“Kami akan terus melakukan perlawanan selama Saudi masih melanjutkan
agresinya terhadap Yaman. Kami juga akan terus berjuang apabila gencatan
sementara diumumkan namun Saudi tetap melancarkan serangan,” ungkap
Hasan al-Rasyid, salah satu petinggi Ansharullah, Minggu (31/5)
sebagaimana dilansir Yemeni Press.
Al-Rasyid juga mengatakan bahwa perundingan
akan dilakukan untuk menghentikan sepenuhnya agresi Saudi ke Yaman,
namun Saudi berusaha mempersulit proses perundingan, dan Ansharullahpun
menolak keterlibatan Saudi dalam perundingan.
“Agresor Saudi harus tahu bahwa kelompok-kelompok pasukan perlawanan
rakyat Yaman saling melengkapi berkat bantuan komite-komite rakyat,
tentara dan suku-suku, dan mereka sudah masuk ke wilayah Saudi dan siap
menyerang agresor,” tandasnya
Sebelumnya, utusan khusus PBB untuk Yaman, Ismail Ould Cheikh Ahmed
menyatakan gencatan senjata di Yaman akan diterapkan sejak tibanya bulan
suci Ramadhan. Dalam pertemuan para pemimpin Partai Kongkres Nasional
Yaman dia juga mengatakan bahwa perundingan akan diselenggarakan
sesegera mungkin antarkelompok Yaman di Jenewa, Swiss.
Ismail yang tiba di Sanaa, ibu kota Yaman, Jumat malam lalu juga
menjelaskan bahwa semua pihak di Yaman sudah menyatakan kesiapannya
untuk dialog Yaman-Yaman. Dalam kunjungan kedua kalinya ke Yaman itu dia
mengupayakan pemberlakuan gencatan senjata menjelang Ramadhan dan
penyelenggaraan perundingan antarkelompok Yaman.
Perundingan untuk mengatasi gejolak di Yaman yang dijadwalkan di Jenewa
pada Kamis lalu tertunda. Oman, satu-satunya negara anggota Dewan
Kerjasama Teluk (GCC) yang tak terlibat dalam agresi ke Yaman juga
telah menjadi tuan rumah perwakilan kelompok perlawanan rakyat Yaman.
Sementara itu, puluhan tokoh aktivis internasional melayangkan surat
kepada Sekjen PBB Ban Ki-moon berisikan pernyataan prihatin atas
berlanjutnya agresi saudi ke Yaman. Mereka mendesak supaya serangan itu
dihentikan dan bantuan kepada para korban perang Yaman dipermudah.
Menurut laporan kantor berita Yaman,
Saba, para tokoh itu
berasal dari 53 organisasi internasional dan aktivis peduli HAM. Dalam
surat kolektifnya mereka juga menyatakan bahwa keberada Saudi di Dewan
Keamanan PBB bertolak belakang dengan pelanggaran Riyadh terhadap HAM
dan hukum internasional di Yaman.
Seperti diketahui, sejak sekitar dua bulan lalu Saudi dan negara-negara
sekutunya melancarkan serangan udara ke Yaman dengan dalih membela
pemerintahan yang sah di Yaman yang tersingkir akibat gerakan revolusi
rakyat yang digerakkan oleh Ansharullah. Serangan ini mengakibatkan
sekitar 2000 orang terbunuh, termasuk anak kecil dan kaum perempuan,
ribuan lainnya luka-luka, dan puluhan ribu warga terlantar sebagai
pengungsi.
[Sumber: liputanislam.com]