Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Moskow. Show all posts
Showing posts with label Moskow. Show all posts

Warga Rusia Mengerjakan Salat Sesuai Waktu Makkah


Warga muslim yang hidup di kota Vorkuta, Rusia, terpaksa harus mengerjakan salat sesuai dengan waktu Makkah Mukarramah. Hal ini lantaran matahari tidak pernah terbenam pada musim panas tahun ini.
Ketika diklarifikasi mengapa harus menunjuk waktu salat sesuai Makkah, Mahmud Muhammadov kepala dan imam kaum minoritas Vorkuta menegaskan, negara lain yang memiliki problem seperti ini menjadikan Makkah sebagai tolok ukur. Untuk itu, kami juga melakukan demikian.

Sebagai informasi, warga muslim Vorkuta hingga kini masih belum memiliki masjid. Mereka terpaksa harus mengerjakan salat berjamaah di lantai dasar sebuah bangunan. Bangunan ini pun hanya bisa menerima jamaah dalam jumlah kecil.

Kaum minoritas muslim Vorkuta telah membeli sebidang tanah pada tahun 2009 lalu untuk membangun sebuah masjid. Tetapi, lantaran kekurangan dana, pembangunan masjid ini belum dimulai.

Tahun ini, mereka telah berhasil mengumpulkan dana sebesar 20 juta rubel, dan pembangunan masjid akan segera dimulai. Mereka berharap, pembangunan masjid ini bisa rampung hingga akhir musim panas tahun ini. Sekalipun demikian, Mahmud Muhammadov masih berharap bantuan lebih banyak lantaran krisis ekonomi yang melanda dunia.

Sebanyak 2 juta jiwa warga muslim berdomisili di kota Moskow, dan mereka hanya memiliki empat buah masjid.

Pasukan dari 10 Negara Ikuti Parade Militer Moskow


Juru Bicara Kantor Kepresidenan Rusia mengabarkan partisipasi pasukan dari 10 negara dalam parade militer Bundaran Merah Moskow (Moscow's Red Square).

Kantor berita Sputnik (7/5) melaporkan, Dmitry Peskov, Jubir Kantor Kepresidenan Rusia, Rabu (6/5) kepada media mengatakan, "Pasukan Azerbaijan, Armenia, Belarus, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, India, Mongolia, Serbia dan Cina, (9/5) akan berpartisipasi dalam parade militer memperingati berakhirnya Perang Dunia Kedua di Bundaran Merah, Moskow."

Peskov menambahkan, "2.300 personil militer yang terlibat dalam PD Kedua juga akan menghadiri acara ini."

Menurut Peskov, secara keseluruhan lebih dari 16.500 tentara, 194 unit perlengkapan perang termasuk tank Armata, 143 pesawat dan helikopter akan ditampilkan dalam parade kemenangan tersebut.

Peskov menjelaskan, parade militer ini adalah peluang yang baik bagi Moskow untuk memperkenalkan persenjataan terbarunya yang meliputi berbagai jenis kendaraan lapis baja pengangkut orang multifungsi dan rudal-rudal balistik lintas benua, yang sampai sekarang belum pernah diperlihatkan kepada publik. (IRIB Indonesia/HS)

Rusia Kritik Hasil Serangan Udara AS terhadap ISIS


Rusia menilai hasil serangan udara Koalisi Internasional Anti-Kelompok Teroris-Takfiri ISIS di Suriah dan Irak belum mencapai hasil yang diharapkan.

Dalam konferensi pers di Moskow, Alexander Lukashevich, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia pada Kamis (11/12) mengatakan, Suriah adalah negara yang paling mengalami kerugian terbesar dalam perang melawan terorisme yang mengancam Timur Tengah dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Demikian ditulis situs jaringan Russia al-Youm.

Ia menambahkan, meski serangan udara AS terhadap ISIS telah melewati 80 hari, namun serangan yang dilakukan tanpa kesepakatan pemerintah Suriah itu hingga sekarang belum mencapai hasil yang diharapkan.
Lukashevich menegaskan, hasil negatif dari serangan Koalisi Internasional Anti-ISIS di Suriah adalah pelanggaran kedaulatan negara ini.

Rusia, lanjutnya, menekankan penyelesaian politik dan diplomatik atas krisis Suriah dan penghentian kekerasan untuk mendukung rakyat negara itu.

Jubir Kemlu Rusia juga menegaskan dukungan negaranya kepada upaya Staffan de Mistura, Utusan Khusus PBB untuk Suriah. (IRIB Indonesia/RA)

Kontes Zikir Al-Quran di Moskow Bangun Toleransi

Kontes membaca Al-Quran di Moskow ini telah masuk ke dalam daftar acara kebudayaan UNESCO dan belum ada acara serupa yang diselenggarakan dengan skala sebesar ini di benua Eropa. – Foto: Galina Babich.

Moskow – Kontes Zikir Al-Quran Internasional Moskow ke-15 yang berlangsung di Aula Konser Balai Kota Crocus pada Sabtu 20 September 2014 lalu berhasil mengumpulkan peserta dari 35 negara dan lebih dari lima ribu penonton. Kompetisi ini dimeriahkan dengan pementasan lagu-lagu, master class dari para qari (sebutan untuk pembaca Al-Quran) tersohor, serta acara amal. Untuk pertama kalinya lomba ini juga disiarkan secara online.

Qari dari Iran Mehdi Golamnezhad, yang mengikuti kompetisi untuk kategori tilawah (kemahiran membaca Al-Quran dengan baik dan indah) berhasil membuat para penonton tercengang. Lantunan bacaan Mehdi yang mendalam dan penuh perasaan membuat para penonton yang menyaksikannya meneteskan air mata. Sayangnya, qari asal Iran ini tidak berhasil memenangkan lomba tilawah tersebut. Pemenang pertama dalam kategori tilawah di Moskow itu jatuh pada Muhammad bin Ali (27) dari Brunei Darussalam. Cara membaca Ali yang halus dan bernada merdu itu berhasil menyentuh perasaan para juri.

Sementara, untuk kategori hafiz (pembaca Al-Quran yang hafal di luar kepala), kemenangan jatuh pada Omar Anwari Nabrawi (24) asal Arab Saudi yang tampil tanpa cela.
Kompetisi ini  benar-benar menjadi tontonan yang menarik, dan seperti yang biasa dikatakan oleh semua panitia penyelenggara kompetisi serupa, “Dalam perlombaan ini tidak ada pihak yang kalah”.

Perluasan Garis Batas
Para juri kontes terdiri dari para profesor dan pakar ahli ternama Al-Quran dari Yordania, Lebanon, Turki, Algeria, dan juga Rusia. Acara ini dihadiri pula oleh qari kawakan asal Arab Saudi, Syekh Saad al-Ghamidi, yang datang sebagai tamu kehormatan.

Ketua Panitia Kontes Zikir Internasional Moskow ke-15, Rushan Abyassov, bercerita bahwa di negara-negara Arab kegiatan seperti ini dilakukan dengan lebih sederhana dan akrab. Di sana, kontes serupa diadakan dengan format yang sangat religius, hanya dihadiri oleh umat muslim dari lingkaran masyarakat yang sangat sempit.

“Kontes di Rusia ini unik, karena menyatukan berbagai suku dan ras. Saya tahu bahwa saat ini banyak penonton non-muslim yang hadir di aula ini, ada yang merupakan mahasiswa perguruan tinggi sekuler, ada pula orang-orang yang hanya ingin tahu apa sebenarnya Al-Quran,” kata Abyassov.

Kontes ini terus berkembang sejak penyelengaraan pertamanya 15 tahun lalu. Lomba yang awalnya dimulai dari kompetisi pengetahuan dua juz Al-Quran di dalam Masjid Agung Moskow berubah menjadi ajang kompetisi yang mendapat pengakuan dari pemerintahan Rusia dan dilaksanakan di salah satu tempat paling bergengsi di ibukota Rusia.

Kontes membaca Al-Quran di Moskow ini telah masuk ke dalam daftar acara kebudayaan UNESCO dan belum ada acara serupa yang diselenggarakan dengan skala sebesar ini di benua Eropa. Kompetisi ini diselenggarakan dengan dukungan Kementerian Luar Negeri Rusia, Kementerian Kebudayaan Rusia, dan pemerintah kota Moskow.

Setiap tahun, kompetisi ini terus berkembang secara geografis. Tahun ini, kompetisi turut dihadiri oleh kontestan-kontestan baru dari Jerman dan Slovenia. Sejak awal penyelenggaraan, kontes ini telah diikuti lebih dari 160 hafiz dari 60 negara. Pembawa acara kompetisi ini, Dinara Sadretdinova, mengatakan bahwa ajang perlombaan ini merupakan lambang persatuan antara dunia Barat dan Timur.

Perayaan Al-Quran untuk Semua.
Dewan Mufti Rusia selaku penyelenggara acara ini berhasil mengubah lomba yang sangat spesifik menjadi sebuah perayaan akbar di Rusia. Saat peserta bersiap diri dan melakukan repetisi di balik pintu-pintu tertutup, para penonton disuguhkan master class yang dibawakan oleh para qari ternama dunia, aksi pengumpulan sumbangan, pameran suvenir kerajinan tangan dan cetakan Al-Quran edisi khusus, serta pembagian majalah-majalah Islami.

Abyassov berharap atmosfer yang tercipta dari lomba ini dapat membantu perkembangan hubungan toleransi yang baik. “Ketika kami menyelenggarakan acara yang tidak hanya bagi komunitas kami sendiri, melainkan di tempat-tempat umum yang besar, maka acara tersebut diselenggarakan tanpa batasan akses pengunjung. Setiap orang yang berminat dapat berkenalan dengan budaya serta tradisi yang bernuansa Islam di acara tersebut,” tutur Abyassov.

Ia menambahkan, melalui acara seperti ini mereka hendak mematahkan mitos mengenai Islam yang saat ini ada di dunia, termasuk di benak masyarakat Rusia. “Kami sekali lagi menegaskan bahwa Islam tidak ada hubungannya dengan ide-ide radikal. Islam dan Al-Quran benar-benar bersih dari hal-hal tersebut,” ujar Abyassov.

Hafiz dari Rusia.
Dalam lima tahun terakhir, empat sekolah hafiz Al-Quran berhasil didirikan di Chechnya, dan sekolah kelima sedang dalam tahap pembangunan. Selain itu, sekolah-sekolah yang sama pun dibuka di Dagestan, Ingushetia, serta Bashkortostan. Sejak 2003, pusat persiapan hafiz Al-Quran di bawah Universitas Islam Rusia di Kazan, Republik Tatarstan, sudah mendidik para hafiz, baik laki-laki maupun perempuan.
Para pengawas sekolah itu mengatakan, misi utama pusat pengajaran seperti itu adalah menumbuhkan kembali rantai hafiz serta qari yang sempat terputus di Rusia, menjaga keberlangsungan tradisi Islam, serta menumbuhkan generasi baru pakar ahli kitab suci Islam di Rusia.

Bacaan Al-Quran diajarkan dalam kurun waktu beberapa tahun, tergantung daya serap para pelajar, dengan mematuhi semua aturan resitasi Al-Quran dan tajwid yang ada. Secara paralel, para qari Al-Quran juga mempelajari fikih (kewajiban dan hak manusia sebagai hamba Allah), akidah (iman kepercayaan), akhlak (tingkah laku baik), tafsir (interpretasi Al-Quran), dan tentu bahasa Arab. Itulah program pendidikan tradisional secara Islam.

Para peserta lomba hafiz asal Rusia, yakni Wahid Askhabov dari Republik Chechnya dan Magomed Aligajiyev dari Dagestan, berhasil melalui babak penyisihan pada Juli lalu, namun mereka tidak berhasil memasuki babak final dan harus mengakui kekalahan dari para hafiz dan qari asal negara-negara Arab, Brunei, Iran, dan Turki. Sebelumnya, para qari asal Rusia pernah menjadi pemenang di berbagai kontes intenasional. Pada 2012 lalu, qari asal Dagestan Bilyal Abdulkhalikov (13) berhasil menjuarai Kontes Zikir Al-Quran Internasional di Bahrain.

Tanpa Cela.
Renat Nezametdinov, redaktur utama salah satu portal berita muslim Rusia, datang ke acara tersebut bersama istri dan seorang anak perempuannya.
Nezametdinov bercerita ia dan istrinya sengaja membawa anak mereka agar ia suka mendengarkan Al-Quran. “Tahun ini dia sudah masuk ke madrasah, dan ia perlu tahu bagaimana seorang qari sesungguhnya membaca kitab suci dengan tanda diakritik yang benar berdasarkan aturan-aturan tajwid. Mungkin di kemudian hari anak saya dapat ikut serta dalam kompetisi ini,” kata Nezametdinov.

Sebagai seorang pakar bahasa Arab, Nezametdinov mengatakan bahwa kesalahan yang dilakukan para peserta sulit diketahui bila seseorang tidak tahu tentang Al-Quran atau tidak ada teks tertulis di hadapan mereka.

Hafiz Al-Quran sangat banyak, dan saya pikir tidak hanya di antara juri saja, tapi juga di dalam ruangan ini. Lomba ini perlu dilakukan dengan menggunakan prinsip ‘di dalam Al-Quran tidak mungkin ada kesalahan’. Jika Qari melakukan sebuah kesalahan, maka Anda akan mendengar bunyi panggilan. Itu menunjukkan bahwa apa yang tertulis dalam Al-Quran tidak bisa diubah-ubah. Di sini terkandung makna penting bagi para penonton: Al-Quran adalah wahyu yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia, dan akan tetap seperti itu hingga hari penghakiman,” kata Nezametdinov.

Naile, istri Nezametdinov yang berprofesi sebagai pengajar di  pusat bimbingan bagi umat Islam menambahkan, “Ketika di sekitar kita kini bermunculan berbagai tulisan serta internet, kita sebagai orang dewasa sudah tidak terlalu memikirkan penjagaan isi dan makna Al-Quran. Padahal ketika anak-anak mempelajari surah (pembagian dalam Al-Quran), mereka memperhatikan dengan serius cara pelafalan yang benar serta isi dari surah itu sendiri.”.

Sementara orangtuanya berbincang dengan kami, anak perempuan berusia tujuh tahun itu berlari masuk ke dalam ruangan,  mencari tempat untuk mendengarkan dan belajar isi Al-Quran.

Terkait Berita: