Pesan Rahbar

Home » , , , , , » Mengenal Organisasi dan Gerakan Rahasia Zionis

Mengenal Organisasi dan Gerakan Rahasia Zionis

Written By Unknown on Tuesday, 29 July 2014 | 17:57:00


Baphomet adalah satu dari pujan-pujan kaum Qabalis yang mewakili Setan. Makhluk ini berkepala kambing bertanduk atau dikenal dengan kambing “Mendes”, lambang kuno untuk setan. 

Penampilannya melambangkan kekuatan-kekuatan hitam disatukan dengan kemampuan beranak-pinak seperti halnya kambing. Di dahi, di antara dua tanduk di bawah suluh, adalah lambang pentagram. Bagian bawah badannya diselubungi kain hitam melambangkan kerahasiaan. Baphomet digambarkan sebagai makhluk hermaphrodit dengan mempunyai buah dada lambang kewanitaan dan phallus lambang kelaki-lakian. Dua ular melingkar di phallus yang berdiri. Ular juga merupakan simbol dari Setan. Sayap melambangkan kemampuan Lucifer untuk Terbang. “Bila kita telah menjadi penguasa kita harus memandang sebagai hal yang sama sekali tidak dikehendaki keberadaan agama-agama lainnya kecuali agama kita; menyatakan hanya ada satu Tuhan yang oleh takdir-Nya kita telah ditentukan sebagai ‘Ummat Pilihan’, dan yang melalui takdir-Nya pula nasib kita menyatu dengan masa depan dunia. Karena alasan inilah kita harus menghancurkan semua agama lainnya. Kalau ada muncul atheisme kontemporer, sebagai langkah transisi paham ini tidak akan menghalangi tujuan kita.” (‘Protokol Zionisme yang Keempat-belas).
 
Kepercayaan Qabala.
Akibat mengalami penindasan yang panjang selama beribu tahun kaum Yahudi memelihara kepercayaan nenek-moyang mereka yang pada dasarnya menyimpang bahkan bertentangan dengan aqidah yang diajarkan oleh Nabi Musa a.s. Kepercayaan kuno itu dipelihara dengan keyakinan untuk mempertahankan eksistensi mereka. Di antara kepercayaan yang tertua dan paling dihormati adalah kepercayaan ‘Qabala’, atau kadangkala ditulis ‘Kabbala’. Nama Qabala diambil dari kata Ibrani ‘qibil’, yang maknanya “menerima”. Qabala dalam hal ini berarti “menerima doktrin okultisme (ilmu sihir) rahasia”.

Sejak masa Nabi Ibrahim a.s. meninggalkan Sumeria (Iraq sekarang ini) sampai dengan penjajahan Romawi atas Palestina, Qabala tetap merupakan kepercayaan Yahudi yang sangat rahasia, yang ajarannya hanya diketahui oleh anggotanya, yang disampaikan dengan cara dari mulut-ke-kuping, disampaikan oleh para pendeta tinggi kepada para novice. Selama periode ini para pendeta tinggi itu tinggal di Sumeria, kemudian menyebar ke Mesir Kuno, dan Palestina Kuno. Salah seorang pendeta tinggi Qabala ialah Samir, tokoh yang mengajak Bani Israeli yang baru saja keluar dari tanah Mesir untuk menyembah sebuah patung anak sapi yang terbuat dari emas, tatkala mereka dilinggalkan oleh Nabi Musa a.s. berkhalwat di gunung Tursina di Sinai untuk menerima wahyu ‘Firman yang Sepuluh’ dari Allah.

Beberapa waktu sesudah berakhirya penjajahan Romawi di Palestina, para pendeta tinggi Qabala memutuskan tradisi okultisme kuno itu untuk direkam secara tertulis ke atas papyrus berupa gulungan (‘scroll’) sebagai usaha agar ajaran itu dapat diwariskan kepada generasi Yahudi berikutnya. Selama masa pendudukan Romawi itu ajaran Qabala dihimpun dari berbagai tradisi lisan ke dalam beberapa gulungan, dan akhimya dijilid ke dalam sebuah kitab yang utuh.

Tugas menghimpun ajaran yang masih berupa lisan itu dibebankan kepada dua orang, yaitu ‘Rabbi’ (Guru) Akiva ben Josef, yang menjadi ketua Majelis Tinggi Pendeta Sanhedrin pada waktu itu, dan pembantunya Rabbi Simon ben Joachai. Pada waktu itulah Qabala tersistematikkan menjadi dua jilid : ‘Sefer Yetzerah’ (Kitab Genesis, tentang Penciptaan Alam Semesta), dan ‘Sefer Zohar’ (Kitab Keagungan).

Salah satu simbol dari Setan adalah kepala kambing “Mendes”. Imej hitam seram ini melambangkan kekuatan hitam. Simbol kambing digunakan sebagai kekuatan regeneratif Lucifer. Untuk menegaskannya, sebuah phallus laki-laki diletakkan di atas kepala kambing, sekali lagi untuk menekankan kemampuan regeneratif Lucifer. Pentagram di atas kepala kambing adalah satu lagi simbol dari kepala kambing, yaitu setiap ujung bintang mewakili kedua tanduk, kedua kuping dan dagu kambing. Maka dengan itu dilambangkan dengan pentagram terbalik, yaiut dua ujung bintang ke atas, satu ujung ke bawah. Api di atas phallus juga simbol dari Lucifer, yaitu sifat keapiannya.

Kitab Zohar penuh dengan ayat-ayat yang bersifat rahasia dan amsal, dan ayat-ayat itu hanya dapat dipahami melalui Kitab Yetzerah, semacam kitab terjamah. Beberapa abad sesudah Masehi, di Eropa muncul kitab ajaran Qabala yang baru bemama ‘Sefer Bahir’- ‘Kitab Cahaya’. Ketiga kitab itu semuanya tertulis dalam bahasa Ibrani, yang kemudian atas pertimbangan pragmatisme diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa Eropa. Ketiga kitab Qabala itu memuat ajaran sangat suci bagi kultus sesat, penyembahan kepada Iblis, dan menjadi buku pegangan Gereja-gereja Iblis di seluruh dunia (termasuk Gereja Penyembah Iblis yang pernah ada di Jakarta).

Kaum Yahudi Qabalis, sebagaimana ajaran Samir, secara terang-terangan menyatakan permusuhan mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pencipta Alam Semesta. Menurut iman mereka Iblis, atau Lucifer, sebagaimana mereka menyebutnya dengan penuh hormat, telah “diperlakukan dengan tidak adil” dan ia adalah satu-satunya tuhan yang patut disembah. Iblis adalah tuhan mereka.

Iblis, atau khususnya ‘Setan’, dalam bahasa-bahasa Semit (termasuk bahasa Arab) berarti “pemberontak”, yakni “memberontak kepada Allah”, karena itu kaum Qabalis tidak menyebutnya dengan nama Iblis. Mereka menyebutnya dengan nama Lucifer, yang berati “pembawa sinar cahaya”. Penggunaan kata Iblis dianggap sebagai penghujatan kepada tuhan mereka. Kata Lucifer berarti cahaya, terang, pencerahan dan sebagainya.

Salah satu thema penting yang berkaitan dengan kepercayaan Qabala ialah kekuasaan yang datang dari cahaya, api, dan matahari. Ketiga hal itu menjadi perlambang dari ajaran penyembahan kepada Iblis, Yang dipercayai diciptakan dari api. Segala sesuatu yang berkaitan dengan cahaya, api atau matahari, merupakan perlambang dari Iblis.

Ajaran Qabala menjelaskan adanya hirarki kekuasaan yang mereka sebut “sefrotim”, yang dalam bahasa Ibrani berarti “penyinaran”. Ada sepuluh ‘sefrotim’, yang dalam bahasa Ibrani disebut ‘sitra ahra’, yang artinya “sisi lain”. Penyinaran ‘sefrotim’ direpresentasikan oleh sejumlah makhluk supra-natural yang dalam bahasa Ibrani disebut ‘shedim’. ‘Shedim’ terdiri dari sejumlah roh. Roh tertinggi adalah Lucifer sebagai “pembawa cahaya”. Semua roh yang disebut ‘shedim’ itu tercipta dari asal api. Oleh karena itu api menjadi sesembahan terpenting dalam ajaran Qabala. Beberapa di antara ‘shedim’ itu ada yang kawin-mawin dengan manusia, dan mereka ini disebut ‘mazzikim’, atau “shedim yang tidak berbahaya”, dan anak hasil perkawinan itu bila lahir disebut ‘banim shovavim’ yang artinya “anak haram-jadah”.

Menurut ajaran Qabala manusia tidak butuh akan Allah, bahkan menurut mereka manusia bisa menjadi manusia suci yang setara dengan tuhan. Mereka menyebut paham yang deseptik ini dengan Istilah ‘humanisme’, bahwa manusia berdaulat untuk mengatur hidupnya sendiri di dunia. Kaum Qabalis menyebarkan paham ini kepada kaum non-Qabalis untuk menghancurkan keimanan manusia kepada Allah.

Kaum Qabalis acapkali menggunakan simbol-simbol seks untuk merepresentasikan ‘humanisme’. Organ lelaki disimbolkan dengan ‘phallus’ (‘lingga’). sebagai perlambang kekuasaan regeneratif, atau kekuasaan untuk berkembang biak. Sedangkan organ wanita dilambangkan oleh pelataran yang disebut ‘yoni’ yang memperlambangkan kawasan kesuburan. ‘Yoni’ disebut juga dengan nama lain, “Ibu Pertiwi” (‘Mother Earth‘).

Monumen Obelisk George Washington melambangkan phallus Lucifer, yaitu kekuatan generatif. Ia menghadap ke Kantor Oval Gedung Putih, simbol dari kekuatan reporduktif organ wanita. Simbol-simbol kaum Qabalis ini bukan hanya terdapat di Mesir Kuno berupa obelisk, yaitu tugu batu tegak, tetapi oleh kaum Qabalis dibawa bersama mereka dan kemudian berkembang ke berbagai ibukota dunia seperti di Washington, DC. dan ibukota-ibukota Eropa. Obelisk yang didirikan umumnya menghadap ke bangunan pusat kekuasaan sebagai perlambang kekuasaan (kejantanan), dan obelisk semacam itu juga direpresentasikan pada Monumen Nasional (Monas) di Jakarta, dengan lambang ‘phallus’ (‘lingga’) yang bertumpu di atas ‘yoni’, perlambang organ wanita (aliran Hinduisme yang dikenal dengan nama Tantri-isme, adalah cabang ajaran Qabala yang menyebar ke India; peninggalan Tantri-isme di Indonesia ditemukan di candi Sukuh, Tawangmangu). Monumen Nasional di Jakarta menghadap langsung ke Istana Merdeka., bahkan obelisk semacam didirikan juga di plaza St. Petrus, Vatikan.

Monumen Nasional di Jakarta tepat menghadap pusat kekuasaan, Istana Merdeka.
Kaum Oabalis juga menggunakan imej segitiga dan bangunan piramida untuk merepresentasikan struktur hirarki mereka. Para elit Qabalis duduk pada puncak piramida menguasai massa yang berkewajiban menopang piramida tersebut. Lambang kaum Qabalis, piramida dengan sebiji mata Lucifer yang “selalu mengawasi dan menguasai”, terdapat pada sisi belakang mata-uang kertas dolar Amerika sekarang ini. Kaum Qabalis juga menggunakan lambang dua buah segitiga yang dipasang menjadi satu dengan posisi masing-masing terbalik, menjadi bintang segi-enam yang kini oleh orang Yahudi ditransformasikan seolah-olah sebagai ‘bintang Nabi Daud as”. Dua buah bintang segitiga masing-masing dengan posisi terbalik sebagai lambang Lucifer itu didisinformasikan oleh kaum Qabalis sebagai lambang bintang dari “Nabi Daud” pada tahun 1948 di PBB. Penciptanya adalah Ioseph Stalin, diktator Uni Sovyet, sebagai negara pertama yang mengakui negara Yahudi Israel.

Selain itu kaum Qabalis juga menggunakan lambang bintang segilima yang terbalik, dua ujung menghadap ke atas, dua ujung menghadap ke samping dan satu ujung menghadap ke bawah, yang melambangkan dewa berkepala kambing ‘Mendes’. ‘Mendes’ adalah nama lain dari Lucifer. Dua ujung bintang yang menghadap ke atas merupakan tanduk, dua ujung yang ke samping adalah kupingnya, dan ujung yang menghadap ke bawah adalah dagunya.

Kepercayaan Qabala selanjutnya tumbuh dan berkembang baik dalam jumlah maupun dalam kekuasaan ke seluruh dunia dalam berbagai bentuk dan aspeknya di dalam masyarakat. Media massa Indonesia pernah melaporkan hadirnya sebuah gereja Iblis, sebuah night-club, dan sebuah hotel, di Jakarta, yang didedikasikan kepada Lucifer. Para penyembah Iblis ini menggunakan kebohongan, pemerasan, suap, seks bebas, dan bahkan kekerasan, untuk mencapai tujuannya membangun penguasaan kehidupan di dunia. Ajarannya bertujuan untuk menghancurkan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta Alam Semesta, dan siapa saja yang menghalangi penyembahan Lucifer.

Ini adalah segel kenegaraan Amerika Serikat yang terdapat pada mata uang Satu Dólar Amerika. Sebiji mata Lucifer yang selalu “melihat dan menguasai, menyinar bagai matahari”, terletak di puncak piramida. Kata-kata atin “Anuit Coeptis – Novus Ordo Seclorum” berarti – Konspirasi Kia – sebuah Tata Dunia Baru”.

Hexagram atau bintang berujung enam dibentuk dari dua segitiga yang saling mengunci. Segitiga adalah lambang Qabalis paling umum. Segitiga yang ujungnya menghadap ke bawah adalah lambang wanita yang sesuai dengan Yoni dan juga disebut segitiga air. Segitiga yang ujungnya menghadap ke atas adalah lambang laki-laki, lingga atau phallus, mewakili tuhan mereka Lucifer dan disebut juga Segitiga Piramida atau Piramida Air. Kesatuan mereka menghasilkan kekuatan yaitu prinsip generatif. Selain itu, kedua segitiga tersebut mempunya arti esoterik. Segitiga yang menghadap ke bawah disebut juga Segitiga Ketuhanan, segitiga yang menghadap ke atas disebut Segitiga Piramida, yang juga simbol manusia sempurna. Kemudian mereka menunjukan bagaimana manusia bisa menjadi tuhan, gagasan utama dai Humanisme. Setiap sisi ari segitiga membentuk ‘66 karena itu hexagram mengandung ‘666’. Hexagram digunakan pada riual-ritual sihir dan juga dianggap sebagai simbol dari kekuatan utama Setan. Hexagram digunakan untuk memanggil setan untuk mengguna-guna atau mengutuk sang korban. Isitilah “to hex” dalam bahasa Inggris yang artinya menguna-guna atau mengutuk datang dari praktek ini.

Kepercayaan Qabala – Aliran Zoroaster di Persia.
Zoroasterisme adalah salah satu cabang dari kepercayaan Qabala yang menyebar ke Persia dengan praktek keagamaannya lebih menekankan pada sihir bersamaan dengan penyembahan kepada Iblis. Para pemimpin agama Zoroaster disebut dengan nama ‘magi’, ritual agamanya disebut ‘magus’, dan dari kata inilah kemudian menjadi kata ‘magis’, dan al-Hadith menyebut Zoroasterisme dengan nama Majusi.

Ritual para ‘magi’ bertujuan untuk menyempurnakan seni sihir okultisme dan ilmu tenung, teluh, dan ‘santet’ dengan melalui bantuan jin dan roh-roh halus. Cabang kepercayaan Qabala juga berkembang ke Mesir Kuno di masa Fir’aun. Ilmu astrologi (peramalan nasib yang dikaitkan dengan posisi bintang-bintang tertentu – zodiak), numerologi (peramalan berdasarkan angka-angka yang dikaitkan dengan alfabet), berkembang di Sumeria, kemudian ke Mesir, ke Babilonia, dan ke Persia, yang dihubungkan dengan penyembahan roh-roh halus.

Ajaran Qabala di Persia tertulis di dalam kitab suci mereka yang dinamakan ‘Avesta’ . Di dalam ‘Avesta’ Lucifer disebut dalam bahasa Parsi Kuno dengan nama ‘Ahuramazda’ atau ‘Ormuzd’, yaitu sang “pembawa cahaya”. Untuk menghormati ‘Ormuzd’, atau Lucifer, kaum Qabalis Zoroaster menyembah api dan matahari sebagai perlambang Lucifer. Kepercayaan Qabala Zoroaster bertahan hidup selama lebih dari seribu tahun sampai Persia ditaklukkan oleh Islam pada tahun 651 Masehi. Meskipun demikian agama ini masih dianut secara sembunyi-sembunyi oleh sebagian kecil pemeluknya di Iran sampai dengan sekarang ini.

Qabala di Jerusalem.
Di Palestina kelompok Qabalis dipimpin. oleh Herodus II, gubemur Romawi di Jerusalem, dengan dua orang pembantunya, Ahiram Abiyud dan Moav Levi. Herodus II memimpin kaum Qabalis melawan penyebaran ajaran Jesus. Kelompok ini berupaya membangun kembali Haikal Sulaiman di Jerusalem sebagai basis gerakan mereka.

Majelis Kuasa Rahasia Qabala yang beranggotakan sembilan orang pendeta Qabala bersidang pada tanggal 10 Agustus 43 Masehi dipimpin langsung oleh Herodus II, Abiyud, dan Levi. Sidang pada hari itu memutuskan untuk mengakhiri kegiatan Jesus serta para muridnya. Adalah Herodus II yang memerintahkan untuk menyembelih Nabi Zakaria a.s. dengan menggunakan gergaji pemotong kayu. Ia kemudian memerintahkan juga membunuh Nabi Yahya a.s. dan memerintahkan mempersembahkan kepala Nabi Yahya a.s. yang telah dipenggal itu di atas sebuah nampan ke hadapannya.

Dengan kekuasaannya yang luar biasa ia berhasil memerintahkan Majelis Tinggi Pendeta Sanhedrin, badan tertinggi pada hirarki kependetaan Yahudi, agar mengeluarkan dekrit hukuman mati berdasarkan hukum Romawi di atas kayu salib terhadap Jesus dengan tuduhan telah menghujat Tuhan. Herodus II juga memerintahkan membunuh Petrus, murid Jesus melalui kaki -tangannya bemama Nero.

Dalam waktu singkat paling tidak berdiri 40 gereja yang dipengaruhi oleh dan mengikuti ajaran Injil versi Qabala di seluruh tanah Palestina. Dalam tempo yang tidak terlalu lama ajaran Injil versi Qabala berkembang ke seluruh wilayah kekaisaran Romawi dan membangun akarnya di Eropa.

Perang Salib.
“The Knight Templars (‘Ksatria Haikal’)” yang terkenal di dunia Barat, yang menjadi pelopor dan inti dari tentara Salib, dibangun oleh anggota-anggota Majelis Kuasa Rahasia Qabala di Eropa yang umumnya terdiri dari orang orang Yahudi. Tujuan mereka ialah untuk membangun kembali Haikal Sulaiman dan menghidupkan kembali kepercayaan Qabala di Palestina. Untuk tujuan itu mereka memprovokasi Paus Urbanus untuk “membebaskan Tanah Suci Jerusalem” dari tangan ‘kaum kafir muslim penyembah berhala’.

Beribu-ribu kaum Nasrani yang tertipu berangkat ke Jerusalem untuk menjalankan “perang suci” itu, yang lebih dikenal dalam sejarah dengan nama Perang Salib. Karena kaum muslimin mempercayai Tuhan Yang Maha Esa, dan memuliakan juga Nabi Isa a.s., maka mereka menganggap kaum muslimin sebagai penghalang utama ajaran syirik mereka yang menyembah Lucifer.

Para prajurit Salib yang didukung oleh sejumlah raja-raja Eropa berhasil merebut Jerusalem dari tangan kaum muslimin pada tahun 1099. Tatkala Jerusalem jatuh terjadilah pembantaian dan perkosaan, bukan saja terhadap kaum muslimin, tetapi juga terhadap ummat Kristen Timur. Menurut catatan Encyclopaedia Britanica selama pembantaian itu, masjid Umar digenangi oleh darah kaum muslimin setinggi mata-kaki. Pemimpin pertama ‘Knight Templars’ bemama Codei Froi de Bouillar, yang menjadi raja Kristen Qabalis yang pertama di Jerusalem pada tahun 1099. Dua dasawarsa kemudian ‘ksatria haikal’ Qabalis menjadi kekuatan yang paling ditakuti dan disegani di Eropa dengan harta kekayaan yang mereka rampok dari Palestina. Selama abad ke-l2 dan ke-13, ‘ksatria haikal’ menyebarkan kepercayaan Qabala mereka ke seluruh Eropa melalui jalan infiltrasi politik, sosial dan kelompok-kelompok gereja.

Barulah pada awal abad ke-13 bangsa-bangsa Eropa menyadari kejahatan para ‘ksatria haikal’ Yahudi tersebut, dan akhirnya memutuskan untuk menyapu bersih mereka. Pada 1307 Kaisar Perancis Phillipe IV dengan dukungan Paus Clementus V, menangkap dan memenjarakan Jacques de Molay, pemimpin tertinggi ‘ksatria haikal’ dan sebagian besar anggotanya. Paus Clementus V mengeluarkan sebuah dekrit yang menyatakan ‘ksatria haikal’ sebagai kelompok Anti-Kristus. Atas dasar dekrit tersebut Molay dan para pengikutnya dijatuhi hukuman dibakar di kayu sula pada 1307.
Beberapa tokoh ‘ksatria haikal’ yang berhasil lolos bersumpah untuk menghancurkan gereja, para raja, dan rahib. Beberapa orang di antara mereka berhasil menyelamatkan diri ke Skotlandia dan di sana mendirikan ‘the Scottish Rites” (Freemasons sekte Skot), dan beberapa lagi ke kerajaan-kerajaan Jerman, dan bergabung ke dalam organisasi ‘Illuminati’ Bavaria yang dipimpin oleh Adam Weishaupt, suatu cabang Qabala di Eropa. Setelah ‘Illuminati’ dinyatakan terlarang di Bavaria, mereka menyusup dan berhasil menguasai organisasi rahasia kaum Protestan ‘Freemasonry’ yang dipimpin Friederich yang Agung, raja Prussia [1].

Organisasi Rahasia Kaum Qabalis : “Illuminati”
Adalah tidak mungkin memahami gerakan Zionisme tanpa mempelajari sepak-terjang organisasi rahasia Yahudi yang dikenal dengan nama “Illuminati”. “Illuminati” adalah organisasi rahasia Yahudi yang bergerak di bawah tanah, menjalankan segenap agenda Zionisme yang didasarkan pada ajaran Qabala, baik secara terbuka, maupun klandestin. Tidak banyak yang diketahui tentang asal-mula organisasi rahasia yang bemama “Illuminati” ini. Beberapa peneliti menyebut asal-usulnya pada organisasi “Illuminati” yang didirikan di Bavaria pada abad ke-18 oleh Adam Weishaupt, tetapi fakta-fakta menunjukkan bahwa organisasi rahasia Yahudi ini sudah ada jauh sebelum itu.

Organisasi rahasia Yahudi tertua yang sekarang dikenal adalah gerakan kepercayaan Qabala, sebagaimana dituturkan di atas tadi, Yang ternyata setelah ditelusuri telah berusia paling tidak 4000 tahun. Ordo Qabala yang pertama terbentuk kira-kira selama era pembuangan suku-suku Bani Israeli ke Babilonia di bawah nama “Ordo Persaudaraan” pada era dinasti Ur ke-3, antara 2112 – 2004 SM. Kaum Qabalis itu menyusup dan merebut kekuasaan, dan berhasil. Praktek “Ordo Persaudaraan” yang didasarkan pada ajaran Qabala itu tetap hidup dan dijalankan sampai dengan hari ini.

Selama perjalanan sejarah tercatat ada tiga ordo Qabala, Ordo Hijau, Ordo Kuning, dan Ordo Putih. Yang paling menarik dari ordo yang tiga itu adalah Ordo Putih, yang nampaknya nyaris tidak teridentifikasi oleh para peneliti. Kelangsungan Ordo Putih itu dicapai karena gerakannya yang sangat rahasia. Kalau ordo lainnya lebih menekankan pada ajaran penyembahan Lucifer, maka Ordo Putih ini patut diduga sebagai suatu organisasi yang menekankan missi politik, di samping mengembangkan ajaran Qabala. Mereka merumuskan bahwa missi Qabala adalah untuk menentukan jalannya peradaban ummat manusia dengan tujuan membentuk “Pemerintahan Satu Dunia” ( E Pluribus Unum) di bawah kepemimpinan kaum Yahudi.

Merekalah yang diduga menciptakan aksara Yunani, politik (sebagaimana pengertiannya sampai kini), theosufi, filosufi (termasuk menghasilkan para filosuf besar seperti Plato, Socrates, dsb.), sistem pemerintahan, militer, pendidikan, (menyelewengkan) agama, segregasi, hierarchie, dan ilusi tentang adanya ras unggul Aria yang di kemudian hari digunakan oleh Hitler dan ras kulit putih tertentu di dunia. Dengan kata lain, mereka merupakan peletak dasar peradaban Barat sekarang ini. Adalah kenyataan, peradaban Barat masa kini didasarkan pada prinsip-prinsip yang berdasarkan peradaban Judeo-Greko.

Sejak permulaannya Ordo Putih Qabala memandang sangat penting untuk memelihara garis-darah Yahudi yang “tidak-tercemar”. Untuk dapat masuk Ordo Persaudaraan Putih seorang Yahudi harus memiliki darjah magister pada semua disiplin ilmu yang dipandang berkaitan dengan ajaran Qabala, dan banyak dari disiplin ilmu itu berada di luar kemampuan orang-biasa. Hanya orang Yahudi dari garis keturunan yang lurus yang diizinkan masuk menjadi anggota.

Dalam praktek berarti seseorang harus melalui pendidikan selama tidak kurang dari 40 tahun. Prinsip itu tetap diberlakukan oleh organisasi penerus Qabala, “Illuminati”. Oleh karena itu bagi keluarga Yahudi penting untuk mempunyai anak banyak – kalau seorang anak gagal – yang lain diharapkan akan dapat lolos dari seleksi yang ketat itu. Ordo Putih adalah peletak dasar konsep yang kini dikenal dengan nama “Tata Dunia Baru” (Novus Ordo Seclorum) dan “Pemerintahan Satu Dunia” (E Pluribus Unum). Kedua seloka itu dinukilkan pada lembaran uang-kertas denominasi satu dolar Amerika dewasa ini di bawah lambang Qabala “piramida dengan mata Lucifer di puncaknya yang senantiasa mengawasi dan menguasai”. Lambang kaum Qabalis ini pada mata-uang Amerika Serikat membuktikan keberhasilan kaum Qabalis menginfiltrasi lembaga keuangan Amerika Serikat melalui manipulasi politik para bankir Yahudi. “Karya Zaman” mereka terus berlanjut melalui “kekuasaan” uang dolar ke seluruh dunia.

Ordo Putih Qabala Menginfiltrasi “Illuminati”
Nama “Illuminati” berasal dari nama yang diberikan oleh para rahib Gereja Nicene Awal kepada mereka yang berserah diri untuk dibaptis menjadi Kristen. Mereka disebut “illuminati”, yang artinya “mereka yang menerima cahaya” atau “pencerahan”, dengan asumsi mereka telah menerima petunjuk tatkala dibaptis ke dalam iman Katolik; mereka telah menerima karunia “cahaya” dalam artian “pencerahan nurani”.

Sebuah sekte mistik gereja Katolik dengan nama “Illuminati” pada awal abad ke-16 berhasil disusupi oleh anasir Qabala yang tengah dikejar-kejar oleh Gereja di masa Inkuisisi Spanyol. Sekte Katolik yang tersusupi ini kemudian muncul di Perancis dengan nama ‘Guerinets’ antara periode 1623 sampai 1635. Di Spanyol dan Italia pada abad ke-15 dan ke-16, sekte ini muncul dengan nama lain, “Alumbrado”, yang diartikan bahwa seseorang telah mampu melakukan komuni langsung dengan Roh Kudus, sehingga mereka (orang-orang Qabalis itu) tidak lagi perlu melakukan ritus gereja Katolik. Namun kepercayaan ini oleh Gereja Katolik dianggap sebagai bid’ah, dan mereka tetap menjadi sasaran perburuan Inkuisisi. Selama kurang lebih seabad lamanya gerak-gerik kaum ‘Illuminati’ Yahudi tidak terdengar. Mereka bergerak di bawah tanah. Tetapi pada tahun 117I nama “Illuminati” muncul kembali, pada sebuah organisasi yang didirikan Adam Weishaupt di Ingolstadt, Bavaria. Siapa sebenamya Adam Weishaupt?

Adam Weishaupt.
Tokoh ini dikenal dengan banyak nama panggilan. Pendeta Abbe Barruel menyebutnya, “iblis yang menjelma dalam diri manusia”. Thomas Jefferson (dia sendiri seorang ‘Freemason’) menyebutnya “seorang filantropis yang tidak membahayakan”. Prof. John Robinson, guru-besar filsafat murni dari University of Edinburgh, peneliti gerakan “Illuminati”, menyebutnya “konspirator yang paling cerdas yang pernah ada”. Siapa sesungguhnya orang yang menyebut dirinya dengan nama samaran yang sederhana, “Broeder Spartacus” itu ?

Adam Weishaupt lahir pada tanggal 6 Februari 1748 di Ingolstadt, kerajaan Bavaria, Jerman. Ketika ia masih bayi orang-tuanya yang tadinya memeluk agama Yahudi Orthodoks beralih memeluk agama Katolik Roma. Yang semestinya ia bersekolah di ‘yeshiva’ (madrasah Yahudi), Adam kecil disekolahkan oleh orang-tuanya ke sekolah-dasar Katolik, dan kemudian ke hochschule (sekolah menengah umum) yang dikelola oleh ordo Jesuit.

Adam Weishaupt, pendiri Illuminati pada 1 Mei 1776.
Sebagai warga Bavaria, Adam mempelajari bahasa Czech dan Itali, dan di sekolah dengan cepat ia menguasai bahasa Latin dan Yunani, dan dengan bantuan ayahnya, menguasai bahasa Ibrani. Dengan kecerdasannya yang tajam dan penguasaannya pada berbagai bahasa, para pendeta Jesuit pengasuhnya berharap ia akan menjadi seorang missionaris yang sangat cocok untuk bekerja di seberang lautan, terutama di Amerika Latin, atau di Asia. Tetapi Adam Weishaupt memberontak terhadap disiplin yang berlaku di lingkungan Ordo Jesuit. Ia melawan tekanan mereka dan merasa lebih baik menjadi profesor di bidang hukum gereja di Universitaet Ingolstadt.

Kira-kira pada tahun 1768 Adam Weishaupt mulai “membangun sebuah perpustakaan yang besar dengan maksud untuk membentuk suatu akademi ilmu pengetahuan dan sebagai tempat berhimpunnya para cendekiawan”. Ia mempelajari hampir setiap manuskrip kuno Qabala dan buku-pegangan apa pun yang ada kaitannya dengan ajaran tersebut. Adam Weishaupt sejak itu mulai tertarik pada okultisme, dan terobsesi bukan hanya oleh ajarannya tetapi sampai kepada lambang Qabala, yaitu sebuah piramida besar dengan sebiji mata yang menyala.

Pada 1771 Adam Weishaupt memutuskan untuk membentuk sebuah masyarakat rahasia, sesuai missi ‘Ordo Qabala Putih’ kuno, yang bertujuan untuk “mengubah” arah peradaban ummat manusia. Untuk merancang rencananya Adam Weishaupt memerlukan waktu 5 tahun, sambil menghimpun keterangan dari berbagai sumber okultisme yang ditemukannya. Untuk ordo rahasia yang didirikannya diberinya nama, “Perfectibilisen”, yang diambilnya dari kaum Cathar, cabang agama Qabala yang berkembang di Eropa selama 400 tahun. Gerakan kaum Cathar, yang disebut juga sebagai “kaum yang sempurna”, dihancurkan oleh Paus Innocentius III di medan pertempuran Lambang Gerakan Illuminati Albigensia pada awal abad ke-13. Adam Weishaupt membangun ordonya dalam bentuk struktur sebuah Piramida, sesuai hirarki organisasi Qabala.

Para anggotanya harus bersumpah taat kepada para atasan, yang dibagi ke dalam tiga klas utama : pertama, adalah para novis, minerval, dan “illuminati junior”. Pada klas kedua, terdiri dari “para ksatria”, sedang klas yang ketiga, atau kIas rahasia, “terdiri dari dua tingkat, pendeta dan regent, serta ‘magus’ dan raja, atau ‘Illuminatus Rex”. Kaum “Illuminati” diharuskan senantiasa tutup-mulut. “Setiap anggota diwajibkan menyerahkan janji tertulis tidak akan mengungkapkan apa pun tentang organisasi rahasia ini kepada siapa pun; bersumpah tidak kenaI siapa atasannya, dan asal-usul dari organisasinya, tetapi ia yakin bahwa ordo ini telah ada jauh di masa silam”. Anggotanya lebih lanjut bersumpah, untuk tutup-mulut, serta taat dan setia selama-lamanya; setiap bulan ia wajib mengirimkan suatu laporan kepada atasannya yang tidak dikenalnya.

Adam Weishaupt merasa masyarakat hanya akan bisa “diselamatkan” dengan perombakan total. Dalam kata lain, ia adalah utopis pertama yang berpikir dalam skala global, dan mengimpikan saat ketika kelompoknya akan berhasil mewujudkan ‘Novus Ordo Seclorum’ (Tata Dunia Baru). Ordo “Illuminati” dari Adam Weishaupt mempunyai lima tujuan akhir mengikuti sumpah kaum Qabalis kuno,
1.menumbangkan kerajaan-kerajaan
2.menghapuskan pemilikan pribadi dan warisan
3.menghilangkan kecintaan kepada tanah-air
4.meniadakan kehidupan keluarga dan lembaga perkawinan, dan pembentukan pendidikan yang bersifat komunal bagi anak-anak
5.menghapuskan semua agama yang ada.

Lambang gerakan “Illuminati”
Dengan menghimpun orang-orang yang terbaik dan paling cerdas se-Eropa, sebagian besarnya adalah para cendekiawan Yahudi, Adam Weishaupt yakin sekali ordo yang didirikannya akan mampu mencapai tujuannya. Setiap anggota diaspirasikan untuk menjadi penguasa. “Kami”, katanya, “merasa memiliki persyaratan yang dibutuhkan untuk menjadi penguasa”. Tentu saja pernyataan itu menjadi godaan yang menarik baik bagi orang yang baik maupun yang mursal.

Ordo itu berkembang dengan cepat. Ia juga mendorong para pengikutnya tidak mundur dalam menjalankan kekerasan atau tindakan kriminal dalam mencapai tujuan-tujuan “Illuminati”, dengan menulis, “Dosa hanyalah bila hal itu menimbulkan penderitaan, tetapi bila keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada mudaratnya, maka hal itu menjadi suatu kebajikan”. 

Rekrutmen berlangsung dalam tempo cepat. Adam Weishaupt menghimpun banyak pembantunya yang cakap untuk perjuangannya. Antara lain Baron Xavier von Zwack, yang melakukan lobbi untuk memperluas jaringan Ordo itu, di Jerman dan 1nggeris, juga dengan bantuan William Petty, Earl dari Shelburne yang ke-2, dan Baron Adolf von Knigge, yang berhasil menghubungkan organisasi “Illuminati” dengan gerakan “Freemasonry” pada Kongres di Whilhelmsbad pada tahun 1782.

Sejak 1782 gerakan “Illuminati” menyebar dari Denmark sampai ke Portugal, bahkan lebih jauh lagi. Orang-orang Inggeris yang ter-illuminasi bergabung dengan orang-orang Amerika membangun Loji Columbia di kota New York pada tahun yang sama. Seorang bangsawan muda Rusia, Alexander Radischev, bergabung di Leipzieg, dan menyebarkan doktrinnya ke kampung halamannya di St. Petersburg. Di Lisabon seorang penyair bernama Claudio Manuel da Costa menjadi anggota, dan ketika hijrah ke Brazil ia mendirikan sebuah cabang dengan dibantu dua orang dokter dari Ouro Preto, Domingos Vidal Barbarosa dan Jose Alvares Maciel. Pada tahun 1788 trio ini melancarkan pemberontakan “Illuminati” yang pertama, “Inconfidencia Mineira”, tetapi pemberontakan itu ditumpas ketika baru saja berputik oleh raja muda Marquis de Barbacena.

Sementara itu di Jerman, Adam Weishaupt menyadari kehidupan sebagai Illuminatus Rex tidaklah seindah seperti yang dibayangkannya. Gundiknya yang kemudian bunting, menuntut atau membayar kompensasi dengan uang pesangon yang cukup besar, atau mengawininya. Adam Weishaupt menolak, dan wanita itu mengancam akan membuka skandal itu ke hadapan publik.

Baron von Knigge yang merasa berjasa meningkatkan citra “Illuminati” melalui persekutuan dengan “Freemasonry” menuntut bahwa seharusnya ia diberikan penghargaan yang sepatutnya, yaitu menjadi ketua bersama pada ordo tersebut. Adam Weishaupt menolak dan sikapnya ini menyebabkan timbulnya permusuhan antara kedua tokoh ini, yang berakibat von Knigge meninggalkan ordo itu pada tahun 1784. Untuk menambah keadaan yang telah makin buruk, para penulis “Illuminati”, Johann Herder dan Johann G.Fichte, mulai memukul genderang untuk persatuan Jerman. Seruan mereka untuk “Ein Yolk und ein Reich” benar-benar bertolak-belakang dengan rencana Adam Weishaupt yang bercita-cita menghapuskan nasionalisme. Meski Adam Weishaupt seorang cendekiawan yang cemerlang, ia sama sekali tidak memiliki kepemimpinan. Ia keras kepala dan angkuh, tidak suka mendengarkan nasihat para bawahannya.

Watak itu membuat banyak anggota “Illuminati” rendahan yang tidak senang, seperti Joseph Utschneider, dan mereka yang tidak senang itu menunggu saat yang tepat untuk memuaskan dendam mereka. Saatnya tidaklah terlalu lama. Seorang kurir “Illuminati” di tengah perjalanannya mati disambar petir. Ketika polisi Bavaria memeriksa mayatnya, mereka menemukan pesan bersandi dari Adam Weishaupt yang dijahit di antara lipatan bajunya. Mereka menemukan di dalam lipatan yang dijahit itu apa yang kemudian dikenal sebagai ‘The Protocols of the Elders of Zion ‘ (‘Protokol dari para Pinisepuh Zion’) yang menghebohkan.

Apa yang dinamakan ‘Protokol’ itu merupakan sebuah dokumen yang memuat sebuah agenda besar dengan tujuan utama untuk penguasaan dunia oleh kaum Zionis. Pada saat yang kritik inilah Utschneider dan ketiga orang sahabatnya tampil dan melaporkan kepada penguasa Bavaria segala hal tentang “Illumninati”. Akibatnya raja Bavaria memberangus ordo itu pada bulan Agustus 1784.
Adam Weishaupt akhirnya memang dipecat dari jabatannya sebagai profesor di Universitaet Ingolstadt dan dikenakan tuduhan mulai dari pengkhianatan sampai dengan homoseksual. Ia melarikan diri ke Regensburg. Ketika ia menghadapi masyarakat yang bersikap sama bermusuhannya seperti di tempat asalnya, ia meneruskan ke Gotha, dimana ia diberi perlindungan oleh Duke Ernst II, Seorang kawannya, Dr. Schwartz, mengangkut koleksi buku-buku Cathar, Qabala, dan berbagai ragam buku tentang okultisme milik Adam Weishaupt ke atas sebuah gerobak sapi dan menggiringnya ke Moskow.

Konspirator yang paling cerdas yang pernah hidup itu menjalani sisa masa hidupnya di Gotha. Ia terlibat dalam kejahatan lain, yaitu Revolusi Perancis bersama dengan rekan korespondennya Jean-Baptiste Willermoz, seorang Illuminatus dari Lyons. Dan dalam sisa umurnya ia masih sempat memberikan ilham kepada generasi baru “Illuminati” yang berlindung di bawah mantel “Freemasonry”, seperti, antara lain tokoh anarchies Cloots, Francois Babeuf, dan Filippo Buonarotti.
Adam Weishaupt meninggal pada tanggal 18 Nopember 1830 di Gotha. Bahkan dalam matinya ia tetap menjadi seorang tokoh yang penuh kontroversi. Encyclopedia Catholica Roma tahun 1910 menyatakan Adam Weishaupt telah bertaubat ketika saat sakarat dan melakukan rekonsiliasi dengan Gereja. Tetapi penulis riwayat hidupnya, Gary Allen mengklaim, bahwa Adam Weishaupt sebelum meninggalnya tengah menulis sebuah esei tentang seni sihir berjudul ‘Two Fragments on a Ritual’ (Ritual Dua Fragmen), ketika tiba-tiba ia lunglai dan meninggal.

Lebih dari seabad kemudian dalam Kongres Zionis Internasional ke-1 yang berlangsung pada tanggal 29-31 Agustus 1897 di Bazel, Switzerland, dokumen rahasia ‘the Protocols’, disyahkan oleh kongres sebagai acuan utama gerakan Zionis. Tentang hal itu John Robinson pada tahun 1789 menulis sebuah buku berjudul ‘Proof of a Conspiracy to Destroy All Governments and Religions’ (Bukti Adanya Persekongkolan untuk Menghancurkan Semua Pemerintahan dan Agama), telah memperingatkan masyarakat dunia mengenai agenda kaum Zionis terhadap bangsa-bangsa dan agama-agama di dunia.

Para peneliti “Illuminati” meyakini bahwa salah satu konspirasi “Illuminati” untuk menghancurkan Gereja Katolik Roma ialah upaya kaum Qabalis membina paham rasionalisme, yang kemudian melahirkan gerakan “Reformasi Gereja” di Jerman di bawah pendeta Martin Luther, yang berujung dengan berdirinya gereja Protestan. Para “cendekiawan terpilih”, atau kaum “Illuminati”, menurut keyakinan Adam Weishaupt, kelak akan mampu mengambil-alih kepemimpinan dunia dan dengan itu akan mampu melaksanakan program-program mereka[2].

“Freemasonry”.
Di atas telah dibicarakan persekutuan “Illuminati” dengan “Freemasonry” berkat jasa Baron von Knigge. Organisasi apa sebenarnya “Freemasonry” itu ? “Freemansonry”, muncul sebagai produk kebangkitan kembali ilmu pengetahuan pada era ‘Rennaissance’ pada abad ke-16 di Eropa. Gerakan ini muncul sebagai reaksi atas kesewenang-wenangan Gereja Katolik yang melakukan kontrol total atas kehidupan manusia. Tujuan “Freemasonry” pada awalnya ialah untuk menentang Gereja Katolik dengan cara mengaburkan makna kehidupan beragama dengan menafikan kebenaran mutlak ajaran Gereja (di kemudian hari ajaran agama pada umumnya), dengan semboyan “semua agama itu benar, karena semuanya menyeru kepada Kebenaran dan Kebaikan”, Untuk keperluan itu mereka menerbitkan buku-buku untuk menopang dalil-dalil pemikiran kaum “Freemasonry”.

Pengikut Adam Weishaupt yang kebanyakan adalah kaum Qabalis, kemudian secara teratur melakukan infiltrasi ke dalam “Freemasonry” yang pada waktu itu dipimpin Friederich yang Agung dari Prusia, termasuk Duc d’Orleans. Untuk kepentingan tersebut Adam Weishaupt membutuhkan dukungan dari orang-orang kaya Yahudi. Sejak terjadinya infiltrasi itu sulit sekali membedakan antara “Illuminati” dengan “Freemasonry”. Bahkan logo “Illuminati” (piramida dengan mata Lucifer di puncaknya), kemudian digunakan sebagai logo “Freemasonry” di samping logo berbentuk “siku-siku dengan sebuah jangka”.

Ketika ‘Illuminati’ dibubarkan pada bulan Agustus 1784, mereka dipindahkan markasnya dari Ingolstadt ke Frankfurt, yang berada di bawah kontrol keluarga Rothschilds, Tidak lama sesudah itu “uang mengalir dengan deras ke ‘loji’ Frankfurt, dimana dari sana dirumuskan sebuah rencana yang didukung dengan pendanaan yang kuat untuk mewujudkan revolusi dunia.” Sejak itu pula gerakan “Freemasonry” didominasi oleh kelompok Qabala.

Infiltrasi ini berhasil mencetuskan Revolusi Perancis dengan dukungan “illuminatus” Perancis. Kemudian dari Jerman dan Perancis gerakan “Freemasonry” yang sudah dikuasai oleh kaum Qabalis menugasi beberapa orang revolusioner muda Yahudi untuk menulis ‘Manifesto Komunis’. “Freemasonry” yang baru ini kemudian membentuk Liga Tokoh-tokoh Keadilan, yang di kemudian hari diganti namanya oleh Karl Marx, yang juga seorang Yahudi, dengan nama Liga Komunis. Kelompok ini merupakan kekuatan yang berdiri di belakang Revolusi Bolshevik, yang tidak lain sekedar tirai untuK menutupi rancangan mereka. Dengan kenyataan ini, “Illuminati” setelah ditinggalkan Adam Weishaupt, telah menjelma penuh menjadi “Freemasonry”.

Robertson, seorang peneliti sejarah ‘Illuminati’ lainnya menjelaskan tentang “rencana besar”, yang menurut pendapatnya berhasil menyatukan elit Barat dan anggota “Freemasonry” dari Uni Sovyet. Konspirasi ini pula menurul Robertson sebagai latar-belakang terjadinya kup di Moskow pada tahun 1991 oleh ketua KGB Gorbachev, seorang anggota dan tokoh Freemason Rusia.

Lambang utama dari Freemasonry berbentuk sebuah jangka diletakkan sedemikian rupa di atas persegi hingga menciptakan enam ujung atau bintang berujung enam. Lambang ini hanyalah bentuk lain dari Hexagram-nya Setan. Huruf G mewakili prinsip generatif seperti obelisk.

Di permukaan “Freemasonry” membangun citra sebagai gerakan moral dengan membentuk antara lain gerakan ‘theosofi’ yang berkembang menjadi quasi-agama, serta gerakan kontradiksinya ‘the Freethinkers’ (“Pemikir Bebas”), yang secara jelas menyatakan diri sebagai gerakan atheisme (di Hindia Belanda theosofie masuk pada tahun 1901, demikian juga gerakan de vrijdenkers, bersamaan dengan masuknya Sneevliet yang membawa paham komunis). Pendirian berbagai organisasi pro-bono tersebut bertujuan untuk mengobok obok landasan moral masyarakat, melakukan penyebaran pemikiran yang bertujuan untuk mengacaukan aqidlah, dan dengan itu menimbulkan konflik-konflik di dalam masyarakat. Untuk menutupi tujuan itu, “Freemasonry” di kemudian hari mendirikan perkumpulan yang berselubungkan sebagai klub charitas eksklusif seperti the Rotary Club, the Lions, serta LSM-LSM yang bergerak di bidang politik, hukum, serta lingkungan hidup, dan sebagainya.

The Rotary Club, misalnya, merupakan perkumpulan eksklusif para pebisnis terkemuka lokal, regional, dan mondial. Organisasi Rotary didesain sedemikian rupa sehingga perolehan keanggotaannya itu sendiri merupakan suatu prestise tersendiri bagi seorang eksekutif. Disebut eksklusif, karena charter Rotary Club secara eksplisit membatasi jumlah anggotanya sesuai dengan jumlah bidang bisnis dan profesi yang ada pada masyarakat setempat. Rotary Club mengadakan konvensi tahunan yang laporan anualnya menjadi bahan masukan untuk bahan pengembangan strategi bagi gerakan “Freemasonry“ internasional.

Anggotta Inti “Freemasons”
Sebagai sebuah organisasi rahasia jarang diketahui siapa saja yang II 1\’11 jadi anggota “Freemasonry”. Anggota “inti”, atau “calon anggota inti”, makin lebih sulit lagi untuk diketahui oleh publik. Namun biasanya mereka berasal dari keluarga super-kaya, super-kuasa di dunia, mereka umumnya tidak tersentuh oleh hukum, dan selalu menghindari penampilan ke depan publik. Sebagian besar dari mereka tidak pernah masuk daftar orang paling kaya di dunia versi majalah Forbes, dan sebagainya. Namun meski dijaga kerahasiaan yang demikian ketat, jumlah anggota inti dan kebangsaannya masih dapat diketahui.

Struktur Organisasi “Freemasonry”
Jangan kaget siapa saja yang menjadi anggota inti “Freemasonry” dewasa ini, yang bertujuan melanjutkan cita-cita para Qabalis, yaitu membangun suatu “Tata Dunia Baru” (Novus Ordo Seclorum), cita-cita yang telah berusia 4000 tahun, sebagaimana dikumandangkan oleh presiden Bill Clinton tatkala memasuki Millenium Ketiga. Untuk tahun 2000 mereka ialah
Allaire, Paul Arthur – (Xerox Corp)
Allison, Graham Tillery, Jr. – (Center for National Policy)
Andreas, Dwayne Orville – (Archer Denis Midland Co)
Bartley, Robert Leroy – (Wall Street Journal)
Bergsen, C. Fred – (US Institute for International Development)
Bowie, Robert R. – (Overseas Development Council, Brookings Institute)
Brademas, John – (Texaco)
Brzezinski, Zbigniew – (Center for Strategic and Int’l Studies)
Clinton, Bill – (mantan Presiden A.S.)
Cooper, Richard N. – (Professor di Harvard University)
Corrigan, E. Gerald ) – (Eksekutif Goldman Sachs)
Davis, Lynn E. – (menteri muda luar-negeri A.S.)
Friedman, Stephen James – (Co-chairman Goldman Sachs)
Friedman, Thomas L. – (Kolumnis Sk. The New York Times)
Hesburgh, Theodore Martin – (Rektor University of Notre Dame)
Foley, Thomas Stephen – (anggota US House of Representative)
Gregen, David R. – (asisten khusus presiden Clinton)
Graham, Katharine – (Pimpinan Sk. Washington Post)
Greenberg, Maurice R. – (Wakil Ketua the US Federal Reserve)
Hewitt, William Alexander – (Duta-besar AS di Jamaika)
Holbroke, Richard C. – (Duta-besar keliling A.S.)
Jordan, Vernon Eulion – (Brookings Institute)
Kissinger, Henry Alfred – (mantan Menteri Luar-negeri A.S.)
Lord, Winston – (Asisten Menteri Luar-negeri A.S.)
McCracken, Paul Winston – (Professor di University of Michigan)
McNamara, Robert Strange – (Presiden Bank Dunia)
Mondale, Walter Fritz – (Duta-besar A.S.)
Nye, Joseph S. – (ketua National Intelligence Council)
Ridgway, Rozanne L. – (co-chairman Atlantic Council)
Robinson, Charles W. – (Overseas Development Council, Brookings Institute)
Rockefeller, David – (Chase Manhattan, Exxon Oil)
Scowcroft, Brent – (mantan asisten presiden di National Security Council)
Sonnenfeldt, Helmut – (Brookings Institute, Carnegie Endowment)
Whitehead, John C. – (ketua Brookings Institute)
ZoelIick, Robert B. – (Federal National Morgan Associates)

Sebagai anggota inti “Freemasonry”, dimana orang-orang itu 90% mengetahui dan terlibat dalam gerakan membangun “Tata Dunia Baru”, mereka juga menjadi anggota dari Grup Bilderberg, Council Oil Foreign Relations (CFR), ‘American-Israel Research for Administrative Policies’ (AIRAP), dan Trilateral Comission [3].

Konspirasi “Freemasonry”
Konspirasi yang dijalankan oleh para tokoh “Freemasonry” sepanjang sejarahnya bertujuan untuk menguasai dunia, dengan cara :
1. Menggunakan jurus suap dengan uang (money politics, termasuk dalam pengertian ini bea-siswa), dengan wanita, dan prospek karier, dalam rangka menggaet tokoh-tokoh yang (potensial) menduduki posisi tinggi di bidang akademik, politik, ekonomi, sosial, militer, dan lain-lain. Sasarannya adalah mereka yang, berambisi, yang terpinggirkan, dan atau, yang tengah terbenam dalam pusaran masalah pribadi, dan sebagainya.

2. “Freemasonry” bekerja dengan memusatkan pada penguasaan media-massa cetak, buku-buku, dengan tekanan terutama pada media elektronika. Jaringan kerja ini berada di bawah pengawasan dan kendali jaringan media-massa internasional yang dikuasai pemodal Yahudi, seperti Viacom, Turner, Murdoch, dan lain-lain.Media-massa yang dikendalikan oleh “Freemasonry” bekerja dengan pola penyajian berita yang secara sengaja “memelintir” berita, memanipulasi fakta, berita bohong, dan menggunakan metoda publikasi repetitif secara terus-menerus untuk membangun opini yang dikehendaki tentang sesuatu topik.

Rancangan Penaklukan Dunia
Judul ini sedemikian fantastis, sehingga nyaris sulit dipercaya sebagai kebenaran. Namun itulah yang telah terjadi dan tengah berlangsung. Setelah mengkonsolidasikan cengkeraman atas keuangan sebagian besar dari negara – negara Eropa pada pertengahan kedua abad-19, para bankir Yahudi mulai bekerja memperluas lingkungan pengaruhnya ke ujung-ujung dunia dalam rangka persiapan mereka melakukan serangan terhadap Amerika Serikat. Pada dasawarsa pertama abad ke-20 agenda mereka kian nyata dalam rangka mencapai tujuan untuk mendominasi dunia. Mereka merekayasa serangkaian perang dunia dengan tujuan untuk mengikis dunia lama untuk membangun suatu “Tata Dunia Baru”.

Rencana ini digariskan oleh Albert Pike dengan sangat rinci. Ia sendiri tidak lain adalah ‘The Souvereign Grand Commander of the Ancient and Accepted Scottish Rite of Freemasonry’, tokoh puncak “Freemasonry” di Amerika Serikat. Dalam salah satu suratnya kepada Giuiseppe Mazzini pada tanggal 15 Agustus 1871, Albert Pike menguraikan rancangan kelompok “Freemasonry” yang kedengarannya nyaris tidak masuk akal.

Dalam surat yang ditulis pada penghujung abad ke-19 itu, Pike menyatakan PD I yang “diagendakan” pada awal abad ke-20 dirancang untuk menghancurkan Czaris Rusia – dan menempatkan negeri yang luas itu ke bawah kekuasaan para agen “Freemasonry”, Rusia yang baru itu akan dijadikan “momok” untuk mencapai tujuan-tujuan “Freemasonry” ke seluruh penjuru dunia.

PD II, dirancang untuk dapat terjadi pada pertengahan abad ke-20 melalui manipulasi terhadap perbedaan yang ada antara kaum nasionalis Jerman dan politisi Zionis. Hal ini diharapkan akan menghasilkan perluasan pengaruh Rusia non-Czaris dan berdirinya Negara Israel di Palestina.

PD III, direncanakan akan dilaksanakan pada awal abad ke-21 yang bersumber dari berbagai bentuk perbedaan yang menghasilkan kekacauan dan konflik oleh agen-agen “Freemasonry”, antara kaum Zionis dengan bangsa-bangsa Arab, Konflik itu dircncanakan akan meluas ke seluruh dunia.

Masih menurut surat Albert Pike yang bertanggal 15 Agustus 1871 itu, “Freemasonry” merancang melepaskan “kaum Nihilis dan Atheis untuk memprovokasi suatu pergolakan sosial yang dahsyat, dimana dengan segala kengeriannya akan diperlihatkan dengan sangat jelas kepada seluruh dunia pengaruh dari atheisme mutlak, kebuasan, yang akan menghasilkan pergolakan yang bergelimang darah”.

Albert Pike.
“Kemudian di mana-mana, rakyat akan berhadapan dengan kelompok yang berniat untuk menghancurkan peradaban, dan mereka dipaksa untuk, mempertahankan diri menghadapi kelompok minoritas revolusioner. Sementara itu banyak orang yang merasa tertipu dengan agama Kristen. Sejak itu ummat manusia kehilangan arah, dan dengan semangat kehendak untuk berketuhanan, mereka mengidamkan sebuah idealisme, tetapi tidak tahu kemana memberikan kepasrahan mereka; akhirnya mereka akan menerima cahaya sejati melalui manifestasi universal doktrin Lucifer yang sejati, yang akhirnya dimunculkan secara terbuka, suatu manifestasi yang akan menghasilkan gerakan reaksioner, yang akan disusul oleh kehancuran agama Kristen dan atheisme, keduanya dikalahkan dan dimusnahkan pada masa yang bersamaan”.

Pada saat Albert Pike menuliskan suratnya di akhir abad ke-19 itu ada lima ideologi yang berbeda satu dengan lainnya di panggung dunia yang saling bertentangan dan tengah berjuang untuk memperebutkan “Liebensraum” masing-masing. Kelima ideologi itu adalah :
1. Ideologi para bankir Yahudi yang berhimpun di dalam organisasi rahasia “Freemasonry”, mereka terdiri dari penguasa keuangan dunia.
2. Ideologi “Pan Slavik” Rusia yang aselinya digagas oleh raja William yang Agung. Ideologi ‘Pan-Slavik’ menuntut dihapuskannya Austria dan Jerman, kemudian harus disusul dengan penaklukan Persia dan India, yang melahirkan perang antara lnggris dengan Rusia dalam ‘the Great Game’ pada tahun 1848
3. Ideologi “Asia Timur Raya” digagaskan oleh Jepang. Ideologi ini menyerukan adanya konfederasi bangsa-bangsa Asia Timur (‘Dai Toa no Senso’), yang dipimpin oleh Jepang, sebagai “Saudara Tua Asia”.

4. Ideologi “Pan Jermania” yang mencita-citakan penguasaan politik Jerman atas benua Eropa, bebas dari supremasi Inggeris di lautan, dan mengadopsi kebijakan pasar-bebas bagi seluruh dunia.
5. Ideologi “Pan Amerika”, atau “Amerika untuk bangsa-bangsa Amerika”. Ideologi ini menyerukan “perdagangan dan persahabatan dengan semua, tanpa persekutuan”. Ideologi ini menegaskan ulang Doktrin Monroe pada tahun 1823 [4].

Yang terlewatkan oleh Albert Pike adalah ideologi “Pan Islamisme” yang ada pada masa yang sama, yang bertujuan untuk menghimpun negara-negara Islam di dunia, yang dikumandangkan oleh Sheikh Jamaludin al-Afghani.

Jika rencana para bankir Yahudi, atau “Freemasonry” itu berhasil, maka Rusia, Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat, pada akhirnya akan berada di bawah kekuasaan “Freemasonry”, yang sudah lama merencanakan untuk menaklukkan dunia. Sebagai Qabalis sejati Albert Pike menyebutnya rencana itu merupakan suatu karya besar Lucifer yang tidak perlu peduli untuk mengorbankan nyawa beratus juta ummat manusia dan menimbulkan kerugian bermilyar-milyar dolar dalam pelaksanaannya. Beberapa di antara agenda “Freemasonry” itu, seperti PD I dan PD II telah terjadi. Kalau rancangan itu benar, maka Perang Dunia ke-3, menurut Albert Pike akan terjadi pada awal abad ke21, dan akan berawal karena masalah Israel dengan Palestina.

Bendera Freemasonry dengan motto “Ordo Ab Chao”.
Kekacauan Melahirkan Orde.
Rencana yang dirancang oleh “Freemasonry” untuk mencapai tujuan penaklukan dunia oleh kaum Qabalis bukan sekedar khayalan. Sejarah membuktikan agenda kaum Yahudi itu ternyata telah berhasil terwujud. Sepanjang garis rencana pencapaian tujuan akhir mereka, agenda itu diteruskan oleh para bankir Yahudi dan kawan-kawan mereka di seluruh dunia dengan cara menghimpun kekayaan di bidang usaha perbankan dan investasi, real estate, dan industri. Sebagaimana akan terlihat pada implementasinya, rencana itu telah dilaksanakan sedemikian mulusnya sampai-sampai hal itu mendapatkan tepuk-tangan justeru dari kalangan yang akan mereka hancurkan. Kaum Qabalis mengatakan, ada tiga jenis manusia di dunia, yaitu :
1. Mereka yang menjadikan sesuatu itu terjadi
2. Mereka yang mengamati hal itu terjadi, dan
3. Mereka yang terheran-heran tentang apa yang terjadi.

Mayoritas ummat manusia pada umumnya termasuk ke dalam dua kategori terakhir. Sebagian memiliki “mata untuk melihat” tetapi “tidak mampu melihat” apa yang tengah berlangsung. Sebagian besar memiliki “telinga untuk mendengar”, tetapi “tidak memahami” apa yang tengah berlangsung. Lalu di mana kedudukan Indonesia dalam ketiga kategori kaum Qabalis itu ?

Sasaran “Freemasonry” dan Komite 300.
Sasaran pertama “Freemasonry” ialah membangun “Satu Pemerintahan Dunia” (“E Pluribus Unum”), dan “Tata Dunia Baru” (“Novus Ordo Seclorum”), dengan cara menyusupi dan menguasai Amerika Serikat dan dengan itu membangun peradaban Barat-Zionis yang mereka yakini akan mampu mempersatukan ummat manusia, di bawah satu sistem moneter yang berada di dalam kendali mereka. Thesis Samuel Huntington tentang ‘the Clash of Civilization’ – perbenturan peradaban Barat dengan peradaban Islam dan Cina -, yang akan menghasilkan keluarnya Barat sebagai pemenang, sangat besar kemungkinannya diilhami oleh gagasan kaum Qabalis membangun ‘Novus Ordo Seclorum’ di atas.

Untuk itu kaum ‘Freemasons’ dunia mengupayakan untuk menghancurkan secara tuntas segenap identitas nasional dan kebanggan nasional, yang merupakan persyaratan yang sangat menentukan, jika konsep “Satu Pemerintahan Dunia” harus diwujudkan. Perkembangan pada era globalisasi dewasa ini diarahkan kepada fragmentasi bangsa-bangsa (the end of nation states) melalui perekayasaan berbagai konflik berdasarkan identitas etnik, agama, budaya, dan kedaerahan, yang akan memecah-belah negara-negara nasional yang ada. Agenda itu telah berhasil diimplementasikan di Uni Sovyet, dan Yugoslavia, tidak tertutup kemungkinan akan menimpa kawasan Asia Tenggara. Persaingan-bebas diagendakan dipicu mereka untuk merangsang konflik yang akan memudahkan bagi kaum Yahudi untuk menguasai sempalan-sempalan negara menjadi “teritori” mereka.

Sasaran berikutnya adalah membangun kemampuan untuk mengontrol setiap orang dengan cara “kontrol pemikiran” dengan cara yang disebut oleh Zbignew Brzezinski “technotronics”, penguasaan publik opini dan pemikiran melalui media-massa, serta suatu gerakan terorisme internasional, yang bila dibandingkan dengan ‘Teror Merah’ -nya Felix Dzerzinhski, membuatnya tidak lebih dari mainan anak -anak semata.

“Freemasonry” harus mampu mengakhiri seluruh industri dan produksi yang didasarkan pada tenaga-nuklir yang digerakkan oleh listrik, yang mereka sebut dengan istilah “masyarakat ‘zero growth’ pasca industri”, terkecuali industri komputer dan pelayanan yang terkait dengannya. Industri Amerika Serikat yang “kotor” akan diekspor ke negara-negara seperti Meksiko dimana buruh-murah banyak tersedia. Sebagaimana dapat disaksikan pada tahun 1993 agenda ini telah mewujud menjadi kenyataan melalui jalur the North American Free Trade Agreement atau NAFTA. Mereka yang tidak mendapatkan pekerjaan yang layak di Amerika Serikat, dalam rangka kehancuran industri itu, akan menjadi pencandu madat opium-heroin, atau sekedar tercatat dalam statistik dalam rangka eliminasi “kelebihan penduduk” seperti yang kini dibocorkan dengan istilah ‘Global 2000 , Tidaklah mengherankan bila George W.Bush, Sr. tatkala menjadl kepala CIA dikenal dengan nama julukan George ‘Poppy” Bush (“poppy” artinya candu), sehubungan konon dengan perannya dalam perdagangan gelap heroin melalui jaringan CIA di Amerika Tengah ke seluruh dunia. Serangan ke Afghanistan oleh anaknya George W.Bush, Jr. bukan saja untuk menguasai simpanan minyak dan gas ketiga terbesar di dunia yang ada di Cekungan Kaspia, tetapi juga dicurigai untuk menguasai ladang candu terbesar di dunia yang ada di Afghanistan, yang kini dihidupkan kembali oleh kelompok Aliansi Utara setelah ladang-ladang itu dihancurkan oleh Taliban pada tahun 1990-an.

Penghancuran masyarakat dilakukan oleh ‘Freemasonry’ dengan mendorong, dan pada akhirnya, melegalisasikan pemakaian madat dan menjadikan pornografi sebagai suatu “bentuk seni”, yang lambat laun akan diterima, dan pada akhirnya menjadi hal yang jamak di dalam masyarakat. Dari penelitian yang dilakukan ternyata majalah-majalah pornografi yang diterbitkan dan tumbuh menjamur di Indonesia didukung oleh dana dari kelompok bisnis Yahudi.

Untuk mencapai depopulasi di kota-kota besar dilakukan “eksperimen” seperti yang dijalankan oleh rejim Pol Pot di Kamboja. Menarik untuk dicatat bahwa rencana Pol Pot yang mengerikan itu justru dirancang di Amerika Serikat oleh salah seorang periset Club of Rome (salah satu kelompok terkenal dan berwibawa terhadap pemikiran-pemikiran ekonomi yang diciptakan dan disponsori oleh orang-orang Yahudi sedunia), dan eksperimen itu diawasi oleh Thomas Enders, seorang Yahudi pejabat tinggi di departemen luar-negeri Amerika Serikat. Juga menarik untuk diamati, bahwa salah satu komite di Club of Rome tengah berusaha menempatkan kembali tokoh-tokoh pengikut Pol Pot ke panggung kekuasaan di Kamboja.

Lambang Dinas Intelejen Inggris MI5, berbentuk segitiga dengan sebiji mata dibawah huruf I
Sasaran depopulasi tidak terkecuali juga untuk lndonesia. Pemerintah Australia pada tahun 1946 berencana untuk mengurangi populasi Indonesia. Pada Januari 1947, F.G. Shedden, Menteri Pertahanan Australia saat itu, mengundang Sir Macfarlane Burnet (peraih Nobel Prize pada tahun 1960 dalam bidang ilmu kedokteran) untuk membicarakan mengenai masalah ini. Di tahun itu pula dibentuk panitia kecil untuk Komite Pengembangan Persenjataan dan Peralatan Mutakhir dimana Sir Mcfarlane ada di dalamnya. Pengamat Freemasonry, Jeff Rense, memuat rencana ini dalam kolom “Population Control” di situs internetnya. Sangat boleh jadi oknum-oknum Freemason di Departemen Pertahanan Australia merencanakannya. Bisa juga Sir Mcfarlane sendiri adalah seorang, Freemasonry, karena orang waras tidak mungkin mempunyai rencana sejahat ini.

Dalam laporan rahasia di tahun 1947 Sir Macfarlane merekomendasikan untuk mengembangkan senjata biologi dan kimia dengan sasaran tanaman-tanaman pertanian dan penyebaran penyakit menular di Indonesia. Dalam memo Sir Macfarlane kepada Departemen Pertahanan Australia disebutkan bahwa Australia sebaiknya mengembangkan senjata biologi yang hanya bekerja efektif di iklim tropis tanpa bisa menyebar ke Australia yang mempunyai iklim sedang.

Disebutkan pula dalam memo tersebut bahwa “Di negara dengan sanitasi yang rendah pengenalan penyakit asing lewat pencernaan, contohnya lewat kontaminasi air, akan memulai penyebaran yang meluas”. Ia pula menambahkan bahwa “Memperkenalkan penyakit kuning dengan perantara nyamuk akan mengakibatkan wabah besar-besaran sebelum penangkalnya ditemukan”. Panitia kecil ini merekomendasikan bahwa “kemungkinan penyerangan penyediaan makanan Indonesia menggunakan bahan senjata kimia akan dipelajari oleh kelompok kerja kecil”. Tidak lupa disebutkan bahwa “penggunaannya memberikan keuntungan yang luar biasa dikarenakan tidak menghancurkan potensi industri yang ada dan dapat diambil alih dalam keadaan utuh”[5].

Segala penelitian dan perkembangan ilmiah harus ditekan, terkecuali yang dianggap akan memberikan manfaat kepada kepentingan gerakan “Freemasonry”. Sasaran khusus ialah mendorong eksperimen tenaga nuklir untuk maksud-maksud damai. Secara khusus yang dibenci adalah eksperimen fusi yang akhir-akhir ini dicemooh dan dilecehkan oleh “Freemasonry” dan kaki-tangannya di media-massa. Pengembangan obor-fusi akan menghancurkan konsepsi “Freemasonry” mengenai “sumber-suber daya alam terbatas” secara telak. Suatu obor-fusi bila dilaksanakan secara benar, akan menciptakan sumber-sumber daya alam yang bukan saja tak-terbatas, tapi juga belum tersentuh, bahkan dari bahan-bahan yang sangat biasa. Manfaat penggunaan obor-fusi tidak terhingga, dan akan memberikan manfaat kepada kemanusiaan sedemikian rupa, hanya saja pemahaman tentang hal itu masih sayup-sayup.

Sasaran “Freemasonry” juga mencakup agenda untuk mendorong terjadinya kelaparan dan bencana penyakit di Dunia Ketiga dengan target matinya tiga milyar manusia di negara-negara berkembang pada tahun 2050, yang menimpa mereka yang oleh kaum Yahudi disebut sebagai “manusia tak berguna”, dan hal ini akan berdampak dengan “perang terbatas” di negara-negara maju. ‘Komite 300′ yang diketuai Cyrus Vance, mantan menteri luar-negeri Amerika Serikat, ditugasi menulis makalah dengan inti persoalan bagaimana merealisasikan genosida tersebut. Makalah itu dikeluarkan dengan judul “Global 2000 Report” serta diterima dan disetujui untuk dilaksanakan oleh bekas presiden Jimy Carter, dan Edwin Muskie, pada waktu itu menteri luar – negeri Amerika Serikat. Berdasarkan ketentuan “Global 2000 Report populasi Amerika Serikat akan diturunkan sebesar 100 juta pada tahun 2050.

Untuk mendemoralisasikan kaum buruh, di negara-negara industri harus diciptakan pengangguran melalui politik keuangan yang akan menghasilkan resesi spiralik. Bila lapangan-kerja merosot, sesuai kebijakan “zero growth pasca-industri” yang diperkenalkan oleh the Club of Rome, buruh yang mengalami demoralisasi dan kehilangan semangat kerja akan terperangkap kepada alkohol dan obat-bius. Pemuda diberi semangat dengan musik rock disertai dengan madat agar memberontak terhadap status quo yang ada, sekaligus menghancurkan ikatan satuan keluarga. Dalam hal ini ‘Komite 300′ menugasi Tavistock Institute untuk menyiapkan cetak-birunya dengan pengarahan dari Stanford Research, lembaga riset bergengsi dari Stanford University. Kerja besar itu diserahkan kepada Prof. Willis Harmon. Karya yang mereka hasilkan ini terkenal dengan nama “Aquarium Conspirasy”.

Untuk mencegah jangan sampai masyarakat di mana-mana mampu menentukan nasib mereka sendiri, maka perlu diciptakan krisis demi krisis, kemudian “membina” krisis-krisis tersebut. Keadaan ini akan menimbulkan kebingungan dan mendemoralisasikan masyarakat sedemikian rupa, dan akhirnya akan tercipta sikap masa-bodoh dalam ukuran yang luas. Untuk Amerika Serikat sebuah badan yang diberi nama “Manajemen Krisis” telah dibentuk. Badan itu diberi nama the Federal Emergency Management Agency (FEMA) yang dibenluk pada tahun 1980.

Di bidang budaya “Freemasonry” membentuk pusat-pusat kultus baru bagi kaum muda, seperti grup musik gangster the Rolling Stones (sebuah kelompok gangster yang banyak disukai oleh kaum bangsawan “hitam” Eropa), dan semua kelompok rock yang diciptakan oleh Tavistock yang semula dimulai dengan the Beatles.

“Freemasonry” harus meneruskan membangun paham fundamentalisme Kristen yang telah dimulai oleh seorang pelayan British East India Company bernama Darby pada abad ke-18, yang di kemudian hari disalah-gunakan untuk memperkuat negara Zionis Israel. Caranya ialah membuat mereka mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari budaya Yahudi dengan cara berpikir Yahudi, melalui penekanan ajaran mereka pada Kitab Perjanjian Lama. Usaha itu harus diikuti dengan memberikan sumbangan uang dalam jumlah yang substansial untuk membuat mereka itu menyangka tindakan mereka itu sebagai ibadah untuk memperluas agama Kristen.

“Freemasonry” juga harus menekan penyebaran agama Islam, Sikhs, dan lain-lain. Untuk itu harus dapat diciptakan iklim yang akan mendorong perang terhadap negara-negara Islam yang mendukung gerakan fundamentalisme Islam, seraya melakukan sekularisasi Islam melalui kaum intelektual mereka yang dididik di Barat.

Sasaran selanjutnya adalah mengekspor gagasan “theologi pembebasan” ke seluruh muka bumi dengan tujuan merusak agama yang ada, terutama agama Kristen. Sasaran ini dimulai dengan “Teologi Pembebasan” melalui Ordo Jesuit Katolik. Ordo Jesuit dipilih karena peran mereka yang kuat di bidang pemikiran dan kegiatan politik. Sebagai contoh, salah satu organisasi yang dikendalikan oleh “Freemasonry” yang terlibat dalam kegiatan yang disebut sebagai “theologi pembebasan” itu adalah organisasi Missionary Mary Knoll yang berorientasi komunis. Gerakan ini mulai mendapat perhatian sebagai akibat terbunuhnya konon empat orang “sisters” dari Missionary Mary Knoll yang mendapatkan liputan yang luas dari media-massa. Keempat orang “sisters” itu sebenarnya adalah agen-agen subversif komunis yang telah lama diikuti oleh pemerintah El Salvador. Pers dan media-massa Amerika yang dikuasai oleh pemodal Yahudi menolak memberi ruang atau liputan kepada berkas-berkas dokumen yang dimiliki pemerintah El Salvador, yang membuktikan pekerjaan apa sesungguhnya yang dilakukan oleh keempat “sisters” tersebut. Missionary Mary Knoll menjalankan tugas di banyak negara, dan menduduki peran penting dalam penyebaran paham komunis ke Rhodesia, Mozambique, Angola, dan Afrika Selatan. Gerakan “theologi pembebasan” Ordo Jesuit di berbagai negara harus diacu untuk menyebarkan paham “demokrasi sosial”, suatu versi komunis baru.

Sasaran berikutnya adalah untuk menimbulkan kekacauan ekonomi dunia secara total, dan dengan itu menyertakan kekacauan politik dunia secara total pula. Untuk itu “Freemasonry” perlu mengambil alih kontrol atas kebijakan luar-negeri Amerika Serikat.

“Freemasonry” memberikan dukungan penuh kepada lembaga supra-nasional seperti PBB, IMF, World Bank, the Bank of International Settlements, Mahkamah Dunia, dan sejauh mungkin membuat lembaga lokal tidak lagi berfungsi efektif, dengan cara berangsur-angsur melangkahi mereka, atau membawa persoalan mereka ke bawah mantel PBB.

Gerakan “Freemasonry” merasa perlu menginfiltrasi semua pemerintahan yang ada di dunia, dan dari dalam bekerja untuk menghancurkan integritas kedaulatan negara yang bersangkutan. “Freemasonry” harus mampu menghancurkan sistem pendidikan nasional dimana pun secara tuntas. (Tim Dakwah Al Hikmah/alhikmah.ac.id)

Daftar Pustaka
1. M. Alomari : ‘The Secrecy of Evil’, 1999.
2. Joseph Trainor, ‘Adam Weishaupt – The New World Order and Utopian Globalism’, UFO Roundup, Vol. 5, No: 6; 2001.
3. Robert Gaylon Ross, Sr., ‘Who is Who of the Elite’.
4. A.H. Granger, ‘England the World Empire’, 1916, h.173.
5. Brendan Nicholson, ‘Our Secret Plan for Biological Weapons’, Sunday Herald Australia, 10 Maret 2002.
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: