan mengirimkan ia pada kita."
Di tengah perjalanan, seorang Muslim berkata," Ya Rasulullah, Abu DZar tertinggal di belakang."
Kemudian Rasul saw. Berkata," Tinggalkan dia. Jika dia berbuat baik, maka Allah akan membimbingnya pada kita."
Pasukan Muslim bergerak menembus gurun.
Abu Dzar menunggangi unta yang lemah. Unta itu tak bisa berjalan lagi. Sehingga Abu Dzar pun tertinggal di belakang pasukan Muslim
Dengan sedih, Abu Dzar terduduk. Dia memikirkan bagaimana cara menyusul Nabi Muhammad saw. Maka ia bertanya pada dirinya," Haruskah aku kembali ke Madinah atau haruskah aku meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki?"
Namun Abu Dzar memilih untuk tidak kembali ke Madinah. Ia orang yang sangat beriman. Ia mencintai Nabi Muhammad saw. Maka ia memutuskan untuk mengikuti jejak Nabi Muhammad saw. Dengan berjalan kaki.
Abu Dzar melewati gurun pasir yang panas. Ia telah menghabiskan makanan dan minumannya. Namun, ia masih terus berjalan. Keteguhahn imannya pada Allah dan kecintaannya pada Nabi Muhammad saw. Mendorongnya untuk berbuat demikian.
Abu Dzar merasa haus. Ia melihat air di dalam lubang di sebuah bongkahan batu. Ia kemudian mencicipinya. Ia merasa air itu sangat segar. Maka ia berniat untuk meminumnya. Namun kemudian ia mencegah dirinya untuk meminum air itu. Ia berkata," Aku tak akan minum sebelum Rasulullah minum."
Abu Dzar mengisi kantung airnya dan pergi melewati gurun dengan berjalan kaki.
Abu Dzar berjalan siang dan malam untuk menyusul pasukan Islam.
Pasukan Islam berkemah di tempat yang strategis untuk bermalam. Untuk kemudian meneruskan perjalanan ke Tabuk.
Ketika matahari terbit keesokan harinya, seorang pria melihat datangnya seseorang dari kejauhan. Mereka berkata pada Nabi Muhammad saw.,"Ya Rasulullah, ada seorang laki-laki berjalan sendirian."
Rasulullah saw. Kemudian berkata," Semoga itu Abu Dzar!"
Pasukan Muslim melihat dengan cermat. Ketika pria itu datang menghampiri mereka, mereka berteriak," Demi Allah, dia adalah Abu Dzar!"
Nabi Muhammad saw. Melihat tanda kelelahan dan kehausan di wajah Abu Dzar. Maka beliau saw. Berkata," Selamatkan ia dengan air, karena ia sangat kehausan."
Namun Abu Dzar lebih mendahulukan Nabi Muhammad saw. Ia memegang tempat airnya dan diberikannya pada Rasulullah saw.
Lalu Nabi Muhammad saw. Bertanya," Abu Dzar, mengapa engkau kehausan sedangkan engkau mempunyai air?"
Abu Dzar berkata," Ya Rasulullah, aku melihat air mengalir di bongkahan batu. Aku mencicipinya. Air itu dingin dan segar. Namun aku tidak akan meminumnya sebelum engkau meminumnya."
Kemudian, dengan bijak Rasulullah saw. Berkata," Abu Dzar, semoga Allah mengasihimu! Engkau akan tinggal sendiri, meninggal sendiri, dan memasuki surga sendiri. Beberapa orang Irak akan bahagia karenamu, mereka akan memandikan tubuhmu, mengafanimu, medoakanmu, dan menguburkanmu."
Hadis-hadis Nabi
Nabi Muhammad saw. Meninggal dunia. Umat Muslim pun sedih. Namun Abu Dzar lebih sedih dari mereka. Dia sangat setia terhadap Rasulullah saw. Maka, ia pun mengingat hadis-hadis beliau saw. Dan menjadikannya penerang jalannya.
Abu Dzar sangat percaya terhadap kekhalifahan sebagaimana ia percaya pada kenabian. Dia menghormatinya sebagai hak-hak ketuhanan. Allah SWT, Yang Mahamulia, memilih yang paling baik diantara hambanya yang terbaik. Di saat itu, ia teringat pada perkataan Nabi Muhammad saw. Yang berbicara pada Imam Ali," Ali, tidakkah engkau menerimaku sebagai saudara sebagaimana persaudaraan Harun dan Musa, namun tidak akan ada nabi setelahku?"
Di Ghadir Khum, Abu Dzar mendengar Nabi Muhammad saw. Berbicara keseluruh umat Muslim," Dia yang menganggapku sebagai pemimpin, maka Ali juga adalah pemimpinnya. Allah akan mendukung orang yang mendukung ali...."
Dan ia mendengar Nabi Muhammad saw. Berkata," Ali bersama keadilan, dan keadilan bersama Ali."
Sangat disayangkan, sebagian umat Muslim telah melupakan beberapa hadis Nabi saw. Setelah beliau meninggal. Ketika sepupu beliau saw., Imam Ali bin Abi Thalib, tengah mengurus jenazah Rasulullah saw., kaum Muslim malah mengadaka pertemuan rahasia dan memilih Abu Bakar sebagai Khalifah.
Banyak sahabat yang menentang hal itu. Di antaranya adalah Salman al Farisi, Abadah bin al Saamit, Abu al Haitam al Taihan, Hudhaifa, dan Ammar bin Yasir. Fathimah az Zahra, putrid Nabi saw., juga tidak puas dengan keputusan tersebut. Dia sangat marah.
Beberapa bulan setelah wafatnya Rasulullah saw., Imam Ali terpaksa menyetujui kekhalifahan Abu Bakar demi menyatukan umat Islam. Maka Abu Dzar ikut setuju.
Abu Dzar selalu berpikir tentang kepentingan umat Islam. Sehingga ia pergi berjihad untuk mempertahankan pemerintahan Islam.
Sementara itu, Romawi sedang melancarkan serangan militer terhadap garis perbatasan Negara Islam. Maka Abu Dzar pun pergi berjuang bersama sahabat yang lain berperang untuk berjuang di jalan Allah.
Khalifah pertama adalah Abu Bakar. Kemudian Umar bin Khaththab menggantikannya. Abu Dzar berada di Syam (Suriah). Dia beserta saudara seislam berjuang di sana.
Umar bin Khaththab meninggal. Khalifah Utsman menggantikannya.
Namun Utsman tidak mengikuti perilaku Rasulullah saw. Dia mengikutsertakan kerabatnyadan menunjuk mereka sebagai pejabat pemerintahan. Dia mulai mempertebal kantongnya dengan uang milik umat Islam. Dia menarik kembali Marwan bin Hakam, yang dipecat oleh Nabi saw., dan menjadikannya penguasa.
Masyarakat mengeluh atas kebijakan Utsman. Sebuah delegasi dari Kufah pergi menghadap Utsman. Mereka memberi tahu bahwa pemimpin daerah mereka selalu minum alcohol dan selalu pergi ke masjid dalam keadaan mabuk dan selalu muntah dalam salat.
Namun Utsman tidak melakukan apa-apa. Bahkan, Marwan mengganggu delegasi itu dan membubarkan mereka. Beberapa sahabat bersama mereka.
Suatu hari, Abu Dzar menasihati Utsman. Malah Utsman mencaci Abu Dzar dan berkata di hadapan orang-orang yang hadir," Nasihati aku ! Apa yang harus aku lakukan terhadap orang tua pembohong ini ? Apakah aku harus memukulnya, memenjarakannya, membunuhnya, atau mengasingkannya dari Negara Islam?"
Abu Dzar dan kaum Muslim pun sedih. Mereka pun teringat dengan hadis Nabi Muhammad saw.," Tak ada seorang pun di langit atau di bumi yang lebih dapat dipercaya di bandingkan Abu Dzar."
Namun Utsman menuduhnya berbohong dan berkata," Dasar orang tua pembohong!"
Dengan sedih, Abu Dzar pun keluar dari pertemuan itu. Dia teringat pada kejadian lebih dari dua puluh tahun lalu. Dia teringat ketika suatu hari Rasulullah saw. Menemukannya tertidur di masjid. Rasulullah membangunkannya dan berkata," Janganlah engkau tidur di masjid lagi. Apa yang akan engkau lakukan jika mereka mengusirmudari masjid suatu saat nanti?"
Abu Dzar berkata," Aku akan pergi ke Syam, tanah jihad."
Lalu Nabi Muhammad saw. Berkata," Jika mereka mengusirmu dari sana?"
Abu Dzar berkata," Aku akan kembali ke Masjid."
Lalu Nabi Muhammad saw. Bertanya," Jika mereka mengusirmu dari masjid?"
Abu Dzar menjawab," Aku akan mengambil pedangku dan memukul mereka dengannya."
Nabi Muhammad saw. Lalu berkata," Bolehkah aku mengarahkanmu kepada kebajikan?"
Abu Dzar:" Ya, Rasulullah."
Nabi Muhammad saw. Berkata," Dengar dan Ikutilah."
Menuju Syam
Utsman memutuskan untuk mengasingkan Abu Dzar ke Syam. Abu Dzar tiba di Syam. Muawiyah, Gubernur Syam saat itu, memerintahkan pasukannya untuk mengasingkannya ke suatu daerah di bagian selatan Libanon, sekarang bernama Jabal Amil.
Abu Dzar mulai mengajarkan hadis dan perilaku Nabi kepada masyarakat. Dia mengutuk pemerintahan yang korup, kejam, dan bermewah-mewah.
Dia selalu membacakan ayat suci Alquran," Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannyapada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, ( bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,"
Muawiyah berkeinginan untuk membujuk Abu Dzar dengan uang agar ia diam. Maka ia memerintahkan pasukannya untuk membawa Abu Dzar ke Damaskus (ibu kota Syam). Muawiyah mengirimkan banyak hadiah untuk Abu Dzar. Namun sahabat besar itu memberikan hadiahnya itu kepada orang-orang miskin. Abu Dzar selalu melewati istana Muawiyah dan berkata," Allah mengutuk mereka yang menikmati kebajikan, namun tidak melakukannya. Allah mengutuk mereka yang mencegah orang dari melakukan perbuatan keji, namun mereka tetap melakukannya."
Lalu Muawiyah memerintahkan para pengawalnya untuk menahan Abu Dzar. Mereka membawanya dalam keadaan terikat rantai ke hadapan Muawiyah. Muawiyah berkata padanya dewngan benci," Musuh Allah, dan musuh Rasulullah! Tiap hari kau melewati istana dan berteriak. Aku akan meminta izin Khalifah untuk membunuhmu."
Lalu Muawiyah berpaling ke pengawalnya dan berkata," Penjarakan dia!"
Menuju Madinah
Muawiyah mengirimkan surat kepada Khalifah Utsman. Dalam suratnya, dia mengatakan tentang perbuatan Abu Dzar.
Khalifah memerintahkan Muawiyah untuk mengirim kembali Abu Dzar ke Madinah.
Umat Muslim mendengar berita itu. Maka mereka berduyun-duyun untuk melihat sahabat Rasulullah saw. Itu.
Abu Dzar mengendarai unta betinanya. Beberapa orang yang kasar menuntun unta itu. Mereka tidak menghormati kondisi Abu Dzar yang sudah lemah dan uzur. Dan mereka pun membuatnya lelah selama dalam perjalanan.
Abu Dzar tiba di Madinah dalam keadaan memprihatinkan. Dia menemui Khalifah. Ia hampir saja terjatuh ke tanah karena lemah dan lelah.
Abu Dzar berkata," Terkutuklah engkau! Kalian menyiksaku seperti orang-orang yang kejam lakukan!"
Dengan amat benci, Utsman berkata," Keluar kau dari tanah airmu!"
Dengan sedih Abu Dzar berkata,
Abu Dzar:"Ke mana?"
Khalifah:"Ke manapun kamu mau."
Abu Dzar:" Bolehkah aku pergi ke Syam, tanah jihad?"
Khalifah:" Tidak,aku tak akan mengembalikanmu ke Syam."
Abu Dzar berkata," Bolehkah aku pergi ke Irak?"
Khalifah:"Tidak!"
Dengan sedih, Abu Dzar berkata," Lalu, kemana aku harus pergi?"
Khalifah:" Ke gurun!"
Abu Dzar:" Bolehkah aku pergi ke Gurun Najid?"
Khalifah:" Tidak! Ke timur jauh, ke Al Rabadzah!"
Abu Dzar berseru," Mahabesar Allah! Benar apa yang dikatakan Rasulullah."
Utsman bertanya,"Ap yang telah beliau katakana padamu?"
Sahabat tua itu menjawab," Beliau berkata bahwa aku akan dicegah untuk hidup di Makkah dan di Madinah dan bahwa aku akan meninggal di Rabadzah dan bahwa beberapa orang irak , dalam perjalanannya menuju Hijaz, akan menguburkanku."
Al Rabadzah
Al Rabadzah merupakan suatu daerah yang berada di sebelah timur Madinah.
Abu Dzar tidak menyukai Rabadzah karena ia pernah menyembah berhala di sana pada masa sebelum Islam.
Abu Dzar menyukai Madinah karena makam Nabi saw. Dan masjid Nabi ada di sana. Dia menyukai Makkah karena Ka'bahada di sana. Dia menyukai Syam karena Syam meruppakan tanah jihad.
Abu DZar tidak menyukai Rabadzah karena tempat itu akan mengingatkannya atas perbuatannya menyembah berhala. Namun, Khalifah mengusirnya. Dalam pada itu, Khalifah Utsman memerintahkan Marwan untuk membawanya dan mencegah umat Muslim agar tidak mengantarnya.
Umat muslim takut pada kekuasaan Khalifah. Sehingga, hanya sedikit sahabat yang menyaksikan kepergiaannya. Mereka adalah Imam Ali binAbi Thalib; saudaranya, Aqil; anaknya,Al Hasan dan Al Husain (Cucu-cucu Nabi saw. ); serta sahabat besar , Ammar bin Yasir.
Imam Ali maju untuk mengantarnya. Kemudian, beliau berkata," Abu Dzar, engkau menjadi marah karena Allah. Masyarakat mengkhawatirkan agama mereka, dan engkau mengkhawatirkan agamamu. Maka, biarkan apa yang mereka khawatirkan itu di tangan mereka, dan lepaskanlah dari mereka apa yang engkau khawatirkan. Mereka membutuhkan apa-apa yang engkau menahan diri darinya. Dan engkau tidak membutuhkan apa-apa yang engkau menahan diri darinya. Besok engkau akan mengetahui siapa yang akan menjadi pemenang. Abu Dzar, tidak ada yang menarik perhatianmu kecuali kebenaran, dan tidak ada yang mengganggumu kecuali kebohongan."
Aqil berada di depan dan berkata," Engkau tahu kami mencintaimu, dan engkau pun mencintai kami. Maka, takutlah pada Allah, karena takut pada Allah adalah penyelamatmu. Dan sabarlah karena kesabaran adalah kemurahan hati."
Cucu Nabi saw., Al Hasan, maju dan berbicara," Paman, bersabarlah sampai engkau bertemu dengan Rasulullah saw. Beliau akan senang padamu."
Al Husain maju dan berkata," Paman, mohonlah pada Allah agar menganugerahimu kesabaran dan kemenangan."
Sambil menitikkan air mata, Amar bin Yasir maju dan berkata," Semoga Allah tidak memperhatikan orang-orang yang mengganggumu. Dan semoga Allah tidak menyelamatkan orang-orang yang menakutimu. Demi Allah! Jika engkau menginginkan dunia mereka, mereka membuatmu aman. Dan jika engkau senang dengan perbuatan mereka, mereka akan mencintaimu."
Dengan berlinang air mata,Abu DZar berkata," Semoga Allah mengasihi kalian semua."
Abu Dzar, istri, dan anak perempuannya pergi menuju Rabadzah. Dia mengulangi kata-kata Nabi Saw.,"Abu Dzar, semoga Allah mengasihimu. Engkau akan hidup sendirian, meninggal sendirian, bangkit dari kematian sendirian, dan masuk ke surga sendirian."[]
11. SALMAN AL FARISI SALMAN AL FARISI
Putra Islam
Hari menjelang siang. Kaum Muslim duduk di masjid Nabi, menunggu azan untuk menunaikan salat.
Salman memasuki masjid dan disambut oleh saudara-saudara Mukminnya.
Kaum Muslim ingin mengetahui suku laki-laki Persia itu. Mereka menyebutkan suku mereka masing-masing dengan keras Salman dapat mendengarnya.
Salah seorang dari mereka berkata," Aku berasal dari suku Tanin." Yang lain berkata," Aku berasal dari suku Quraisy." Yang ketiga berkata," Aku berasal dari suku Al Ash." Dan seterusnya.
Tetapi Salman hanya diam. Mereka tetap ingin mengetahui sukunya. Sehingga, mereka bertanya padanya," Salman, dari mana kau berasal?"
Untuk mengajarkan pada mereka arti Islam, Salman menjawab," Aku adalah putra Islam ! Aku dulu tersesat! Sampai Allah menuntunku dengan Muhammad saw. Aku Adalah orang miskin! Sampai Allah membuatku kaya dengan Muhammad. Aku adalah seorang budak! Sampai Allah membebaskanku dengan Muhammad. Islam-lah sukuku!"
Kaum Muslim di masjid menjadi diam, karena Salman mengajarkan pada mereka sebuah pelajaran Islam.
Siapa Salman
Namanya aslinya adalah Ruzbah, yang artinya bahagia. Ia lahir di sebuah desa di Isfahan, Persia.Ayahnya adalah seorang kepala desa yang kaya raya. Pada saat itu, orang-orang Persia menyembah api, karena api adalah simbol dari cahaya. Oleh karena itu, api dianggap suci oleh mereka. Mereka pun mempunyai kuil-kuil di mana api dijaga agar tetap menyala selamanya. Dan di sana juga terdapat para pendeta. Mereka terus menyalakan api siang dan malam.
Ketika Ruzbah tumbuh dewasa, ayahnya menginginkan ia untuk menjadi orang penting. Sehingga ia memintanya untuk mengurus kuil dan terus menjaga nyala api.
Ruzbah berpikir tentang api. Ia tidak mau menganggapnya sebagai Tuhan, karena manusialah yang menjaga api itu supaya terus menyala dan tidak padam.
Suatu hari, pemuda itu berjalan-jalan melewati lading-ladang hijau. Di kejauhan, ia melihat sebuah gedung yang indah. Lalu ia pun menuju ke sana.
Gedung itu adalah sebuah gereja. Gedung itu dibangun oleh beberapa pendeta untuk beribadah kepada Allah.
Pada saat itu, agama Nasrani adalah agama Allah yang benar, bukan Nasrani seperti zaman sekarang ini.Pemuda itu berbincang dengan para pendeta di sana. Cinta kepada Allah meliputi hatinya. Lalu ia bertanya pada mereka," Dari mana asal agama ini?" Para pendeta itu menjawab, " Agama ini berasal dari Syam."
Hijrah
Ruzbah memutuskan untuk pergi ke Syam. Lalu ia menunggu rombongan kafilah dagang. Para kafilah dagang pun mengizinkannya ikut dengan mereka.
Pemuda itu tinggal di rumah seorang pendeta. Ia ingin mempelajari dasar-dasar agama, perilaku yang baik, dan mempelajari injil.
Selang beberapa waktu, sang pendeta itu meninggal dunia. Sehingga Ruzbah pindah ke Mosul (sebuah kota di Irak utara). Di sana ia tinggal di sebuah gereja. Lalu ia pindah ke Nasibin, kemudian ke Ammuriyah.
Ruzbah tinggal di Ammuriyah selama beberapa waktu. Pendeta di Ammuriyah adalah seorang baik. Sebelum ia meninggal, ia berpesan pada Ruzbah," Dalam waktu dekat, Allah akan mengutus seorang nabi. Nabi Itu akan membawa agama Ibrahim. Dan beliau akan hijrah ke tanah yang penuh dengan pohon kurma."
Ruzbah lalu bertanya padanya," Ap tanda-tandanya?"
Pendeta itu menjawab," Tanda-tandanya adalah beliau mau menerima hadiah, tetapi tidak menerima sedekah. Dan tanda-tanda kenabiannya berada di antara bahunya."
Pendeta yang baik itu lalu meninggal, dan Ruzbah pun sendirian. Kemudian berpikir untuk pindah ke Jazirah Arab.
Suatu hari, ada kafilah melewatinya. Kafilah itu hendak kembali ke Hijaz. Maka ia pun memberikan seluruh uangnya kepada mereka untuk menumpang di Makkah.
Para pedagang itu menerima uangnya dan merampas kemerdekaannya. Mereka malah menjualnya pada seorang Yahudi sebagai seorang budak. Ruzbah merasa sedih karena pengkhianatan itu, tetapi ia tetap bersabar. Sejak saat itu, ia mulai bekerja pada orang Yahudi tersebut di ladangnya.
Hari-hari pun berlalu. Suatu pagi, seorang dari bani Quraidha mengunjungi sepupunya, tuannya Ruzbah. Ia melihat Ruzbah sedang bekerja keras. Laki-laki itu pun berkata pada saudara sepupunya," Tolong, juallah budak itu padaku."
Ruzbah gembira karena orang bani Quraidha itu tinggal di Yatsrib, yang dipenuhi dengan pohaon kurma. Pendeta Ammuriyah berkata padanya bahwa Nabi yang akan dijanjikan akan muncul disana. Ruzbah selalu menghitung hari. Ia menanti kemunculan sang Nabi.
Suatu hari, sewaktu ia sedang bekerja di lading, ia mendengar tuannya berkata pada seorang temannya," Muhammad telah tiba di Quba. Dan beberapa orang dari Yatsrib telah menerimanya."
Ruzbah gembira menerima berita itu, karena saatnya telah tiba, ia akan memperoleh kebebasannya. Ia menunggu hingga malam. Ketoika hari menjadi gelap, ia mengambil beberpa butir kurma dan meninggalkan tuannya dengan diam-diam.
Jarak antara Yatsrib dan Quba sekitar dua mil. Ia segera menempuhnya dengan cepat. Ketika tiba di Quba, ia langsung menemui Nabi Muhammad saw. Dan berkata," Aku telah mendengar bahwa Anda adalah orang baik, dan aku lihat ada beberapa orang lain bersama Anda. Oleh karena itu, aku bawakan untuk Anda kurma-kurmaini sebagai sedekah."
Namun Nabi Muhammad saw. Lalu membagi-bagikan kurma itu pada sahabat-sahabat beliau, tetapi beliau sendiri tidak memakannyasedikit pun. Ruzbah berkata pada dirinya," Ini adalah tanda yang petama."
Hari berikutnya, ia datang lagi. Ia membawa beberapa butuir kurma lagi. Lalu ia berkata pada Anbi Muhammad saw.," Ini adalah hadia."
Nabi saw. Mengambil kurma-kurma itu dan berterima kasih. Beliau saw. Lalu membagi-bagikan kurma itu pada sahabat-sahabat beliau, dan beliau sendiri juga memakannya beberapa butir. Ruzbah berkata pada idrinya," Dan ini adalah tanda yang kedua."
Karena itu, Ruzbah merasa yakin bahwa Muhammad saw. Adalah nabi yang dijanjikan. Ia lalu memeluk Nabi saw. Dan menyatakan keislamannya. Karena itulah, Nabi Muhammad saw. Menamainya Salman.
Kemerdekaan
Islam telah datang untuk memerdekakan manusia dari penguasaan manusia lain. Allah SWT memberikan manusia kebebasan. Sehingga Nabi Muhammad saw. Lalu berkata pada sahabat-sahabat beliau," Bantulah Salman untuk mendapatkan kemerdekaannya."
Orang Yahudi yang menjadi majikan Salman menerima untuk membebaskannya. Dan sebagai gantinya, ia meminta ditanamkan tiga ribu pohon kurma.
Nabi saw. Pun mulai menanam pohon kurma itu. Semua pohon itu pun hidup. Dengan cara inilah Allah SWT memerdekakan Salman. Sehingga ia hidup dengan bahagia bersama Nabi Muhammad saw.
Pertahanan Madinah
Pada bulan Ramadhan tahun 5 H, kaum Muslim mendengar bahwa kaum musyrik bermaksud menyerbu Madinah.
Orang-orang Yahudi selalu memanas-manasi dan mendesak kaum kafir Quraisy dan suku-suku Arab untuk menyerbu Madinah serta menghancurkan Islam. Orang-orang Yahudi mengeluarkan banyak uang untuk mengerahkan sepuluh ribu tentara.
Nabi Muhammad saw. Selalu meminta saran dari sahabat-sahabatnya untuk memecahkan masalah-masalah yang sedang dihadapi kaum Muslim. Kaum Muslim mengadakan pertemuan di Masjid Nabi saw. Untuk bertukar pikiran.
Serbuan itu sangat berbahaya, karena pasukan kaum Muslim hanya sekitar seribu orang, sementara para penyerbu berjumlah sepuluh ribu orang. Disamping itu, mereka memiliki persenjataan yang lengkap.
Kau Muslim saling bertukar pendapat untuk menemukan cara dalam menghadapi serangan. Salman tiba-tiba berdiri dan berkata," Ya Rasulullah, di Persia kami menggali parit ketika musuh menyerang kami."
Usul Salman itu diterima kaum Muslim. Nabi Muhammad saw. Dan kaum Muslim pun merasa gembira.
Parit
Perbatasan utara Madinah adalah dataran rendah. Nabi Muhammad saw. Menginginkan parit dibuat dengan panjang 5 ribu meter, lebar 9 meter, dan dengan kedalaman 7 meter.
Esok harinya, kaum Muslim pergi dengan membawa alat-alat penggali
Parit itu dikerjakan dengan cermat dan cepat. Nabi Muhammad saw. Memerintahkan tiap 10 orang untuk menggali parit sepanjang 40 meter.
Pada saat itu musim dingin. Angin yang berhembus sangat dingin. Kaum Muslim sedang berpuasa. Meskipun demikian, mereka tetap bekerja dengan giat.
Nabi Muhammad saw. Sendiri bekerja dengan giat, memberi semangat pada sahabat-sahabat beliau dan memanjatkan doa," Ya Allah, Engkau telah membimbing kami! Dan menjadikan kami mengeluarkan zakat dan mendirikan salat! Kemudian menganugerahi kami dengan kesabaran! Dan menjadikan kami teguh ketika kami bertemu dengan musuh kami!"
Batu
Salman bekerja bersama saudara-saudaranya dari Muhajirin dan Anshar.
Suatu hari, mereka menemukan sebuah batu putih yang keras. Salman mencoba menghancurkannya dengan kapaknya. Sahabat-sahabatnya mencoba untuk menghancurkannya juga, tapi mereka semua tidak sanggup. Di mana pun mereka memukul batu itu, yang muncul hanya percikan api dari batu tersebut.
Oleh karena itu, mereka meminta pendapat Salman. Salman lalu pergi untuk menceritakan kepada Nabi saw. Tentang batu tersebut, dan meminta izin untuk mengubah arah parit itu.
Nabi Muhammad saw. Datang ke parit dan mengambil kapak dari Salman. Beliau saw. Lalu masuk ke dalam parit, dan meminta pada kaum Muslim untuk mengambilkan sedikit air.
Nabi saw. Lalu menumpahkan air itu ke atas batu tersebut, memegang kapaknya, dan berkata," Dengan nama Allah ( Bismillaah )."
Beliau saw. Lalu memukul batu itu dengan kapak dan batu itu pun terbelah sepertiga bagian. Nabi Muhammad saw. Lalu berkata," Allah Mahabesar! Aku telah diberi jalan ke Syam! Demi Allah, aku dapat melihat istana-istananya!"
Nabi Muhammad saw. Memukul batu itu lagi, dan batu itu terbelah lagi sepertiga bagian. Beliau pun berkata," Allah Mahabesar! Aku telah diberi jalan ke Persia! Demi Allah, aku dapat melihat istana-istana Al Madain!"
Kemudian beliau saw. memukul untuk ketiga kalinya, yang menghancurkan batu itu, lalu berkata," Allah Mahabesar! Aku telah diberi jalan ke Yaman! Demi Allah, aku dapat melihat gerbang Sana'a!"
Kaum Muslim pun gembira atas janji kemenangan dari Allah tersebut.
Namun kaum munafik mencibir kaum Mukmin," Bagaimana kalian akan menaklukkan Persia, Roma, dan Yaman, sementara kalian sedang menggali parit di Yatsrib?"
Tetapi kaum Mukmin tidak ragu terhadap janji kemenangan dari Allah, karena Allah memberikan kemenangan kepada hamba-Nya yang tulus.
Kaum Muslim terus menggali parit siang dan malam, selama satu bulan. Selama waktu itu, kaum Muslim memindahkan hasil panen pertanian ke Madinah, untuk kebutuhan hidup selama pengepungan dan untuk mencegah musuh memanfaatkannya.
Pengepungan
Pasukan kafir yang dipimpin oleh Abu Sufyan tiba di Madinah. Melihat Parit yang ada, mereka terkejut dan berkata," Orang-orang Arab tidak mengenal siasat seperti ini!"
Dan kaum musyrik tersebut tahu bahwa itu pastilah ide Salman. Mereka pun lalu mengepung Madinah. Namun, Abu Sufyan gagal menemukan jalan untuk melewati parit itu.
Selama masa pengepungan, kaum Muslim dan kaum musyrik saling melontarkan panah.
Suatu hari, salah seorang penuggang kuda kaum musyrik berhasil melewati parit dan mencapai garis depan pasukan kaum Muslim.
Nabi Muhammad saw. Memerintahkan pasukannya untuk menghalangi orang itu, yang bernama Amr bin Abdu Wudd, seorang musyrik yang begitu ditakuti. Namun, hanya ImamAli bin Abi Thalib yang berani menanggapi seruan Nabi saw. Dan berperang tanding melawan Amr.
Ketika Imam Ali bertempur melawan musuh Islam tersebut, Nabi Muhammad saw. Berdoa pada Allah SWT agar memberikan kemenangan pada kaum Muslim.Kemudian beliau berkata," Hari Ini, keimanan berperang melawan kekafiran."
Imam Ali akhirnya berhasil mengalahkan mushnya, dan kaum Muslim pun berseru," Allah Mahabesar! Allah Mahabesar!"
Ketika kaum musyrik maju menuju parit, kaum Muslim mengejar dan membunuh beberapa di antara mereka.
Kemenangan
Kaum musyrik tidak berhasil melintasi parit. Pengepungan menjadi semakin lama. Allah memberikan kemenangan kepada Rasulullah saw. dan kaum Mukmin.
Angin kencang menerpa pasukan kafir. Angin itu merobohkan kemah-kemah mereka dan membuat mereka takut.
Kaum musyrik telah lelah mengepung. Sehingga pada suatu malam, Abu Sufyan memutuskan untuk menarik pasukannya.
Pagi harinya, Nabi Muhammad saw. mengirim Hudhaifa ke garis depan pasukan musuh untuk memperoleh informasi.
Hudhaifa melaporkan kepada Rasulullah saw. tentang kekalahan pasukan musuh. Kaum Muslim dipenuhi kebahagiaan. Mereka bersyukur kepada Allah SWT karena memberi mereka kemenangan atas musuh agama dan kemanusiaan.
Setelah sebulan pengepungan, kaum Muslim dengan bahagia kembali ke rumah masing-masing.
Di Masjid Nabi
Kaum Muslim datang bersama-sama ke Masjid Nabi saw. Mereka bersyukur kepada Allah SWT. Mereka memandang Salman, sahabat besar itu, dengan rasa cinta dan hormat, karena gagasannya telah menyelamatkan Madinah dan Islam dari penyerang.
Karena itulah, kaum Anshar di Madinah berkata," Salman adalah bagian dari kami."
Kaum Muhajirin berteriak pula," Salman adalah bagian dari kami."
Lalu kaum Muslim memperhatikan Nabi saw. untuk mendengar pandangan beliau saw. tentang Salman. Beliau saw. bersabda," Salman adalah bagian dari keluargaku!"
Kemudian Nabi saw. bersabda," Jangan katakana Salman al Farisi, tetapi katakanlah Salman al Muhammadi!"
Sejak saat itu, kaum Muslim memandang Salman dengan penuh rasa terima kasih dan hormat.
Jihad
Salman selalu pergi berjihad bersama Nabi Muhammad saw. untuk mempertahankan misi Islam melawan para musuh.
Salman mengambil bagian dalam seluruh peperangan kaum Muslim, seperti Perang bani Quraidha, Perang Khaibar, Penaklukan Makkah, Perang Hunain, Perang Tabuk, dan lain-lain.
Salman adalah salah seorang yang paling awal membai'at (menyatukan sumpah setianya) Rasulullah saw. di bawah pohon, yang dikenal dengan Bai'at al Ridwan.
Salman adalah salah seorang Mukmin sejati dan mujahid 9orang-orang yang berjuang di jalan Allah) yang setia.
Karena itulah, Nabi Muhammad saw. bersabda," Surga merindukan tiga orang. Mereka adalah Ali, Ammar dan Salman."
Mereka berasal dari tiga negeri yang berbeda. Islam telah menyatukan mereka. Sehingga mereka menjadi bersaudara.
Sementara itu, Abu Sufyan memandang rendah Salman, karena ia menganggap bahwa orang-orang Arab lebih baik daripada orang-orang non-Arab.
Namun Nabi Muhammad saw. bersabda," Tidak ada perbedaan antara orang Arab dan Ajam (non-Arab), kecuali dengan ketakwaannya kepada Allah."
Salman, Bilal, dan Suhaib hendak memberi Abu Sufyan sebuah pelajaran untuk mengingatkannya pada kemurahan Islam. Mereka berkata padanya," Pedan-pedang tak mengambil apa pun dari musuh-musuh Allah."
Abu Bakar mendengar kata-kata mereka, sehingga ia berkata dengan marah," Mengapa kalian berkata seperti itu pada pemuka kaum Quraisy dan pemimpin mereka?"
Abu Bakar lalu pergi menemui Nabi Muhammad saw. untuk mengatakan pada beliau saw. tentang kata-kata mereka. Tetapi Nabi Muhammad saw. justru berkata,"Wahai Abu Bakar, apakah engkau telah membuat mereka marah? Jika engkau telah membuat mereka marah, maka engkau telah membuat Allah murka!"
Abu Bakar merasa bersalah. Oleh karena itu, ia segera menemui mereka dan berkata," Saudaraku, aku mungkin telah membuat kalian marah !" Mereka pun menjawab dengan kebaikan seorang Muslim," Tidak wahai Abu Bakar, semoga Allah memaafkanmu!"
Wafatnya Nabi
Pada hari senin, 28 Safar, Nabi Muhammad saw. meninggal dunia. Kaum Muslim menjadi sedih. Dan Salman pun menangis atas kepergian beliau saw. itu.
Salman sangat mencintai Nabi Muhammad saw. Ia meneladani perbuatan beliau saw. dan mengingat sabda-sabda beliau saw.
Karena itulah Salman mencintai Ali, karena Allah dan Rasulullah saw. mencintai beliau.
Ia pun mendengar Nabi saw. berulang kali bersabda:
"Ali bersama keadilan dan keadilan bersama Ali."
"(wahai Ali,) Kedudukanmu di sisiku sebagaimana kedudukanmu Harun di sisi Musa, hanya saja tak ada lagi nabi setelahku."
"Siapa saja yang menjadikan aku pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya."
Salman mendengar sabda tersebut, demikian para sahabat lainnya. Karena itulah, ia mengimani kepemimpinan Imam Ali dan hak Kekhalifahan beliau sepeninggal Nabi Muhammad saw.
Bai'at (Sumpah Setia)
Sementara Imam Ali sibuk mengurus jenazah Nabi saw. Abu Bakar malah diangkat menjadi Khalifah dalam sebuah musyawarah di Saqifah.
Beberapa sahabat Nabi saw. terkejut dengan pengangkatan itu. Dan mereka pun menentangnya, karena mereka tahu bahwa Khalifah yang sebenarnya adalah Imam Ali.
Dengan alas an itulah Salman, Abu Dzar, Miqdad, Ammar bin Yasir, Abdullah bin Abbas, Zubair bin Awam, Qais bin Sa'ad,Usamah bin Zaid, Abu Ayyub al Anshari, Abdullah bin Mas'ud, dan lain-lain tidak membai'at (menyatakan sumpah setianya kepada) Abu Bakar.
Imam Ali menjaga sikapnya untuk tidak berbai'at hingga istri beliau, Fathima az Zahrah (putri Rasulullah saw.), meninggal dunia.
Imam Ali kemudian terpaksa membai'at Abu Bakar untuk menyelamatkan kaum Muslim dari perpecahan, sebagaimana amanat Nabi saw. kepada beliau. Salman masih menunggu, lalu Imam Ali berkata padanya," Wahai Aba Abdullah, berbai'atlah."
Salman taat kepada Allah SWT, Rasulullah saw., dan Imam Ali. Sehingga ia pun berbai'at.
Imam Ali pun mencintai Salman, dan berkata tentang dirinya:
"Salman adalah bagian dari keluarga Nabi."
"Ia bagaikan Lukman al Hakim."
"Ia telah membaca kitab pertamadan kitab terakhir, yaitu Injil dan Alquran."
Al Madain
Salman mengambil bagian dalam pertempuran yang terjadi di Persia. Ia berada id barisan terdepan dalam pertempuran itu. Dan ia bertempur dengan gagah berani.
Sa'ad bin Abi Waqqas memimpin pasukan dalam pertempuran di Al Madain (ibu kota Persia saat itu). Salman berada di sampingnya.Ia menyeberangi sungai dengan menunggang kudanya.
Salman menjadi penghubung antara kaum Muslim dengan rakyat Persia. Karena itulah, kota Iwan dapat ditaklukkan tanpa pertumpahan darah.
Khalifah Umar bin Khaththab lalu menunjuknya sebagai Gubernur Al Madain.
Salman adalah contoh penguasa Muslim yang adil. Gajinya sebesar lima ribu dirham. Namun, ia membagikan seluruh gajinya itu untuk fakir miskin.
Ia hidup dengan sederhana. Ia membeli daun kurma dengan harga satu dirham. Lau ia menjadikannya keranjang-keranjang dan menjualnya seharga tiga dirham. Ia gunakan satu dirham untuk nafkah keluarganya, satu dirham untuk fakir miskin, dan satu dirham sisanya untuk membeli daun kurma lagi.
Pakaiannya sangat sederhana. Ketika para musafir dan orang asing melihatnya, mereka mengiranya seorang fakir miskin dari Al Madain
Suatu hari, ketika Salman berjalan di pasar, seorang musafir pernah memintanya untuk membawakan barangnya. Salman lalu membawakan barangnya dan berjalan di belakang musafir itu. Di jalan, orang-orang memberi salam pada Salman dengan rasa hormat. Musafir itu pun heran dan bertanya pada orang-orang di sekitarnya," Siapa lelaki miskin itu?"
Mereka menjawab," Ia adalah Salman al Farisi, sahabat Rasulullah saw. dan gubernur Al Madain."
Musafir tiu pun terkejut. Ia meminta maaf kepada Salman dan meminta Salman untuk meletakkan barang-barangnya. Namun, Salman menolak dan berkata," Hingga aku melihatmu selesai."
Kufah
Setelah penaklukan Al Madain, kaum Muslim mulai mencari tempatyang layak untuk dihuni.
Sehingga kemudian Salman dan Hudhaifa bin al Yaman pergi mencari tanah yang layak dan sesuai dengan pola hidup kaum Muslim.
Mereka lalu memilih Kufah dan melakukan salat di sana. Pada hari itu, kota Kufa didirikan, yang di kemudian hari menjadi ibu kota pemerintahan Islam dan sebagai pusat ilmu pengetahuan.
Salman mendengar sabda tersebut, demikian juga para sahabat lainnya. Karena itulah, ia mengimani kepemimpinan Imam Ali dan hak kekhalifahan beliau sepeninggal Nabi Muhammad saw.
Berjihad lagi
Utsman menjadi khalifah. Namun kaum Muslim melengserkannya.
Salman menjadi gembira. Ia lalu berangkat ke Madinah untuk berziarah ke makam Nabi Muhammad saw., dan untuk salat di Mesjid Nabi.
Salman mencintai jihad untuk mempertahankan pemerintahan Islam melawan musuh-musuh Allah. Ia lalu bergabung dengan pasukan kaum Muslim untuk menaklukan kota Balengerd di Turki. Dan ia menunjukkan keberanian di sana.
Kembali
Salman telah berusia lanjut. Ia pun menderita sakit keras. Kaum Muslim mengunjunginya dan memohon kepada Allah bagi kesembuhan penyakitnya. Mereka memandangnya dengan rasa cinta, karena ia mencintai Allah dan rakyat serta banyak berbuat kebaikan.
Suatu pagi, Salman meminta istrinya untuk mengambilkan bungkusan yang telah disimpannya selama beberapa tahun. Istrinya bertanya tentang bungkusan itu, dan Salman pun berkata,"Demi Rasulullah yang telah berkata padaku,' Jika kematian menghampirimu, beberapa orang (maksudnya malaikat) akan datang padamu. Mereka menyukai wewangian tetapi tidak memakan makanan."
Ia pun membuka bungkusan itu dan memercikinya dengan air. Bau wangi pun menyebar dan memenuhi seluruh ruangan. Lalu Salman meminta istrinya untuk membuka semua pintu.
Selang beberapa saat, Salman pun menutup matanya dan meninggal dunia.
Makamnya
Salman adalah seorang pemuda ketika meninggalkan tanah Persia (Iran). Ia mengunjungi banyak kota di Turki,Syam, Irak, dan Hijaz. Setelah kehidupannya yang penuh dengan jihad dan ibadah, ia pun meninggal dunia di Al Madain.
Rakyat Al Madain menyebutnya Salman Paak. Paak adalah bahasa Persia yang bermakna suci dan bersih.
Ya ! Salman adalah orang yang bersih hatinya. Dan ia adalah bagian dari keluarga Nabi saw.[]
Putra Islam
Hari menjelang siang. Kaum Muslim duduk di masjid Nabi, menunggu azan untuk menunaikan salat.
Salman memasuki masjid dan disambut oleh saudara-saudara Mukminnya.
Kaum Muslim ingin mengetahui suku laki-laki Persia itu. Mereka menyebutkan suku mereka masing-masing dengan keras Salman dapat mendengarnya.
Salah seorang dari mereka berkata," Aku berasal dari suku Tanin." Yang lain berkata," Aku berasal dari suku Quraisy." Yang ketiga berkata," Aku berasal dari suku Al Ash." Dan seterusnya.
Tetapi Salman hanya diam. Mereka tetap ingin mengetahui sukunya. Sehingga, mereka bertanya padanya," Salman, dari mana kau berasal?"
Untuk mengajarkan pada mereka arti Islam, Salman menjawab," Aku adalah putra Islam ! Aku dulu tersesat! Sampai Allah menuntunku dengan Muhammad saw. Aku Adalah orang miskin! Sampai Allah membuatku kaya dengan Muhammad. Aku adalah seorang budak! Sampai Allah membebaskanku dengan Muhammad. Islam-lah sukuku!"
Kaum Muslim di masjid menjadi diam, karena Salman mengajarkan pada mereka sebuah pelajaran Islam.
Siapa Salman
Namanya aslinya adalah Ruzbah, yang artinya bahagia. Ia lahir di sebuah desa di Isfahan, Persia.Ayahnya adalah seorang kepala desa yang kaya raya. Pada saat itu, orang-orang Persia menyembah api, karena api adalah simbol dari cahaya. Oleh karena itu, api dianggap suci oleh mereka. Mereka pun mempunyai kuil-kuil di mana api dijaga agar tetap menyala selamanya. Dan di sana juga terdapat para pendeta. Mereka terus menyalakan api siang dan malam.
Ketika Ruzbah tumbuh dewasa, ayahnya menginginkan ia untuk menjadi orang penting. Sehingga ia memintanya untuk mengurus kuil dan terus menjaga nyala api.
Ruzbah berpikir tentang api. Ia tidak mau menganggapnya sebagai Tuhan, karena manusialah yang menjaga api itu supaya terus menyala dan tidak padam.
Suatu hari, pemuda itu berjalan-jalan melewati lading-ladang hijau. Di kejauhan, ia melihat sebuah gedung yang indah. Lalu ia pun menuju ke sana.
Gedung itu adalah sebuah gereja. Gedung itu dibangun oleh beberapa pendeta untuk beribadah kepada Allah.
Pada saat itu, agama Nasrani adalah agama Allah yang benar, bukan Nasrani seperti zaman sekarang ini.Pemuda itu berbincang dengan para pendeta di sana. Cinta kepada Allah meliputi hatinya. Lalu ia bertanya pada mereka," Dari mana asal agama ini?" Para pendeta itu menjawab, " Agama ini berasal dari Syam."
Hijrah
Ruzbah memutuskan untuk pergi ke Syam. Lalu ia menunggu rombongan kafilah dagang. Para kafilah dagang pun mengizinkannya ikut dengan mereka.
Pemuda itu tinggal di rumah seorang pendeta. Ia ingin mempelajari dasar-dasar agama, perilaku yang baik, dan mempelajari injil.
Selang beberapa waktu, sang pendeta itu meninggal dunia. Sehingga Ruzbah pindah ke Mosul (sebuah kota di Irak utara). Di sana ia tinggal di sebuah gereja. Lalu ia pindah ke Nasibin, kemudian ke Ammuriyah.
Ruzbah tinggal di Ammuriyah selama beberapa waktu. Pendeta di Ammuriyah adalah seorang baik. Sebelum ia meninggal, ia berpesan pada Ruzbah," Dalam waktu dekat, Allah akan mengutus seorang nabi. Nabi Itu akan membawa agama Ibrahim. Dan beliau akan hijrah ke tanah yang penuh dengan pohon kurma."
Ruzbah lalu bertanya padanya," Ap tanda-tandanya?"
Pendeta itu menjawab," Tanda-tandanya adalah beliau mau menerima hadiah, tetapi tidak menerima sedekah. Dan tanda-tanda kenabiannya berada di antara bahunya."
Pendeta yang baik itu lalu meninggal, dan Ruzbah pun sendirian. Kemudian berpikir untuk pindah ke Jazirah Arab.
Suatu hari, ada kafilah melewatinya. Kafilah itu hendak kembali ke Hijaz. Maka ia pun memberikan seluruh uangnya kepada mereka untuk menumpang di Makkah.
Para pedagang itu menerima uangnya dan merampas kemerdekaannya. Mereka malah menjualnya pada seorang Yahudi sebagai seorang budak. Ruzbah merasa sedih karena pengkhianatan itu, tetapi ia tetap bersabar. Sejak saat itu, ia mulai bekerja pada orang Yahudi tersebut di ladangnya.
Hari-hari pun berlalu. Suatu pagi, seorang dari bani Quraidha mengunjungi sepupunya, tuannya Ruzbah. Ia melihat Ruzbah sedang bekerja keras. Laki-laki itu pun berkata pada saudara sepupunya," Tolong, juallah budak itu padaku."
Ruzbah gembira karena orang bani Quraidha itu tinggal di Yatsrib, yang dipenuhi dengan pohaon kurma. Pendeta Ammuriyah berkata padanya bahwa Nabi yang akan dijanjikan akan muncul disana. Ruzbah selalu menghitung hari. Ia menanti kemunculan sang Nabi.
Suatu hari, sewaktu ia sedang bekerja di lading, ia mendengar tuannya berkata pada seorang temannya," Muhammad telah tiba di Quba. Dan beberapa orang dari Yatsrib telah menerimanya."
Ruzbah gembira menerima berita itu, karena saatnya telah tiba, ia akan memperoleh kebebasannya. Ia menunggu hingga malam. Ketoika hari menjadi gelap, ia mengambil beberpa butir kurma dan meninggalkan tuannya dengan diam-diam.
Jarak antara Yatsrib dan Quba sekitar dua mil. Ia segera menempuhnya dengan cepat. Ketika tiba di Quba, ia langsung menemui Nabi Muhammad saw. Dan berkata," Aku telah mendengar bahwa Anda adalah orang baik, dan aku lihat ada beberapa orang lain bersama Anda. Oleh karena itu, aku bawakan untuk Anda kurma-kurmaini sebagai sedekah."
Namun Nabi Muhammad saw. Lalu membagi-bagikan kurma itu pada sahabat-sahabat beliau, tetapi beliau sendiri tidak memakannyasedikit pun. Ruzbah berkata pada dirinya," Ini adalah tanda yang petama."
Hari berikutnya, ia datang lagi. Ia membawa beberapa butuir kurma lagi. Lalu ia berkata pada Anbi Muhammad saw.," Ini adalah hadia."
Nabi saw. Mengambil kurma-kurma itu dan berterima kasih. Beliau saw. Lalu membagi-bagikan kurma itu pada sahabat-sahabat beliau, dan beliau sendiri juga memakannya beberapa butir. Ruzbah berkata pada idrinya," Dan ini adalah tanda yang kedua."
Karena itu, Ruzbah merasa yakin bahwa Muhammad saw. Adalah nabi yang dijanjikan. Ia lalu memeluk Nabi saw. Dan menyatakan keislamannya. Karena itulah, Nabi Muhammad saw. Menamainya Salman.
Kemerdekaan
Islam telah datang untuk memerdekakan manusia dari penguasaan manusia lain. Allah SWT memberikan manusia kebebasan. Sehingga Nabi Muhammad saw. Lalu berkata pada sahabat-sahabat beliau," Bantulah Salman untuk mendapatkan kemerdekaannya."
Orang Yahudi yang menjadi majikan Salman menerima untuk membebaskannya. Dan sebagai gantinya, ia meminta ditanamkan tiga ribu pohon kurma.
Nabi saw. Pun mulai menanam pohon kurma itu. Semua pohon itu pun hidup. Dengan cara inilah Allah SWT memerdekakan Salman. Sehingga ia hidup dengan bahagia bersama Nabi Muhammad saw.
Pertahanan Madinah
Pada bulan Ramadhan tahun 5 H, kaum Muslim mendengar bahwa kaum musyrik bermaksud menyerbu Madinah.
Orang-orang Yahudi selalu memanas-manasi dan mendesak kaum kafir Quraisy dan suku-suku Arab untuk menyerbu Madinah serta menghancurkan Islam. Orang-orang Yahudi mengeluarkan banyak uang untuk mengerahkan sepuluh ribu tentara.
Nabi Muhammad saw. Selalu meminta saran dari sahabat-sahabatnya untuk memecahkan masalah-masalah yang sedang dihadapi kaum Muslim. Kaum Muslim mengadakan pertemuan di Masjid Nabi saw. Untuk bertukar pikiran.
Serbuan itu sangat berbahaya, karena pasukan kaum Muslim hanya sekitar seribu orang, sementara para penyerbu berjumlah sepuluh ribu orang. Disamping itu, mereka memiliki persenjataan yang lengkap.
Kau Muslim saling bertukar pendapat untuk menemukan cara dalam menghadapi serangan. Salman tiba-tiba berdiri dan berkata," Ya Rasulullah, di Persia kami menggali parit ketika musuh menyerang kami."
Usul Salman itu diterima kaum Muslim. Nabi Muhammad saw. Dan kaum Muslim pun merasa gembira.
Parit
Perbatasan utara Madinah adalah dataran rendah. Nabi Muhammad saw. Menginginkan parit dibuat dengan panjang 5 ribu meter, lebar 9 meter, dan dengan kedalaman 7 meter.
Esok harinya, kaum Muslim pergi dengan membawa alat-alat penggali
Parit itu dikerjakan dengan cermat dan cepat. Nabi Muhammad saw. Memerintahkan tiap 10 orang untuk menggali parit sepanjang 40 meter.
Pada saat itu musim dingin. Angin yang berhembus sangat dingin. Kaum Muslim sedang berpuasa. Meskipun demikian, mereka tetap bekerja dengan giat.
Nabi Muhammad saw. Sendiri bekerja dengan giat, memberi semangat pada sahabat-sahabat beliau dan memanjatkan doa," Ya Allah, Engkau telah membimbing kami! Dan menjadikan kami mengeluarkan zakat dan mendirikan salat! Kemudian menganugerahi kami dengan kesabaran! Dan menjadikan kami teguh ketika kami bertemu dengan musuh kami!"
Batu
Salman bekerja bersama saudara-saudaranya dari Muhajirin dan Anshar.
Suatu hari, mereka menemukan sebuah batu putih yang keras. Salman mencoba menghancurkannya dengan kapaknya. Sahabat-sahabatnya mencoba untuk menghancurkannya juga, tapi mereka semua tidak sanggup. Di mana pun mereka memukul batu itu, yang muncul hanya percikan api dari batu tersebut.
Oleh karena itu, mereka meminta pendapat Salman. Salman lalu pergi untuk menceritakan kepada Nabi saw. Tentang batu tersebut, dan meminta izin untuk mengubah arah parit itu.
Nabi Muhammad saw. Datang ke parit dan mengambil kapak dari Salman. Beliau saw. Lalu masuk ke dalam parit, dan meminta pada kaum Muslim untuk mengambilkan sedikit air.
Nabi saw. Lalu menumpahkan air itu ke atas batu tersebut, memegang kapaknya, dan berkata," Dengan nama Allah ( Bismillaah )."
Beliau saw. Lalu memukul batu itu dengan kapak dan batu itu pun terbelah sepertiga bagian. Nabi Muhammad saw. Lalu berkata," Allah Mahabesar! Aku telah diberi jalan ke Syam! Demi Allah, aku dapat melihat istana-istananya!"
Nabi Muhammad saw. Memukul batu itu lagi, dan batu itu terbelah lagi sepertiga bagian. Beliau pun berkata," Allah Mahabesar! Aku telah diberi jalan ke Persia! Demi Allah, aku dapat melihat istana-istana Al Madain!"
Kemudian beliau saw. memukul untuk ketiga kalinya, yang menghancurkan batu itu, lalu berkata," Allah Mahabesar! Aku telah diberi jalan ke Yaman! Demi Allah, aku dapat melihat gerbang Sana'a!"
Kaum Muslim pun gembira atas janji kemenangan dari Allah tersebut.
Namun kaum munafik mencibir kaum Mukmin," Bagaimana kalian akan menaklukkan Persia, Roma, dan Yaman, sementara kalian sedang menggali parit di Yatsrib?"
Tetapi kaum Mukmin tidak ragu terhadap janji kemenangan dari Allah, karena Allah memberikan kemenangan kepada hamba-Nya yang tulus.
Kaum Muslim terus menggali parit siang dan malam, selama satu bulan. Selama waktu itu, kaum Muslim memindahkan hasil panen pertanian ke Madinah, untuk kebutuhan hidup selama pengepungan dan untuk mencegah musuh memanfaatkannya.
Pengepungan
Pasukan kafir yang dipimpin oleh Abu Sufyan tiba di Madinah. Melihat Parit yang ada, mereka terkejut dan berkata," Orang-orang Arab tidak mengenal siasat seperti ini!"
Dan kaum musyrik tersebut tahu bahwa itu pastilah ide Salman. Mereka pun lalu mengepung Madinah. Namun, Abu Sufyan gagal menemukan jalan untuk melewati parit itu.
Selama masa pengepungan, kaum Muslim dan kaum musyrik saling melontarkan panah.
Suatu hari, salah seorang penuggang kuda kaum musyrik berhasil melewati parit dan mencapai garis depan pasukan kaum Muslim.
Nabi Muhammad saw. Memerintahkan pasukannya untuk menghalangi orang itu, yang bernama Amr bin Abdu Wudd, seorang musyrik yang begitu ditakuti. Namun, hanya ImamAli bin Abi Thalib yang berani menanggapi seruan Nabi saw. Dan berperang tanding melawan Amr.
Ketika Imam Ali bertempur melawan musuh Islam tersebut, Nabi Muhammad saw. Berdoa pada Allah SWT agar memberikan kemenangan pada kaum Muslim.Kemudian beliau berkata," Hari Ini, keimanan berperang melawan kekafiran."
Imam Ali akhirnya berhasil mengalahkan mushnya, dan kaum Muslim pun berseru," Allah Mahabesar! Allah Mahabesar!"
Ketika kaum musyrik maju menuju parit, kaum Muslim mengejar dan membunuh beberapa di antara mereka.
Kemenangan
Kaum musyrik tidak berhasil melintasi parit. Pengepungan menjadi semakin lama. Allah memberikan kemenangan kepada Rasulullah saw. dan kaum Mukmin.
Angin kencang menerpa pasukan kafir. Angin itu merobohkan kemah-kemah mereka dan membuat mereka takut.
Kaum musyrik telah lelah mengepung. Sehingga pada suatu malam, Abu Sufyan memutuskan untuk menarik pasukannya.
Pagi harinya, Nabi Muhammad saw. mengirim Hudhaifa ke garis depan pasukan musuh untuk memperoleh informasi.
Hudhaifa melaporkan kepada Rasulullah saw. tentang kekalahan pasukan musuh. Kaum Muslim dipenuhi kebahagiaan. Mereka bersyukur kepada Allah SWT karena memberi mereka kemenangan atas musuh agama dan kemanusiaan.
Setelah sebulan pengepungan, kaum Muslim dengan bahagia kembali ke rumah masing-masing.
Di Masjid Nabi
Kaum Muslim datang bersama-sama ke Masjid Nabi saw. Mereka bersyukur kepada Allah SWT. Mereka memandang Salman, sahabat besar itu, dengan rasa cinta dan hormat, karena gagasannya telah menyelamatkan Madinah dan Islam dari penyerang.
Karena itulah, kaum Anshar di Madinah berkata," Salman adalah bagian dari kami."
Kaum Muhajirin berteriak pula," Salman adalah bagian dari kami."
Lalu kaum Muslim memperhatikan Nabi saw. untuk mendengar pandangan beliau saw. tentang Salman. Beliau saw. bersabda," Salman adalah bagian dari keluargaku!"
Kemudian Nabi saw. bersabda," Jangan katakana Salman al Farisi, tetapi katakanlah Salman al Muhammadi!"
Sejak saat itu, kaum Muslim memandang Salman dengan penuh rasa terima kasih dan hormat.
Jihad
Salman selalu pergi berjihad bersama Nabi Muhammad saw. untuk mempertahankan misi Islam melawan para musuh.
Salman mengambil bagian dalam seluruh peperangan kaum Muslim, seperti Perang bani Quraidha, Perang Khaibar, Penaklukan Makkah, Perang Hunain, Perang Tabuk, dan lain-lain.
Salman adalah salah seorang yang paling awal membai'at (menyatukan sumpah setianya) Rasulullah saw. di bawah pohon, yang dikenal dengan Bai'at al Ridwan.
Salman adalah salah seorang Mukmin sejati dan mujahid 9orang-orang yang berjuang di jalan Allah) yang setia.
Karena itulah, Nabi Muhammad saw. bersabda," Surga merindukan tiga orang. Mereka adalah Ali, Ammar dan Salman."
Mereka berasal dari tiga negeri yang berbeda. Islam telah menyatukan mereka. Sehingga mereka menjadi bersaudara.
Sementara itu, Abu Sufyan memandang rendah Salman, karena ia menganggap bahwa orang-orang Arab lebih baik daripada orang-orang non-Arab.
Namun Nabi Muhammad saw. bersabda," Tidak ada perbedaan antara orang Arab dan Ajam (non-Arab), kecuali dengan ketakwaannya kepada Allah."
Salman, Bilal, dan Suhaib hendak memberi Abu Sufyan sebuah pelajaran untuk mengingatkannya pada kemurahan Islam. Mereka berkata padanya," Pedan-pedang tak mengambil apa pun dari musuh-musuh Allah."
Abu Bakar mendengar kata-kata mereka, sehingga ia berkata dengan marah," Mengapa kalian berkata seperti itu pada pemuka kaum Quraisy dan pemimpin mereka?"
Abu Bakar lalu pergi menemui Nabi Muhammad saw. untuk mengatakan pada beliau saw. tentang kata-kata mereka. Tetapi Nabi Muhammad saw. justru berkata,"Wahai Abu Bakar, apakah engkau telah membuat mereka marah? Jika engkau telah membuat mereka marah, maka engkau telah membuat Allah murka!"
Abu Bakar merasa bersalah. Oleh karena itu, ia segera menemui mereka dan berkata," Saudaraku, aku mungkin telah membuat kalian marah !" Mereka pun menjawab dengan kebaikan seorang Muslim," Tidak wahai Abu Bakar, semoga Allah memaafkanmu!"
Wafatnya Nabi
Pada hari senin, 28 Safar, Nabi Muhammad saw. meninggal dunia. Kaum Muslim menjadi sedih. Dan Salman pun menangis atas kepergian beliau saw. itu.
Salman sangat mencintai Nabi Muhammad saw. Ia meneladani perbuatan beliau saw. dan mengingat sabda-sabda beliau saw.
Karena itulah Salman mencintai Ali, karena Allah dan Rasulullah saw. mencintai beliau.
Ia pun mendengar Nabi saw. berulang kali bersabda:
"Ali bersama keadilan dan keadilan bersama Ali."
"(wahai Ali,) Kedudukanmu di sisiku sebagaimana kedudukanmu Harun di sisi Musa, hanya saja tak ada lagi nabi setelahku."
"Siapa saja yang menjadikan aku pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya."
Salman mendengar sabda tersebut, demikian para sahabat lainnya. Karena itulah, ia mengimani kepemimpinan Imam Ali dan hak Kekhalifahan beliau sepeninggal Nabi Muhammad saw.
Bai'at (Sumpah Setia)
Sementara Imam Ali sibuk mengurus jenazah Nabi saw. Abu Bakar malah diangkat menjadi Khalifah dalam sebuah musyawarah di Saqifah.
Beberapa sahabat Nabi saw. terkejut dengan pengangkatan itu. Dan mereka pun menentangnya, karena mereka tahu bahwa Khalifah yang sebenarnya adalah Imam Ali.
Dengan alas an itulah Salman, Abu Dzar, Miqdad, Ammar bin Yasir, Abdullah bin Abbas, Zubair bin Awam, Qais bin Sa'ad,Usamah bin Zaid, Abu Ayyub al Anshari, Abdullah bin Mas'ud, dan lain-lain tidak membai'at (menyatakan sumpah setianya kepada) Abu Bakar.
Imam Ali menjaga sikapnya untuk tidak berbai'at hingga istri beliau, Fathima az Zahrah (putri Rasulullah saw.), meninggal dunia.
Imam Ali kemudian terpaksa membai'at Abu Bakar untuk menyelamatkan kaum Muslim dari perpecahan, sebagaimana amanat Nabi saw. kepada beliau. Salman masih menunggu, lalu Imam Ali berkata padanya," Wahai Aba Abdullah, berbai'atlah."
Salman taat kepada Allah SWT, Rasulullah saw., dan Imam Ali. Sehingga ia pun berbai'at.
Imam Ali pun mencintai Salman, dan berkata tentang dirinya:
"Salman adalah bagian dari keluarga Nabi."
"Ia bagaikan Lukman al Hakim."
"Ia telah membaca kitab pertamadan kitab terakhir, yaitu Injil dan Alquran."
Al Madain
Salman mengambil bagian dalam pertempuran yang terjadi di Persia. Ia berada id barisan terdepan dalam pertempuran itu. Dan ia bertempur dengan gagah berani.
Sa'ad bin Abi Waqqas memimpin pasukan dalam pertempuran di Al Madain (ibu kota Persia saat itu). Salman berada di sampingnya.Ia menyeberangi sungai dengan menunggang kudanya.
Salman menjadi penghubung antara kaum Muslim dengan rakyat Persia. Karena itulah, kota Iwan dapat ditaklukkan tanpa pertumpahan darah.
Khalifah Umar bin Khaththab lalu menunjuknya sebagai Gubernur Al Madain.
Salman adalah contoh penguasa Muslim yang adil. Gajinya sebesar lima ribu dirham. Namun, ia membagikan seluruh gajinya itu untuk fakir miskin.
Ia hidup dengan sederhana. Ia membeli daun kurma dengan harga satu dirham. Lau ia menjadikannya keranjang-keranjang dan menjualnya seharga tiga dirham. Ia gunakan satu dirham untuk nafkah keluarganya, satu dirham untuk fakir miskin, dan satu dirham sisanya untuk membeli daun kurma lagi.
Pakaiannya sangat sederhana. Ketika para musafir dan orang asing melihatnya, mereka mengiranya seorang fakir miskin dari Al Madain
Suatu hari, ketika Salman berjalan di pasar, seorang musafir pernah memintanya untuk membawakan barangnya. Salman lalu membawakan barangnya dan berjalan di belakang musafir itu. Di jalan, orang-orang memberi salam pada Salman dengan rasa hormat. Musafir itu pun heran dan bertanya pada orang-orang di sekitarnya," Siapa lelaki miskin itu?"
Mereka menjawab," Ia adalah Salman al Farisi, sahabat Rasulullah saw. dan gubernur Al Madain."
Musafir tiu pun terkejut. Ia meminta maaf kepada Salman dan meminta Salman untuk meletakkan barang-barangnya. Namun, Salman menolak dan berkata," Hingga aku melihatmu selesai."
Kufah
Setelah penaklukan Al Madain, kaum Muslim mulai mencari tempatyang layak untuk dihuni.
Sehingga kemudian Salman dan Hudhaifa bin al Yaman pergi mencari tanah yang layak dan sesuai dengan pola hidup kaum Muslim.
Mereka lalu memilih Kufah dan melakukan salat di sana. Pada hari itu, kota Kufa didirikan, yang di kemudian hari menjadi ibu kota pemerintahan Islam dan sebagai pusat ilmu pengetahuan.
Salman mendengar sabda tersebut, demikian juga para sahabat lainnya. Karena itulah, ia mengimani kepemimpinan Imam Ali dan hak kekhalifahan beliau sepeninggal Nabi Muhammad saw.
Berjihad lagi
Utsman menjadi khalifah. Namun kaum Muslim melengserkannya.
Salman menjadi gembira. Ia lalu berangkat ke Madinah untuk berziarah ke makam Nabi Muhammad saw., dan untuk salat di Mesjid Nabi.
Salman mencintai jihad untuk mempertahankan pemerintahan Islam melawan musuh-musuh Allah. Ia lalu bergabung dengan pasukan kaum Muslim untuk menaklukan kota Balengerd di Turki. Dan ia menunjukkan keberanian di sana.
Kembali
Salman telah berusia lanjut. Ia pun menderita sakit keras. Kaum Muslim mengunjunginya dan memohon kepada Allah bagi kesembuhan penyakitnya. Mereka memandangnya dengan rasa cinta, karena ia mencintai Allah dan rakyat serta banyak berbuat kebaikan.
Suatu pagi, Salman meminta istrinya untuk mengambilkan bungkusan yang telah disimpannya selama beberapa tahun. Istrinya bertanya tentang bungkusan itu, dan Salman pun berkata,"Demi Rasulullah yang telah berkata padaku,' Jika kematian menghampirimu, beberapa orang (maksudnya malaikat) akan datang padamu. Mereka menyukai wewangian tetapi tidak memakan makanan."
Ia pun membuka bungkusan itu dan memercikinya dengan air. Bau wangi pun menyebar dan memenuhi seluruh ruangan. Lalu Salman meminta istrinya untuk membuka semua pintu.
Selang beberapa saat, Salman pun menutup matanya dan meninggal dunia.
Makamnya
Salman adalah seorang pemuda ketika meninggalkan tanah Persia (Iran). Ia mengunjungi banyak kota di Turki,Syam, Irak, dan Hijaz. Setelah kehidupannya yang penuh dengan jihad dan ibadah, ia pun meninggal dunia di Al Madain.
Rakyat Al Madain menyebutnya Salman Paak. Paak adalah bahasa Persia yang bermakna suci dan bersih.
Ya ! Salman adalah orang yang bersih hatinya. Dan ia adalah bagian dari keluarga Nabi saw.[]
Post a Comment
mohon gunakan email