Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label kajian Berita. Show all posts
Showing posts with label kajian Berita. Show all posts

JK Dukung Militer Sapu Bersih ISIS di Poso


Wakil Presiden Jusuf Kalla mendukung aparat militer yang akan menumpas kelompok teroris ISIS di Poso. Menurutnya, di Poso masih banyak sumber-sumber teror yang bersembunyi.
Bahkan, ia mengatakan masih banyak pula sejumlah kelompok yang dilatih oleh kelompok radikal. "Ya tentu itu kan Poso masih banyak unsur-unsur yang dilatih oleh yang radikal, sumber-sumber teror, karena itu polisi, tentara, harus menyelesaikan itu," katanya di Bandara Adi Soemarmo, usai meninjau Pasar Klewer di Solo yang baru saja terbakar, Senin (29/12).

Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo mengatakan pemerintah akan menumpas kelompok teroris di Poso, Sulawesi Tengah. Kelompok teroris ini juga disebut-sebut telah memasuki Poso.

Menurut Tjahjo, perintah ini langsung diberikan oleh Presiden Joko Widodo agar TNI dikerahkan untuk menyapu bersih kelompok-kelompok yang sering melakukan aksi teror pada Januari 2015.

Mendagri juga telah mendeteksi 100 warga dari luar Indonesia yang masuk ke Poso, Sulawesi Tengah untuk berjihad. Hal ini pun, lanjutnya, harus segera diantisipasi oleh pemerintah.

Ia menegaskan pemerintah tidak akan mentolelir kelompok-kelompok yang akan memecah persatuan dan kesatuan bangsa.

(Source)

Menakar Kapasitas Jokowi


Sudah tiga bulan lamanya Jokowi memegang tampuk posisi tertinggi di negeri ini. Selama kurun waktu yang hanya seumur jagung tersebut, ternyata Jokowi sudah berhadapan dengan sejumlah peristiwa yang menjadi batu ujian bagi kapasitasnya sebagai presiden.
Peristiwa itu dimulai dari tarik ulur kepentingan politik saat pembentukan kabinet. Disusul dengan perseteruan di DPR antara dua kubu yang bersaing di pilpres. Kubu yang mestinya melumer seiring berakhirnya masa pilpres itu malah sempat semakin semakin mengkristal. Lalu, ada polemik soal eksekusi hukuman mati yang sempat mencuatkan kemungkinan memburuknya hubungan diplomatik Indonesia dengan sejumlah negara sahabat. Dan kini, Jokowi dihadapkan kepada situasi yang sangat krusial, yaitu perseteruan antara dua institusi vital negara ini: KPK versus Polri.

Konflik-konflik di atas tentu saja akan sangat memecah konsentrasi kinerja kabinet Jokowi dalam membangun negeri. Perhatian Jokowi pastilah saat ini lebih terfokus kepada penyelesaian kasus ini ketimbang menggerakkan dan memonitor kinerja para menterinya untuk bekerja dalam rangka membangun negara. Untuk sementara, jargon “kerja, kerja, kerja” seakan tenggelam di tengah hiruk-pikuk konflik.

Jokowi sadar, konflik-konflik ini juga tidak mungkin diabaikan begitu saja. Berpolitik dan manajemen konflik adalah bagian yang tak mungkin terpisahkan dari lembaga kepresidenan. Mengabaikannya adalah bunuh diri. Tapi, justru di sinilah kita akan bisa menilai kemampuan seorang Jokowi dalam kapasitasnya sebagai seorang kepala pemerintahan. Apapun yang akan dilakukan Jokowi akan menunjukkan apakah dia layak atau tidak berada di posisi paling bergengsi ini.

Sampai sejauh ini, tingkat kepercayaan masyarakat kepada Jokowi menunjukkan trend yang cenderung terus menurun. Gegap gempita ekspektasi yang ditunjukkan oleh masyarakat (terutama para pendukung Jokowi) kini tidak lagi kelihatan. Bahkan para relawan yang tergabung dalam Konser Salam Dua Jari sudah terang-terangan menyatakan kekecewaan mereka.

Mereka kecewa karena Jokowi yang begitu mereka puja ternyata tetap mencalonkan Komjen Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri. Mereka juga kecewa karena di saat konflik memuncak yang ditandai dengan penangkapan Bambang Widjojanto ditangkap, statemen Jokowi sangat datar dan normatif. Alhasil, Jokowi dianggap gagal memenuhi ekspektasi mereka yang telah begitu menggebu mendukungnya; mereka yang begitu optimis bahwa Jokowi akan mampu menjadi pemimpin terbaik Indonesia.

Mengapa bisa terjadi seperti ini? Mengapa kita umumnya dikecewakan dengan kinerja orang yang sudah kita dukung mati-matian? Mengapa kalau sudah urusan jabatan politik, ekspektasi kita sering kali terhempas di udara kosong?

Inilah masalah yang sering diabaikan oleh sebagian besar dari kita. Akal sehat kita menyatakan bahwa harus ada sinkronisasi yang jelas dan terukur antara tugas-tugas dan syarat-kriteria. Hal ini kita terapkan secara ketat untuk jabatan-jabatan di perusahaan. Kita hanya akan mempekerjakan seseorang untuk jabatan manajer, dengan tugas-tugas A-B-C-D, jika orang tersebut memenuhi syarat dan kriteria yang sesuai dengan tugas-tugasnya itu. Kita buat kriteria, syarat, dan alat ukurnya secara ketat.

Sayangnya, hal yang sama tidak tampak untuk pengisian pos dan jabatan paling vital di negara ini, yaitu jabatan presiden. Tugas dan kewenangan presiden ini sangat besar dan krusial. Kewenangannya dalam hal grasi dan amnesti membuat keputusan-keputusannya terkait langsung dengan nyawa seseorang. Presiden juga punya hak menyatakan perang yang menjadi pertaruhan hidup-mati dan martabat bangsa.

Lalu, bagaimana dengan kriteria seseorang untuk menjadi presiden? Sama sekali tidak relevan. Kriterianya sangat mengambang. Tolok ukur yang dibuat juga tidak jelas. Syarat utama menjadi presiden di negara kita hanyalah popularitas dan dukungan politik. Inilah yang menyebabkan sejumlah seniman yang populer dengan percaya diri menyatakan siap menjadi presiden. Dengan kriteria yang sangat longgar seperti itu, mereka memang sah-sah saja menjadi kandidat.

Tentu saja, hal ini tidak berarti bahwa rakyat Indonesia telah salah memilih Jokowi-JK, dan seharusnya menjatuhkan pilihan kepada Prabowo-Hatta. Prabowo dan siapapun juga belum tentu mampu menanggung beban ini. Tokh, mereka juga tidak diharuskan memenuhi syarat dan kriteria yang relevan.

Malam hari, pasca pelantikannya sebagai presiden, wajah Jokowi terlihat sangat lelah, meskipun tetap mengumbar senyum dan meladeni bersalaman dengan orang-orang di luar pagar istana yang berteriak-teriak histeris menyebut namanya. Saat itulah Jokowi berkata dengan nada gamang, “Ekpektasi mereka terlalu tinggi.”

(Source)

Menyoal Keseriusan Pemerintah Membasmi Terorisme


Pada bulan November 2013, seorang gadis berusia 19 tahun, Aqsa Mahmood, memeluk erat ayahnya sebelum pergi. Ia berkata,”Khuda hafiz,” yang artinya, “semoga Allah menjagamu.” Sebuah pelukan panjang untuk mengucapkan selamat tinggal.
Ia lantas meninggalkan keluarganya di Glasgow, Skotlandia. Aqsa pergi, bukan untuk belajar ataupun bekerja ke luar negeri. Ia pergi, untuk bergabung dengan kelompok teroris transnasional Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

Empat hari kemudian, Aqsa sampai di perbatasan Turki-Suriah. Sebelum benar-benar memasuki Suriah, ia masih sempat mengajak orangtuanya untuk mengikuti jejaknya: bergabung dengan ISIS.

Tak lama berselang, Aqsa pun muncul di media sosial dengan penampilan barunya. Ia berfoto sambil memegang senapan AK-47, dan menyerukan jihad untuk melawan Barat.

***

Baru-baru ini, publik kembali dibuat terhenyak ketika tiga orang gadis remaja asal Inggris berhasil menerobos masuk ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok teroris ini. Para peneliti menduga, Aqsa adalah salah seorang yang turut memainkan peran dalam menjaring ketiganya.

Aqsa, melalui tulisan-tulisannya di Tumblr sejak meninggalkan Skotlandia, secara intens menyerukan jihad. Orangtuanya merasa begitu terpukul dengan kejadian ini.

“Anda adalah aib bagi keluarga dan orang-orang Skotlandia. Dengan melakukan ini (bergabung dengan ISIS-red), Anda telah membunuh keluarga. Kami meminta Anda berhenti jika Anda masih mencintai kami,” demikian pernyataan dari keluarga Aqsa, seperti dirilis CNN, 23 Februari 2015.

Apa yang terjadi pada Aqsa Mahmoud, maupun para gadis dan pemuda dari berbagai negara merupakan contoh pola rekruitmen ISIS, yang menggunakan kekuatan media sosial. Berangkat dari sebuah pemahaman yang keliru tentang agama dan konflik berdarah di Timur Tengah, calon jihadis pun didapat.

***

Jika diperhatikan di Tanah Air, jaringan media pro-ISIS telah menjamur baik yang berupa portal berita maupun jejaring sosial. Anehnya, meski pemerintah Indonesia telah secara resmi melarang ideologi ISIS, namun entah mengapa, situs-situs pendukung ISIS tetap dibiarkan eksis.

Dari laporan The Jakarta Post, Senin, 8 Desember 2014, menurut Kepala Komisaris BNPT Jenderal Saud Usman Nasution, diperkirakan sekitar 514 WNI telah berada di Irak dan Suriah, dan setengahnya berasal dari para mahasiswa dan TKI yang sebelumnya berada di negara-negara Timur Tengah.

Angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara pemasok jihadis ISIS yang terbesar di Asia Tenggara. Dari berbagai laporan disebutkan, Malaysia memasok sekitar 40 orang, Filipina 200 orang, dan Australia 60 orang.

Mungkinkah jumlah ini akan bertambah? Kemungkinan ini tidak tertutup, walaupun Indonesia telah mengetatkan pemeriksaan di kantor imigrasi.

Peluang ini akan membesar seiring dengan aktifnya penyebaran doktrin ISIS yang tidak hanya melalui media sosial, melainkan juga melalui deklarasi/ baiat/ seminar yang diadakan di berbagai kota di Indonesia.

Jika di Indonesia tetap bermunculan Aqsa-aqsa lainnya, maka yang harus bertanggung jawab dalam hal ini adalah pemerintah. Banyak hal yang bisa dilakukan, namun hingga hari ini tetap diabaikan. Apa yang sebenarnya terjadi, antara pemerintah kita dan terorisme?

(Source)

Ulama, Juru Damai Atau Pendukung Konflik?


Agresi Arab Saudi dan sekutunya ke Yaman tak hanya menyulut reaksi sejumlah pengamat politik dan aktivis anti perang di Tanah Air, tapi juga menyeret beberapa orang yang mengklaim dirinya sebagai “Ulama Indonesia” ikut-ikutan unjuk sikap dengan mendatangi kantor kedubes Arab Saudi, Sabtu (11/4/2015) lalu.
Apakah langkah itu semata ingin menunjukkan kepentingan dan keberpihakan kepada Arab Saudi selaku agresor? Ataukah karena hal itu justru dianggap bagian dari tugas keulamaan mereka?
 
Untuk mengetahui seperti apa seharusnya kalangan ulama menyikapi kondisi politik di negara lain khususnya terkait sikap mendukung atau menolak, baik perang maupun perdamaian, berikut ini petikan wawancara timABI Press dengan cendekiawan muslim Dr. Muhsin Labib.

Apa sebenarnya ulama itu?

Ulama itu dalam bahasa arab kata jamak dari ‘alim. Secara kebahasaan artinya adalah orang yang berpengetahuan. Orang yang mengetahui itu disebut alim, siapa saja yang mengetahui sesuatu dia disebut alim. Tapi sebagai sebuah predikat permanen secara terminologis, ulama itu artinya adalah sekumpulan orang atau beberapa orang yang mengetahui bidang agama.

Kemudian di Indonesia kata ulama itu memiliki makna singular atau plural, satu orang disebut dengan ulama atau alim mestinya. Secara terminologis artinya agamawan, orang-orang yang mengurusi bidang agama atau ahli dalam bidang agama. Tapi kalau kita melihat arti ulama secara keagamaan, substansi ulama adalah seperti yang disebutkan dalam kitab suci al-Quran yaitu siapa yang paling takut kepada Allah, yang takut kepada Allah adalah orang-orang yang berpengetahuan, adalah orang-orang yang mengetahui kedudukan Allah. Nah, itulah yang disebut dengan ulama.

Jadi ulama secara substansial adalah orang yang takut kepada Allah, sebab pengetahuannya tentang Allah dan kebesaran Allah, pengetahuannya tentang agama dan semuanya, maka dia takut kepada Allah. Itu secara substansial. Tapi secara fenomenologis atau secara kenyataannya ulama adalah sebuah atribut yang dilekatkan pada orang-orang tertentu atau diklaim oleh orang-orang tertentu yang disebut ulama.

Di Indonesia secara khusus, memang tidak ada kriteria baku, tidak juga ada proses seleksi yang ketat, sehingga siapa saja bisa dengan mudah disebut ulama, siapa saja bisa menyebut dirinya ulama, siapa saja bisa membuat lembaga yang mengatasnamakan ulama, membawa nama ulama, dan lain sebagainya.

Dalam kenyataannya, di sini ada lembaga yang secara umum populer itu dianggap sebagai merepresentasikan ulama, padahal tidak harus berada di situ dan tidak juga mereka yang ada di situ juga bisa dianggap mewakili ulama dalam pengertian umum, mewakili pandangan agama semua umat Islam yang ada di Indonesia. Tapi masyarakat awam menganggapnya lembaga itu secara resmi merupakan representasi dari umat Islam, sebagai tempat pemuka-pemuka Islam di Indonesia. Jadi memang longgar, siapa saja bisa jadi ulama, makanya ada sebutan derivat dari ulama yaitu, kyai, ustaz, mubalig dan lain sebagainnya. Berbeda dengan di negara lain seperti di Iran dan Mesir, ada kriteria khusus bagi seseorang untuk disebut ulama. Kalau di sini kan siapa saja bisa disebut ulama sehingga yang bener-bener ulama dengan yang mirip ulama atau ulama gadungan tidak bisa dibedakan. Sebab masyarakat mengukurnya dari situ.

Yang lebih memprihatinkan lagi karena sudah disebut ulama, semua urusan agama itu seakan-akan sudah diserahkan kepadanya, sehingga posisi yang lain itu betul-betul tidak berhak ikut menentukan mana yang benar, mana yang salah. Semuanya sudah diserahkan dan ditentukan ulama. Nah, di sini cenderung terjadi manipulasi, pemanfaatan. Kadang tujuannya untuk bisnis, untuk kepentingan-kepentingan tertentu, digunakanlah nama ulama, agama dan lain sebagainnya. Ini yang memprihatinkan.
 
Karena itu masyarakat harus pandai-pandai memperhatikan mana yang bener-bener ulama dan mana yang tidak. Disebutkan dalam sebuah syair oleh seorang penyair Iran terkenal bernama Sa’di, “Betapa sulitnya menjadi manusia, betapa mudahnya menjadi ulama.” Artinya, di sini ingin menunjukkan bahwa manusia itu substansi sedangkan ulama itu predikat, atribut yang bisa disandangkan. Tapi manusia yang menjunjung tinggi etika dan logika, barulah disebut ulama.
 
Tapi dalam kenyataannya, orang-orang yang menyandang predikat ulama atau orang-orang yang mengklaim dirinya ulama ini malah seringkali tidak berpikir logis dan tidak bertindak etis.  Karena begitu mudahnya orang mengaku ulama, maka kita harus hati-hati tentang itu.
 
Tugas-tugas ulama itu apa saja? Apakah juga bertugas memberikan dukungan kepada negara tertentu yang sedang berkonflik?
 
Kalau di al-Quran disebutkan memang diharuskan bagi sekelompok orang untuk mengutus beberapa orang untuk mendalami agama sehingga setelah mempelajari kembali ke masyarakatnya menjadi orang-orang yang selalu memberikan peringatan-peringatan tentang ajaran agama, dosa-dosa dan lain sebagainnya. Itu yang ada dalam al-Quran dan banyak sekali ayat-ayat al-Quran yang memang mengutamakan ilmu.
 
Ulama itu artinya berilmu, ulama itu bukan tampilan. Kalau tidak berilmu ya tidak bisa disebut ulama. Ulama itu ya mestinya karena alim. Ulama, ilmu, ‘alim. Itu kan sudah sambungannya, itu satu rangkaian. Nah, artinya dia harus benar-benar memiliki kapabilitas selain alim. Itu yang lebih penting. Seandainya dia pandai pun, seandainya dia berilmu pun, itu tidak cukup.

Tapi harus juga berperilaku sesuai dengan ilmunya. Nah, sementara di sini orang yang disebut alim itu hanya yang ngomong, yang kerjanya nyuruh orang. Lha kalau cuma nyuruh itu, ya buat apa? Orang alim yang sebenarnya dalah yang amil, dia tidak menyuruh sesuatu kecuali dia melakukannya. Dia tidak melarang sesuatu yang buruk kecuali dia sendiri tidak melakukannnya.
 
Tapi kenyataannya kan tidak. Dia hanya seperti mesin, hanya ngomong. Setelah itu, apakah yang disampaikan mencerminkan perilaku? Apakah dia mencerminkan perilaku itu? Ternyata tidak mesti juga. Nah, ulama itu tugas utamanya adalah menjelaskan agama, mengayomi masyarakat, menjadi perekat. Bukan malah membingungkan, bukan malah berpihak, bukan malah menjadi pemicu keributan, konflik, dan lain sebagainya.
 
Yang Anda tanyakan tadi bagaimana sih kok ulama itu tiba-tiba memberikan dukungan? Soal ini saya mempunyai beberapa catatan, beberapa poin yang perlu diperhatikan. Pertama, konflik satu negara dengan negara lain itu sendiri adalah salah bila kita mencampurinya. Artinya, ketika ada sebuah negara mencampuri urusan negara lain, itu sendiri adalah sebuah tindakan salah. Memberikan dukungan lebih salah lagi. Dalam kasus Saudi dan Yaman, saudi mencampuri negara lain. Di mana saja, mau Saudi mau negara manapun, itu tindakan yang tidak bisa dibenarkan, dengan alasan apapun!

Walaupun alasannya itu adalah menolong negara tetangga?
 
Walaupun alasannya adalah menolong negara tetangga. Karena yang berhak menentukan negara itu sendiri adalah rakyatnya.
 
Kalau alasannya adalah al-Quran yang menyebutkan, “jika salah satu pihak menolak kesepakatan damai, maka perangilah”?
 
Nah, mereka yang menentukan siapa yang menjadi juru damai, ini yang bermasalah. Kalau ayatnya iya, tapi kemudian mengklaim dirinya sebagai juru damai? Kenapa tidak menyelesaikan Palestina yang lebih dulu? Saya kira tidak ada model begitu. Ketika orang ingin menjadi juru damai, ya harus diterima oleh kedua belah pihak. Kalau dia sudah berpihak kepada salah satu pihak, maka tidak bisa lagi menjadi juru damai. Apalagi fakta-fakta sudah menunjukkan, tidak ada ceritanya orang ingin mendamaikan dengan cara malah menghancurkan.

Karena berdasarkan pada ayat tersebut, ketika didamaikan tidak bisa…?
 
Faham, saya katakan ayat itu soal siapa yang ingin mendamaikan? Ini kan berposisi, lho Anda ini siapa? Yang mendamaikan itu harusnya pihak yang diterima oleh kedua belah pihak, aklamasi masyarakatnya menerima itu. Ketika masyarakatnya menolak, berarti Anda tidak bisa memaksakan diri mengaku sebagai juru damai. Itu bukan juru damai, tapi punya kepentingan untuk menetapkan satu pihak tertentu menang atas pihak lain. Jadi, mau Saudi, atau negara manapun, saya tidak bicara Saudi secara khusus, tapi negara manapun, mencampuri urusan orang lain itu tidak boleh. Mencampuri urusan negara lain, mencampuri rumah tangga orang lain, mencampuri dalam hal apapun, dia tidak punya hak melakukan itu.
 
Kalau negara tetangga tersebut meminta bantuan pertolongan dari negara terdekat?
 
Nah, minta tolong itu kan harus mewakili siapa yang minta tolong, dia kan harus merepresentasikan masyarakat. Ini tidak ada buktinya, apalagi satu orang yang lari malah minta tolong. Dia yang lari itu mestinya ditangkap, karena dia meninggalkan rakyatnya. Dengan dia lari itu  berarti dia tidak merepresentasikan masyarakatnya, jelaslah.
 
Saya lari dari rumah karena diusir oleh yang punya rumah, lalu saya mengatasnamakan yang punya rumah itu. Ndak ada logika yang bisa menerima, itu logika yang paling sederhana, idiot saja tidak bisa membenarkan itu. Kemudian kalau tujuannya mendamaikan itu, bukan kemudian dia mengirimkan tentaranya, jet-jetnya untuk ngebom. Sekarang sudah hampir lebih dari 500 anak dan perempuan meninggal, karena keinginan Saudi untuk menjadi juru damai ini. Jadi jelas tidak ada yang bisa membenarkan itu.
 
Alasan lainnya adalah untuk mengamankan kota suci Mekah dan Madinah agar pelaksanaan ibadah haji tidak terganggu, sebab jika konflik di Yaman menyebar ke Saudi maka dikhawatirkan prosesi haji akan terganggu. Bagaimana pandangan Anda?
 
Lebih lucu lagi itu. Bayangkan, Saudi negara yang aman, tenteram, kuat, dilindungi oleh Amerika, dilindungi oleh siapapun. Terlalu naif menganggap bahwa Saudi itu akan diganggu oleh sekelompok orang yang katanya pemberontak, yang katanya kecil, yang sarungan, yang ndak punya senjata itu. Makin jauh itu. Itu pun kalau mereka bisa masuk ke Saudi, tapi ini buktinya malah Saudi yang masuk wilayah Yaman.

Asumsi itu terlalu naïf. Jadi tidak ada yang bisa membenarkan alasan itu, kenapa? Sebab Israel lebih memungkinkan (masuk ke Saudi). Atau jangan-jangan ternyata yang berbahaya bagi Saudi itu bukan Israel, tapi Hautsi yang lebih berbahaya? Sama Israel lalu bagaimana? Oh, berarti Isarel itu tidak ada kemungkinan menguasai Saudi? Memangnya Israel bukan musuh?

Jadi dalilnya ini malah menunjukkan bahwa Saudi itu tidak terganggu oleh Israel yang kemungkinan akan menguasai Mekkah atau Madinah atau menghancurkannya. Ternyata Saudi lebih takut kepada Yaman yang lemah, yang miskin, yang tidak punya senjata, tidak punya pesawat tempur, tidak punya apa-apa ini.
 
Lalu kenapa dengan cara membombardir? Mestinya Saudi tidak memancing musuh untuk masuk ke wilayahnya. Dengan agresi begini berarti kan mereka sudah tahu bakal terjadi pertempuran. Kalau keadaan berbalik, musuh makin masuk ke Saudi, berarti yang menginginkan penghancuran Saudi dan Mekah serta Madinah adalah Saudi sendiri.
 
Itu pertama, jadi mencampuri urusan negara lain itu tidak ada yang benar, mau alasan agama, mau alasan etika, logika, tidak ada yang bisa membenarkan. Kedua, kita sebagai warganegara Indonesia, seandainya kita pejabat pun, tetap tidak punya hak untuk mencampuri urusan negara lain. Apalagi kita bukan sebagai apa-apa, bukan sebagai pejabat negara, hanya seorang ulama. Coba tanya orang-orang yang mendatangi kedubes Saudi itu, ulama darimana dan dimana kamu? Kamu keluar dari teritori Indonesia, bukan lagi ulama. Karena kamu sebagai ulama bagi orang-orang yang mempercayaimu, itupun tidak merepresentasi semua umat Islam di Indonesia, tidak semua orang perrcaya pada keulamaan kamu. Karena itu, tadi pertama saya tekankan, jangan mencampuri urusan negara lain, pun kalau ingin menyikapi dalam tata hubungan internasional itu mestinya ya Kementerian Luar Negeri. Jika tidak, bila ada warganegara mencampuri urusan negara lain, ini yang disebut dengan indikasi adanya ideologi transnasional.
 
Bagaimana bila alasan mereka adalah karena anggapan bahwa apa yang terjadi di Yaman akan diekspor ke Indonesia?
 
Kekhawatiran? PKI juga ekspor, semuanya ekspor. Islam juga ekspor, kalau bukan ekspor masa dari Saudi bisa masuk ke sini? Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tapi mencampuri urusan negara lain dengan alasan Anda sebagai warga negara Indonesia, apa hak Anda?
 
Jelaslah ini ada upaya untuk menjustifikasinya menjadi sebuah masalah agama, sehingga apa? Sehingga bisa dibenarkan aksi pengeboman itu. Anda mendukung tindakan yang mengakibatkan satu nyawa melayang saja berarti ikut melakukan, apalagi memberikan dukungan dengan mendatanginya dengan alasan-alasan yang tidak masuk akal. Media itu juga perlu memperhatikan saat membuat judul berita “Ulama Indonesia Mendukung Agresi dan Invasi Saudi ke Yaman.” Kenapa menyebut ulama Indonesia? Padahal faktanya hanya beberapa orang, kemudian dikatakan ulama Indonesia, seolah mewakili semuanya? Ini jelas-jelas manipulasi.
 
Tapi di antara mereka (yang mendatangi Kedubes Saudi) juga kan ada yang memiliki posisi di Ormas Islam?
 
Apapun namanya, tidak bisa Anda mengatakan, hanya karena satu orang, dua orang, tiga orang, lalu menamakannya seolah mewakili semua orang. Kenapa tidak sekalian menyebutnya “Umat Islam Indonesia” saja kalau begitu. Anda katakan beberapa ulama, beberapa orang yang diakui sebagai ulama, memberikan dukungan. Itu masih bisa diterima oleh sebagian orang. Tapi kalau ulama Indonesia mendukung, lha Indonesia ini kan besar, hanya beberapa gelintir orang ya ndak cukup merepresentasi, apalagi bila tidak semua orang menganggap mereka sebagai ulama.
 
Jadi jangan katakan “Ulama Indonesia Mendukung Saudi.” Jelas-jelas itu pembodohan. Tapi kalau “Beberapa Ulama Datang ke Kedutaan Saudi Memberikan Dukungan,” nah, itu boleh lah.
 
Walaupun dengan semua alasan yang telah saya sebutkan tadi?
 
Lho iya, suruh saja bawa semua alasannya itu, bakal ditolak oleh masyarakat. Saya sebagai orang Indonesia mengurusi konflik di negara lain? Orang akan bertanya, lha kamu ini siapa? Merepresentasikan negara juga tidak! Bahkan ternyata negara yang selama ini, awalnya menyatakan mendukung Saudi, sekarang menarik diri. Ini tandanya kita punya masalah sendiri. Negara kita ini punya banyak masalah, tidak sampai perlu ngurusin negara lain, di sini banyak korupsi, banyak penyimpangan, narkoba, segala macam. Mau ngurusin negara lain yang jaraknya ribuan kilo dari kita, memangnya kurang kerjaan? Jangan-jangan ada sesuatu? Maka itu kemungkinannya hanya dua, naif atau tendensius.
 
Apakah yang mereka lakukan itu bukan merupakan tugas dari ulama?
 
Tugas ulama ngurusi atau intervensi urusan negara lain itu tidak ada. Kenapa tidak kasus-kasus sebelumnya juga disikapi? Sekalian saja semua konflik-konflik internasional ditanggapi! Tidak ada! Jadi jelaslah kalau mau menjadi ulama yang baik malah semestinya memberikan dorongan kepada Saudi untuk kembali ke meja perundingan dan itu kalau berkepentingan untuk mendamaikan, tempuhlah jalan damai. Mau damai tapi yang ditempuh bukan jalan damai, ini kan paradoks! Dan tidak perlu diskusi masalah ini, ibaratnya sudah selesai lah kitabnya. Artinya, tidak ada orang waras bakal mendukung tindakan kekerasan.

Kalau justfikasinya membawa ayat untuk menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Saudi itu adalah benar dan Saudi juga mengatakan ini adalah permintaan pemerintah Yaman yang sah?
 
Sekarang yang melakukan perlawanan adalah tentara Yaman. Apakah satu orang dapat mewakili? Untuk membombardir semua rakyat Yaman? Sudah lah, alasan itu jangan dibawa-bawa lagi. Tidak ada orang membawa itu, pengamat juga tidak ada yang menggunakan argumen-argumen itu.
 
Meski argumen dari al-Quran?

Iya! Tidak ada! Al-Quran digunakan untuk membunuh orang? Saya bisa menyatakan Anda untuk dibunuh dengan ayat, apa semudah itu? Khawarij melakukan itu, Ali bin Abi Thalib dibunuh karena mereka menggunakan ayat. Jadi ini malah mencerminkan ideologi transnasional. Dulu kita bicara tentang ideologi transnasional kelompok-kelompok teroris, lho ternyata cara pandang ini juga mencerminkan ideologi transnasional.
 
Anda warganegara Indonesia bukan warganegara Saudi, Anda tidak tahu persoalan Yaman, tidak mengikuti kronologi sejarah konflik-konfliknya, tiba-tiba Anda memberikan dukungan. Oh, berarti Anda merasa punya bagian dari ini. Lihat tulisannya Said Agil Siradj di Kompas yang cukup menohok mengingatkan kita, “jangan mencampuri yang bukan urusan Anda. kembali ke negara Anda, bangsa Anda, rakyat kita perlu untuk dibenahi.” Nah, begitu seharusnya.

Lha ini yang mereka lakukan, semakin menegaskan mereka sudah kehilangan legitimasinya sebagai ulama.

Walaupun alasannya seperti yang telah saya utarakan tadi, seperti lebih pada ketakutan ideologi Hautsi ditransfer ke Indonesia?

Emangnya Hautsi itu siapa!? Siapa Hautsi itu!? Hautsi itu melakukan apa!? Mana bukti-buktiya Hautsi melakukan sesuatu!? Ada buktinya? Hautsi itu merepresentasikan masyarakat Yaman, Hautsi bukan satu kelompok. Yaman Utara itu semuanya Hautsi, dipikir Hautsi itu satu kelompok kecil begitu!? Hautsi itu seperti NU di Indonesia.
 
Nah ulama-ulama ini perlu baca, perlu wawasan. Siapa Hautsi itu? Bagaimana perkembangannya? Bagaimana Yaman itu? Hautsi kok ditulis dan disebut pemberontak! Lha kalau pemberontak itu merepresentasikan rakyatnya, apa masih mau tetep dicap pemberontak? Lha kita ini juga dulunya pemberontak terhadap penjajah Belanda. Pemberontak, tapi pemberontak yang merepresentasikan keinginan masyarakat. Jadi, apa pemberontak itu? Kalau mengusir koruptor, rezim boneka, ya bagus itu! Saat Reformasi, kita dulu juga memberontak terhadap Soeharto.

Terus disebut apa ketika sejumlah orang yang mengaku ulama mengunjungi salah satu kedubes negara yang berkonflik dan menyatakan dukungannya?

Ya, itu memalukan rakyat Indonesia. Mereka itu melakukan tindakan dengan mengatasnamakan rakyat Indonesia, mengatasnamakan umat Islam Indonesia. Sama sekali tidak dapat dibenarkan.
 
Seharusnya mereka berposisi dimana?
 
Ya namanya ulama mestinya mengayomi, memberikan masukan-masukan untuk damai. Klarifikasi, banyak yang bisa dilakukan, kok malah mendukung salah satu pihak untuk melakukan bombardir. Sedangkan yang paling representatif di Indonesia itu ya NU dan Muhammadiyah. Sedangkan mereka ini mewakili siapa?
 
Di antara mereka ada orang NU dan Muhammadiyah juga kan?
 
Person, tapi bukan lembaga yang melalui Muktamar dan merepresentasikan masyarakat NU. Kalau cuma satu orang, masa bisa disebut mewakili. Mereka ini person-person, tidak punya gaung, tidak punya pengaruh apapun, artinya tidak bisa mengatasnamakan NU atau Muhammadiyah. Saudi juga jangan terlalu bangga dengan dukungan ini, ndak ada apa-apanya bagi rakyat Indonesia.
 
Mau lihat rakyat Indonesia? Lihat sosial media, lihat masyarakat kumpul, bagaimana sih sikap mereka terhadap Saudi, mereka punya masalah dengan rezim Saudi. Suruh selesaikan masalah kezaliman terhadap para TKI asal Indonesia itu, jadi jangan terlalu gembira. Indonesia dengan kesadaran tentang Islam citarasa Indonesia, sudah tidak lagi gampang silau dengan baju-baju gamis dan longdress-longdress.
 
Lalu bagimana umat Islam seharusnya memandang ulama yang keluar dari jalur tugas mereka?
 
Ditinggal, tidak ada pengaruhnya apa-apa. Mereka itu separuhnya dibesarkan oleh media-media tertentu, tetapi tidak di hati masyarakat. Masyarakat ini cerdas, saya ini bergaul, saya tahu, rakyat ini cerdas, lebih cerdas dari mereka. Lho iya! Orang lebih suka mendengarkan motivator daripada ulama atau ustaz, buktinya Mario Teguh lebih populer.
 
Karena itu harus cepat-cepat evaluasi, jangan terus-terusan ikut terlibat dalam konflik, jangan menjadi bagian dari konflik-konflik, jangan ikut mengatakan ini sah ndak sah, siapa kamu? Kamu pemegang KTP Yaman!? Pemegang KTP Saudi!? Tahu deritanya orang-orang Yaman?
 
Jika tidak tau apa-apa, cara yang paling baik itu kalau ndak mendamaikan ya diam. Berdoa, tunjukkan perilaku yang mengayomi. Sebenarnya siapa yang mau mendengarkan mereka di sana? Tidak Yaman! Tidak juga Saudi! Jadi lebih baik hemat sikap, hemat ngomong, fokus pada prioritas. Lha mereka ini gagal paham prioritas, tidak tahu mana prioritas, mana yang perlu diperhatikan, ngomong ke sana kemari seenaknya. Kasihan.
 
Kalau terhadap umat Islam dan masyarakat Indonesia, apa pesan-pesan Anda agar dapat memandang ulama yang di Indonesia dapat dengan mudah disandang oleh siapa saja, tanpa ada komvensi atau ujian khusus?
 
Rakyat Indonesia, umat Islam Indonesia harus memperhatikan substansi, jangan silau dengan tampilan, jangan silau dengan busana, jangan silau dengan retorika. Perhatikan saja substansi keulamaan dan perilaku mereka, dari pernyataannya, dari sikapnya. Bahkan menurut saya, yang perlu memperbaiki sikap itu adalah ulamanya bukan masyarakatnya.
 
Ulama yang berperilaku baik akan diterima oleh masyarakat. Sudah waktunya jangan ngomong saja, tunjukkan dalam bentuk perilaku, dalam bentuk sikap. Itu lebih memberikan pengajaran kepada banyak orang. Orang lebih mengikuti perilaku dan sikap daripada omongan.
 
Tapi pada zaman dulu masyarakat Indonesia kan lebih mendengarkan ulama daripada yang lain, apakah ini berarti telah terjadi pergeseran perlakuan kepada para ulama?
 
Karena pada masa itu posisi ulama benar-benar dijaga. Orang yang menjadi ulama benar-benar ulama yang hidup bersama masyarakat, tahu deritanya, menjadi pengayom, perekat, bukan menjadi pemecah belah. Lihat saja Sunan-Sunan itu, itu kan perilakunya ulama. Lihat kyai-kyai besar sebelumnya, itu sudah cukup kalo tidak harus sampai ke Sunan-Sunan, kyai-kyai tertentu itu sudah bisa memainkan perannya. Tapi ketika mereka masuk dalam politik, ikut dukung sana, dukung sini, maka hilanglah wibawanya. Mereka kehilangan kehormatannya, kehilangan  pesonanya dan tidak ada tempat lagi di hati rakyat.
 
Apa penyebab pergeseran yang terjadi pada ulama hingga seperti saat ini?
 
Ketidaksiapan untuk menjadi ulama. Karena untuk menjadi ulama itu harus punya kesiapan-kesiapan. Saya dulu pernah belajar dalam ilmu akhlak, nasihatnya adalah “kalau Anda sekiranya tidak cukup kuat untuk menjadi ulama, menanggung beban ini, sebaiknya menjadi orang biasa saja.” Karena bebannya berat, kalau berbuat baik akan mendapatkan pahala berganda karena orang akan mengikutinya, karena perilakunya. Tapi kalau berbuat dosa, dosanya juga berganda, karena akan dianggap oleh orang-orang, bahwa itu adalah kebenaran.
 
Orang akan mengatakan ”dia saja yang ulama, yang mengerti agama begitu, ya bagaimana saya.” Maka itu disebutkan dalam al-Quran kepada istri-istri Nabi juga ada, “wahai istri-istri nabi, kamu tidak seperti wanita-wanita lain.” Posisi kamu lebih terhormat. Artinya apa? Kalau kamu berbuat baik, pasti kamu akan mendapatkan pahala berganda karena orang mengikuti kamu. Tapi kalau kamu berbuat buruk, ya kamu nanti akan juga dinilai karena keburukanmu berdampak pada masyarakat.
 
Nah, kalau ada orang berani menyatakan diri sebagai ulama, berarti dia harus rela untuk dinilai, untuk diawasi, untuk diperhatikan, untuk dikritisi, itu risikonya. Jangan cuma enaknya mau jadi ulama dengan semua penghormatannya tapi tidak mau dikritisi, kecuali Nabi yang memang sudah pasti benar. Lha kalau mereka, kan manusia biasa. Jadi jangan tersingung kalau perilakunya dinilai tidak mencerminkan ulama.
 
Masyarakat saat ini cerdas, sehingga tidak semudah itu Anda menjadi ulama, kemudian orang lain hanya akan langsung mendengar omongan Anda. Tapi masyarakat akan menimbang dulu, logis atau tidak, masuk akal atau tidak, bertentangan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan atau tidak, apa-apa yang Anda omongkan.
 
Jelas-jelas mendukung agresi terhadap satu bangsa, itu bertentangan dengan Hak Asasi Manusia, bertentangan dengan Undang-Undang Dasar yang menolak penjajahan. Mau pakai dalil agama, mau pakai penafsiran ayat? Tidak akan pernah bisa ayat itu diputar-putar, tidak bisa! Bahwa Anda menafsirkannya sesuai dengan pandangan Anda, sesuai dengan kontrak-kontrak hubungan perjanjian bisnis dan sebagainya, itu bisa! Tapi ayat itu sendiri, ia akan berada dalam kesuciannya. Tidak akan bisa orang mengotak-atik ayat, tapi hanya bisa menafsirkannya.
 
Di satu sisi sebenarnya mereka menolak atas terbunuhnya warga sipil yang ada di Yaman, mereka juga menginginkan yang disebut pemberontak itu bisa ditumpas karena kekhawatiran ideologi mereka akan diekspor ke Indonesia. Jadi?
 
Yang perlu diperhatikan, yang perlu dikhawatirkan itu adalah ideologi ISIS. Kenapa sih kok muter-muter kesana kemari? Ini cara-cara untuk memanipulasi, untuk mengalihkan dari ancaman ISIS yang menggorok umat Islam, mau Syiah atau Sunni. Sementara Hautsi, tidak punya cita-cita membangun khilafah, tidak punya keinginan untuk pindah ke tempat-tempat lain. Kelompok ini urusannya ya urusan negaranya sendiri. Ini gerakan nasionalis murni, ndak ada hubungannya dengan khilafah, tidak ingin membangun pemerintahan internasional, tidak pernah memperagakan aksi menggorok kepala orang atau membunuh orang atau menghancurkan masjid, tidak  menghancurkan makam. Tidak ada itu!
 
Jadi jelas-jelas ini tendensius, jelas-jelas manipulatif, alhamdulillah banyak orang cerdas. Saya sendiri optimis.
 
Kekhawatiran lain adalah jika Hautsi itu masuk ke Saudi dan mereka ini digambarkan sebagai teroris maka akan masuk ke Mekkah dan Madinah?
 
Tidak! Pemberontak itu bukan teroris, pemberontak itu adalah terhadap rezim yang berkuasa. Hautsi kok disebut teroris? Hautsi itu pemimpin ormas resmi terbesar di Yaman, bernama Ansharallah. Ormas ini resmi, tidak menutup identitas, visinya religius nasionalis, tidak memimpikan khilafah, tidak juga meneriakkan negara monolitik berdasarkan satu sekte, tidak menghancurkan makam-makam, dan situs-situs sejarah. Singkatnya, inilah gerkan reformasi, yang diinginkan rakyat.

Hautsi ini punya partai, punya perwakilan, punya juru bicara. Terbesar di Yaman. Bukan yang pakai tutup-tutup kepala, orang-orangnya bisa ditemui dan hadir dalam pemakaman Raja Abdullah. Pidatonya terang-terangan, tidak ada yang perlu ditutup-tutupi.
 
Makanya perlu disadari bahwa Anda diperhatikan oleh banyak orang dan yang lebih pinter dari Anda banyak, yang bisa baca kitab seperti Anda banyak, yang tahu nahwu-sharaf banyak, yang doktor juga banyak. Jadi please santai saja, jangan kemaruk pada atribut-atribut ulama.
 
Jangan-jangan mereka ini adalah kelompok-kelompok yang mendukung ekstremisme.
 
Atau apakah ini adalah tandingan dari demo oleh Aliansi Anti Perang yang mengecam agresi Saudi beberapa hari lalu?
 
Boleh jadi! Dengan itu mungkin mereka ingin berusaha mempengaruhi opini umat Islam di Indonesia. Dulu, mungkin bisa! Dulu, sebelum orang itu jengah terhadap ISIS dan ekstremisme. Sekarang masyarakat sudah mau muntah terhadap semua jenis ektremisme, maka tidak akan berhasil, sadari itu! Saudi sedang berada dalam blunder, cari dukungan sana-sini! Lho katanya lawannya cuma pemberontak miskin pakai sarung, Saudi kan punya senjata-senjata tempur, mengapa kok sampai perlu dukungan sana-sini? Coba kalau mencari dukungan untuk melawan Israel, itu masih lumayan. Ini kan jelas-jelas ada yang tidak beres!
 
Israel…! Israel…! Pak Saudi! Pak ulama-ulama! Pak kyai-kyai, jangan lupakan Israel…!
 
Rupanya mereka sudah lupa jalan ke Palestina karena sudah terlalu lama dibiarkan.

Pada kenyataannya, sejumlah media menyebutkan Israel kan bergabung dengan koalisi, menurut Anda?
 
Kalau begitu ya sudah jelas. Berarti mereka ini mendukung negara yang didukung oleh Israel, makin jelas itu!
 
Sikap masyarakat saat ini terombang-ambing dalam pusaran pemberitaan dan keputusan sebagian orang yang mengaku ulama. Apa yang seharusnya masyarakat lakukan?
 
Intinya jangan campuri urusan negara lain, minimal kalau ndak mau menolak, ya jangan mendukung!
 
Cara ini lebih baik, kalau mau lebih berhati-hati diam, pasif nunggu proses berikutnya. PBB,  Dewan Keamanan, punya mekanisme untuk mengatasi itu. Anda yang cuma dari pojok-pojok kota ini mau datang memberi dukungan, tidak ada pengaruhnya apa-apa itu!
 
Itu cuma getar-getar kecil ndak ada pengaruhnya. Jadi kalau kita tidak tahu, takut salah menyikapi, jangan ceroboh, diam saja! Yang penting tetap saja gaungkan pesan perdamaian. Itulah cara terbaik memberikan masukan kepada siapapun yang berkonflik, mau ke kelompok yang dianggap pemberontak maupun ke Saudi yang konon merasa ingin menegakkan demokrasi. Meski terus terang saja agak terdengar lucu bila Saudi ingin menegakkan demokrasi.

Masyarakat, kalau mau, mending minimal diam saja lah. Tetaplah mendukung penyelesaian politik, bagaimana semua pihak bisa ikut berunding, begitu semestinya. Bukan malah ikut dukung-mendukung, salah itu! [ABI Press/Shabestan]

ISIL Ledakkan Masjid Terbesar Kota Badusy, Iraq


Permusuhan kelompok teroris yang mengklaim diri sebagai penegak Negara Islam Iraq dan Syam (ISIL/ISIS) terhadap Islam murni sudah menjadi rahasia umum.
Mungkin penghancuran kuburan-kuburan para ulama masih bisa kita tolerir. Apakah kita masih bisa menolerir peledakan masjid-masjid Muslimin?

Dalam kejahatan terakhir yang dilakukan oleh kelompok teroris ISIL, mereka meledakkan Masjid Ar-Rahmah yang terletak di kota Badusy, Propinsi Nainawa,  di sebelah barat daya Iraq.

Menurut kesaksian para saksi mata seperti dilaporkan oleh media-media Arab, sebelum melakukan aksi peledakan masjid, para teroris ISIL merampok seluruh isi masjid dan lalu meledakkannya.

Seperti biasa. Alasan kuno yang ISIL lontarkan untuk menjustifikasi aksi teroris ini adalah keberadaan makam dan kuburan dalam masjid tersebut.

Tetapi, apakah justifikasi ini lantas memberikan legitimasi kepada mereka untuk mencuri dan merampok barang-barang kepunyaan masjid?

(Shabestan)

Tentara Hungaria akan Memasuki Irak untuk Melawan ISIL


Hungaria berencana akan mengirim 150 tentaranya ke Irak sebagai bagian dari upaya-upaya internasional untuk menghancurkan kelompok teroris ISIL.
Menteri Luar Negeri Hungaria mengatakan dalam suatu konferensi untuk memperingati ulang tahun ketujuh puluh pendirian PBB, kelompok teroris ISIL adalah suatu ancaman bagi masyarakat seluruh dunia.

Ia menambahkan bahwa kita dapat menghilangkan ancaman ini hanya dengan bekerja sama satu sama lainnya dan hal ini akan memberikan hasil jika PBB dapat berperan aktif.

Menteri Luar Negeri Hungaria menegaskan bahwa dunia sedang menghadapi banyak masalah yang harus diselesaikan dan ancaman ISIL merupakan persoalan yang paling penting dan mendesak sekarang ini.

Pemerintah pusat dan pasukan keamanan Kurdi Irak dari sejak pertengahan Juni 2014 hingga saat ini sedang berjuang dan berperang dengan kelompok teroris ISIL.

(Shabestan)

Peninggalan Sejarah Hamadan akan Dicatat dalam Sejarah Dunia


Direktur Jenderal Warisan Budaya, Kerajinan, dan Pariwisata Provinsi Hamadan, mengabarkan tentang tercatatnya peninggalan-peninggalan bersejarah Hamadan dan tempat-tempat alami di provinsi ini dalam peninggalan sejarah dunia pada tahun 2017.
Reyhan Soroush Moghadam, Direktur Jenderal Warisan Budaya, Kerajinan dan Pariwisata Provinsi Hamadan kepada koresponden Shabestan mengatakan bahwa Warisan Budaya dan alam provinsi Hamadan akan tercatat dalam 10 peninggalan bersejarah dan alam tingkat dunia pada 2017.

Ia mengatakan kota Hegmataneh, prasasti Ganjnameh, Arg-e Nooshijan, kota Samen, struktur bersejarah kota Hamadan, pengaturan platens Arzanfurd, kota bawah benteng Jud, gua Alishadr, makam Baba Taher dan Avicenna merupakan sebagian dari peninggalan-peninggalan bersejarah yang akan tercatat.

Tentang kriteria pencatatan tingkat dunia ini, ia menjelaskan, Keunikan, ketiadaan kemiripan dengan yang lain dan kalayakannya, merupakan hal-hal yang menjadi kriteria pencatatan tingkat dunia.

Dalam percakapannya, ia mengatakan bahwa ada 17 peninggalan bersejarah di seluruh negara Iran yang masuk dalam rekor dunia. Menurutnya, Pada tahun 2015, kota Shush dan pada 2016, sejumlah kanal-kanal Iran telah tercatat dalam peninggalan bersejarah dunia.

Soroush Moghadam menyatakan, Situs Warisan Dunia sebenarnya merupakan nama perjanjian internasional yang disetujui oleh Konferensi Umum UNESCO pada 16 November 1972 dan berkecimpung dalam masalah pelestarian warisan sejarah, alam dan budaya yang dimiliki oleh semua manusia secara global, terlepas dari ras, agama dan kebangsaan yang spesifik.

(Shabestan)

Salman bin Abdul Aziz Memperoleh Gelar Baru






Di sepanjang sejarah, banyak penguasa menggunakan gelar-gelar yang dinilai kultus oleh Muslimin, seperti amirul mukminin, imam, amir, dan lain-lain.

Tidak sedikit dari mereka para penguasa tersebut yang menggunakan gelar-gelar itu hanya dengan tujuan untuk mengelabuhi opini. Tetapi, ada juga penguasa Islam yang memang pantas dan layak untuk menyandang gelar-gelar tersebut.

Dalam sejarah dinasti Al Saud, penguasa tertinggi dinasti selalu memperoleh gelar Al-Malik yang berarti raja. Gelar ini senantiasa berlalu dari sejak dinasti ini berdiri hingga kini.

Tetapi, dalam sebuah gebrakan baru, entah dengan tujuan apa, Dewan Kerajaan Arab Saudi mengubah haluan.

Dalam sebuah dekrit terbaru, Dewan Kerajaan Arab Saudi mengumumkan bahwa Raja Salman bin Abdul Aziz ingin mengubah gelar yang selama ini dimiliki dengan sebuah gelar baru. Yakni “imam”.

Setelah pengumuman Dewan Kerajaan Arab Saudi, gelar ini akan diajukan kepada Dewan Ulama Arab Saudi, dan setelah itu, gelar ini menjadi sebuah gelar yang resmi.

Menurut informasi terkini, Dewan Ulama Arab Saudi juga telah menyetujui perubahan gelar ini. Untuk itu, kini Salman bin Abdul Aziz bukan lagi Raja Salman. Tetapi Imam Salman bin Abdul Aziz.

(Shabestan)

Salat, Tiket Seorang Mukmin Memasuki Surga


“Salat, doa, dan penghambaan sudah ada di sepanjang sejarah umat manusia. Seluruh agama dari nabi pertama hingga nabi terakhir menekankan masalah ini. Para figur teragung sejarah di setiap masa berkomitmen menegakkan salat. Wasiat pertama para nabi dan wali Ilahi adalah salat.”
Begitu hal ini ditegaskan oleh Hujjatul Islam Hamid Reza Sulaimani kepala pelaksana Badan Penegakan Salat Nasional Republik Islam Iran (RII) pada acara apresiasi para penegak salat hari ini.

Langkah pertama setelah Rasulullah saw diangkat menjadi nabi, lanjut Sulaimani, adalah menegakkan salat, dan itu pun dengan partisipasi para figur agung sejarah; yakni Imam Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Khadijah Kubra. Tindakan pertama beliau setelah berhijrah ke Madinah Munawwarah adalah membangun rumah Allah yang memainkan peran signifikan dalam setiap fenomena sosial masyarakat.

Di bagian lain orasi, Hujjatul Islam Saulaimani menyinggung sikap dan kebiasaan Rasulullah saw ketika mendengar panggilan untuk salat. Beliau berubah seratus persen begitu mendengar suara azan. Para imam Ahlul Bait as juga demikian. Dalam sebuah surat kepada para gubernur, Amirul Mukminin as menekankan supaya mereka mengalokasikan waktu terbaik untuk mengerjakan salat.

“Pertanyaan pertama yang akan diajukan kepada para hamba setelah kematian kelak adalah salat. Untuk menaiki sebuah pesawat, kita harus menggunakan tiket khusus sehingga kita diizinkan masuk. Tiket seorang mukmin untuk memasuki surga adalah salat. Ketika para penghuni Neraka Jahanam ditanyakan mengapa mereka dijebloskan ke dalam penjara, al-Quran menyebutkan sederetan daftar tentang hal ini. Salah satunya adalah mereka tidak memiliki hubungan yang baik dengan salat,” tukas Sulaimani.

(Shabestan)

Teriakan ‘Mampus Amerika’ Hingga Akhir Hayat


Kolonel Naqdi menekankan kita harus bersyukur kepada-Nya karena kita mempunyai seorang Wali Amr yang memiliki sikap sedemikian tegas hingga kendati tubuhnya tercincang, namun seluruh sel-selnya akan tetap meneriakkan kalimat “Mampus Amerika!!”.
KBS melaporkan, Ketua Basij Mustadhafin, dalam seminar Staff Basij yang diselenggarakan dalam rangka memperingati 26 tahun wafatnya Imam Khomeini, mengatakan, kita menganggap Imam sebagai sebuah mukjizat besar Ilahi yang telah membuat sesuatu yang tak mungkin menjadi mungkin dan memperlihatkan kembali nilai dan hakikat manusia.

Sembari mengisyarahkan bahwa Imam telah menghidupkan kembali keagungan dan kemuliaan manusia pada masa jahiliyyah modern dan kegelapan, ia mengatakan, “Beliau memahamkan kepada manusia bahwa terdapat nilai eksistensi yang tak ternilai harganya dalam penciptaan manusia yang bisa diarahkan kembali menuju kesempurnaan dengan menyibak dan menyingkirkan kegelapan yang ada.”

Kolonel Naqdi juga mengatakan bahwa pengaruh dari mukjizat Imam Khomeini ini masih terus berlanjut dan tidak akan terbatas hanya pada kehidupan materinya, “Dengan semakin berlalunya waktu, pengaruh ini semakin tampak besar. Kita melihat, para musuh hingga kini masih terus berupaya untuk menghancur leburkan nilai-nilai yang dibawa oleh Imam dengan menciptakan ribuan jaringan satelit dan puluhan ribu media sosial. Ini mereka lakukan karena nilai-nilai yang dibawa oleh Imam telah mencekik leher mereka yang membuat nafas mereka semakin tertahan.”

Kolonel Naqdi juga menyinggung tentang upaya Amerika dan Barat untuk memecah belah berbagai kawasan dunia, dan mengatakan, “Namun belakangan ini kita bisa menyaksikan, di manapun ada Amerika, justru di sana Islam berhasil menguasai posisi dan pangkalan-pangkalan Amerika, semakin bebas mengibarkan bendera dan menempelkan foto-foto Imam.

Ia mengatakan bahwa hanya orang-orang yang hidup seperti Imam lah yang bisa menginterpretasikan pesan-pesan Imam, dan tidak bagi mereka yang mencari kekuasaan dan kemewahan.”

Terakhir ia mengatakan,  “Kita harus bersyukur kepada-Nya karena kita mempunyai seorang Wali Amr yang memiliki sikap sedemikian tegas hingga kendati tubuhnya tercincang, namun seluruh selnya akan tetap meneriakkan kalimat “Mampus Amerika!!”.

(Shabestan)

Arab Saudi Gempur Masjid Bersejarah Imam Hadi di Sha‘adah


Pesawat-pesawat tempur Arab Saudi pagi hari ini menggempur masjid bersejarah Imam Hadi as yang terletak di kota Sha‘dah, Yaman.
Menurut laporan media-media Yaman seperti dirilis oleh media-media Arab, serangan udara ini telah menewarkan 4 orang dan melukai 10 orang.

Gempuran udara Saudi ini telah menyebabkan seluruh bangunan masjid dan pusat perbelanjaan yang berada di sekitar masjid luluh lantak.

Aksi dan tindakan yang dilakukan oleh pesawat-pesawat tempur Saudi ini mengingatkan kita kepada aksi-aksi teroris yang biasa dilakukan oleh kelompok teroris ISIL di Iraq dan Suriah. Mereka dengan mudah dan dengan justifikasi membela Islam menghancurkan sebuah rumah Allah di mana pun mereka jumpai.

Di dalam masjid bersejarah Imam Hadi as ini juga terdapat makam Yahya bin Husain as, salah satu cucunda Imam Husain bin Ali bin Abi Thalib as.

(Shabestan)

Serangan Rezim Israel terhadap Basis-basis Suriah dan Hizbullah di Al-Qalamun


KBS melaporkan, Al-Jazirah mengatakan bahwa beberapa ledakan di pusat kota Al-Qutaifah dan kota-kota sekitar Bairut serta Qoreh di Al-Qalamun di pinggiran Damaskus akibat serangan roket-roket pesawat tempur rezim Israel.

Informasi yang diterima menunjukkan bahwa serangan tadi malam menargetkan brigade 155 dan 65 terkhusus senjata-senjata strategis dan rudal-rudal balistik.

Pesawat-pesawat tempur rezim Zionis telah melancarkan beberapa serangan sejak krisis Suriah hingga sekarang ke basis-basis di Suriah.

Rezim Israel pada tanggal tujuh Desember lalu menargetkan dua wilayah Dimas dan bandar udara Internasional Damaskus, dan kemungkinan rezim Zionis akan menyerang sebagian markas-markas militer Suriah di dua daerah ini atau gudang-gudang senjata.

Begitu pula pada tanggal 18 Januari yang lalu, rezim Israel menyerang basis-basis di pertanian Al-Amal di Qunaitrah di barat daya Suriah yang menggugurkan enam anggota Hizbullah Lebanon dan Garda Revolusi Islam Iran.

(Shabestan)

Direktur HRW: Kejahatan Saudi Tak Berbeda dengan Zionis Israel

Korban keganasan jet tempur canggih Bani Saud

"Perang Saudi di Yaman mirip dengan Israel ketika melakukan agresi dan menyerang warga sipil sebagai sasaran sah jika warga tidak meninggalkan kawasannya,"
 
Direktur Eksekutif Human Rights Watch (HRW) Kenneth Roth pada Sabtu kemarin, 09/08/15, menyebut kejahatan Bani Saud terkait agresi di Yaman tidak berbeda dengan rezim Zionis Israel yang membunuh rakyat sipil di tanah air mereka.

"Perang Saudi di Yaman mirip dengan Israel ketika melakukan agresi dan menyerang warga sipil sebagai sasaran sah jika warga tidak meninggalkan kawasannya," kata Roth pada halaman facebook-nya saat mengomentari deklarasi rezim Saudi yang menyebut bahwa semua yang ada di kabupaten Sa'ada adalah target militer.

Pernyataan Roth tersebut dilakukan setelah Arab Saudi pada Jumat mengumumkan akan menyerang semua bidang di gubernuran Sa'ada sebagai target militer.

Kekejaman penguasa Bani Saud tanpa belas kasih, membunuh warga miskin tak berdosa Yaman tanpa ampun.

Pangeran-pangeran dari kerajaan padang pasir itu menikmati genangan darah anak-anak Yaman, banga tertindas. Mereka mengeluarkan perintah untuk membunuh dan menghancurkan semua target di Yaman dari atas takhta. Tidak pernah memahami tentang standar kemanusiaan dan memulihkan harapan mereka dengan menggelar operasi pembunuhan massal terhadap bangsa Yaman.

Kemarin, pesawat tempur cangih Bani Saud buatan AS menyerang seluruh anggota suku "Bakil al-Mir", di  Jizan. Seluruh keluarga tewas dan rumah mereka rata dengan tanah, sementara darah menggenang diatasnya.

(Source)

Teroris ISIL Ledakkan Masjid Fatimah Zahra di Mosul


Begitu berita ini diterima Kantor Berita Shabestan dari media-media Arab sebagaimana ditegaskan oleh para saksi mata di TKP.

Sebelum meledakkan masjid, para militan teroris ISIL menjarah seluruh isi masjid. Setelah itu, baru mereka meledakkannya.

Dalam sebuah operasi militer hari ini di Karkuk, pesawat-pesawat tempur Iraq berhasil menghancurkan sarang ISIL. Sebanyak 25 orang teroris dalam serangan udara ini tewas. (Shabestan)

Kelompok-kelompok Teroris di Suriah Perbudak Perempuan


Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kekerasan Seksual mengatakan, kelompok-kelompok teroris di Suriah melakukan perbudakan dan jual beli perempuan serta kawin paksa.

Zainab Hawa Bangura mengemukakan hal itu dalam jumpa persnya di markas PBB di New York seperti dilansir IRNA, Ahad (10/5).

Menurut Bangura, selama kunjungan terbarunya ke Suriah yang berlangsung dari tanggal 16-29 April, ia telah mewancarai beberapa wanita Suriah terkait kekerasan kelompok-kelompok teroris di negara Arab ini.

Wakil Ban Ki-moon itu menuturkan, para teroris dalam banyak kasus telah memaksa gadis-gadis di bawah umur  untuk menikah supaya terlibat dengan apa yang mereka sebut sebagai "Jihad Nikah", sementara keluarga gadis-gadis muda itu tidak mampu berbuat apa-apa untuk melindungi anak-anak mereka.

Perempuan di Suriah, kata Bangura, sama seperti perempuan Izadi (Yazidi) di Irak yang menjadi target taktik yang telah diagendakan oleh kelompok-kelompok teroris.

Dalam laporan bulan April, Wakil Sekjen PBB untuk Urusan Kekerasan Seksual  juga mengatakan bahwa kelompok-kelompok teroris seperti ISIS melakukan kekerasan seksual sebagai sebuah taktik untuk menciptakan ketakutan di antara masyarakat. (IRIB Indonesia)

Larangan Pengibaran Bendera Rezim Zionis di Stadion Jerman


Basis 7 Zionis melaporkan bahwa pemain sepak bola Israel, Mug Cohen, melihat bendera Israel diturunkan dari tiang stadion dengan perintah seorang perwira Jerman.

Pemain bola rezim Zionis ini mengatakan, ketika saya bertanya kepadanya mengapa bendera Israel diturunkan? Ia menjawab bahwa bendera Zionis tidak diperbolehkan berkibar di sini.

Basis 7 Zionis mengatakan tentang insiden itu, kebencian terhadap kaum Zionis setiap hari meningkat di Eropa.

(Shabestan)

Al Saud Bertemu dengan Para Pemimpin Teroris di Turki


Kalangan diplomatik mengatakan kepada al-Manar bahwa badan intelijen Arab Saudi yang berkerjasama dan berkoordinasi dengan badan intelijen Turki mengadakan pertemuan dengan para pemimpin kelompok teroris di Ankara untuk membahas cara-cara menguatkan dan meningkatkan dukungan keuangan dan senjata kepada kelompok-kelompok teroris.

Dalam pertemuan ini, program-program militer disiapkan untuk menyerang sasaran-sasaran yang telah ditentukan di wilayah Suriah demi meningkatkan tekanan dan serangan terhadap rakyat Suriah.
Kalangan diplomatik menekankan, isu lain yang dibahas dalam pertemuan ini adalah menyatukan kelompok-kelompok teroris dan menghentikan pembunuhan di antara kelompok-kelompok ini.
Kalangan diplomatik ini mengungkapkan, pemerintah Turki menekankan kepada Al Saud bahwa kelompok-kelompok teroris harus dikirim ke gurun Sinai dan mendukung kegiatan-kegiatan subversif di wilayah Mesir.

Kalangan diplomatik mencatat bahwa Al Saud tidak menentang dukungan kehadiran para teroris di Sinai.

Mereka menegaskan, wakil-wakil dari Qatar, Irak, dan Suriah hadir di dalam pertemuan ini yang diadakan di dekat perbatasan Turki dengan Suriah, suatu tempat domisili para pemimpin kelompok teroris dari kelompok teroris ISIL dan kelompok lainnya dan jalan masuk bagi para teroris, tentara bayaran, dan senjata ke Suriah.

(Shabestan)

PBB: Serangan Saudi ke Yaman Melanggar Hukum Internasional


KBS melansir dengan mengutip Reuters, Johannes Van Der Klaauw, koordinator kemanusiaan PBB di Yaman, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa meskipun telah diberikan pesan kepada warga untuk meninggalkan kota Sa’dah di Yaman, tetapi karena kehadiran warga Yaman, serangan udara koalisi Arab yang dipimpin oleh Arab Saudi di Sa’dah Yaman adalah melanggar hukum internasional.

Dalam pernyataan itu disebutkan, pengeboman membabi buta terhadap daerah-daerah pemukiman, apakah dengan peringatan atau tanpa peringatan sebelumnya, adalah bertentangan dengan hukum kemanusiaan internasional.

Klaauw menambahkan dalam pernyataan itu bahwa menurut hukum internasional, peringatan yang terkait dengan serangan tidaklah menyebabkan pihak-pihak diinginkan melupakan komitmennya sendiri untuk mendukung warga.

Ia menandaskan, begitu banyak warga Yaman saat ini yang terkepung di Sa’dah dan mereka tidak dapat menggunakan mobil atau alat transportasi lainnya karena tiadanya bahan bakar, dengan demikian penduduk Yaman di provinsi ini berada dalam bahaya.

Dalam pernyataan itu tertera, semua pihak harus menahan diri menggunakan daerah-daerah pemukiman untuk serangan dan pasukan-pasukan militer tidak boleh ditempatkan di daerah-daerah ini.

(Shabestan)

Tanpa Dukungan AS, Saudi tak akan Mampu Serang Yaman


Pakar masalah politik Amerika Serikat mengatakan, Arab Saudi tanpa dukungan persenjataan Washington tidak akan mampu melakukan invasi militer ke Yaman.

Dean Henderson, Rabu (6/5) dalam wawancaranya dengan Press TV menyinggung dukungan militer dan persenjataan Amerika terhadap Saudi.

Ia menjelaskan, "Saudi menggunakan persenjataan bantuan Amerika untuk menyerang warga sipil Yaman."

Henderson juga mengatakan, tujuan Amerika mendukung Saudi dalam agresi militer ke Yaman, adalah upaya Washington untuk mendominasi penuh seluruh wilayah Timur Tengah.

Sementara itu, Saudi bersama sejumlah negara Arab kawasan dengan dukungan Amerika sejak 26 Maret lalu memulai serangan militer ke Yaman. Akibatnya, 3.000 warga sipil Yaman tewas dan terluka. (IRIB Indonesia/HS)

Pasukan dari 10 Negara Ikuti Parade Militer Moskow


Juru Bicara Kantor Kepresidenan Rusia mengabarkan partisipasi pasukan dari 10 negara dalam parade militer Bundaran Merah Moskow (Moscow's Red Square).

Kantor berita Sputnik (7/5) melaporkan, Dmitry Peskov, Jubir Kantor Kepresidenan Rusia, Rabu (6/5) kepada media mengatakan, "Pasukan Azerbaijan, Armenia, Belarus, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, India, Mongolia, Serbia dan Cina, (9/5) akan berpartisipasi dalam parade militer memperingati berakhirnya Perang Dunia Kedua di Bundaran Merah, Moskow."

Peskov menambahkan, "2.300 personil militer yang terlibat dalam PD Kedua juga akan menghadiri acara ini."

Menurut Peskov, secara keseluruhan lebih dari 16.500 tentara, 194 unit perlengkapan perang termasuk tank Armata, 143 pesawat dan helikopter akan ditampilkan dalam parade kemenangan tersebut.

Peskov menjelaskan, parade militer ini adalah peluang yang baik bagi Moskow untuk memperkenalkan persenjataan terbarunya yang meliputi berbagai jenis kendaraan lapis baja pengangkut orang multifungsi dan rudal-rudal balistik lintas benua, yang sampai sekarang belum pernah diperlihatkan kepada publik. (IRIB Indonesia/HS)

Terkait Berita: