Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Yaman. Show all posts
Showing posts with label Yaman. Show all posts

Rusia Serukan Percepatan Dialog Yaman

Vitaly Churkin (Middle East Monitor).
 
Utusan Rusia di PBB mendesak PBB untuk mempercepat pembicaraan damai terkait krisis Yaman.
 
Dilansir Middle East Monitor, Vitaly Churkin kemarin mengatakan, "Kami menyeru utusan khusus Sekjen [PBB] untuk mencoba mengadakan pertemuan secepatnya. Salah satu masalah adalah Ramadhan segera tiba..."

Dia juga mendesak untutsan BBB untuk Yaman, Ismail Ould Cheikh Ahmed untuk segera menggelar perundingan damai.

Saudi menyerang Yaman sejak 26 Maret silam, menewaskan sekitar 2.000 warga dan melukai ribuan lainnya.

(Source)

Ansharullah Tegaskan Kontinyuitas Perlawanan Terhadap Saudi


Gerakan Ansharullah menegaskan pihaknya terus melakukan perlawanan terhadap agresi militer Arab Saudi terhadap Yaman.
“Kami akan terus melakukan perlawanan selama Saudi masih melanjutkan agresinya terhadap Yaman. Kami juga akan terus berjuang apabila gencatan sementara diumumkan namun Saudi tetap melancarkan serangan,” ungkap Hasan al-Rasyid, salah satu petinggi Ansharullah, Minggu (31/5) sebagaimana dilansir Yemeni Press.

Al-Rasyid juga mengatakan bahwa perundingan akan dilakukan untuk menghentikan sepenuhnya agresi Saudi ke Yaman, namun Saudi berusaha mempersulit proses perundingan, dan Ansharullahpun menolak keterlibatan Saudi dalam perundingan.

“Agresor Saudi harus tahu bahwa kelompok-kelompok pasukan perlawanan rakyat Yaman saling melengkapi berkat bantuan komite-komite rakyat, tentara dan suku-suku, dan mereka sudah masuk ke wilayah Saudi dan siap menyerang agresor,” tandasnya

Sebelumnya, utusan khusus PBB untuk Yaman, Ismail Ould Cheikh Ahmed menyatakan gencatan senjata di Yaman akan diterapkan sejak tibanya bulan suci Ramadhan. Dalam pertemuan para pemimpin Partai Kongkres Nasional Yaman dia juga mengatakan bahwa perundingan akan diselenggarakan sesegera mungkin antarkelompok Yaman di Jenewa, Swiss.

Ismail yang tiba di Sanaa, ibu kota Yaman, Jumat malam lalu juga menjelaskan bahwa semua pihak di Yaman sudah menyatakan kesiapannya untuk dialog Yaman-Yaman. Dalam kunjungan kedua kalinya ke Yaman itu dia mengupayakan pemberlakuan gencatan senjata menjelang Ramadhan dan penyelenggaraan perundingan antarkelompok Yaman.

Perundingan untuk mengatasi gejolak di Yaman yang dijadwalkan di Jenewa pada Kamis lalu tertunda. Oman, satu-satunya negara anggota Dewan Kerjasama Teluk (GCC) yang tak terlibat dalam agresi ke Yaman juga telah menjadi tuan rumah perwakilan kelompok perlawanan rakyat Yaman.

Sementara itu, puluhan tokoh aktivis internasional melayangkan surat kepada Sekjen PBB Ban Ki-moon berisikan pernyataan prihatin atas berlanjutnya agresi saudi ke Yaman. Mereka mendesak supaya serangan itu dihentikan dan bantuan kepada para korban perang Yaman dipermudah.

Menurut laporan kantor berita Yaman, Saba, para tokoh itu berasal dari 53 organisasi internasional dan aktivis peduli HAM. Dalam surat kolektifnya mereka juga menyatakan bahwa keberada Saudi di Dewan Keamanan PBB bertolak belakang dengan pelanggaran Riyadh terhadap HAM dan hukum internasional di Yaman.

Seperti diketahui, sejak sekitar dua bulan lalu Saudi dan negara-negara sekutunya melancarkan serangan udara ke Yaman dengan dalih membela pemerintahan yang sah di Yaman yang tersingkir akibat gerakan revolusi rakyat yang digerakkan oleh Ansharullah. Serangan ini mengakibatkan sekitar 2000 orang terbunuh, termasuk anak kecil dan kaum perempuan, ribuan lainnya luka-luka, dan puluhan ribu warga terlantar sebagai pengungsi.

[Sumber: liputanislam.com]

Konspirasi Arab Saudi dan Turki Melawan Yaman


Ratusan teroris baru sedang dikirim ke Yaman yang merupakan program bersama antara Ankara dan Riyadh dalam rangka menyerang negara ini.
KBS melaporkan dengan mengutip sumber-sumber berita, Hamim Husein al-Hamdani, salah seorang pemimpin Ansharullah mengatakan bahwa Arab Saudi dan Turki bersepakat tentang pengiriman para teroris untuk menyerang Yaman.
 
Ia mengungkapkan, “Pengakuan-pengakuan sebagian teroris yang ditangkap menunjukkan bahwa para pemimpin kelompok teroris Daesy mengadakan pertemuan di kota-kota Raqqah Suriah dan Hatay Turki.”
 
“Dalam pertemuan itu direncanakan untuk mengirim para teroris ke Yaman sebagai tanggapan terhadap permintaan Riyadh,” tambahnya.
 
Pemimpin Ansharullah ini mengungkapkan, “Arab Saudi memindahkan para teroris itu ke pangkalan militer di kota perbatasan Najran dan memberikan mereka sejumlah besar senjata untuk menyerang Yaman.”
 
Hamdani menandaskan, “650 teroris Daesy dikirim ke negara itu untuk merencanakan operasi teroris di Yaman.”
 
Kelompok takfiri di dalam negeri Yaman dalam upaya mewujudkan khilafah di bawah bendera Al-Qaidah di Provinsi Ma’rib dengan dukungan langsung Arab Saudi  dan mayoritas teroris yang bergabung ke dalamnya adalah dari komandan militer yang sebelumnya melarikan diri ke Arab Saudi. Dan sekarang mereka kembali ke Yaman untuk bergabung dalam jajaran kelompok jihadis.
 
Para pemimpin kelompok ini telah merekrut ratusan pemuda saat ini dan mengirim mereka ke kamp.
 
Para teroris baru ditempatkan di kamp-kamp militer yang paling pentingnya berada di wilayah Riyan dan Mukalla untuk mendapatkan pelatihan militer.
 
(Shabestan)

Tentara Yaman dan Komite Populer Menyerang Perbatasan dan Bandara Najran Saudi

Roket pejuang Yaman, menyerang perbatasan Saudi

Tentara Yaman dan Komite Populer meluncurkan 50 roket ke Bandara Najran KSA dan membombardir situs militer Saudi di perbatasan.
 

Rekaman siaran TV Yaman Al-Masira menunjukkan operasi pemboman dengan segala detailnya, termasuk nama seorang prajurit Saudi yang melarikan diri dari medan perang dan meninggalkan senjata dan peralatan nya.

Di sisi lain, pesawat tempur Saudi terus menggempur berbagai kota Yaman, menewaskan dan melukai puluhan warga sipil.

Yaman telah di bawah agresi brutal oleh koalisi Arab-Amerika sejak 26 Maret. Ribuan telah syahid dan terluka dalam serangan itu, dengan sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.

Namun, tentara Yaman, didukung oleh komite populer dan pejuang suku telah menanggapi agresi Saudi, dengan beberapa daerah perbatasan di Arab Saudi berada di bawah serangan para pejuang Yaman.

(Source)

Pejuang Ansarullah Bergerak Maju di Kota Aden, Yaman

Pejuang Houthi (Press TV)

Para pejuang gerakan Ansarullah bergerak maju dan menguasai beberapa wilayah di kota Aden utara Yaman.
 
Menurut sumber militer Yaman, pejuang Ansarullah bersama tentara Yaman menewaskan lusinan militan loyalis mantan presiden dalam beberapa pertempuran di utara dan timur kota Aden kemarin.

Dilansir Press TV, sekitar 200 orang terluka dalam pertempuran.

Sementara itu, jet-jet tempur Saudi masih menggempur wilayah barat laut kota Sa'ada, memporakporandakan kawasan perumahan dan sekolah.

Serangan Saudi kini memasuki bulan ketiga. Freedom House Foundatin Yaman mengatakan sejauh ini 4.021 nyawa sudah melayang dan 7.017 jiwa sudah terluka sejak serangan anpa mandat Arab Saudi di Yaman.

(Source)

Iron Dome Rezim Israel, Tembok Pertahanan Al Saud


Tel Aviv telah menawarkan kepada Riyadh untuk mentransfer Iron Dome guna melindungi keamanan wilayah perbatasan Arab Saudi.
Tel Aviv yang mengetahui sejauh mana batasan keamanan strategis daerah-daerah di sekitar Yaman telah mengusulkan kepada Arab Saudi untuk memindahkan Iron Dome.

Laporan-laporan diplomatik Eropa dengan mengutip sumber-sumber informasi melaporkan, di sela-sela pertemuan pemimpin Arab Saudi dengan para pejabat rezim Israel di Kedutaan Besar Amerika di Aman, ibukota Yordania, menerima usulan peningkatan sistem rudal Iron Dome dari rezim Zionis.

Namun rincian lebih lanjut dari pertemuan tersebut belum dinyatakan terkait dengan penerimaan atau penolakan Arab Saudi.

Radio Israel mengatakan pekan lalu, Arab Saudi dan rezim Israel bertemu dan rapat konsultasi di Aman, sementara Muhammad Mukmini, juru bicara resmi pemerintah Yordania, membantah hal ini.

Dalam hal ini Anwar al-‘Isyqy, mantan penasehat Al Saud dan kepala Pusat Studi Strategis di Jeddah, dalam wawancara dengan surat kabar Zionis Yedioth Aharanut, mengungkapkan, jika Israel setuju dengan program yang bernama ‘Perdamaian Arab’, maka 22 pemerintah Arab akan berkomitmen untuk memperdalam dan normalisasi hubungan dengan Tel Aviv.

Meskipun tidak ada ketegasan terhadap komitmen pertemuan tersebut, namun sumber-sumber diplomatik meyakini bahwa rapat konsultasi secara rahasia sedang berlangsung antara pemerintah Arab Saudi dan pejabat rezim Zionis Israel dan baru-baru ini telah menjadi tren yang berkembang.

(Shabestan)

Zionis Israel dan Invasi Saudi di Yaman: Saudi Arabia Sewa Ahli Israel untuk Mengawasi Perang Melawan Yaman


Kementerian pertahanan Saudi telah mempekerjakan sejumlah ahli militer Israel untuk mengawasi dan memberikan nasihat kepada pasukan koalisi dalam perang melawan Yaman, sumber yang dekat dengan monarki Saudi mengungkapkan pada hari Selasa (19/4/15).
 

"Para ahli Zionis mengawasi langsung operasi koalisi yang dipimpin Arab Saudi melawan Yaman selain melakukan koordinasi intelijen dan militer antara kedua belah pihak," kata sumber FNA, Selasa (19/5).

Mereka juga mengungkapkan bahwa delegasi lain dari Israel telah melakukan perjalanan ke Arab Saudi dalam beberapa hari terakhir untuk mengawasi pembangunan sebuah situs kementerian pertahanan.
"Situs militer terletak 20km barat-laut Hay al-Yasmin di Riyadh," kata sumber itu.

Dalam sambutannya yang relevan pada hari Kamis (14/5), Kepala Dewan Tinggi Revolusi Yaman Mohammad Al-Houthi menggarisbawahi bahwa serangan rezim Saudi di Yaman itu dimaksudkan untuk menyelamatkan Israel, dan mengatakan bahwa agresi Al Saud berlangsung dibawah perintah Tel Aviv dan Washington.

"Arab Saudi menyerang kami karena kami telah menjadi penyebab keprihatinan bagi Israel dan itu dimaksudkan untuk menenangkan kekhawatiran Israel ...," kata al-Houthi.

Dia menegaskan bahwa agresi yang dipimpin Saudi melawan Yaman berlangsung dibawah perintah langsung dari Amerika Serikat dan Israel.

Arab Saudi meluncurkan serangan pengeboman terhadap Yaman pada 26 Maret dalam upaya untuk memulihkan kekuatan untuk buronan Presiden Mansour Hadi, sekutu setia Riyadh.

Hadi mengundurkan diri pada bulan Januari dan menolak untuk mempertimbangkan kembali keputusan-nya meskipun adanya seruan dari revolusioner gerakan Ansarullah Houthi.

Meskipun klaim Riyadh bahwa dia membom posisi para pejuang Ansarullah, pesawat-pesawat tempur Arab Saudi meratakan daerah pemukiman dan infrastruktur sipil.

Serangan Monarki sejauh ini telah merenggut nyawa sedikitnya 3.815 warga sipil, sebagian besar wanita dan anak-anak, menurut penghitungan independen FNA ini.

(Source)

Konflik di Yaman, PBB: Lebih Dari 1.800 Orang Tewas

Sebuah seranagan udara Arab Saudi ke depot senjata di Sanaa pada 20 April lalu diperkirakan menewaskan setidaknya 25 orang. Serangan tersebut menghancurkan KBRI di Yaman dan melukai dua staf KBRI. (Reuters)

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Selasa (19/5), menyebutkan lebih dari 1.800 orang tewas dan lebih dari 500.000 orang kehilangan tempat tinggal akibat konflik yang terjadi di Yaman sejak Maret lalu.
Disebutkan, pada 15 Mei 2015 sebanyak 1.849 orang tewas dan 7.394 terluka, papar Badan Kemanusiaan PBB mengutip keterangan dari Kementerian Kesehatan Yaman.

PBB kembali menegaskan bahwa banyak korban tewas dan terluka yang tak ditangani oleh institusi kesehatan di Yaman. Artinya, bahwa jumlah korban bisa lebih besar dari data yang dirilis oleh institusi kesehatan Yaman.

Penyampaian jumlah korban tersebut dirilis saat para saksi mata menyebutkan bahwa pesawat militer pimpinan Arab Saudi melancarkan serangan udara terhadap pemberontak Yaman dan sekutunya di Sanaa, pada serangan pertama di ibu kota yang dikuasai para pemberontak sejak berakhirnya gencatan senjata kemanusiaan selama lima hari pada Minggu (17/5).

(Source)

Masalah Jarak, Indonesia Pikirkan Mekanisme Bantu Yaman

Wakil presiden RI Jusuf Kalla (Humas UMY) 

Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) membenarkan bahwa Indonesia tengah mempertimbangkan memberikan bantuan kemanusiaan ke Yaman. Hal itu dikatakannya usai bertemu KUAI (Kuasa Usaha Ad Interim) Kedutaan Besar Yaman untuk Indonesia Ahmed Sayyad di Kantor Wapres, Jakarta, Selasa (19/5).

"Yaman menyampaikan keadaan negerinya yang memprihatinkan karena itu tentu juga mengharapkan apabila memungkinkan tentu masyarakat Indonesia dan pemerintah membantu," kata JK.
Hanya saja, lanjut JK, masalah jarak antara Indonesia dan Yaman membuat pemerintah berpikir perihal mekanisme pemberian bantuan tersebut.

"Tentu jadi pertimbangan kita (memberi bantuan), walaupun kita tahu Indonesia terlalu jauh dari Yaman. Membawa bantuan ke sana tidak mudah. Tentu bisa dari jalan lain lagi," ujarnya.

Namun, JK tetap menyatakan pemerintah tentu akan memberikan bantuan kemanusiaan.
Seperti diketahui, Sayyad memang menemui JK guna meminta bantuan kemanusiaan untuk warga Yaman akibat perang antara koalisi Arab Saudi dan Kelompok Houthi.

"Kami berdiskusi tentang kemungkinan atau rencana memberikan bantuan kemanusiaan melalui Palang Merah Indonesia (PMI)," kata Sayyad usai bertemu JK di Istana Wapres, Jakarta, Selasa (19/5).
Menurut Sayyad, masyarakat di Yaman saat ini sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan, seperti obat-obatan. Oleh karena itu, membutuhkan uluran tangan dari Indonesia.

Deputi Setwapres bidang politik, Dewi Fortuna Anwar membenarkan bahwa kedatangan Sayyed untuk meminta bantuan kemanusian.

Menurut Dewi, permintaan tersebut ditanggapi positif oleh JK. Dengan memprioritaskan dialog untuk menyelesaikan konflik antarnegara-negara Islam.

"Pak JK katakan disamping mengadakan peringatan KAA (Konfrensi Asia Afrika), ada pertemuan delegasi anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI), presiden sudah sampaikan prioritaskan dialog dan bantuan kemanusian," ujar Dewi.

Selain itu, Dewi menyampaikan bahwa JK menegaskan Indonesia tidak akan terlibat dalam konflik antarnegara Islam dan mengedepankan penyelesaian dengan rasa persaudaraan.
Namun, JK tidak secara rinci menyebutkan bentuk bantuan yang akan diberikan Indonesia bagi masyarakat di Yaman.

Terkait bantuan, sejauh ini, Indonesia melalui Tim Percepatan Evakuasi WNI telah membantu mengevakuasi 200 warga negara asing (WNA) keluar dari Yaman. Mereka, di antaranya berasal dari India, Pakistan, Yaman, Burkina Faso, Inggris, Amerika Serikat, Malaysia, Thailand, dan Afrika Selatan.

Kemudian, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) mencatat setidaknya ada 10 negara sahabat telah secara resmi meminta bantuan Indonesia untuk mengevakuasi warganya yang ada di berbagai wilayah di Yaman.
Situasi di Yaman sendiri belakangan kembali mencekam setelah gencatan senjata antara Arab Saudi dan Kelompok Houthi berakhir pada Minggu (17/5).

Sebagaimana diberitakan Reuters, Koalisi Arab Saudi kembali menyerang Kelompok Houthi di Aden, Yaman, sepanjang 16-17 Mei malam waktu setempat.

(Source)

Saudi Langgar Gencatan Senjata dengan Menembakkan Belasan Roket


Hingga saat ini belum ada laporan korban jiwa akibat serangan itu, kantor berita berbahasa Arab al-Masirah melaporkan.
 

Militer Saudi telah menembakkan lebih dari selusin roket ke Yaman, aksi pelanggaran mencolok dari "gencatan senjata" yang dinyatakan oleh Riyadh sendiri di tengah agresi militer terhadap Yaman.

Pada Jumat sore (15/5/15), pasukan Saudi menembakkan sedikitnya delapan roket di kamp al-Mazraq di provinsi barat laut Yaman dari Hajjah, dekat dengan perbatasan Saudi dan terletak sekitar 300 kilometer (186 mil) barat laut dari ibukota Yaman, Sana'a.

Hingga saat ini belum ada laporan korban jiwa akibat serangan itu, kantor berita berbahasa Arab al-Masirah melaporkan.

Di tempat lain, enam roket ditembakkan oleh pasukan Saudi dan menghantam daerah al-Husamah di provinsi barat laut Sa'ada.

Perkembangan datang hanya sehari setelah tentara Yaman mengeluarkan ancaman tegas terhadap Arab Saudi, mengatakan setiap pelanggaran terhadap "gencatan senjata," yang dinyatakan pada tanggal 12 Mei, akan mandapatkan respons yang kuat dari Yaman.

(Source)

Wawancara: Tak Ada Satu Jet Tempur Saudi yang Bisa Terbang Tanpa AS


Seluruh infrastruktur di Arab Saudi, terutama militer, pengawasan telekomunikasi, pengoperasian pesawat tempur, pemboman, semua ditangani oleh AS, dari pelatih, penasihat, kontraktor dan setiap langkah tahapan.
 
Press TV melakukan wawancara dengan Sara Flounders, co-direktur the International Action Center, di New York, membahas serangan udara terbaru Bani Saud terhadap Yaman meskipun pekan lalu Riyadh mengumumkan gencatan senjata.

Berikut ini adalah transkrip bebas wawancara tersebut.

Press TV: Meskipun jeda 5 hari diumumkan oleh Arab Saudi, dilanggar sejak awal, mengapa Arab Saudi tidak menghormati gencatan senjata sendiri?

Flounders: Arab Saudi tidak menghormati hak-hak setiap orang, sehingga tak mengherankan jika mereka tidak menghormati gencatan senjata yang mereka sendiri sepakati. Seluruh serangan terhadap warga Yaman benar-benar kriminal, ilegal dipandang dari standar apapun. Pemboman terbaru benar-benar keterlaluan. Fakta menunjukkan Arab Saudi tidak menghormati gencatan senjata ... tidak menghormati warga tetangga, bahkan terhadap populasi mereka sendiri.

Press TV: Tidak diragukan lagi, Arab Saudi sudah melanggar hukum kemanusiaan internasional bahkan berperang tanpa mandat jelas dari PBB, tetapi sekali lagi, mengapa PBB tidak melakukan apapun mengenai hal itu?

Flounders: PBB tidak melakukan apapun mengenai itu karena akan .... Siapa yang mendukung penuh serangan Arab dari setiap tahapan, tidak ada satu pemboman tanpa restu AS. Seluruh infrastruktur di Arab Saudi, terutama militer, pengawasan telekomunikasi, pengoperasian pesawat tempur, pemboman, semua ditangani oleh AS, dari pelatih, penasihat, kontraktor dan setiap langkah tahapan.

Satu jet Saudi tidak akan bisa terbang tanpa komunikasi dengan pengawasan AS. Itu adalah tujuan Arab Saudi bermain-main dengan AS bertahun-tahun. Jadi, hal yang sama dalam operasi didalam PBB, Arab Saudi mempunyai pelindung nyata di PBB dalam perang kriminal, dan itu adalah Amerika Serikat. Dan sepenuhnya, pemboman ini berlangsung atas persekongkolan dan kesepakatan AS.

(Source)

Ulama, Juru Damai Atau Pendukung Konflik?


Agresi Arab Saudi dan sekutunya ke Yaman tak hanya menyulut reaksi sejumlah pengamat politik dan aktivis anti perang di Tanah Air, tapi juga menyeret beberapa orang yang mengklaim dirinya sebagai “Ulama Indonesia” ikut-ikutan unjuk sikap dengan mendatangi kantor kedubes Arab Saudi, Sabtu (11/4/2015) lalu.
Apakah langkah itu semata ingin menunjukkan kepentingan dan keberpihakan kepada Arab Saudi selaku agresor? Ataukah karena hal itu justru dianggap bagian dari tugas keulamaan mereka?
 
Untuk mengetahui seperti apa seharusnya kalangan ulama menyikapi kondisi politik di negara lain khususnya terkait sikap mendukung atau menolak, baik perang maupun perdamaian, berikut ini petikan wawancara timABI Press dengan cendekiawan muslim Dr. Muhsin Labib.

Apa sebenarnya ulama itu?

Ulama itu dalam bahasa arab kata jamak dari ‘alim. Secara kebahasaan artinya adalah orang yang berpengetahuan. Orang yang mengetahui itu disebut alim, siapa saja yang mengetahui sesuatu dia disebut alim. Tapi sebagai sebuah predikat permanen secara terminologis, ulama itu artinya adalah sekumpulan orang atau beberapa orang yang mengetahui bidang agama.

Kemudian di Indonesia kata ulama itu memiliki makna singular atau plural, satu orang disebut dengan ulama atau alim mestinya. Secara terminologis artinya agamawan, orang-orang yang mengurusi bidang agama atau ahli dalam bidang agama. Tapi kalau kita melihat arti ulama secara keagamaan, substansi ulama adalah seperti yang disebutkan dalam kitab suci al-Quran yaitu siapa yang paling takut kepada Allah, yang takut kepada Allah adalah orang-orang yang berpengetahuan, adalah orang-orang yang mengetahui kedudukan Allah. Nah, itulah yang disebut dengan ulama.

Jadi ulama secara substansial adalah orang yang takut kepada Allah, sebab pengetahuannya tentang Allah dan kebesaran Allah, pengetahuannya tentang agama dan semuanya, maka dia takut kepada Allah. Itu secara substansial. Tapi secara fenomenologis atau secara kenyataannya ulama adalah sebuah atribut yang dilekatkan pada orang-orang tertentu atau diklaim oleh orang-orang tertentu yang disebut ulama.

Di Indonesia secara khusus, memang tidak ada kriteria baku, tidak juga ada proses seleksi yang ketat, sehingga siapa saja bisa dengan mudah disebut ulama, siapa saja bisa menyebut dirinya ulama, siapa saja bisa membuat lembaga yang mengatasnamakan ulama, membawa nama ulama, dan lain sebagainya.

Dalam kenyataannya, di sini ada lembaga yang secara umum populer itu dianggap sebagai merepresentasikan ulama, padahal tidak harus berada di situ dan tidak juga mereka yang ada di situ juga bisa dianggap mewakili ulama dalam pengertian umum, mewakili pandangan agama semua umat Islam yang ada di Indonesia. Tapi masyarakat awam menganggapnya lembaga itu secara resmi merupakan representasi dari umat Islam, sebagai tempat pemuka-pemuka Islam di Indonesia. Jadi memang longgar, siapa saja bisa jadi ulama, makanya ada sebutan derivat dari ulama yaitu, kyai, ustaz, mubalig dan lain sebagainnya. Berbeda dengan di negara lain seperti di Iran dan Mesir, ada kriteria khusus bagi seseorang untuk disebut ulama. Kalau di sini kan siapa saja bisa disebut ulama sehingga yang bener-bener ulama dengan yang mirip ulama atau ulama gadungan tidak bisa dibedakan. Sebab masyarakat mengukurnya dari situ.

Yang lebih memprihatinkan lagi karena sudah disebut ulama, semua urusan agama itu seakan-akan sudah diserahkan kepadanya, sehingga posisi yang lain itu betul-betul tidak berhak ikut menentukan mana yang benar, mana yang salah. Semuanya sudah diserahkan dan ditentukan ulama. Nah, di sini cenderung terjadi manipulasi, pemanfaatan. Kadang tujuannya untuk bisnis, untuk kepentingan-kepentingan tertentu, digunakanlah nama ulama, agama dan lain sebagainnya. Ini yang memprihatinkan.
 
Karena itu masyarakat harus pandai-pandai memperhatikan mana yang bener-bener ulama dan mana yang tidak. Disebutkan dalam sebuah syair oleh seorang penyair Iran terkenal bernama Sa’di, “Betapa sulitnya menjadi manusia, betapa mudahnya menjadi ulama.” Artinya, di sini ingin menunjukkan bahwa manusia itu substansi sedangkan ulama itu predikat, atribut yang bisa disandangkan. Tapi manusia yang menjunjung tinggi etika dan logika, barulah disebut ulama.
 
Tapi dalam kenyataannya, orang-orang yang menyandang predikat ulama atau orang-orang yang mengklaim dirinya ulama ini malah seringkali tidak berpikir logis dan tidak bertindak etis.  Karena begitu mudahnya orang mengaku ulama, maka kita harus hati-hati tentang itu.
 
Tugas-tugas ulama itu apa saja? Apakah juga bertugas memberikan dukungan kepada negara tertentu yang sedang berkonflik?
 
Kalau di al-Quran disebutkan memang diharuskan bagi sekelompok orang untuk mengutus beberapa orang untuk mendalami agama sehingga setelah mempelajari kembali ke masyarakatnya menjadi orang-orang yang selalu memberikan peringatan-peringatan tentang ajaran agama, dosa-dosa dan lain sebagainnya. Itu yang ada dalam al-Quran dan banyak sekali ayat-ayat al-Quran yang memang mengutamakan ilmu.
 
Ulama itu artinya berilmu, ulama itu bukan tampilan. Kalau tidak berilmu ya tidak bisa disebut ulama. Ulama itu ya mestinya karena alim. Ulama, ilmu, ‘alim. Itu kan sudah sambungannya, itu satu rangkaian. Nah, artinya dia harus benar-benar memiliki kapabilitas selain alim. Itu yang lebih penting. Seandainya dia pandai pun, seandainya dia berilmu pun, itu tidak cukup.

Tapi harus juga berperilaku sesuai dengan ilmunya. Nah, sementara di sini orang yang disebut alim itu hanya yang ngomong, yang kerjanya nyuruh orang. Lha kalau cuma nyuruh itu, ya buat apa? Orang alim yang sebenarnya dalah yang amil, dia tidak menyuruh sesuatu kecuali dia melakukannya. Dia tidak melarang sesuatu yang buruk kecuali dia sendiri tidak melakukannnya.
 
Tapi kenyataannya kan tidak. Dia hanya seperti mesin, hanya ngomong. Setelah itu, apakah yang disampaikan mencerminkan perilaku? Apakah dia mencerminkan perilaku itu? Ternyata tidak mesti juga. Nah, ulama itu tugas utamanya adalah menjelaskan agama, mengayomi masyarakat, menjadi perekat. Bukan malah membingungkan, bukan malah berpihak, bukan malah menjadi pemicu keributan, konflik, dan lain sebagainya.
 
Yang Anda tanyakan tadi bagaimana sih kok ulama itu tiba-tiba memberikan dukungan? Soal ini saya mempunyai beberapa catatan, beberapa poin yang perlu diperhatikan. Pertama, konflik satu negara dengan negara lain itu sendiri adalah salah bila kita mencampurinya. Artinya, ketika ada sebuah negara mencampuri urusan negara lain, itu sendiri adalah sebuah tindakan salah. Memberikan dukungan lebih salah lagi. Dalam kasus Saudi dan Yaman, saudi mencampuri negara lain. Di mana saja, mau Saudi mau negara manapun, itu tindakan yang tidak bisa dibenarkan, dengan alasan apapun!

Walaupun alasannya itu adalah menolong negara tetangga?
 
Walaupun alasannya adalah menolong negara tetangga. Karena yang berhak menentukan negara itu sendiri adalah rakyatnya.
 
Kalau alasannya adalah al-Quran yang menyebutkan, “jika salah satu pihak menolak kesepakatan damai, maka perangilah”?
 
Nah, mereka yang menentukan siapa yang menjadi juru damai, ini yang bermasalah. Kalau ayatnya iya, tapi kemudian mengklaim dirinya sebagai juru damai? Kenapa tidak menyelesaikan Palestina yang lebih dulu? Saya kira tidak ada model begitu. Ketika orang ingin menjadi juru damai, ya harus diterima oleh kedua belah pihak. Kalau dia sudah berpihak kepada salah satu pihak, maka tidak bisa lagi menjadi juru damai. Apalagi fakta-fakta sudah menunjukkan, tidak ada ceritanya orang ingin mendamaikan dengan cara malah menghancurkan.

Karena berdasarkan pada ayat tersebut, ketika didamaikan tidak bisa…?
 
Faham, saya katakan ayat itu soal siapa yang ingin mendamaikan? Ini kan berposisi, lho Anda ini siapa? Yang mendamaikan itu harusnya pihak yang diterima oleh kedua belah pihak, aklamasi masyarakatnya menerima itu. Ketika masyarakatnya menolak, berarti Anda tidak bisa memaksakan diri mengaku sebagai juru damai. Itu bukan juru damai, tapi punya kepentingan untuk menetapkan satu pihak tertentu menang atas pihak lain. Jadi, mau Saudi, atau negara manapun, saya tidak bicara Saudi secara khusus, tapi negara manapun, mencampuri urusan orang lain itu tidak boleh. Mencampuri urusan negara lain, mencampuri rumah tangga orang lain, mencampuri dalam hal apapun, dia tidak punya hak melakukan itu.
 
Kalau negara tetangga tersebut meminta bantuan pertolongan dari negara terdekat?
 
Nah, minta tolong itu kan harus mewakili siapa yang minta tolong, dia kan harus merepresentasikan masyarakat. Ini tidak ada buktinya, apalagi satu orang yang lari malah minta tolong. Dia yang lari itu mestinya ditangkap, karena dia meninggalkan rakyatnya. Dengan dia lari itu  berarti dia tidak merepresentasikan masyarakatnya, jelaslah.
 
Saya lari dari rumah karena diusir oleh yang punya rumah, lalu saya mengatasnamakan yang punya rumah itu. Ndak ada logika yang bisa menerima, itu logika yang paling sederhana, idiot saja tidak bisa membenarkan itu. Kemudian kalau tujuannya mendamaikan itu, bukan kemudian dia mengirimkan tentaranya, jet-jetnya untuk ngebom. Sekarang sudah hampir lebih dari 500 anak dan perempuan meninggal, karena keinginan Saudi untuk menjadi juru damai ini. Jadi jelas tidak ada yang bisa membenarkan itu.
 
Alasan lainnya adalah untuk mengamankan kota suci Mekah dan Madinah agar pelaksanaan ibadah haji tidak terganggu, sebab jika konflik di Yaman menyebar ke Saudi maka dikhawatirkan prosesi haji akan terganggu. Bagaimana pandangan Anda?
 
Lebih lucu lagi itu. Bayangkan, Saudi negara yang aman, tenteram, kuat, dilindungi oleh Amerika, dilindungi oleh siapapun. Terlalu naif menganggap bahwa Saudi itu akan diganggu oleh sekelompok orang yang katanya pemberontak, yang katanya kecil, yang sarungan, yang ndak punya senjata itu. Makin jauh itu. Itu pun kalau mereka bisa masuk ke Saudi, tapi ini buktinya malah Saudi yang masuk wilayah Yaman.

Asumsi itu terlalu naïf. Jadi tidak ada yang bisa membenarkan alasan itu, kenapa? Sebab Israel lebih memungkinkan (masuk ke Saudi). Atau jangan-jangan ternyata yang berbahaya bagi Saudi itu bukan Israel, tapi Hautsi yang lebih berbahaya? Sama Israel lalu bagaimana? Oh, berarti Isarel itu tidak ada kemungkinan menguasai Saudi? Memangnya Israel bukan musuh?

Jadi dalilnya ini malah menunjukkan bahwa Saudi itu tidak terganggu oleh Israel yang kemungkinan akan menguasai Mekkah atau Madinah atau menghancurkannya. Ternyata Saudi lebih takut kepada Yaman yang lemah, yang miskin, yang tidak punya senjata, tidak punya pesawat tempur, tidak punya apa-apa ini.
 
Lalu kenapa dengan cara membombardir? Mestinya Saudi tidak memancing musuh untuk masuk ke wilayahnya. Dengan agresi begini berarti kan mereka sudah tahu bakal terjadi pertempuran. Kalau keadaan berbalik, musuh makin masuk ke Saudi, berarti yang menginginkan penghancuran Saudi dan Mekah serta Madinah adalah Saudi sendiri.
 
Itu pertama, jadi mencampuri urusan negara lain itu tidak ada yang benar, mau alasan agama, mau alasan etika, logika, tidak ada yang bisa membenarkan. Kedua, kita sebagai warganegara Indonesia, seandainya kita pejabat pun, tetap tidak punya hak untuk mencampuri urusan negara lain. Apalagi kita bukan sebagai apa-apa, bukan sebagai pejabat negara, hanya seorang ulama. Coba tanya orang-orang yang mendatangi kedubes Saudi itu, ulama darimana dan dimana kamu? Kamu keluar dari teritori Indonesia, bukan lagi ulama. Karena kamu sebagai ulama bagi orang-orang yang mempercayaimu, itupun tidak merepresentasi semua umat Islam di Indonesia, tidak semua orang perrcaya pada keulamaan kamu. Karena itu, tadi pertama saya tekankan, jangan mencampuri urusan negara lain, pun kalau ingin menyikapi dalam tata hubungan internasional itu mestinya ya Kementerian Luar Negeri. Jika tidak, bila ada warganegara mencampuri urusan negara lain, ini yang disebut dengan indikasi adanya ideologi transnasional.
 
Bagaimana bila alasan mereka adalah karena anggapan bahwa apa yang terjadi di Yaman akan diekspor ke Indonesia?
 
Kekhawatiran? PKI juga ekspor, semuanya ekspor. Islam juga ekspor, kalau bukan ekspor masa dari Saudi bisa masuk ke sini? Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tapi mencampuri urusan negara lain dengan alasan Anda sebagai warga negara Indonesia, apa hak Anda?
 
Jelaslah ini ada upaya untuk menjustifikasinya menjadi sebuah masalah agama, sehingga apa? Sehingga bisa dibenarkan aksi pengeboman itu. Anda mendukung tindakan yang mengakibatkan satu nyawa melayang saja berarti ikut melakukan, apalagi memberikan dukungan dengan mendatanginya dengan alasan-alasan yang tidak masuk akal. Media itu juga perlu memperhatikan saat membuat judul berita “Ulama Indonesia Mendukung Agresi dan Invasi Saudi ke Yaman.” Kenapa menyebut ulama Indonesia? Padahal faktanya hanya beberapa orang, kemudian dikatakan ulama Indonesia, seolah mewakili semuanya? Ini jelas-jelas manipulasi.
 
Tapi di antara mereka (yang mendatangi Kedubes Saudi) juga kan ada yang memiliki posisi di Ormas Islam?
 
Apapun namanya, tidak bisa Anda mengatakan, hanya karena satu orang, dua orang, tiga orang, lalu menamakannya seolah mewakili semua orang. Kenapa tidak sekalian menyebutnya “Umat Islam Indonesia” saja kalau begitu. Anda katakan beberapa ulama, beberapa orang yang diakui sebagai ulama, memberikan dukungan. Itu masih bisa diterima oleh sebagian orang. Tapi kalau ulama Indonesia mendukung, lha Indonesia ini kan besar, hanya beberapa gelintir orang ya ndak cukup merepresentasi, apalagi bila tidak semua orang menganggap mereka sebagai ulama.
 
Jadi jangan katakan “Ulama Indonesia Mendukung Saudi.” Jelas-jelas itu pembodohan. Tapi kalau “Beberapa Ulama Datang ke Kedutaan Saudi Memberikan Dukungan,” nah, itu boleh lah.
 
Walaupun dengan semua alasan yang telah saya sebutkan tadi?
 
Lho iya, suruh saja bawa semua alasannya itu, bakal ditolak oleh masyarakat. Saya sebagai orang Indonesia mengurusi konflik di negara lain? Orang akan bertanya, lha kamu ini siapa? Merepresentasikan negara juga tidak! Bahkan ternyata negara yang selama ini, awalnya menyatakan mendukung Saudi, sekarang menarik diri. Ini tandanya kita punya masalah sendiri. Negara kita ini punya banyak masalah, tidak sampai perlu ngurusin negara lain, di sini banyak korupsi, banyak penyimpangan, narkoba, segala macam. Mau ngurusin negara lain yang jaraknya ribuan kilo dari kita, memangnya kurang kerjaan? Jangan-jangan ada sesuatu? Maka itu kemungkinannya hanya dua, naif atau tendensius.
 
Apakah yang mereka lakukan itu bukan merupakan tugas dari ulama?
 
Tugas ulama ngurusi atau intervensi urusan negara lain itu tidak ada. Kenapa tidak kasus-kasus sebelumnya juga disikapi? Sekalian saja semua konflik-konflik internasional ditanggapi! Tidak ada! Jadi jelaslah kalau mau menjadi ulama yang baik malah semestinya memberikan dorongan kepada Saudi untuk kembali ke meja perundingan dan itu kalau berkepentingan untuk mendamaikan, tempuhlah jalan damai. Mau damai tapi yang ditempuh bukan jalan damai, ini kan paradoks! Dan tidak perlu diskusi masalah ini, ibaratnya sudah selesai lah kitabnya. Artinya, tidak ada orang waras bakal mendukung tindakan kekerasan.

Kalau justfikasinya membawa ayat untuk menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Saudi itu adalah benar dan Saudi juga mengatakan ini adalah permintaan pemerintah Yaman yang sah?
 
Sekarang yang melakukan perlawanan adalah tentara Yaman. Apakah satu orang dapat mewakili? Untuk membombardir semua rakyat Yaman? Sudah lah, alasan itu jangan dibawa-bawa lagi. Tidak ada orang membawa itu, pengamat juga tidak ada yang menggunakan argumen-argumen itu.
 
Meski argumen dari al-Quran?

Iya! Tidak ada! Al-Quran digunakan untuk membunuh orang? Saya bisa menyatakan Anda untuk dibunuh dengan ayat, apa semudah itu? Khawarij melakukan itu, Ali bin Abi Thalib dibunuh karena mereka menggunakan ayat. Jadi ini malah mencerminkan ideologi transnasional. Dulu kita bicara tentang ideologi transnasional kelompok-kelompok teroris, lho ternyata cara pandang ini juga mencerminkan ideologi transnasional.
 
Anda warganegara Indonesia bukan warganegara Saudi, Anda tidak tahu persoalan Yaman, tidak mengikuti kronologi sejarah konflik-konfliknya, tiba-tiba Anda memberikan dukungan. Oh, berarti Anda merasa punya bagian dari ini. Lihat tulisannya Said Agil Siradj di Kompas yang cukup menohok mengingatkan kita, “jangan mencampuri yang bukan urusan Anda. kembali ke negara Anda, bangsa Anda, rakyat kita perlu untuk dibenahi.” Nah, begitu seharusnya.

Lha ini yang mereka lakukan, semakin menegaskan mereka sudah kehilangan legitimasinya sebagai ulama.

Walaupun alasannya seperti yang telah saya utarakan tadi, seperti lebih pada ketakutan ideologi Hautsi ditransfer ke Indonesia?

Emangnya Hautsi itu siapa!? Siapa Hautsi itu!? Hautsi itu melakukan apa!? Mana bukti-buktiya Hautsi melakukan sesuatu!? Ada buktinya? Hautsi itu merepresentasikan masyarakat Yaman, Hautsi bukan satu kelompok. Yaman Utara itu semuanya Hautsi, dipikir Hautsi itu satu kelompok kecil begitu!? Hautsi itu seperti NU di Indonesia.
 
Nah ulama-ulama ini perlu baca, perlu wawasan. Siapa Hautsi itu? Bagaimana perkembangannya? Bagaimana Yaman itu? Hautsi kok ditulis dan disebut pemberontak! Lha kalau pemberontak itu merepresentasikan rakyatnya, apa masih mau tetep dicap pemberontak? Lha kita ini juga dulunya pemberontak terhadap penjajah Belanda. Pemberontak, tapi pemberontak yang merepresentasikan keinginan masyarakat. Jadi, apa pemberontak itu? Kalau mengusir koruptor, rezim boneka, ya bagus itu! Saat Reformasi, kita dulu juga memberontak terhadap Soeharto.

Terus disebut apa ketika sejumlah orang yang mengaku ulama mengunjungi salah satu kedubes negara yang berkonflik dan menyatakan dukungannya?

Ya, itu memalukan rakyat Indonesia. Mereka itu melakukan tindakan dengan mengatasnamakan rakyat Indonesia, mengatasnamakan umat Islam Indonesia. Sama sekali tidak dapat dibenarkan.
 
Seharusnya mereka berposisi dimana?
 
Ya namanya ulama mestinya mengayomi, memberikan masukan-masukan untuk damai. Klarifikasi, banyak yang bisa dilakukan, kok malah mendukung salah satu pihak untuk melakukan bombardir. Sedangkan yang paling representatif di Indonesia itu ya NU dan Muhammadiyah. Sedangkan mereka ini mewakili siapa?
 
Di antara mereka ada orang NU dan Muhammadiyah juga kan?
 
Person, tapi bukan lembaga yang melalui Muktamar dan merepresentasikan masyarakat NU. Kalau cuma satu orang, masa bisa disebut mewakili. Mereka ini person-person, tidak punya gaung, tidak punya pengaruh apapun, artinya tidak bisa mengatasnamakan NU atau Muhammadiyah. Saudi juga jangan terlalu bangga dengan dukungan ini, ndak ada apa-apanya bagi rakyat Indonesia.
 
Mau lihat rakyat Indonesia? Lihat sosial media, lihat masyarakat kumpul, bagaimana sih sikap mereka terhadap Saudi, mereka punya masalah dengan rezim Saudi. Suruh selesaikan masalah kezaliman terhadap para TKI asal Indonesia itu, jadi jangan terlalu gembira. Indonesia dengan kesadaran tentang Islam citarasa Indonesia, sudah tidak lagi gampang silau dengan baju-baju gamis dan longdress-longdress.
 
Lalu bagimana umat Islam seharusnya memandang ulama yang keluar dari jalur tugas mereka?
 
Ditinggal, tidak ada pengaruhnya apa-apa. Mereka itu separuhnya dibesarkan oleh media-media tertentu, tetapi tidak di hati masyarakat. Masyarakat ini cerdas, saya ini bergaul, saya tahu, rakyat ini cerdas, lebih cerdas dari mereka. Lho iya! Orang lebih suka mendengarkan motivator daripada ulama atau ustaz, buktinya Mario Teguh lebih populer.
 
Karena itu harus cepat-cepat evaluasi, jangan terus-terusan ikut terlibat dalam konflik, jangan menjadi bagian dari konflik-konflik, jangan ikut mengatakan ini sah ndak sah, siapa kamu? Kamu pemegang KTP Yaman!? Pemegang KTP Saudi!? Tahu deritanya orang-orang Yaman?
 
Jika tidak tau apa-apa, cara yang paling baik itu kalau ndak mendamaikan ya diam. Berdoa, tunjukkan perilaku yang mengayomi. Sebenarnya siapa yang mau mendengarkan mereka di sana? Tidak Yaman! Tidak juga Saudi! Jadi lebih baik hemat sikap, hemat ngomong, fokus pada prioritas. Lha mereka ini gagal paham prioritas, tidak tahu mana prioritas, mana yang perlu diperhatikan, ngomong ke sana kemari seenaknya. Kasihan.
 
Kalau terhadap umat Islam dan masyarakat Indonesia, apa pesan-pesan Anda agar dapat memandang ulama yang di Indonesia dapat dengan mudah disandang oleh siapa saja, tanpa ada komvensi atau ujian khusus?
 
Rakyat Indonesia, umat Islam Indonesia harus memperhatikan substansi, jangan silau dengan tampilan, jangan silau dengan busana, jangan silau dengan retorika. Perhatikan saja substansi keulamaan dan perilaku mereka, dari pernyataannya, dari sikapnya. Bahkan menurut saya, yang perlu memperbaiki sikap itu adalah ulamanya bukan masyarakatnya.
 
Ulama yang berperilaku baik akan diterima oleh masyarakat. Sudah waktunya jangan ngomong saja, tunjukkan dalam bentuk perilaku, dalam bentuk sikap. Itu lebih memberikan pengajaran kepada banyak orang. Orang lebih mengikuti perilaku dan sikap daripada omongan.
 
Tapi pada zaman dulu masyarakat Indonesia kan lebih mendengarkan ulama daripada yang lain, apakah ini berarti telah terjadi pergeseran perlakuan kepada para ulama?
 
Karena pada masa itu posisi ulama benar-benar dijaga. Orang yang menjadi ulama benar-benar ulama yang hidup bersama masyarakat, tahu deritanya, menjadi pengayom, perekat, bukan menjadi pemecah belah. Lihat saja Sunan-Sunan itu, itu kan perilakunya ulama. Lihat kyai-kyai besar sebelumnya, itu sudah cukup kalo tidak harus sampai ke Sunan-Sunan, kyai-kyai tertentu itu sudah bisa memainkan perannya. Tapi ketika mereka masuk dalam politik, ikut dukung sana, dukung sini, maka hilanglah wibawanya. Mereka kehilangan kehormatannya, kehilangan  pesonanya dan tidak ada tempat lagi di hati rakyat.
 
Apa penyebab pergeseran yang terjadi pada ulama hingga seperti saat ini?
 
Ketidaksiapan untuk menjadi ulama. Karena untuk menjadi ulama itu harus punya kesiapan-kesiapan. Saya dulu pernah belajar dalam ilmu akhlak, nasihatnya adalah “kalau Anda sekiranya tidak cukup kuat untuk menjadi ulama, menanggung beban ini, sebaiknya menjadi orang biasa saja.” Karena bebannya berat, kalau berbuat baik akan mendapatkan pahala berganda karena orang akan mengikutinya, karena perilakunya. Tapi kalau berbuat dosa, dosanya juga berganda, karena akan dianggap oleh orang-orang, bahwa itu adalah kebenaran.
 
Orang akan mengatakan ”dia saja yang ulama, yang mengerti agama begitu, ya bagaimana saya.” Maka itu disebutkan dalam al-Quran kepada istri-istri Nabi juga ada, “wahai istri-istri nabi, kamu tidak seperti wanita-wanita lain.” Posisi kamu lebih terhormat. Artinya apa? Kalau kamu berbuat baik, pasti kamu akan mendapatkan pahala berganda karena orang mengikuti kamu. Tapi kalau kamu berbuat buruk, ya kamu nanti akan juga dinilai karena keburukanmu berdampak pada masyarakat.
 
Nah, kalau ada orang berani menyatakan diri sebagai ulama, berarti dia harus rela untuk dinilai, untuk diawasi, untuk diperhatikan, untuk dikritisi, itu risikonya. Jangan cuma enaknya mau jadi ulama dengan semua penghormatannya tapi tidak mau dikritisi, kecuali Nabi yang memang sudah pasti benar. Lha kalau mereka, kan manusia biasa. Jadi jangan tersingung kalau perilakunya dinilai tidak mencerminkan ulama.
 
Masyarakat saat ini cerdas, sehingga tidak semudah itu Anda menjadi ulama, kemudian orang lain hanya akan langsung mendengar omongan Anda. Tapi masyarakat akan menimbang dulu, logis atau tidak, masuk akal atau tidak, bertentangan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan atau tidak, apa-apa yang Anda omongkan.
 
Jelas-jelas mendukung agresi terhadap satu bangsa, itu bertentangan dengan Hak Asasi Manusia, bertentangan dengan Undang-Undang Dasar yang menolak penjajahan. Mau pakai dalil agama, mau pakai penafsiran ayat? Tidak akan pernah bisa ayat itu diputar-putar, tidak bisa! Bahwa Anda menafsirkannya sesuai dengan pandangan Anda, sesuai dengan kontrak-kontrak hubungan perjanjian bisnis dan sebagainya, itu bisa! Tapi ayat itu sendiri, ia akan berada dalam kesuciannya. Tidak akan bisa orang mengotak-atik ayat, tapi hanya bisa menafsirkannya.
 
Di satu sisi sebenarnya mereka menolak atas terbunuhnya warga sipil yang ada di Yaman, mereka juga menginginkan yang disebut pemberontak itu bisa ditumpas karena kekhawatiran ideologi mereka akan diekspor ke Indonesia. Jadi?
 
Yang perlu diperhatikan, yang perlu dikhawatirkan itu adalah ideologi ISIS. Kenapa sih kok muter-muter kesana kemari? Ini cara-cara untuk memanipulasi, untuk mengalihkan dari ancaman ISIS yang menggorok umat Islam, mau Syiah atau Sunni. Sementara Hautsi, tidak punya cita-cita membangun khilafah, tidak punya keinginan untuk pindah ke tempat-tempat lain. Kelompok ini urusannya ya urusan negaranya sendiri. Ini gerakan nasionalis murni, ndak ada hubungannya dengan khilafah, tidak ingin membangun pemerintahan internasional, tidak pernah memperagakan aksi menggorok kepala orang atau membunuh orang atau menghancurkan masjid, tidak  menghancurkan makam. Tidak ada itu!
 
Jadi jelas-jelas ini tendensius, jelas-jelas manipulatif, alhamdulillah banyak orang cerdas. Saya sendiri optimis.
 
Kekhawatiran lain adalah jika Hautsi itu masuk ke Saudi dan mereka ini digambarkan sebagai teroris maka akan masuk ke Mekkah dan Madinah?
 
Tidak! Pemberontak itu bukan teroris, pemberontak itu adalah terhadap rezim yang berkuasa. Hautsi kok disebut teroris? Hautsi itu pemimpin ormas resmi terbesar di Yaman, bernama Ansharallah. Ormas ini resmi, tidak menutup identitas, visinya religius nasionalis, tidak memimpikan khilafah, tidak juga meneriakkan negara monolitik berdasarkan satu sekte, tidak menghancurkan makam-makam, dan situs-situs sejarah. Singkatnya, inilah gerkan reformasi, yang diinginkan rakyat.

Hautsi ini punya partai, punya perwakilan, punya juru bicara. Terbesar di Yaman. Bukan yang pakai tutup-tutup kepala, orang-orangnya bisa ditemui dan hadir dalam pemakaman Raja Abdullah. Pidatonya terang-terangan, tidak ada yang perlu ditutup-tutupi.
 
Makanya perlu disadari bahwa Anda diperhatikan oleh banyak orang dan yang lebih pinter dari Anda banyak, yang bisa baca kitab seperti Anda banyak, yang tahu nahwu-sharaf banyak, yang doktor juga banyak. Jadi please santai saja, jangan kemaruk pada atribut-atribut ulama.
 
Jangan-jangan mereka ini adalah kelompok-kelompok yang mendukung ekstremisme.
 
Atau apakah ini adalah tandingan dari demo oleh Aliansi Anti Perang yang mengecam agresi Saudi beberapa hari lalu?
 
Boleh jadi! Dengan itu mungkin mereka ingin berusaha mempengaruhi opini umat Islam di Indonesia. Dulu, mungkin bisa! Dulu, sebelum orang itu jengah terhadap ISIS dan ekstremisme. Sekarang masyarakat sudah mau muntah terhadap semua jenis ektremisme, maka tidak akan berhasil, sadari itu! Saudi sedang berada dalam blunder, cari dukungan sana-sini! Lho katanya lawannya cuma pemberontak miskin pakai sarung, Saudi kan punya senjata-senjata tempur, mengapa kok sampai perlu dukungan sana-sini? Coba kalau mencari dukungan untuk melawan Israel, itu masih lumayan. Ini kan jelas-jelas ada yang tidak beres!
 
Israel…! Israel…! Pak Saudi! Pak ulama-ulama! Pak kyai-kyai, jangan lupakan Israel…!
 
Rupanya mereka sudah lupa jalan ke Palestina karena sudah terlalu lama dibiarkan.

Pada kenyataannya, sejumlah media menyebutkan Israel kan bergabung dengan koalisi, menurut Anda?
 
Kalau begitu ya sudah jelas. Berarti mereka ini mendukung negara yang didukung oleh Israel, makin jelas itu!
 
Sikap masyarakat saat ini terombang-ambing dalam pusaran pemberitaan dan keputusan sebagian orang yang mengaku ulama. Apa yang seharusnya masyarakat lakukan?
 
Intinya jangan campuri urusan negara lain, minimal kalau ndak mau menolak, ya jangan mendukung!
 
Cara ini lebih baik, kalau mau lebih berhati-hati diam, pasif nunggu proses berikutnya. PBB,  Dewan Keamanan, punya mekanisme untuk mengatasi itu. Anda yang cuma dari pojok-pojok kota ini mau datang memberi dukungan, tidak ada pengaruhnya apa-apa itu!
 
Itu cuma getar-getar kecil ndak ada pengaruhnya. Jadi kalau kita tidak tahu, takut salah menyikapi, jangan ceroboh, diam saja! Yang penting tetap saja gaungkan pesan perdamaian. Itulah cara terbaik memberikan masukan kepada siapapun yang berkonflik, mau ke kelompok yang dianggap pemberontak maupun ke Saudi yang konon merasa ingin menegakkan demokrasi. Meski terus terang saja agak terdengar lucu bila Saudi ingin menegakkan demokrasi.

Masyarakat, kalau mau, mending minimal diam saja lah. Tetaplah mendukung penyelesaian politik, bagaimana semua pihak bisa ikut berunding, begitu semestinya. Bukan malah ikut dukung-mendukung, salah itu! [ABI Press/Shabestan]

Arab Saudi Gempur Masjid Bersejarah Imam Hadi di Sha‘adah


Pesawat-pesawat tempur Arab Saudi pagi hari ini menggempur masjid bersejarah Imam Hadi as yang terletak di kota Sha‘dah, Yaman.
Menurut laporan media-media Yaman seperti dirilis oleh media-media Arab, serangan udara ini telah menewarkan 4 orang dan melukai 10 orang.

Gempuran udara Saudi ini telah menyebabkan seluruh bangunan masjid dan pusat perbelanjaan yang berada di sekitar masjid luluh lantak.

Aksi dan tindakan yang dilakukan oleh pesawat-pesawat tempur Saudi ini mengingatkan kita kepada aksi-aksi teroris yang biasa dilakukan oleh kelompok teroris ISIL di Iraq dan Suriah. Mereka dengan mudah dan dengan justifikasi membela Islam menghancurkan sebuah rumah Allah di mana pun mereka jumpai.

Di dalam masjid bersejarah Imam Hadi as ini juga terdapat makam Yahya bin Husain as, salah satu cucunda Imam Husain bin Ali bin Abi Thalib as.

(Shabestan)

Direktur HRW: Kejahatan Saudi Tak Berbeda dengan Zionis Israel

Korban keganasan jet tempur canggih Bani Saud

"Perang Saudi di Yaman mirip dengan Israel ketika melakukan agresi dan menyerang warga sipil sebagai sasaran sah jika warga tidak meninggalkan kawasannya,"
 
Direktur Eksekutif Human Rights Watch (HRW) Kenneth Roth pada Sabtu kemarin, 09/08/15, menyebut kejahatan Bani Saud terkait agresi di Yaman tidak berbeda dengan rezim Zionis Israel yang membunuh rakyat sipil di tanah air mereka.

"Perang Saudi di Yaman mirip dengan Israel ketika melakukan agresi dan menyerang warga sipil sebagai sasaran sah jika warga tidak meninggalkan kawasannya," kata Roth pada halaman facebook-nya saat mengomentari deklarasi rezim Saudi yang menyebut bahwa semua yang ada di kabupaten Sa'ada adalah target militer.

Pernyataan Roth tersebut dilakukan setelah Arab Saudi pada Jumat mengumumkan akan menyerang semua bidang di gubernuran Sa'ada sebagai target militer.

Kekejaman penguasa Bani Saud tanpa belas kasih, membunuh warga miskin tak berdosa Yaman tanpa ampun.

Pangeran-pangeran dari kerajaan padang pasir itu menikmati genangan darah anak-anak Yaman, banga tertindas. Mereka mengeluarkan perintah untuk membunuh dan menghancurkan semua target di Yaman dari atas takhta. Tidak pernah memahami tentang standar kemanusiaan dan memulihkan harapan mereka dengan menggelar operasi pembunuhan massal terhadap bangsa Yaman.

Kemarin, pesawat tempur cangih Bani Saud buatan AS menyerang seluruh anggota suku "Bakil al-Mir", di  Jizan. Seluruh keluarga tewas dan rumah mereka rata dengan tanah, sementara darah menggenang diatasnya.

(Source)

PBB: Serangan Saudi ke Yaman Melanggar Hukum Internasional


KBS melansir dengan mengutip Reuters, Johannes Van Der Klaauw, koordinator kemanusiaan PBB di Yaman, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa meskipun telah diberikan pesan kepada warga untuk meninggalkan kota Sa’dah di Yaman, tetapi karena kehadiran warga Yaman, serangan udara koalisi Arab yang dipimpin oleh Arab Saudi di Sa’dah Yaman adalah melanggar hukum internasional.

Dalam pernyataan itu disebutkan, pengeboman membabi buta terhadap daerah-daerah pemukiman, apakah dengan peringatan atau tanpa peringatan sebelumnya, adalah bertentangan dengan hukum kemanusiaan internasional.

Klaauw menambahkan dalam pernyataan itu bahwa menurut hukum internasional, peringatan yang terkait dengan serangan tidaklah menyebabkan pihak-pihak diinginkan melupakan komitmennya sendiri untuk mendukung warga.

Ia menandaskan, begitu banyak warga Yaman saat ini yang terkepung di Sa’dah dan mereka tidak dapat menggunakan mobil atau alat transportasi lainnya karena tiadanya bahan bakar, dengan demikian penduduk Yaman di provinsi ini berada dalam bahaya.

Dalam pernyataan itu tertera, semua pihak harus menahan diri menggunakan daerah-daerah pemukiman untuk serangan dan pasukan-pasukan militer tidak boleh ditempatkan di daerah-daerah ini.

(Shabestan)

Tanpa Dukungan AS, Saudi tak akan Mampu Serang Yaman


Pakar masalah politik Amerika Serikat mengatakan, Arab Saudi tanpa dukungan persenjataan Washington tidak akan mampu melakukan invasi militer ke Yaman.

Dean Henderson, Rabu (6/5) dalam wawancaranya dengan Press TV menyinggung dukungan militer dan persenjataan Amerika terhadap Saudi.

Ia menjelaskan, "Saudi menggunakan persenjataan bantuan Amerika untuk menyerang warga sipil Yaman."

Henderson juga mengatakan, tujuan Amerika mendukung Saudi dalam agresi militer ke Yaman, adalah upaya Washington untuk mendominasi penuh seluruh wilayah Timur Tengah.

Sementara itu, Saudi bersama sejumlah negara Arab kawasan dengan dukungan Amerika sejak 26 Maret lalu memulai serangan militer ke Yaman. Akibatnya, 3.000 warga sipil Yaman tewas dan terluka. (IRIB Indonesia/HS)

Foto - foto Serangan Saudi Tewaskan 337 Warga Sipil Yaman dalam 10 Hari


Jumlah korban tewas dan terluka dalam agresi militer Arab Saudi ke Yaman terus meningkat.
Seperti dilansir al-Quds al-Arabi, Jumat (8/5), juru bicara Angkatan Bersenjata Yaman mengatakan, serangan Arab Saudi ke Yaman dari 27 April hingga 6 Mei 2015 telah merenggut nyawa 337 orang.

Kolonel Sharaf Luqman menambahkan, serangan Arab Saudi dan sekutunya dalam kurun waktu tersebut juga telah melukai sekitar 2.460 orang.

Menurutnya, dalam jangka waktu itu, jet-jet tempur rezim Al Saud telah melancarkan serangan udara sebanyak 5.13 kali ke 290 wilayah di berbagai provinsi Yaman.


Kolonel Lukman lebih lanjut menuturkan, serangan-serangan jet tempur Arab Saudi selama beberapa hari terakhir juga menghancurkan 50 rumah, sejumlah infrastruktur vital, beberapa gedung pemerintah, tiga bandara, sebuah masjid, sebuah rumah sakit, dua pesawat penumpang, empat jembatan dan sebuah bendungan.

Berikut Foto-Foto yang lain:













Hindari Bom, Anak-Anak Yaman Bersembunyi di Lobang Galian


Al-Manar merilis foto anak-anak  Yaman yang tinggal di lobang galian di Saada untuk berlindung dari agresi gila-gilaan Saudi atas kota ini setelah diumumkan sebagai wilayah yang terbakar.

PBB, Kamis lalu, mengumumkan bahwa lebih dari 1.400 orang tewas dan  6 ribu terluka di Yaman selama enam pekan berlalunya agresi Saudi terhadap Yaman.

Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan di markas organisasi dunia, Koordinator Urusan  Kemanusiaan PBB,  Johannes van der Klaauw mengatakan bahwa sebagian besar korban adalah warga sipil.





Klaauw meminta semua pihak untuk memberikan koridor yang aman untuk evakuasi warga sipil dari wilayah-wilayah sasaran  bombardir udara dan mematuhi kewajibannya terkait  perlindungan warga sipil sesuai dengan hukum internasional kemanusiaan.(Source)

Sa’ada Terbakar Hebat oleh Senjata Pemusnah Massal Saudi


Sebuah sumber  di propinsi Sa’ada yang dilansir laman Lahj News melaporkan, pasukan agresor Saudi menghujani Sa’ada dengan bom-bom fosfor yang membakar, serta bom kimia serta rudal darat ke darat yang membawa gas beracun, yang keseluruhannya merupakan kategori senjata terlarang secara internasional.
Sumber itu menambahkan bahwa kematian massal terjadi di Sa’ada, Maran, Malaheet, Razih dan Faj Hard.

Sebelumnya  saluran satelit yang berafiliasi ke negara-negara  agresor, seperti  channel  “Al Arabia” Saudi dan  “Al Jazeera” Qatar serta  lainnya, mengumumkan bahwa para pilot Saudi sejak pagi kemarin melemparkan selebaran di atas wilayah Sa’ada, menyeru seluruh warga untuk melakukan eksodus, dan menetapkan batas waktu hingga matahari terbenam. Dan jalan-jalan yang mereka lalui akan aman untuk eksodus sebelum dimulai serangan dan bombardir yang akan meluluhlantakkan kota dan menjadikannya tidak dapat dihuni kembali.

Ancaman terbuka melalui publikasi kertas dan saluran-saluran satelit parabola agresor didahului oleh ancaman yang jelas dan terbuka oleh juru bicara militer Saudi Ahmad Asiri dua hari lalu.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan kondisi kemanusiaan di Yaman kritis setelah beberapa pekan di gempur oleh Saudi dan sekutunya. (Source)

KBRI di Yaman Kena Rudal Koalisi, 2 Staff Terluka

Menteri Luar Negeri Indonesia Retno L. P. Marsudi mengatakan 17 orang warga negara Indonesia (WNI) yang terdiri dari staf KBRI Sana'a, anggota tim evakuasi WNI dari Jakarta dan WNI yang sedang mengungsi. Tidak ada korban jiwa, namun ada dua staf KBRI dan satu WNI yang terluka ringan.


Menurut Kantor Berita ABNA, Serangan bom yang terjadi di Sana'a, Yaman mengakibatkan terlukanya beberapa staf diplomat Indonesia dan rusaknya gedung Kedutaan Besar Indonesia (KBRI) serta seluruh kendaraan milik KBRI yang berada di area tersebut. Pemerintah Indonesia mengecam keras serangan bom itu.

Menteri Luar Negeri Indonesia Retno L. P. Marsudi mengatakan 17 orang warga negara Indonesia (WNI) yang terdiri dari staf KBRI Sana'a, anggota tim evakuasi WNI dari Jakarta dan WNI yang sedang mengungsi. Tidak ada korban jiwa, namun ada dua staf KBRI dan satu WNI yang terluka ringan.
"Kementerian Luar Negeri telah menginstruksikan kepada KBRI dan tim evakuasi di Sanaa untuk segera mengambil langkah yang diperlukan untuk mengamankan keselamatan warga negara Indonesia yang berada di sana," ujar Menlu dalam jumpa pers di Balai Sidang Jakarta, Senin (20/4/2015).

Pemerintah Indonesia mendesak agar semua pihak segera menghentikan aksi kekerasan. Indonesia juga meminta agar jeda kemanusian segera diterapkan sehingga warga negara sipil termasuk warga negara asing dapat segera keluar dari Yaman serta bantuan kemanusiaan dapat masuk ke Yaman.

Pemerintah juga menegaskan, pengeboman tersebut hanyalah bukti penyelesaian masalah dengan tindak kekerasan hanya mengakibatkan korban dari warga sipil yang tak bersalah. Indonesia menekankan kembali bahwa penyelesaian secara damai melalui diplomasi dan perundingan merupakan satu-satunya jalan terbaik.
Indonesia meminta agar semua pihak yang bertikai menghormati aturan dan hukum internasional khususnya terkait perlindungan warga sipil termasuk berbagai resolusi PBB yang berkaitan dengan hal perdamaian tersebut. Bom yang menghantam KBRI Sana'a tersebut sebenarnya ditujukan untuk depot amunisi yang berada di kawasan itu. Akibat serangan tersebut, jalan di sekitar KBRI rusak parah dan banyak korban jiwa dari warga sipil setempat yang berada di dekat lokasi itu.

Arab Saudi sejak bulan lalu melancarkan serangan udara bersama negara Liga Arab untuk melumpuhkan pemberontak Houthi yang menguasai Sanaa sejak September tahun lalu. [Source]

Terkait Berita: