Baphomet
adalah satu dari pujan-pujan kaum Qabalis yang mewakili Setan. Makhluk
ini berkepala kambing bertanduk atau dikenal dengan kambing “Mendes”,
lambang kuno untuk setan.
Penampilannya melambangkan kekuatan-kekuatan hitam disatukan dengan
kemampuan beranak-pinak seperti halnya kambing. Di dahi, di antara dua
tanduk di bawah suluh, adalah lambang pentagram. Bagian bawah badannya
diselubungi kain hitam melambangkan kerahasiaan. Baphomet digambarkan
sebagai makhluk hermaphrodit dengan mempunyai buah dada lambang
kewanitaan dan phallus lambang kelaki-lakian. Dua ular melingkar di
phallus yang berdiri. Ular juga merupakan simbol dari Setan. Sayap
melambangkan kemampuan Lucifer untuk Terbang. “Bila kita telah menjadi
penguasa kita harus memandang sebagai hal yang sama sekali tidak
dikehendaki keberadaan agama-agama lainnya kecuali agama kita;
menyatakan hanya ada satu Tuhan yang oleh takdir-Nya kita telah
ditentukan sebagai ‘Ummat Pilihan’, dan yang melalui takdir-Nya pula
nasib kita menyatu dengan masa depan dunia. Karena alasan inilah kita
harus menghancurkan semua agama lainnya. Kalau ada muncul atheisme
kontemporer, sebagai langkah transisi paham ini tidak akan menghalangi
tujuan kita.” (‘Protokol Zionisme yang Keempat-belas).
Kepercayaan Qabala.
Akibat
mengalami penindasan yang panjang selama beribu tahun kaum Yahudi
memelihara kepercayaan nenek-moyang mereka yang pada dasarnya menyimpang
bahkan bertentangan dengan aqidah yang diajarkan oleh Nabi Musa a.s.
Kepercayaan kuno itu dipelihara dengan keyakinan untuk mempertahankan
eksistensi mereka. Di antara kepercayaan yang tertua dan paling
dihormati adalah kepercayaan ‘Qabala’, atau kadangkala ditulis
‘Kabbala’. Nama Qabala diambil dari kata Ibrani ‘qibil’, yang maknanya
“menerima”. Qabala dalam hal ini berarti “menerima doktrin okultisme
(ilmu sihir) rahasia”.
Sejak
masa Nabi Ibrahim a.s. meninggalkan Sumeria (Iraq sekarang ini) sampai
dengan penjajahan Romawi atas Palestina, Qabala tetap merupakan
kepercayaan Yahudi yang sangat rahasia, yang ajarannya hanya diketahui
oleh anggotanya, yang disampaikan dengan cara dari mulut-ke-kuping,
disampaikan oleh para pendeta tinggi kepada para novice. Selama periode
ini para pendeta tinggi itu tinggal di Sumeria, kemudian menyebar ke
Mesir Kuno, dan Palestina Kuno. Salah seorang pendeta tinggi Qabala
ialah Samir, tokoh yang mengajak Bani Israeli yang baru saja keluar dari
tanah Mesir untuk menyembah sebuah patung anak sapi yang terbuat dari
emas, tatkala mereka dilinggalkan oleh Nabi Musa a.s. berkhalwat di
gunung Tursina di Sinai untuk menerima wahyu ‘Firman yang Sepuluh’ dari
Allah.
Beberapa
waktu sesudah berakhirya penjajahan Romawi di Palestina, para pendeta
tinggi Qabala memutuskan tradisi okultisme kuno itu untuk direkam secara
tertulis ke atas papyrus berupa gulungan (‘scroll’) sebagai usaha agar
ajaran itu dapat diwariskan kepada generasi Yahudi berikutnya. Selama
masa pendudukan Romawi itu ajaran Qabala dihimpun dari berbagai tradisi
lisan ke dalam beberapa gulungan, dan akhimya dijilid ke dalam sebuah
kitab yang utuh.
Tugas
menghimpun ajaran yang masih berupa lisan itu dibebankan kepada dua
orang, yaitu ‘Rabbi’ (Guru) Akiva ben Josef, yang menjadi ketua Majelis
Tinggi Pendeta Sanhedrin pada waktu itu, dan pembantunya Rabbi Simon ben
Joachai. Pada waktu itulah Qabala tersistematikkan menjadi dua jilid :
‘Sefer Yetzerah’ (Kitab Genesis, tentang Penciptaan Alam Semesta), dan
‘Sefer Zohar’ (Kitab Keagungan).
Salah
satu simbol dari Setan adalah kepala kambing “Mendes”. Imej hitam seram
ini melambangkan kekuatan hitam. Simbol kambing digunakan sebagai
kekuatan regeneratif Lucifer. Untuk menegaskannya, sebuah phallus
laki-laki diletakkan di atas kepala kambing, sekali lagi untuk
menekankan kemampuan regeneratif Lucifer. Pentagram di atas kepala
kambing adalah satu lagi simbol dari kepala kambing, yaitu setiap ujung
bintang mewakili kedua tanduk, kedua kuping dan dagu kambing. Maka
dengan itu dilambangkan dengan pentagram terbalik, yaiut dua ujung
bintang ke atas, satu ujung ke bawah. Api di atas phallus juga simbol
dari Lucifer, yaitu sifat keapiannya.
Kitab
Zohar penuh dengan ayat-ayat yang bersifat rahasia dan amsal, dan
ayat-ayat itu hanya dapat dipahami melalui Kitab Yetzerah, semacam kitab
terjamah. Beberapa abad sesudah Masehi, di Eropa muncul kitab ajaran
Qabala yang baru bemama ‘Sefer Bahir’- ‘Kitab Cahaya’. Ketiga kitab itu
semuanya tertulis dalam bahasa Ibrani, yang kemudian atas pertimbangan
pragmatisme diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa Eropa. Ketiga kitab
Qabala itu memuat ajaran sangat suci bagi kultus sesat, penyembahan
kepada Iblis, dan menjadi buku pegangan Gereja-gereja Iblis di seluruh
dunia (termasuk Gereja Penyembah Iblis yang pernah ada di Jakarta).
Kaum
Yahudi Qabalis, sebagaimana ajaran Samir, secara terang-terangan
menyatakan permusuhan mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pencipta
Alam Semesta. Menurut iman mereka Iblis, atau Lucifer, sebagaimana
mereka menyebutnya dengan penuh hormat, telah “diperlakukan dengan tidak
adil” dan ia adalah satu-satunya tuhan yang patut disembah. Iblis
adalah tuhan mereka.
Iblis,
atau khususnya ‘Setan’, dalam bahasa-bahasa Semit (termasuk bahasa
Arab) berarti “pemberontak”, yakni “memberontak kepada Allah”, karena
itu kaum Qabalis tidak menyebutnya dengan nama Iblis. Mereka menyebutnya
dengan nama Lucifer, yang berati “pembawa sinar cahaya”. Penggunaan
kata Iblis dianggap sebagai penghujatan kepada tuhan mereka. Kata
Lucifer berarti cahaya, terang, pencerahan dan sebagainya.
Salah
satu thema penting yang berkaitan dengan kepercayaan Qabala ialah
kekuasaan yang datang dari cahaya, api, dan matahari. Ketiga hal itu
menjadi perlambang dari ajaran penyembahan kepada Iblis, Yang dipercayai
diciptakan dari api. Segala sesuatu yang berkaitan dengan cahaya, api
atau matahari, merupakan perlambang dari Iblis.
Ajaran
Qabala menjelaskan adanya hirarki kekuasaan yang mereka sebut
“sefrotim”, yang dalam bahasa Ibrani berarti “penyinaran”. Ada sepuluh
‘sefrotim’, yang dalam bahasa Ibrani disebut ‘sitra ahra’, yang artinya
“sisi lain”. Penyinaran ‘sefrotim’ direpresentasikan oleh sejumlah
makhluk supra-natural yang dalam bahasa Ibrani disebut ‘shedim’.
‘Shedim’ terdiri dari sejumlah roh. Roh tertinggi adalah Lucifer sebagai
“pembawa cahaya”. Semua roh yang disebut ‘shedim’ itu tercipta dari
asal api. Oleh karena itu api menjadi sesembahan terpenting dalam ajaran
Qabala. Beberapa di antara ‘shedim’ itu ada yang kawin-mawin dengan
manusia, dan mereka ini disebut ‘mazzikim’, atau “shedim yang tidak
berbahaya”, dan anak hasil perkawinan itu bila lahir disebut ‘banim
shovavim’ yang artinya “anak haram-jadah”.
Menurut
ajaran Qabala manusia tidak butuh akan Allah, bahkan menurut mereka
manusia bisa menjadi manusia suci yang setara dengan tuhan. Mereka
menyebut paham yang deseptik ini dengan Istilah ‘humanisme’, bahwa
manusia berdaulat untuk mengatur hidupnya sendiri di dunia. Kaum Qabalis
menyebarkan paham ini kepada kaum non-Qabalis untuk menghancurkan
keimanan manusia kepada Allah.
Kaum
Qabalis acapkali menggunakan simbol-simbol seks untuk merepresentasikan
‘humanisme’. Organ lelaki disimbolkan dengan ‘phallus’ (‘lingga’).
sebagai perlambang kekuasaan regeneratif, atau kekuasaan untuk
berkembang biak. Sedangkan organ wanita dilambangkan oleh pelataran yang
disebut ‘yoni’ yang memperlambangkan kawasan kesuburan. ‘Yoni’ disebut
juga dengan nama lain, “Ibu Pertiwi” (‘Mother Earth‘).
Monumen
Obelisk George Washington melambangkan phallus Lucifer, yaitu kekuatan
generatif. Ia menghadap ke Kantor Oval Gedung Putih, simbol dari
kekuatan reporduktif organ wanita. Simbol-simbol kaum Qabalis ini bukan
hanya terdapat di Mesir Kuno berupa obelisk, yaitu tugu batu tegak,
tetapi oleh kaum Qabalis dibawa bersama mereka dan kemudian berkembang
ke berbagai ibukota dunia seperti di Washington, DC. dan ibukota-ibukota
Eropa. Obelisk yang didirikan umumnya menghadap ke bangunan pusat
kekuasaan sebagai perlambang kekuasaan (kejantanan), dan obelisk semacam
itu juga direpresentasikan pada Monumen Nasional (Monas) di Jakarta,
dengan lambang ‘phallus’ (‘lingga’) yang bertumpu di atas ‘yoni’,
perlambang organ wanita (aliran Hinduisme yang dikenal dengan nama
Tantri-isme, adalah cabang ajaran Qabala yang menyebar ke India;
peninggalan Tantri-isme di Indonesia ditemukan di candi Sukuh,
Tawangmangu). Monumen Nasional di Jakarta menghadap langsung ke Istana
Merdeka., bahkan obelisk semacam didirikan juga di plaza St. Petrus,
Vatikan.
Monumen Nasional di Jakarta tepat menghadap pusat kekuasaan, Istana Merdeka.
Kaum
Oabalis juga menggunakan imej segitiga dan bangunan piramida untuk
merepresentasikan struktur hirarki mereka. Para elit Qabalis duduk pada
puncak piramida menguasai massa yang berkewajiban menopang piramida
tersebut. Lambang kaum Qabalis, piramida dengan sebiji mata Lucifer yang
“selalu mengawasi dan menguasai”, terdapat pada sisi belakang mata-uang
kertas dolar Amerika sekarang ini. Kaum Qabalis juga menggunakan
lambang dua buah segitiga yang dipasang menjadi satu dengan posisi
masing-masing terbalik, menjadi bintang segi-enam yang kini oleh orang
Yahudi ditransformasikan seolah-olah sebagai ‘bintang Nabi Daud as”. Dua
buah bintang segitiga masing-masing dengan posisi terbalik sebagai
lambang Lucifer itu didisinformasikan oleh kaum Qabalis sebagai lambang
bintang dari “Nabi Daud” pada tahun 1948 di PBB. Penciptanya adalah
Ioseph Stalin, diktator Uni Sovyet, sebagai negara pertama yang mengakui
negara Yahudi Israel.
Selain
itu kaum Qabalis juga menggunakan lambang bintang segilima yang
terbalik, dua ujung menghadap ke atas, dua ujung menghadap ke samping
dan satu ujung menghadap ke bawah, yang melambangkan dewa berkepala
kambing ‘Mendes’. ‘Mendes’ adalah nama lain dari Lucifer. Dua ujung
bintang yang menghadap ke atas merupakan tanduk, dua ujung yang ke
samping adalah kupingnya, dan ujung yang menghadap ke bawah adalah
dagunya.
Kepercayaan
Qabala selanjutnya tumbuh dan berkembang baik dalam jumlah maupun dalam
kekuasaan ke seluruh dunia dalam berbagai bentuk dan aspeknya di dalam
masyarakat. Media massa Indonesia pernah melaporkan hadirnya sebuah
gereja Iblis, sebuah night-club, dan sebuah hotel, di Jakarta, yang
didedikasikan kepada Lucifer. Para penyembah Iblis ini menggunakan
kebohongan, pemerasan, suap, seks bebas, dan bahkan kekerasan, untuk
mencapai tujuannya membangun penguasaan kehidupan di dunia. Ajarannya
bertujuan untuk menghancurkan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Pencipta Alam Semesta, dan siapa saja yang menghalangi penyembahan
Lucifer.
Ini
adalah segel kenegaraan Amerika Serikat yang terdapat pada mata uang
Satu Dólar Amerika. Sebiji mata Lucifer yang selalu “melihat dan
menguasai, menyinar bagai matahari”, terletak di puncak piramida.
Kata-kata atin “Anuit Coeptis – Novus Ordo Seclorum” berarti –
Konspirasi Kia – sebuah Tata Dunia Baru”.
Hexagram
atau bintang berujung enam dibentuk dari dua segitiga yang saling
mengunci. Segitiga adalah lambang Qabalis paling umum. Segitiga yang
ujungnya menghadap ke bawah adalah lambang wanita yang sesuai dengan
Yoni dan juga disebut segitiga air. Segitiga yang ujungnya menghadap ke
atas adalah lambang laki-laki, lingga atau phallus, mewakili tuhan
mereka Lucifer dan disebut juga Segitiga Piramida atau Piramida Air.
Kesatuan mereka menghasilkan kekuatan yaitu prinsip generatif. Selain
itu, kedua segitiga tersebut mempunya arti esoterik. Segitiga yang
menghadap ke bawah disebut juga Segitiga Ketuhanan, segitiga yang
menghadap ke atas disebut Segitiga Piramida, yang juga simbol manusia
sempurna. Kemudian mereka menunjukan bagaimana manusia bisa menjadi
tuhan, gagasan utama dai Humanisme. Setiap sisi ari segitiga membentuk
‘66 karena itu hexagram mengandung ‘666’. Hexagram digunakan pada
riual-ritual sihir dan juga dianggap sebagai simbol dari kekuatan utama
Setan. Hexagram digunakan untuk memanggil setan untuk mengguna-guna atau
mengutuk sang korban. Isitilah “to hex” dalam bahasa Inggris yang
artinya menguna-guna atau mengutuk datang dari praktek ini.
Kepercayaan Qabala – Aliran Zoroaster di Persia.
Zoroasterisme
adalah salah satu cabang dari kepercayaan Qabala yang menyebar ke
Persia dengan praktek keagamaannya lebih menekankan pada sihir bersamaan
dengan penyembahan kepada Iblis. Para pemimpin agama Zoroaster disebut
dengan nama ‘magi’, ritual agamanya disebut ‘magus’, dan dari kata
inilah kemudian menjadi kata ‘magis’, dan al-Hadith menyebut
Zoroasterisme dengan nama Majusi.
Ritual
para ‘magi’ bertujuan untuk menyempurnakan seni sihir okultisme dan
ilmu tenung, teluh, dan ‘santet’ dengan melalui bantuan jin dan roh-roh
halus. Cabang kepercayaan Qabala juga berkembang ke Mesir Kuno di masa
Fir’aun. Ilmu astrologi (peramalan nasib yang dikaitkan dengan posisi
bintang-bintang tertentu – zodiak), numerologi (peramalan berdasarkan
angka-angka yang dikaitkan dengan alfabet), berkembang di Sumeria,
kemudian ke Mesir, ke Babilonia, dan ke Persia, yang dihubungkan dengan
penyembahan roh-roh halus.
Ajaran
Qabala di Persia tertulis di dalam kitab suci mereka yang dinamakan
‘Avesta’ . Di dalam ‘Avesta’ Lucifer disebut dalam bahasa Parsi Kuno
dengan nama ‘Ahuramazda’ atau ‘Ormuzd’, yaitu sang “pembawa cahaya”.
Untuk menghormati ‘Ormuzd’, atau Lucifer, kaum Qabalis Zoroaster
menyembah api dan matahari sebagai perlambang Lucifer. Kepercayaan
Qabala Zoroaster bertahan hidup selama lebih dari seribu tahun sampai
Persia ditaklukkan oleh Islam pada tahun 651 Masehi. Meskipun demikian
agama ini masih dianut secara sembunyi-sembunyi oleh sebagian kecil
pemeluknya di Iran sampai dengan sekarang ini.
Qabala di Jerusalem.
Di
Palestina kelompok Qabalis dipimpin. oleh Herodus II, gubemur Romawi di
Jerusalem, dengan dua orang pembantunya, Ahiram Abiyud dan Moav Levi.
Herodus II memimpin kaum Qabalis melawan penyebaran ajaran Jesus.
Kelompok ini berupaya membangun kembali Haikal Sulaiman di Jerusalem
sebagai basis gerakan mereka.
Majelis
Kuasa Rahasia Qabala yang beranggotakan sembilan orang pendeta Qabala
bersidang pada tanggal 10 Agustus 43 Masehi dipimpin langsung oleh
Herodus II, Abiyud, dan Levi. Sidang pada hari itu memutuskan untuk
mengakhiri kegiatan Jesus serta para muridnya. Adalah Herodus II yang
memerintahkan untuk menyembelih Nabi Zakaria a.s. dengan menggunakan
gergaji pemotong kayu. Ia kemudian memerintahkan juga membunuh Nabi
Yahya a.s. dan memerintahkan mempersembahkan kepala Nabi Yahya a.s. yang
telah dipenggal itu di atas sebuah nampan ke hadapannya.
Dengan
kekuasaannya yang luar biasa ia berhasil memerintahkan Majelis Tinggi
Pendeta Sanhedrin, badan tertinggi pada hirarki kependetaan Yahudi, agar
mengeluarkan dekrit hukuman mati berdasarkan hukum Romawi di atas kayu
salib terhadap Jesus dengan tuduhan telah menghujat Tuhan. Herodus II
juga memerintahkan membunuh Petrus, murid Jesus melalui kaki -tangannya
bemama Nero.
Dalam
waktu singkat paling tidak berdiri 40 gereja yang dipengaruhi oleh dan
mengikuti ajaran Injil versi Qabala di seluruh tanah Palestina. Dalam
tempo yang tidak terlalu lama ajaran Injil versi Qabala berkembang ke
seluruh wilayah kekaisaran Romawi dan membangun akarnya di Eropa.
Perang Salib.
“The
Knight Templars (‘Ksatria Haikal’)” yang terkenal di dunia Barat, yang
menjadi pelopor dan inti dari tentara Salib, dibangun oleh
anggota-anggota Majelis Kuasa Rahasia Qabala di Eropa yang umumnya
terdiri dari orang orang Yahudi. Tujuan mereka ialah untuk membangun
kembali Haikal Sulaiman dan menghidupkan kembali kepercayaan Qabala di
Palestina. Untuk tujuan itu mereka memprovokasi Paus Urbanus untuk
“membebaskan Tanah Suci Jerusalem” dari tangan ‘kaum kafir muslim
penyembah berhala’.
Beribu-ribu
kaum Nasrani yang tertipu berangkat ke Jerusalem untuk menjalankan
“perang suci” itu, yang lebih dikenal dalam sejarah dengan nama Perang
Salib. Karena kaum muslimin mempercayai Tuhan Yang Maha Esa, dan
memuliakan juga Nabi Isa a.s., maka mereka menganggap kaum muslimin
sebagai penghalang utama ajaran syirik mereka yang menyembah Lucifer.
Para
prajurit Salib yang didukung oleh sejumlah raja-raja Eropa berhasil
merebut Jerusalem dari tangan kaum muslimin pada tahun 1099. Tatkala
Jerusalem jatuh terjadilah pembantaian dan perkosaan, bukan saja
terhadap kaum muslimin, tetapi juga terhadap ummat Kristen Timur.
Menurut catatan Encyclopaedia Britanica selama pembantaian itu, masjid
Umar digenangi oleh darah kaum muslimin setinggi mata-kaki. Pemimpin
pertama ‘Knight Templars’ bemama Codei Froi de Bouillar, yang menjadi
raja Kristen Qabalis yang pertama di Jerusalem pada tahun 1099. Dua
dasawarsa kemudian ‘ksatria haikal’ Qabalis menjadi kekuatan yang paling
ditakuti dan disegani di Eropa dengan harta kekayaan yang mereka rampok
dari Palestina. Selama abad ke-l2 dan ke-13, ‘ksatria haikal’
menyebarkan kepercayaan Qabala mereka ke seluruh Eropa melalui jalan
infiltrasi politik, sosial dan kelompok-kelompok gereja.
Barulah
pada awal abad ke-13 bangsa-bangsa Eropa menyadari kejahatan para
‘ksatria haikal’ Yahudi tersebut, dan akhirnya memutuskan untuk menyapu
bersih mereka. Pada 1307 Kaisar Perancis Phillipe IV dengan dukungan
Paus Clementus V, menangkap dan memenjarakan Jacques de Molay, pemimpin
tertinggi ‘ksatria haikal’ dan sebagian besar anggotanya. Paus Clementus
V mengeluarkan sebuah dekrit yang menyatakan ‘ksatria haikal’ sebagai
kelompok Anti-Kristus. Atas dasar dekrit tersebut Molay dan para
pengikutnya dijatuhi hukuman dibakar di kayu sula pada 1307.
Beberapa
tokoh ‘ksatria haikal’ yang berhasil lolos bersumpah untuk
menghancurkan gereja, para raja, dan rahib. Beberapa orang di antara
mereka berhasil menyelamatkan diri ke Skotlandia dan di sana mendirikan
‘the Scottish Rites” (Freemasons sekte Skot), dan beberapa lagi ke
kerajaan-kerajaan Jerman, dan bergabung ke dalam organisasi ‘Illuminati’
Bavaria yang dipimpin oleh Adam Weishaupt, suatu cabang Qabala di
Eropa. Setelah ‘Illuminati’ dinyatakan terlarang di Bavaria, mereka
menyusup dan berhasil menguasai organisasi rahasia kaum Protestan
‘Freemasonry’ yang dipimpin Friederich yang Agung, raja Prussia [1].
Organisasi Rahasia Kaum Qabalis : “Illuminati”
Adalah
tidak mungkin memahami gerakan Zionisme tanpa mempelajari sepak-terjang
organisasi rahasia Yahudi yang dikenal dengan nama “Illuminati”.
“Illuminati” adalah organisasi rahasia Yahudi yang bergerak di bawah
tanah, menjalankan segenap agenda Zionisme yang didasarkan pada ajaran
Qabala, baik secara terbuka, maupun klandestin. Tidak banyak yang
diketahui tentang asal-mula organisasi rahasia yang bemama “Illuminati”
ini. Beberapa peneliti menyebut asal-usulnya pada organisasi
“Illuminati” yang didirikan di Bavaria pada abad ke-18 oleh Adam
Weishaupt, tetapi fakta-fakta menunjukkan bahwa organisasi rahasia
Yahudi ini sudah ada jauh sebelum itu.
Organisasi
rahasia Yahudi tertua yang sekarang dikenal adalah gerakan kepercayaan
Qabala, sebagaimana dituturkan di atas tadi, Yang ternyata setelah
ditelusuri telah berusia paling tidak 4000 tahun. Ordo Qabala yang
pertama terbentuk kira-kira selama era pembuangan suku-suku Bani Israeli
ke Babilonia di bawah nama “Ordo Persaudaraan” pada era dinasti Ur
ke-3, antara 2112 – 2004 SM. Kaum Qabalis itu menyusup dan merebut
kekuasaan, dan berhasil. Praktek “Ordo Persaudaraan” yang didasarkan
pada ajaran Qabala itu tetap hidup dan dijalankan sampai dengan hari
ini.
Selama
perjalanan sejarah tercatat ada tiga ordo Qabala, Ordo Hijau, Ordo
Kuning, dan Ordo Putih. Yang paling menarik dari ordo yang tiga itu
adalah Ordo Putih, yang nampaknya nyaris tidak teridentifikasi oleh para
peneliti. Kelangsungan Ordo Putih itu dicapai karena gerakannya yang
sangat rahasia. Kalau ordo lainnya lebih menekankan pada ajaran
penyembahan Lucifer, maka Ordo Putih ini patut diduga sebagai suatu
organisasi yang menekankan missi politik, di samping mengembangkan
ajaran Qabala. Mereka merumuskan bahwa missi Qabala adalah untuk
menentukan jalannya peradaban ummat manusia dengan tujuan membentuk
“Pemerintahan Satu Dunia” ( E Pluribus Unum) di bawah kepemimpinan kaum
Yahudi.
Merekalah
yang diduga menciptakan aksara Yunani, politik (sebagaimana
pengertiannya sampai kini), theosufi, filosufi (termasuk menghasilkan
para filosuf besar seperti Plato, Socrates, dsb.), sistem pemerintahan,
militer, pendidikan, (menyelewengkan) agama, segregasi, hierarchie, dan
ilusi tentang adanya ras unggul Aria yang di kemudian hari digunakan
oleh Hitler dan ras kulit putih tertentu di dunia. Dengan kata lain,
mereka merupakan peletak dasar peradaban Barat sekarang ini. Adalah
kenyataan, peradaban Barat masa kini didasarkan pada prinsip-prinsip
yang berdasarkan peradaban Judeo-Greko.
Sejak
permulaannya Ordo Putih Qabala memandang sangat penting untuk
memelihara garis-darah Yahudi yang “tidak-tercemar”. Untuk dapat masuk
Ordo Persaudaraan Putih seorang Yahudi harus memiliki darjah magister
pada semua disiplin ilmu yang dipandang berkaitan dengan ajaran Qabala,
dan banyak dari disiplin ilmu itu berada di luar kemampuan orang-biasa.
Hanya orang Yahudi dari garis keturunan yang lurus yang diizinkan masuk
menjadi anggota.
Dalam
praktek berarti seseorang harus melalui pendidikan selama tidak kurang
dari 40 tahun. Prinsip itu tetap diberlakukan oleh organisasi penerus
Qabala, “Illuminati”. Oleh karena itu bagi keluarga Yahudi penting untuk
mempunyai anak banyak – kalau seorang anak gagal – yang lain diharapkan
akan dapat lolos dari seleksi yang ketat itu. Ordo Putih adalah peletak
dasar konsep yang kini dikenal dengan nama “Tata Dunia Baru” (Novus
Ordo Seclorum) dan “Pemerintahan Satu Dunia” (E Pluribus Unum). Kedua
seloka itu dinukilkan pada lembaran uang-kertas denominasi satu dolar
Amerika dewasa ini di bawah lambang Qabala “piramida dengan mata Lucifer
di puncaknya yang senantiasa mengawasi dan menguasai”. Lambang kaum
Qabalis ini pada mata-uang Amerika Serikat membuktikan keberhasilan kaum
Qabalis menginfiltrasi lembaga keuangan Amerika Serikat melalui
manipulasi politik para bankir Yahudi. “Karya Zaman” mereka terus
berlanjut melalui “kekuasaan” uang dolar ke seluruh dunia.
Ordo Putih Qabala Menginfiltrasi “Illuminati”
Nama
“Illuminati” berasal dari nama yang diberikan oleh para rahib Gereja
Nicene Awal kepada mereka yang berserah diri untuk dibaptis menjadi
Kristen. Mereka disebut “illuminati”, yang artinya “mereka yang menerima
cahaya” atau “pencerahan”, dengan asumsi mereka telah menerima petunjuk
tatkala dibaptis ke dalam iman Katolik; mereka telah menerima karunia
“cahaya” dalam artian “pencerahan nurani”.
Sebuah
sekte mistik gereja Katolik dengan nama “Illuminati” pada awal abad
ke-16 berhasil disusupi oleh anasir Qabala yang tengah dikejar-kejar
oleh Gereja di masa Inkuisisi Spanyol. Sekte Katolik yang tersusupi ini
kemudian muncul di Perancis dengan nama ‘Guerinets’ antara periode 1623
sampai 1635. Di Spanyol dan Italia pada abad ke-15 dan ke-16, sekte ini
muncul dengan nama lain, “Alumbrado”, yang diartikan bahwa seseorang
telah mampu melakukan komuni langsung dengan Roh Kudus, sehingga mereka
(orang-orang Qabalis itu) tidak lagi perlu melakukan ritus gereja
Katolik. Namun kepercayaan ini oleh Gereja Katolik dianggap sebagai
bid’ah, dan mereka tetap menjadi sasaran perburuan Inkuisisi. Selama
kurang lebih seabad lamanya gerak-gerik kaum ‘Illuminati’ Yahudi tidak
terdengar. Mereka bergerak di bawah tanah. Tetapi pada tahun 117I nama
“Illuminati” muncul kembali, pada sebuah organisasi yang didirikan Adam
Weishaupt di Ingolstadt, Bavaria. Siapa sebenamya Adam Weishaupt?
Adam Weishaupt.
Tokoh
ini dikenal dengan banyak nama panggilan. Pendeta Abbe Barruel
menyebutnya, “iblis yang menjelma dalam diri manusia”. Thomas Jefferson
(dia sendiri seorang ‘Freemason’) menyebutnya “seorang filantropis yang
tidak membahayakan”. Prof. John Robinson, guru-besar filsafat murni dari
University of Edinburgh, peneliti gerakan “Illuminati”, menyebutnya
“konspirator yang paling cerdas yang pernah ada”. Siapa sesungguhnya
orang yang menyebut dirinya dengan nama samaran yang sederhana, “Broeder
Spartacus” itu ?
Adam
Weishaupt lahir pada tanggal 6 Februari 1748 di Ingolstadt, kerajaan
Bavaria, Jerman. Ketika ia masih bayi orang-tuanya yang tadinya memeluk
agama Yahudi Orthodoks beralih memeluk agama Katolik Roma. Yang
semestinya ia bersekolah di ‘yeshiva’ (madrasah Yahudi), Adam kecil
disekolahkan oleh orang-tuanya ke sekolah-dasar Katolik, dan kemudian ke
hochschule (sekolah menengah umum) yang dikelola oleh ordo Jesuit.
Adam Weishaupt, pendiri Illuminati pada 1 Mei 1776.
Sebagai
warga Bavaria, Adam mempelajari bahasa Czech dan Itali, dan di sekolah
dengan cepat ia menguasai bahasa Latin dan Yunani, dan dengan bantuan
ayahnya, menguasai bahasa Ibrani. Dengan kecerdasannya yang tajam dan
penguasaannya pada berbagai bahasa, para pendeta Jesuit pengasuhnya
berharap ia akan menjadi seorang missionaris yang sangat cocok untuk
bekerja di seberang lautan, terutama di Amerika Latin, atau di Asia.
Tetapi Adam Weishaupt memberontak terhadap disiplin yang berlaku di
lingkungan Ordo Jesuit. Ia melawan tekanan mereka dan merasa lebih baik
menjadi profesor di bidang hukum gereja di Universitaet Ingolstadt.
Kira-kira
pada tahun 1768 Adam Weishaupt mulai “membangun sebuah perpustakaan
yang besar dengan maksud untuk membentuk suatu akademi ilmu pengetahuan
dan sebagai tempat berhimpunnya para cendekiawan”. Ia mempelajari hampir
setiap manuskrip kuno Qabala dan buku-pegangan apa pun yang ada
kaitannya dengan ajaran tersebut. Adam Weishaupt sejak itu mulai
tertarik pada okultisme, dan terobsesi bukan hanya oleh ajarannya tetapi
sampai kepada lambang Qabala, yaitu sebuah piramida besar dengan sebiji
mata yang menyala.
Pada
1771 Adam Weishaupt memutuskan untuk membentuk sebuah masyarakat
rahasia, sesuai missi ‘Ordo Qabala Putih’ kuno, yang bertujuan untuk
“mengubah” arah peradaban ummat manusia. Untuk merancang rencananya Adam
Weishaupt memerlukan waktu 5 tahun, sambil menghimpun keterangan dari
berbagai sumber okultisme yang ditemukannya. Untuk ordo rahasia yang
didirikannya diberinya nama, “Perfectibilisen”, yang diambilnya dari
kaum Cathar, cabang agama Qabala yang berkembang di Eropa selama 400
tahun. Gerakan kaum Cathar, yang disebut juga sebagai “kaum yang
sempurna”, dihancurkan oleh Paus Innocentius III di medan pertempuran
Lambang Gerakan Illuminati Albigensia pada awal abad ke-13. Adam
Weishaupt membangun ordonya dalam bentuk struktur sebuah Piramida,
sesuai hirarki organisasi Qabala.
Para
anggotanya harus bersumpah taat kepada para atasan, yang dibagi ke
dalam tiga klas utama : pertama, adalah para novis, minerval, dan
“illuminati junior”. Pada klas kedua, terdiri dari “para ksatria”,
sedang klas yang ketiga, atau kIas rahasia, “terdiri dari dua tingkat,
pendeta dan regent, serta ‘magus’ dan raja, atau ‘Illuminatus Rex”. Kaum
“Illuminati” diharuskan senantiasa tutup-mulut. “Setiap anggota
diwajibkan menyerahkan janji tertulis tidak akan mengungkapkan apa pun
tentang organisasi rahasia ini kepada siapa pun; bersumpah tidak kenaI
siapa atasannya, dan asal-usul dari organisasinya, tetapi ia yakin bahwa
ordo ini telah ada jauh di masa silam”. Anggotanya lebih lanjut
bersumpah, untuk tutup-mulut, serta taat dan setia selama-lamanya;
setiap bulan ia wajib mengirimkan suatu laporan kepada atasannya yang
tidak dikenalnya.
Adam
Weishaupt merasa masyarakat hanya akan bisa “diselamatkan” dengan
perombakan total. Dalam kata lain, ia adalah utopis pertama yang
berpikir dalam skala global, dan mengimpikan saat ketika kelompoknya
akan berhasil mewujudkan ‘Novus Ordo Seclorum’ (Tata Dunia Baru). Ordo
“Illuminati” dari Adam Weishaupt mempunyai lima tujuan akhir mengikuti
sumpah kaum Qabalis kuno,
1.menumbangkan kerajaan-kerajaan
2.menghapuskan pemilikan pribadi dan warisan
3.menghilangkan kecintaan kepada tanah-air
4.meniadakan kehidupan keluarga dan lembaga perkawinan, dan pembentukan pendidikan yang bersifat komunal bagi anak-anak
5.menghapuskan semua agama yang ada.
Lambang gerakan “Illuminati”
Dengan
menghimpun orang-orang yang terbaik dan paling cerdas se-Eropa,
sebagian besarnya adalah para cendekiawan Yahudi, Adam Weishaupt yakin
sekali ordo yang didirikannya akan mampu mencapai tujuannya. Setiap
anggota diaspirasikan untuk menjadi penguasa. “Kami”, katanya, “merasa
memiliki persyaratan yang dibutuhkan untuk menjadi penguasa”. Tentu saja
pernyataan itu menjadi godaan yang menarik baik bagi orang yang baik
maupun yang mursal.
Ordo
itu berkembang dengan cepat. Ia juga mendorong para pengikutnya tidak
mundur dalam menjalankan kekerasan atau tindakan kriminal dalam mencapai
tujuan-tujuan “Illuminati”, dengan menulis, “Dosa hanyalah bila hal itu
menimbulkan penderitaan, tetapi bila keuntungan yang diperoleh lebih
besar daripada mudaratnya, maka hal itu menjadi suatu kebajikan”.
Rekrutmen
berlangsung dalam tempo cepat. Adam Weishaupt menghimpun banyak
pembantunya yang cakap untuk perjuangannya. Antara lain Baron Xavier von
Zwack, yang melakukan lobbi untuk memperluas jaringan Ordo itu, di
Jerman dan 1nggeris, juga dengan bantuan William Petty, Earl dari
Shelburne yang ke-2, dan Baron Adolf von Knigge, yang berhasil
menghubungkan organisasi “Illuminati” dengan gerakan “Freemasonry” pada
Kongres di Whilhelmsbad pada tahun 1782.
Sejak
1782 gerakan “Illuminati” menyebar dari Denmark sampai ke Portugal,
bahkan lebih jauh lagi. Orang-orang Inggeris yang ter-illuminasi
bergabung dengan orang-orang Amerika membangun Loji Columbia di kota New
York pada tahun yang sama. Seorang bangsawan muda Rusia, Alexander
Radischev, bergabung di Leipzieg, dan menyebarkan doktrinnya ke kampung
halamannya di St. Petersburg. Di Lisabon seorang penyair bernama Claudio
Manuel da Costa menjadi anggota, dan ketika hijrah ke Brazil ia
mendirikan sebuah cabang dengan dibantu dua orang dokter dari Ouro
Preto, Domingos Vidal Barbarosa dan Jose Alvares Maciel. Pada tahun 1788
trio ini melancarkan pemberontakan “Illuminati” yang pertama,
“Inconfidencia Mineira”, tetapi pemberontakan itu ditumpas ketika baru
saja berputik oleh raja muda Marquis de Barbacena.
Sementara
itu di Jerman, Adam Weishaupt menyadari kehidupan sebagai Illuminatus
Rex tidaklah seindah seperti yang dibayangkannya. Gundiknya yang
kemudian bunting, menuntut atau membayar kompensasi dengan uang pesangon
yang cukup besar, atau mengawininya. Adam Weishaupt menolak, dan wanita
itu mengancam akan membuka skandal itu ke hadapan publik.
Baron
von Knigge yang merasa berjasa meningkatkan citra “Illuminati” melalui
persekutuan dengan “Freemasonry” menuntut bahwa seharusnya ia diberikan
penghargaan yang sepatutnya, yaitu menjadi ketua bersama pada ordo
tersebut. Adam Weishaupt menolak dan sikapnya ini menyebabkan timbulnya
permusuhan antara kedua tokoh ini, yang berakibat von Knigge
meninggalkan ordo itu pada tahun 1784. Untuk menambah keadaan yang telah
makin buruk, para penulis “Illuminati”, Johann Herder dan Johann
G.Fichte, mulai memukul genderang untuk persatuan Jerman. Seruan mereka
untuk “Ein Yolk und ein Reich” benar-benar bertolak-belakang dengan
rencana Adam Weishaupt yang bercita-cita menghapuskan nasionalisme.
Meski Adam Weishaupt seorang cendekiawan yang cemerlang, ia sama sekali
tidak memiliki kepemimpinan. Ia keras kepala dan angkuh, tidak suka
mendengarkan nasihat para bawahannya.
Watak
itu membuat banyak anggota “Illuminati” rendahan yang tidak senang,
seperti Joseph Utschneider, dan mereka yang tidak senang itu menunggu
saat yang tepat untuk memuaskan dendam mereka. Saatnya tidaklah terlalu
lama. Seorang kurir “Illuminati” di tengah perjalanannya mati disambar
petir. Ketika polisi Bavaria memeriksa mayatnya, mereka menemukan pesan
bersandi dari Adam Weishaupt yang dijahit di antara lipatan bajunya.
Mereka menemukan di dalam lipatan yang dijahit itu apa yang kemudian
dikenal sebagai ‘The Protocols of the Elders of Zion ‘ (‘Protokol dari
para Pinisepuh Zion’) yang menghebohkan.
Apa
yang dinamakan ‘Protokol’ itu merupakan sebuah dokumen yang memuat
sebuah agenda besar dengan tujuan utama untuk penguasaan dunia oleh kaum
Zionis. Pada saat yang kritik inilah Utschneider dan ketiga orang
sahabatnya tampil dan melaporkan kepada penguasa Bavaria segala hal
tentang “Illumninati”. Akibatnya raja Bavaria memberangus ordo itu pada
bulan Agustus 1784.
Adam
Weishaupt akhirnya memang dipecat dari jabatannya sebagai profesor di
Universitaet Ingolstadt dan dikenakan tuduhan mulai dari pengkhianatan
sampai dengan homoseksual. Ia melarikan diri ke Regensburg. Ketika ia
menghadapi masyarakat yang bersikap sama bermusuhannya seperti di tempat
asalnya, ia meneruskan ke Gotha, dimana ia diberi perlindungan oleh
Duke Ernst II, Seorang kawannya, Dr. Schwartz, mengangkut koleksi
buku-buku Cathar, Qabala, dan berbagai ragam buku tentang okultisme
milik Adam Weishaupt ke atas sebuah gerobak sapi dan menggiringnya ke
Moskow.
Konspirator
yang paling cerdas yang pernah hidup itu menjalani sisa masa hidupnya
di Gotha. Ia terlibat dalam kejahatan lain, yaitu Revolusi Perancis
bersama dengan rekan korespondennya Jean-Baptiste Willermoz, seorang
Illuminatus dari Lyons. Dan dalam sisa umurnya ia masih sempat
memberikan ilham kepada generasi baru “Illuminati” yang berlindung di
bawah mantel “Freemasonry”, seperti, antara lain tokoh anarchies Cloots,
Francois Babeuf, dan Filippo Buonarotti.
Adam
Weishaupt meninggal pada tanggal 18 Nopember 1830 di Gotha. Bahkan
dalam matinya ia tetap menjadi seorang tokoh yang penuh kontroversi.
Encyclopedia Catholica Roma tahun 1910 menyatakan Adam Weishaupt telah
bertaubat ketika saat sakarat dan melakukan rekonsiliasi dengan Gereja.
Tetapi penulis riwayat hidupnya, Gary Allen mengklaim, bahwa Adam
Weishaupt sebelum meninggalnya tengah menulis sebuah esei tentang seni
sihir berjudul ‘Two Fragments on a Ritual’ (Ritual Dua Fragmen), ketika
tiba-tiba ia lunglai dan meninggal.
Lebih
dari seabad kemudian dalam Kongres Zionis Internasional ke-1 yang
berlangsung pada tanggal 29-31 Agustus 1897 di Bazel, Switzerland,
dokumen rahasia ‘the Protocols’, disyahkan oleh kongres sebagai acuan
utama gerakan Zionis. Tentang hal itu John Robinson pada tahun 1789
menulis sebuah buku berjudul ‘Proof of a Conspiracy to Destroy All
Governments and Religions’ (Bukti Adanya Persekongkolan untuk
Menghancurkan Semua Pemerintahan dan Agama), telah memperingatkan
masyarakat dunia mengenai agenda kaum Zionis terhadap bangsa-bangsa dan
agama-agama di dunia.
Para
peneliti “Illuminati” meyakini bahwa salah satu konspirasi “Illuminati”
untuk menghancurkan Gereja Katolik Roma ialah upaya kaum Qabalis
membina paham rasionalisme, yang kemudian melahirkan gerakan “Reformasi
Gereja” di Jerman di bawah pendeta Martin Luther, yang berujung dengan
berdirinya gereja Protestan. Para “cendekiawan terpilih”, atau kaum
“Illuminati”, menurut keyakinan Adam Weishaupt, kelak akan mampu
mengambil-alih kepemimpinan dunia dan dengan itu akan mampu melaksanakan
program-program mereka[2].
“Freemasonry”.
Di
atas telah dibicarakan persekutuan “Illuminati” dengan “Freemasonry”
berkat jasa Baron von Knigge. Organisasi apa sebenarnya “Freemasonry”
itu ? “Freemansonry”, muncul sebagai produk kebangkitan kembali ilmu
pengetahuan pada era ‘Rennaissance’ pada abad ke-16 di Eropa. Gerakan
ini muncul sebagai reaksi atas kesewenang-wenangan Gereja Katolik yang
melakukan kontrol total atas kehidupan manusia. Tujuan “Freemasonry”
pada awalnya ialah untuk menentang Gereja Katolik dengan cara
mengaburkan makna kehidupan beragama dengan menafikan kebenaran mutlak
ajaran Gereja (di kemudian hari ajaran agama pada umumnya), dengan
semboyan “semua agama itu benar, karena semuanya menyeru kepada
Kebenaran dan Kebaikan”, Untuk keperluan itu mereka menerbitkan
buku-buku untuk menopang dalil-dalil pemikiran kaum “Freemasonry”.
Pengikut
Adam Weishaupt yang kebanyakan adalah kaum Qabalis, kemudian secara
teratur melakukan infiltrasi ke dalam “Freemasonry” yang pada waktu itu
dipimpin Friederich yang Agung dari Prusia, termasuk Duc d’Orleans.
Untuk kepentingan tersebut Adam Weishaupt membutuhkan dukungan dari
orang-orang kaya Yahudi. Sejak terjadinya infiltrasi itu sulit sekali
membedakan antara “Illuminati” dengan “Freemasonry”. Bahkan logo
“Illuminati” (piramida dengan mata Lucifer di puncaknya), kemudian
digunakan sebagai logo “Freemasonry” di samping logo berbentuk
“siku-siku dengan sebuah jangka”.
Ketika
‘Illuminati’ dibubarkan pada bulan Agustus 1784, mereka dipindahkan
markasnya dari Ingolstadt ke Frankfurt, yang berada di bawah kontrol
keluarga Rothschilds, Tidak lama sesudah itu “uang mengalir dengan deras
ke ‘loji’ Frankfurt, dimana dari sana dirumuskan sebuah rencana yang
didukung dengan pendanaan yang kuat untuk mewujudkan revolusi dunia.”
Sejak itu pula gerakan “Freemasonry” didominasi oleh kelompok Qabala.
Infiltrasi
ini berhasil mencetuskan Revolusi Perancis dengan dukungan
“illuminatus” Perancis. Kemudian dari Jerman dan Perancis gerakan
“Freemasonry” yang sudah dikuasai oleh kaum Qabalis menugasi beberapa
orang revolusioner muda Yahudi untuk menulis ‘Manifesto Komunis’.
“Freemasonry” yang baru ini kemudian membentuk Liga Tokoh-tokoh
Keadilan, yang di kemudian hari diganti namanya oleh Karl Marx, yang
juga seorang Yahudi, dengan nama Liga Komunis. Kelompok ini merupakan
kekuatan yang berdiri di belakang Revolusi Bolshevik, yang tidak lain
sekedar tirai untuK menutupi rancangan mereka. Dengan kenyataan ini,
“Illuminati” setelah ditinggalkan Adam Weishaupt, telah menjelma penuh
menjadi “Freemasonry”.
Robertson,
seorang peneliti sejarah ‘Illuminati’ lainnya menjelaskan tentang
“rencana besar”, yang menurut pendapatnya berhasil menyatukan elit Barat
dan anggota “Freemasonry” dari Uni Sovyet. Konspirasi ini pula menurul
Robertson sebagai latar-belakang terjadinya kup di Moskow pada tahun
1991 oleh ketua KGB Gorbachev, seorang anggota dan tokoh Freemason
Rusia.
Lambang
utama dari Freemasonry berbentuk sebuah jangka diletakkan sedemikian
rupa di atas persegi hingga menciptakan enam ujung atau bintang berujung
enam. Lambang ini hanyalah bentuk lain dari Hexagram-nya Setan. Huruf G
mewakili prinsip generatif seperti obelisk.
Di
permukaan “Freemasonry” membangun citra sebagai gerakan moral dengan
membentuk antara lain gerakan ‘theosofi’ yang berkembang menjadi
quasi-agama, serta gerakan kontradiksinya ‘the Freethinkers’ (“Pemikir
Bebas”), yang secara jelas menyatakan diri sebagai gerakan atheisme (di
Hindia Belanda theosofie masuk pada tahun 1901, demikian juga gerakan de
vrijdenkers, bersamaan dengan masuknya Sneevliet yang membawa paham
komunis). Pendirian berbagai organisasi pro-bono tersebut bertujuan
untuk mengobok obok landasan moral masyarakat, melakukan penyebaran
pemikiran yang bertujuan untuk mengacaukan aqidlah, dan dengan itu
menimbulkan konflik-konflik di dalam masyarakat. Untuk menutupi tujuan
itu, “Freemasonry” di kemudian hari mendirikan perkumpulan yang
berselubungkan sebagai klub charitas eksklusif seperti the Rotary Club,
the Lions, serta LSM-LSM yang bergerak di bidang politik, hukum, serta
lingkungan hidup, dan sebagainya.
The
Rotary Club, misalnya, merupakan perkumpulan eksklusif para pebisnis
terkemuka lokal, regional, dan mondial. Organisasi Rotary didesain
sedemikian rupa sehingga perolehan keanggotaannya itu sendiri merupakan
suatu prestise tersendiri bagi seorang eksekutif. Disebut eksklusif,
karena charter Rotary Club secara eksplisit membatasi jumlah anggotanya
sesuai dengan jumlah bidang bisnis dan profesi yang ada pada masyarakat
setempat. Rotary Club mengadakan konvensi tahunan yang laporan anualnya
menjadi bahan masukan untuk bahan pengembangan strategi bagi gerakan
“Freemasonry“ internasional.
Anggotta Inti “Freemasons”
Sebagai
sebuah organisasi rahasia jarang diketahui siapa saja yang II 1\’11
jadi anggota “Freemasonry”. Anggota “inti”, atau “calon anggota inti”,
makin lebih sulit lagi untuk diketahui oleh publik. Namun biasanya
mereka berasal dari keluarga super-kaya, super-kuasa di dunia, mereka
umumnya tidak tersentuh oleh hukum, dan selalu menghindari penampilan ke
depan publik. Sebagian besar dari mereka tidak pernah masuk daftar
orang paling kaya di dunia versi majalah Forbes, dan sebagainya. Namun
meski dijaga kerahasiaan yang demikian ketat, jumlah anggota inti dan
kebangsaannya masih dapat diketahui.
Struktur Organisasi “Freemasonry”
Jangan
kaget siapa saja yang menjadi anggota inti “Freemasonry” dewasa ini,
yang bertujuan melanjutkan cita-cita para Qabalis, yaitu membangun suatu
“Tata Dunia Baru” (Novus Ordo Seclorum), cita-cita yang telah berusia
4000 tahun, sebagaimana dikumandangkan oleh presiden Bill Clinton
tatkala memasuki Millenium Ketiga. Untuk tahun 2000 mereka ialah
Allaire, Paul Arthur – (Xerox Corp)
Allison, Graham Tillery, Jr. – (Center for National Policy)
Andreas, Dwayne Orville – (Archer Denis Midland Co)
Bartley, Robert Leroy – (Wall Street Journal)
Bergsen, C. Fred – (US Institute for International Development)
Bowie, Robert R. – (Overseas Development Council, Brookings Institute)
Brademas, John – (Texaco)
Brzezinski, Zbigniew – (Center for Strategic and Int’l Studies)
Clinton, Bill – (mantan Presiden A.S.)
Cooper, Richard N. – (Professor di Harvard University)
Corrigan, E. Gerald ) – (Eksekutif Goldman Sachs)
Davis, Lynn E. – (menteri muda luar-negeri A.S.)
Friedman, Stephen James – (Co-chairman Goldman Sachs)
Friedman, Thomas L. – (Kolumnis Sk. The New York Times)
Hesburgh, Theodore Martin – (Rektor University of Notre Dame)
Foley, Thomas Stephen – (anggota US House of Representative)
Gregen, David R. – (asisten khusus presiden Clinton)
Graham, Katharine – (Pimpinan Sk. Washington Post)
Greenberg, Maurice R. – (Wakil Ketua the US Federal Reserve)
Hewitt, William Alexander – (Duta-besar AS di Jamaika)
Holbroke, Richard C. – (Duta-besar keliling A.S.)
Jordan, Vernon Eulion – (Brookings Institute)
Kissinger, Henry Alfred – (mantan Menteri Luar-negeri A.S.)
Lord, Winston – (Asisten Menteri Luar-negeri A.S.)
McCracken, Paul Winston – (Professor di University of Michigan)
McNamara, Robert Strange – (Presiden Bank Dunia)
Mondale, Walter Fritz – (Duta-besar A.S.)
Nye, Joseph S. – (ketua National Intelligence Council)
Ridgway, Rozanne L. – (co-chairman Atlantic Council)
Robinson, Charles W. – (Overseas Development Council, Brookings Institute)
Rockefeller, David – (Chase Manhattan, Exxon Oil)
Scowcroft, Brent – (mantan asisten presiden di National Security Council)
Sonnenfeldt, Helmut – (Brookings Institute, Carnegie Endowment)
Whitehead, John C. – (ketua Brookings Institute)
ZoelIick, Robert B. – (Federal National Morgan Associates)
Sebagai
anggota inti “Freemasonry”, dimana orang-orang itu 90% mengetahui dan
terlibat dalam gerakan membangun “Tata Dunia Baru”, mereka juga menjadi
anggota dari Grup Bilderberg, Council Oil Foreign Relations (CFR),
‘American-Israel Research for Administrative Policies’ (AIRAP), dan
Trilateral Comission [3].
Konspirasi “Freemasonry”
Konspirasi yang dijalankan oleh para tokoh “Freemasonry” sepanjang sejarahnya bertujuan untuk menguasai dunia, dengan cara :
1.
Menggunakan jurus suap dengan uang (money politics, termasuk dalam
pengertian ini bea-siswa), dengan wanita, dan prospek karier, dalam
rangka menggaet tokoh-tokoh yang (potensial) menduduki posisi tinggi di
bidang akademik, politik, ekonomi, sosial, militer, dan lain-lain.
Sasarannya adalah mereka yang, berambisi, yang terpinggirkan, dan atau,
yang tengah terbenam dalam pusaran masalah pribadi, dan sebagainya.
2.
“Freemasonry” bekerja dengan memusatkan pada penguasaan media-massa
cetak, buku-buku, dengan tekanan terutama pada media elektronika.
Jaringan kerja ini berada di bawah pengawasan dan kendali jaringan
media-massa internasional yang dikuasai pemodal Yahudi, seperti Viacom,
Turner, Murdoch, dan lain-lain.Media-massa yang dikendalikan oleh
“Freemasonry” bekerja dengan pola penyajian berita yang secara sengaja
“memelintir” berita, memanipulasi fakta, berita bohong, dan menggunakan
metoda publikasi repetitif secara terus-menerus untuk membangun opini
yang dikehendaki tentang sesuatu topik.
Rancangan Penaklukan Dunia
Judul
ini sedemikian fantastis, sehingga nyaris sulit dipercaya sebagai
kebenaran. Namun itulah yang telah terjadi dan tengah berlangsung.
Setelah mengkonsolidasikan cengkeraman atas keuangan sebagian besar dari
negara – negara Eropa pada pertengahan kedua abad-19, para bankir
Yahudi mulai bekerja memperluas lingkungan pengaruhnya ke ujung-ujung
dunia dalam rangka persiapan mereka melakukan serangan terhadap Amerika
Serikat. Pada dasawarsa pertama abad ke-20 agenda mereka kian nyata
dalam rangka mencapai tujuan untuk mendominasi dunia. Mereka merekayasa
serangkaian perang dunia dengan tujuan untuk mengikis dunia lama untuk
membangun suatu “Tata Dunia Baru”.
Rencana
ini digariskan oleh Albert Pike dengan sangat rinci. Ia sendiri tidak
lain adalah ‘The Souvereign Grand Commander of the Ancient and Accepted
Scottish Rite of Freemasonry’, tokoh puncak “Freemasonry” di Amerika
Serikat. Dalam salah satu suratnya kepada Giuiseppe Mazzini pada tanggal
15 Agustus 1871, Albert Pike menguraikan rancangan kelompok
“Freemasonry” yang kedengarannya nyaris tidak masuk akal.
Dalam
surat yang ditulis pada penghujung abad ke-19 itu, Pike menyatakan PD I
yang “diagendakan” pada awal abad ke-20 dirancang untuk menghancurkan
Czaris Rusia – dan menempatkan negeri yang luas itu ke bawah kekuasaan
para agen “Freemasonry”, Rusia yang baru itu akan dijadikan “momok”
untuk mencapai tujuan-tujuan “Freemasonry” ke seluruh penjuru dunia.
PD
II, dirancang untuk dapat terjadi pada pertengahan abad ke-20 melalui
manipulasi terhadap perbedaan yang ada antara kaum nasionalis Jerman dan
politisi Zionis. Hal ini diharapkan akan menghasilkan perluasan
pengaruh Rusia non-Czaris dan berdirinya Negara Israel di Palestina.
PD
III, direncanakan akan dilaksanakan pada awal abad ke-21 yang bersumber
dari berbagai bentuk perbedaan yang menghasilkan kekacauan dan konflik
oleh agen-agen “Freemasonry”, antara kaum Zionis dengan bangsa-bangsa
Arab, Konflik itu dircncanakan akan meluas ke seluruh dunia.
Masih
menurut surat Albert Pike yang bertanggal 15 Agustus 1871 itu,
“Freemasonry” merancang melepaskan “kaum Nihilis dan Atheis untuk
memprovokasi suatu pergolakan sosial yang dahsyat, dimana dengan segala
kengeriannya akan diperlihatkan dengan sangat jelas kepada seluruh dunia
pengaruh dari atheisme mutlak, kebuasan, yang akan menghasilkan
pergolakan yang bergelimang darah”.
Albert Pike.
“Kemudian
di mana-mana, rakyat akan berhadapan dengan kelompok yang berniat untuk
menghancurkan peradaban, dan mereka dipaksa untuk, mempertahankan diri
menghadapi kelompok minoritas revolusioner. Sementara itu banyak orang
yang merasa tertipu dengan agama Kristen. Sejak itu ummat manusia
kehilangan arah, dan dengan semangat kehendak untuk berketuhanan, mereka
mengidamkan sebuah idealisme, tetapi tidak tahu kemana memberikan
kepasrahan mereka; akhirnya mereka akan menerima cahaya sejati melalui
manifestasi universal doktrin Lucifer yang sejati, yang akhirnya
dimunculkan secara terbuka, suatu manifestasi yang akan menghasilkan
gerakan reaksioner, yang akan disusul oleh kehancuran agama Kristen dan
atheisme, keduanya dikalahkan dan dimusnahkan pada masa yang bersamaan”.
Pada
saat Albert Pike menuliskan suratnya di akhir abad ke-19 itu ada lima
ideologi yang berbeda satu dengan lainnya di panggung dunia yang saling
bertentangan dan tengah berjuang untuk memperebutkan “Liebensraum”
masing-masing. Kelima ideologi itu adalah :
1.
Ideologi para bankir Yahudi yang berhimpun di dalam organisasi rahasia
“Freemasonry”, mereka terdiri dari penguasa keuangan dunia.
2.
Ideologi “Pan Slavik” Rusia yang aselinya digagas oleh raja William
yang Agung. Ideologi ‘Pan-Slavik’ menuntut dihapuskannya Austria dan
Jerman, kemudian harus disusul dengan penaklukan Persia dan India, yang
melahirkan perang antara lnggris dengan Rusia dalam ‘the Great Game’
pada tahun 1848
3.
Ideologi “Asia Timur Raya” digagaskan oleh Jepang. Ideologi ini
menyerukan adanya konfederasi bangsa-bangsa Asia Timur (‘Dai Toa no
Senso’), yang dipimpin oleh Jepang, sebagai “Saudara Tua Asia”.
4.
Ideologi “Pan Jermania” yang mencita-citakan penguasaan politik Jerman
atas benua Eropa, bebas dari supremasi Inggeris di lautan, dan
mengadopsi kebijakan pasar-bebas bagi seluruh dunia.
5.
Ideologi “Pan Amerika”, atau “Amerika untuk bangsa-bangsa Amerika”.
Ideologi ini menyerukan “perdagangan dan persahabatan dengan semua,
tanpa persekutuan”. Ideologi ini menegaskan ulang Doktrin Monroe pada
tahun 1823 [4].
Yang
terlewatkan oleh Albert Pike adalah ideologi “Pan Islamisme” yang ada
pada masa yang sama, yang bertujuan untuk menghimpun negara-negara Islam
di dunia, yang dikumandangkan oleh Sheikh Jamaludin al-Afghani.
Jika
rencana para bankir Yahudi, atau “Freemasonry” itu berhasil, maka
Rusia, Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat, pada akhirnya akan berada di
bawah kekuasaan “Freemasonry”, yang sudah lama merencanakan untuk
menaklukkan dunia. Sebagai Qabalis sejati Albert Pike menyebutnya
rencana itu merupakan suatu karya besar Lucifer yang tidak perlu peduli
untuk mengorbankan nyawa beratus juta ummat manusia dan menimbulkan
kerugian bermilyar-milyar dolar dalam pelaksanaannya. Beberapa di antara
agenda “Freemasonry” itu, seperti PD I dan PD II telah terjadi. Kalau
rancangan itu benar, maka Perang Dunia ke-3, menurut Albert Pike akan
terjadi pada awal abad ke21, dan akan berawal karena masalah Israel
dengan Palestina.
Bendera Freemasonry dengan motto “Ordo Ab Chao”.
Kekacauan Melahirkan Orde.
Rencana
yang dirancang oleh “Freemasonry” untuk mencapai tujuan penaklukan
dunia oleh kaum Qabalis bukan sekedar khayalan. Sejarah membuktikan
agenda kaum Yahudi itu ternyata telah berhasil terwujud. Sepanjang garis
rencana pencapaian tujuan akhir mereka, agenda itu diteruskan oleh para
bankir Yahudi dan kawan-kawan mereka di seluruh dunia dengan cara
menghimpun kekayaan di bidang usaha perbankan dan investasi, real
estate, dan industri. Sebagaimana akan terlihat pada implementasinya,
rencana itu telah dilaksanakan sedemikian mulusnya sampai-sampai hal itu
mendapatkan tepuk-tangan justeru dari kalangan yang akan mereka
hancurkan. Kaum Qabalis mengatakan, ada tiga jenis manusia di dunia,
yaitu :
1. Mereka yang menjadikan sesuatu itu terjadi
2. Mereka yang mengamati hal itu terjadi, dan
3. Mereka yang terheran-heran tentang apa yang terjadi.
Mayoritas
ummat manusia pada umumnya termasuk ke dalam dua kategori terakhir.
Sebagian memiliki “mata untuk melihat” tetapi “tidak mampu melihat” apa
yang tengah berlangsung. Sebagian besar memiliki “telinga untuk
mendengar”, tetapi “tidak memahami” apa yang tengah berlangsung. Lalu di
mana kedudukan Indonesia dalam ketiga kategori kaum Qabalis itu ?
Sasaran “Freemasonry” dan Komite 300.
Sasaran
pertama “Freemasonry” ialah membangun “Satu Pemerintahan Dunia” (“E
Pluribus Unum”), dan “Tata Dunia Baru” (“Novus Ordo Seclorum”), dengan
cara menyusupi dan menguasai Amerika Serikat dan dengan itu membangun
peradaban Barat-Zionis yang mereka yakini akan mampu mempersatukan ummat
manusia, di bawah satu sistem moneter yang berada di dalam kendali
mereka. Thesis Samuel Huntington tentang ‘the Clash of Civilization’ –
perbenturan peradaban Barat dengan peradaban Islam dan Cina -, yang akan
menghasilkan keluarnya Barat sebagai pemenang, sangat besar
kemungkinannya diilhami oleh gagasan kaum Qabalis membangun ‘Novus Ordo
Seclorum’ di atas.
Untuk
itu kaum ‘Freemasons’ dunia mengupayakan untuk menghancurkan secara
tuntas segenap identitas nasional dan kebanggan nasional, yang merupakan
persyaratan yang sangat menentukan, jika konsep “Satu Pemerintahan
Dunia” harus diwujudkan. Perkembangan pada era globalisasi dewasa ini
diarahkan kepada fragmentasi bangsa-bangsa (the end of nation states)
melalui perekayasaan berbagai konflik berdasarkan identitas etnik,
agama, budaya, dan kedaerahan, yang akan memecah-belah negara-negara
nasional yang ada. Agenda itu telah berhasil diimplementasikan di Uni
Sovyet, dan Yugoslavia, tidak tertutup kemungkinan akan menimpa kawasan
Asia Tenggara. Persaingan-bebas diagendakan dipicu mereka untuk
merangsang konflik yang akan memudahkan bagi kaum Yahudi untuk menguasai
sempalan-sempalan negara menjadi “teritori” mereka.
Sasaran
berikutnya adalah membangun kemampuan untuk mengontrol setiap orang
dengan cara “kontrol pemikiran” dengan cara yang disebut oleh Zbignew
Brzezinski “technotronics”, penguasaan publik opini dan pemikiran
melalui media-massa, serta suatu gerakan terorisme internasional, yang
bila dibandingkan dengan ‘Teror Merah’ -nya Felix Dzerzinhski,
membuatnya tidak lebih dari mainan anak -anak semata.
“Freemasonry”
harus mampu mengakhiri seluruh industri dan produksi yang didasarkan
pada tenaga-nuklir yang digerakkan oleh listrik, yang mereka sebut
dengan istilah “masyarakat ‘zero growth’ pasca industri”, terkecuali
industri komputer dan pelayanan yang terkait dengannya. Industri Amerika
Serikat yang “kotor” akan diekspor ke negara-negara seperti Meksiko
dimana buruh-murah banyak tersedia. Sebagaimana dapat disaksikan pada
tahun 1993 agenda ini telah mewujud menjadi kenyataan melalui jalur the
North American Free Trade Agreement atau NAFTA. Mereka yang tidak
mendapatkan pekerjaan yang layak di Amerika Serikat, dalam rangka
kehancuran industri itu, akan menjadi pencandu madat opium-heroin, atau
sekedar tercatat dalam statistik dalam rangka eliminasi “kelebihan
penduduk” seperti yang kini dibocorkan dengan istilah ‘Global 2000 ,
Tidaklah mengherankan bila George W.Bush, Sr. tatkala menjadl kepala CIA
dikenal dengan nama julukan George ‘Poppy” Bush (“poppy” artinya
candu), sehubungan konon dengan perannya dalam perdagangan gelap heroin
melalui jaringan CIA di Amerika Tengah ke seluruh dunia. Serangan ke
Afghanistan oleh anaknya George W.Bush, Jr. bukan saja untuk menguasai
simpanan minyak dan gas ketiga terbesar di dunia yang ada di Cekungan
Kaspia, tetapi juga dicurigai untuk menguasai ladang candu terbesar di
dunia yang ada di Afghanistan, yang kini dihidupkan kembali oleh
kelompok Aliansi Utara setelah ladang-ladang itu dihancurkan oleh
Taliban pada tahun 1990-an.
Penghancuran
masyarakat dilakukan oleh ‘Freemasonry’ dengan mendorong, dan pada
akhirnya, melegalisasikan pemakaian madat dan menjadikan pornografi
sebagai suatu “bentuk seni”, yang lambat laun akan diterima, dan pada
akhirnya menjadi hal yang jamak di dalam masyarakat. Dari penelitian
yang dilakukan ternyata majalah-majalah pornografi yang diterbitkan dan
tumbuh menjamur di Indonesia didukung oleh dana dari kelompok bisnis
Yahudi.
Untuk
mencapai depopulasi di kota-kota besar dilakukan “eksperimen” seperti
yang dijalankan oleh rejim Pol Pot di Kamboja. Menarik untuk dicatat
bahwa rencana Pol Pot yang mengerikan itu justru dirancang di Amerika
Serikat oleh salah seorang periset Club of Rome (salah satu kelompok
terkenal dan berwibawa terhadap pemikiran-pemikiran ekonomi yang
diciptakan dan disponsori oleh orang-orang Yahudi sedunia), dan
eksperimen itu diawasi oleh Thomas Enders, seorang Yahudi pejabat tinggi
di departemen luar-negeri Amerika Serikat. Juga menarik untuk diamati,
bahwa salah satu komite di Club of Rome tengah berusaha menempatkan
kembali tokoh-tokoh pengikut Pol Pot ke panggung kekuasaan di Kamboja.
Lambang Dinas Intelejen Inggris MI5, berbentuk segitiga dengan sebiji mata dibawah huruf I
Sasaran
depopulasi tidak terkecuali juga untuk lndonesia. Pemerintah Australia
pada tahun 1946 berencana untuk mengurangi populasi Indonesia. Pada
Januari 1947, F.G. Shedden, Menteri Pertahanan Australia saat itu,
mengundang Sir Macfarlane Burnet (peraih Nobel Prize pada tahun 1960
dalam bidang ilmu kedokteran) untuk membicarakan mengenai masalah ini.
Di tahun itu pula dibentuk panitia kecil untuk Komite Pengembangan
Persenjataan dan Peralatan Mutakhir dimana Sir Mcfarlane ada di
dalamnya. Pengamat Freemasonry, Jeff Rense, memuat rencana ini dalam
kolom “Population Control” di situs internetnya. Sangat boleh jadi
oknum-oknum Freemason di Departemen Pertahanan Australia
merencanakannya. Bisa juga Sir Mcfarlane sendiri adalah seorang,
Freemasonry, karena orang waras tidak mungkin mempunyai rencana sejahat
ini.
Dalam
laporan rahasia di tahun 1947 Sir Macfarlane merekomendasikan untuk
mengembangkan senjata biologi dan kimia dengan sasaran tanaman-tanaman
pertanian dan penyebaran penyakit menular di Indonesia. Dalam memo Sir
Macfarlane kepada Departemen Pertahanan Australia disebutkan bahwa
Australia sebaiknya mengembangkan senjata biologi yang hanya bekerja
efektif di iklim tropis tanpa bisa menyebar ke Australia yang mempunyai
iklim sedang.
Disebutkan
pula dalam memo tersebut bahwa “Di negara dengan sanitasi yang rendah
pengenalan penyakit asing lewat pencernaan, contohnya lewat kontaminasi
air, akan memulai penyebaran yang meluas”. Ia pula menambahkan bahwa
“Memperkenalkan penyakit kuning dengan perantara nyamuk akan
mengakibatkan wabah besar-besaran sebelum penangkalnya ditemukan”.
Panitia kecil ini merekomendasikan bahwa “kemungkinan penyerangan
penyediaan makanan Indonesia menggunakan bahan senjata kimia akan
dipelajari oleh kelompok kerja kecil”. Tidak lupa disebutkan bahwa
“penggunaannya memberikan keuntungan yang luar biasa dikarenakan tidak
menghancurkan potensi industri yang ada dan dapat diambil alih dalam
keadaan utuh”[5].
Segala
penelitian dan perkembangan ilmiah harus ditekan, terkecuali yang
dianggap akan memberikan manfaat kepada kepentingan gerakan
“Freemasonry”. Sasaran khusus ialah mendorong eksperimen tenaga nuklir
untuk maksud-maksud damai. Secara khusus yang dibenci adalah eksperimen
fusi yang akhir-akhir ini dicemooh dan dilecehkan oleh “Freemasonry” dan
kaki-tangannya di media-massa. Pengembangan obor-fusi akan
menghancurkan konsepsi “Freemasonry” mengenai “sumber-suber daya alam
terbatas” secara telak. Suatu obor-fusi bila dilaksanakan secara benar,
akan menciptakan sumber-sumber daya alam yang bukan saja tak-terbatas,
tapi juga belum tersentuh, bahkan dari bahan-bahan yang sangat biasa.
Manfaat penggunaan obor-fusi tidak terhingga, dan akan memberikan
manfaat kepada kemanusiaan sedemikian rupa, hanya saja pemahaman tentang
hal itu masih sayup-sayup.
Sasaran
“Freemasonry” juga mencakup agenda untuk mendorong terjadinya kelaparan
dan bencana penyakit di Dunia Ketiga dengan target matinya tiga milyar
manusia di negara-negara berkembang pada tahun 2050, yang menimpa mereka
yang oleh kaum Yahudi disebut sebagai “manusia tak berguna”, dan hal
ini akan berdampak dengan “perang terbatas” di negara-negara maju.
‘Komite 300′ yang diketuai Cyrus Vance, mantan menteri luar-negeri
Amerika Serikat, ditugasi menulis makalah dengan inti persoalan
bagaimana merealisasikan genosida tersebut. Makalah itu dikeluarkan
dengan judul “Global 2000 Report” serta diterima dan disetujui untuk
dilaksanakan oleh bekas presiden Jimy Carter, dan Edwin Muskie, pada
waktu itu menteri luar – negeri Amerika Serikat. Berdasarkan ketentuan
“Global 2000 Report populasi Amerika Serikat akan diturunkan sebesar 100
juta pada tahun 2050.
Untuk
mendemoralisasikan kaum buruh, di negara-negara industri harus
diciptakan pengangguran melalui politik keuangan yang akan menghasilkan
resesi spiralik. Bila lapangan-kerja merosot, sesuai kebijakan “zero
growth pasca-industri” yang diperkenalkan oleh the Club of Rome, buruh
yang mengalami demoralisasi dan kehilangan semangat kerja akan
terperangkap kepada alkohol dan obat-bius. Pemuda diberi semangat dengan
musik rock disertai dengan madat agar memberontak terhadap status quo
yang ada, sekaligus menghancurkan ikatan satuan keluarga. Dalam hal ini
‘Komite 300′ menugasi Tavistock Institute untuk menyiapkan cetak-birunya
dengan pengarahan dari Stanford Research, lembaga riset bergengsi dari
Stanford University. Kerja besar itu diserahkan kepada Prof. Willis
Harmon. Karya yang mereka hasilkan ini terkenal dengan nama “Aquarium
Conspirasy”.
Untuk
mencegah jangan sampai masyarakat di mana-mana mampu menentukan nasib
mereka sendiri, maka perlu diciptakan krisis demi krisis, kemudian
“membina” krisis-krisis tersebut. Keadaan ini akan menimbulkan
kebingungan dan mendemoralisasikan masyarakat sedemikian rupa, dan
akhirnya akan tercipta sikap masa-bodoh dalam ukuran yang luas. Untuk
Amerika Serikat sebuah badan yang diberi nama “Manajemen Krisis” telah
dibentuk. Badan itu diberi nama the Federal Emergency Management Agency
(FEMA) yang dibenluk pada tahun 1980.
Di
bidang budaya “Freemasonry” membentuk pusat-pusat kultus baru bagi kaum
muda, seperti grup musik gangster the Rolling Stones (sebuah kelompok
gangster yang banyak disukai oleh kaum bangsawan “hitam” Eropa), dan
semua kelompok rock yang diciptakan oleh Tavistock yang semula dimulai
dengan the Beatles.
“Freemasonry”
harus meneruskan membangun paham fundamentalisme Kristen yang telah
dimulai oleh seorang pelayan British East India Company bernama Darby
pada abad ke-18, yang di kemudian hari disalah-gunakan untuk memperkuat
negara Zionis Israel. Caranya ialah membuat mereka mengidentifikasikan
dirinya sebagai bagian dari budaya Yahudi dengan cara berpikir Yahudi,
melalui penekanan ajaran mereka pada Kitab Perjanjian Lama. Usaha itu
harus diikuti dengan memberikan sumbangan uang dalam jumlah yang
substansial untuk membuat mereka itu menyangka tindakan mereka itu
sebagai ibadah untuk memperluas agama Kristen.
“Freemasonry”
juga harus menekan penyebaran agama Islam, Sikhs, dan lain-lain. Untuk
itu harus dapat diciptakan iklim yang akan mendorong perang terhadap
negara-negara Islam yang mendukung gerakan fundamentalisme Islam, seraya
melakukan sekularisasi Islam melalui kaum intelektual mereka yang
dididik di Barat.
Sasaran
selanjutnya adalah mengekspor gagasan “theologi pembebasan” ke seluruh
muka bumi dengan tujuan merusak agama yang ada, terutama agama Kristen.
Sasaran ini dimulai dengan “Teologi Pembebasan” melalui Ordo Jesuit
Katolik. Ordo Jesuit dipilih karena peran mereka yang kuat di bidang
pemikiran dan kegiatan politik. Sebagai contoh, salah satu organisasi
yang dikendalikan oleh “Freemasonry” yang terlibat dalam kegiatan yang
disebut sebagai “theologi pembebasan” itu adalah organisasi Missionary
Mary Knoll yang berorientasi komunis. Gerakan ini mulai mendapat
perhatian sebagai akibat terbunuhnya konon empat orang “sisters” dari
Missionary Mary Knoll yang mendapatkan liputan yang luas dari
media-massa. Keempat orang “sisters” itu sebenarnya adalah agen-agen
subversif komunis yang telah lama diikuti oleh pemerintah El Salvador.
Pers dan media-massa Amerika yang dikuasai oleh pemodal Yahudi menolak
memberi ruang atau liputan kepada berkas-berkas dokumen yang dimiliki
pemerintah El Salvador, yang membuktikan pekerjaan apa sesungguhnya yang
dilakukan oleh keempat “sisters” tersebut. Missionary Mary Knoll
menjalankan tugas di banyak negara, dan menduduki peran penting dalam
penyebaran paham komunis ke Rhodesia, Mozambique, Angola, dan Afrika
Selatan. Gerakan “theologi pembebasan” Ordo Jesuit di berbagai negara
harus diacu untuk menyebarkan paham “demokrasi sosial”, suatu versi
komunis baru.
Sasaran
berikutnya adalah untuk menimbulkan kekacauan ekonomi dunia secara
total, dan dengan itu menyertakan kekacauan politik dunia secara total
pula. Untuk itu “Freemasonry” perlu mengambil alih kontrol atas
kebijakan luar-negeri Amerika Serikat.
“Freemasonry”
memberikan dukungan penuh kepada lembaga supra-nasional seperti PBB,
IMF, World Bank, the Bank of International Settlements, Mahkamah Dunia,
dan sejauh mungkin membuat lembaga lokal tidak lagi berfungsi efektif,
dengan cara berangsur-angsur melangkahi mereka, atau membawa persoalan
mereka ke bawah mantel PBB.
Gerakan
“Freemasonry” merasa perlu menginfiltrasi semua pemerintahan yang ada
di dunia, dan dari dalam bekerja untuk menghancurkan integritas
kedaulatan negara yang bersangkutan. “Freemasonry” harus mampu
menghancurkan sistem pendidikan nasional dimana pun secara tuntas. (Tim
Dakwah Al Hikmah/alhikmah.ac.id)
Daftar Pustaka
1. M. Alomari : ‘The Secrecy of Evil’, 1999.
2. Joseph Trainor, ‘Adam Weishaupt – The New World Order and Utopian Globalism’, UFO Roundup, Vol. 5, No: 6; 2001.
3. Robert Gaylon Ross, Sr., ‘Who is Who of the Elite’.
4. A.H. Granger, ‘England the World Empire’, 1916, h.173.
5. Brendan Nicholson, ‘Our Secret Plan for Biological Weapons’, Sunday Herald Australia, 10 Maret 2002.