Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Mekah. Show all posts
Showing posts with label Mekah. Show all posts

Di Mana Sekarang Anak Cucu Kaum Yahudi Mekkah dan Madinah?


Di mana sekarang anak cucu Bani Nadhir, Bani Qinqa’, Bani Quraidzah dan kabilah-kabilah Yahudi lain yang dulu tinggal di Mekkah, Madinah, dan Hijaz? Kita mengetahui bahwa sejak periode sejarah itu sampai detik ini mereka belum punah.
 
Saya berkeyakinan bahwa peristiwa pembunuhan dan peledakan yang terjadi di negara Arab dan Islam ini (Yaman – red.) tidak mungkin dilakukan oleh orang Islam, apalagi dengan sedemikian ganas.

Mereka terlampau jauh membuat kekecauan di tengah umat Islam persis seperti yang pernah dilakukan oleh Abdullah bin Saba’. Mereka bahkan mendirikan organisasi-organisasi Islam untuk menjalankan keyahudian mereka dengan kedok Islam. Keyakinan saya diperkuat oleh kenyataan bahwa negara Israel sama sekali tidak terusik oleh mereka, dan tak ada satupun butir peluru yang mengarah ke negara itu.
Karena itu maka saya mengatakan bahwa semua yang terjadi sekarang berupa pembunuhan, peledakan dan penghancuran di sebuah negara Arab dan Muslim tak lain adalah ulah anak cucu kaum Yahudi Bani Qinqa’, Bani Nadir dan Bani Quraidhah yang sekarang sulit untuk dibedakan antara yang Yahudi dan yang Muslim di antara mereka. Mereka tak dapat dibedakan kecuali melalui ulah mereka ini, sementara Arab dan Islam berlepas tangan dari perbuatan mereka ini.
Maka ketahuilah wahai penguasa Israel dan para rabi Zionis, tak perlu sudah kalian bersusah payah membuat dan memperoleh senjata untuk memerangi dan membunuh musuh-musuh kalian, kaum Arab dan umat Islam, sebab orang Islam sedang membunuh sesama orang Islam, dan orang Arab membunuh sesama orang Arab.
Tak perlu lagi kalian membunuh mereka. Jangan menyusah diri.
Tak perlu lagi kalian menggalang konspirasi terhadap negara Arab dan Islam manapun, karena negara-negara Arab sendiri sudah menjalankan konspirasi satu sama lain.
Kalian juga tak perlu mengubah peta negeri Arab ini, sebab kami sendiri orang-orang Arab mengubahnya sehingga tidak ada lagi yang tersisa kecuali kehancuran jatidiri kami bangsa Arab.
Yakinlah kalian bahwa identitas Arab akan dimusnahkan oleh para jagoan perang kami sendiri.
*Penulis dan direktur Lembaga Penelitian Provinsi Taiz, Yaman. Tulisan ini diterjemahkan dari tulisan singkatnya yang berjudul “Amma Aana al-Awan an Yafhama al-Muslimun” (Sudah Tiba Saatnya Islam Mengetahui) di laman Hournews.net (Akhbar al-Sa’ah), Uni Emirat Arab, 3 Mei 2015.
(Liputan Islam/ABNS)

Warga Rusia Mengerjakan Salat Sesuai Waktu Makkah


Warga muslim yang hidup di kota Vorkuta, Rusia, terpaksa harus mengerjakan salat sesuai dengan waktu Makkah Mukarramah. Hal ini lantaran matahari tidak pernah terbenam pada musim panas tahun ini.
Ketika diklarifikasi mengapa harus menunjuk waktu salat sesuai Makkah, Mahmud Muhammadov kepala dan imam kaum minoritas Vorkuta menegaskan, negara lain yang memiliki problem seperti ini menjadikan Makkah sebagai tolok ukur. Untuk itu, kami juga melakukan demikian.

Sebagai informasi, warga muslim Vorkuta hingga kini masih belum memiliki masjid. Mereka terpaksa harus mengerjakan salat berjamaah di lantai dasar sebuah bangunan. Bangunan ini pun hanya bisa menerima jamaah dalam jumlah kecil.

Kaum minoritas muslim Vorkuta telah membeli sebidang tanah pada tahun 2009 lalu untuk membangun sebuah masjid. Tetapi, lantaran kekurangan dana, pembangunan masjid ini belum dimulai.

Tahun ini, mereka telah berhasil mengumpulkan dana sebesar 20 juta rubel, dan pembangunan masjid akan segera dimulai. Mereka berharap, pembangunan masjid ini bisa rampung hingga akhir musim panas tahun ini. Sekalipun demikian, Mahmud Muhammadov masih berharap bantuan lebih banyak lantaran krisis ekonomi yang melanda dunia.

Sebanyak 2 juta jiwa warga muslim berdomisili di kota Moskow, dan mereka hanya memiliki empat buah masjid.

Ada Mayat di Kubah Masjid Nabi…?!

Selain Masjid Nabawi, tempat bersejarah dan penuh berkah lainnya di kota Madinah adalah kompleks pemakaman Baqi. Di tempat itulah dimakamkan para imam ahlulbait, keluarga nabi, dan juga para sahabat termasuk kalangan syuhada. Dahulu, tempat tersebut cukup rapi dengan bangunan dan kubah tempat orang berkumpul untuk berziarah. Sampai akhirnya, kelompok Wahabi menguasai Jazirah Arab.

Secara bertahap dan dengan alasan yang rapuh, pada hari Rabu 8 Syawal 1345 H bertepatan dengan 21 April 1925, pemakaman Baqi dihancurkan secara total oleh Raja Abdul Aziz dari Arab Saudi. Pada tahun yang sama, ia juga menghancurkan makam manusia suci di Jannatul Mualla (Mekkah) di mana ibunda Nabi Muhammad (Siti Aminah as.), istri Nabi, kakek dan leluhur Nabi dikuburkan. (Baca: Makam Keluarga dan Sahabat Nabi Dihancurkan).

Pemakaman Baqi tahun 1903

Ada satu bangunan berkubah yang belum dihancurkan: Kubah Hijau Nabi. Ada sebuah kisah tentang usaha penghancuran kubah Masjid Nabawi yang layak diambil hikmahnya oleh kita. Inilah sebuah mukjizat yang telah terjadi sekitar 90 tahun yang lalu yang disampaikan oleh Syekh az-Zubaidi, yang disebut sebagai ahli sejarah Madinah.

Seseorang berusaha untuk menghancurkan Kubah Masjid Nabawi di mana di dalamnya terdapat makam Nabi Muhammad saw. Namun, ketika orang itu memanjat kubah dan memulai menghancurkannya, tiba-tiba sebuah kilat menyambarnya dan ia tewas seketika. Tidak ada seorangpun yang mampu memindahkan mayat tersebut dari atas kubah.

Dikisahkan pula, ada orang saleh dari Madinah yang dalam mimpinya mendengar sebuah suara yang mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang bisa mengangkat mayat tersebut dari kubah. Hal itu sebagai sebuah peringatan dan pelajaran bagi mereka yang berpikir dan berusaha untuk menghancurkannya di masa mendatang!

Akhirnya, mayat tersebut tetap berada di atas kubah dan ditutupi dengan kotak hijau agar tidak terlihat oleh orang-orang. Wallahualam.


Catatan: You don’t have to believe this article. Anda bisa mencari gambar Kubah Hijau yang lain dan menemukan semacam titik berwarna gelap karena kotak tersebut telah diikat dengan tali. Informasi ini pertama kali saya dapat dari seorang ustaz yang menjadi pembimbing haji. Jika ingin berbagai artikel ini jangan lupa sertakan sumbernya. Shallû ‘ala an-nabî wa âlih…


(Sumber

Demo di Arab Saudi, Indikasi Kehancuran Keluarga al-Saud


Sayid Ali Wasif, penulis Arab Saudi mengkonfirmasikan bahwa keluarga al-Saud tengah berada di ambang kehancuran.


Seraya menyatakan demonstrasi anti penguasa di Arab Saudi setiap hari semakin meluas, Sayid Ali Wasif menandaskan, aksi demo di Arab Saudi ini akan memiliki dampak sangat luas di kawasan. Press TV melaporkan hari Jum'at (25/11/2011).


Menurutnya aksi demo rakyat Arab Saudi menjadi awal bagi keruntuhan keluarga kerajaan. Dijelaskannya, warga baik pria maupun wanita turun ke jalan-jalan menentang pemerintah.


Di bagian lain pernyataannya, Wasif terkait kekuasaan keluarga al-Saud terhadap dua kota suci umat Islam, Mekah dan Madinah mengatakan, kontrol terhadap dua kota suci ini harus dilepas dari keluarga al-Saud, karena mereka tidak memiliki legalitas untuk mengurusi kota tersebut.


Keluarnya Mekah dan Madinah dari kontrol keluarga al-Saud sepenuhnya sesuia dengan konvensi internasional dan UNESCO dapat menyerahkan pengaturan kedua kota suci ini kepada negara-negara Islam, tandas Wasif.


Sayid Ali Wasif menyikapi penumpasan terhadap para demonstran mengatakan, Dewan Hak Asasi Manusia PBB harus menyelidiki pelanggaran HAM oleh penguasa Saud karena gambar dan rekaman yang ada membuktikan hal ini.


Menurutnya, sikap Arab Saudi yang berani melanjutkan kejahatannya terhadap warganya sendiri karena Riyadh mendapat dukungan dari AS dan negara Eropa. Gelombang kebangkitan Islam di Arab Saudi tidak dapat dibendung dan keluarga al-Saud berada di ambang kehancuran, tegas Wasif.

Sumber: IRIB Indonesia

Arah Tanduk Setan


TANDUK SETAN DI ATAS KA'BAH.
Anda orang Islam yang percaya bahwa lambang bulan sabit dan bintang lima adalah simbol yang murni Islami patut dikasihani karena ke'naifannya.


Lambang bulan sabit adalah simbol penyembahan berhala Romawi. Adapun bintang lima sebenarnya adalah simbol zionisme yahudi yang diadopsi oleh gerakan komunisme yang juga didirikan oleh orang-orang yahudi. Simbol bulan sabit pertama kali diadopsi oleh orang-orang Turki, yang sebelumnya adalah orang-orang Romawi penyembah simbol bulan sabit. Namun saya masih belum menemukan orang-orang Islam mana yang pertama memasukkan simbol bintang lima sebagai simbol Islami.

Setelah diterima luas di kalangan Islam, simbol bulan bintang kini telah ditinggalkan oleh sebagian umat Islam, terlihat dari masjid-masjid yang tidak lagi menggunakan simbol tersebut di atas menaranya. Perlu dicatat bahwa Rosulullah dan para sahabat serta para pengikut Islam awal tidak mengenal simbol ini. Demikian juga orang-orang Shiah dari dahulu hingga sekarang.

Namun di sisi lain, perkembangan yang lebih mengkhawatirkan juga terjadi. Bulan sabit ditinggalkan, namun diganti dengan simbol tanduk setan. Dan tanduk setan itu kini tengah mengangkangi Ka'bah, tempat paling suci umat Islam di seluruh dunia sepanjang sejarah.Berbeda dengan bulan sabit, "tanduk setan" sebenarnya telah dikenal oleh umat Islam awal. Dalam kitab hadits "Shahih" tulisan Bukhari yang dianggap sebagai kitab paling afdhol oleh sebagian besar umat Islam disebutkan, suatu hari Rosulullah berkata pada orang-orang sambil menunjuk rumah Aishah (istri Rosulullah): "Di sinilah sumber fitnah, tempat munculnya "tanduk setan""

Beberapa saat sebelum meninggal, Rosulullah memberikan perintah kepada umat Islam untuk menyingkirkan segala simbol kekotoran dari sekitar kota suci Mekkah dan Jazirah Arab. Untuk itu beliau memerintahkan pengusiran orang-orang kafir dan mushrik dari tanah Arab. Namun kita bisa menyaksikan sendiri saat ini, amanat Rosulullah tersebut telah dikhianati oleh orang-orang Arab Saudi. Mereka mengundang pasukan kafir Amerika untuk membangun markas di Jazirah Arab. Tidak hanya itu, orang-orang Arab Saudi bahkan mengundang orang-orang kafir dan musrik untuk membangun kota Mekkah dan tinggal di sana hingga kota Mekkah kini hampir tidak berbeda dengan kota-kota maksiat lainnya.

Namun semua itu masih belum seberapa dengan pengkhianatan ini: membangun simbol "tanduk setan" raksasa di atas Ka'bah.Para pembela regim Saudi boleh saja berdalih membela pembangunan Menara Ka'bah yang menempatkan simbol "tanduk setan" di puncaknya dengan dalih Rosulullah pernah bersabda bahwa Dajjal (iblis dalam wujud fisik) tidak bisa memasuki Mekkah yang dijaga ribuan malaikat, jadi tidak mungkin simbol serupa tanduk di atas Menara Ka'bah adalah simbol "tanduk setan". Fine, tapi Rosulullah juga tidak pernah mengatakan bahwa para penganut iblis tidak bisa memasuki dan menguasai Mekkah.

Setelah penghancuran tempat-tempat bersejarah umat Islam di sekitar Makkah dan Madinah, termasuk penghancuran rumah Rosulullah dan kemudian penempatan prajurit-prajurit kafir Amerika-yahudi di Jazirah Arab maka tidak bisa diragukan lagi bahwa pembangunan menara "tanduk setan" di atas Ka'bah adalah bukti telah berkuasanya zionisme atas kota suci Mekkah. Maka jadi beralasan jika salah satu misi Imam Mahdi kelak adalah membebaskan Mekkah dari kejahilan dan kemusrikan.



Dalam hadis shahih Bukhari Muslim disebutkan bahwa Nabi pernah bersabda kelak dari Najd akan muncul Qarn al-Syaithan (tanduk syaithan, atau agen iblis) yang membuat huru hara dan keonaran. Musailamah al-kadzzab dari Nejd, mayoritas pendukung Khawarij dari Nejd, Osama bin Laden dari Nejd. Wahabi menyatakan ada jisim bagi Dzat Allah SWT…

Menyamakan Dzat Allah dengan makhluk dengan mengatakan dan meyakini bahwa Allah mempunyai mata,wajah,tangan,telapak kaki.. Mereka juga berkeyakinan bahwa Allah bersemayam (duduk) diatas ‘Arasy.. Padahal Allah Maha Perkasa, tidak butuh mata,wajah,tangan,kaki dan sama sekali tidak membutuhkan sedikitpun dari makhluk-Nya(‘Arsy).. Dan Allah Maha Suci dari sifat bersemayam. 

Wahhabi mengingkari firman Allah: “Laisa kamitslihi syaiun’”(QS.Asy-Syura:11) yang artinya: “Dia(Allah) tidak menyerupai segala sesuatu apapun(baik dari satu segi maupun dari semua segi).” 

seorang ikhwan mengirim email ke saya dan mengatakan kepada saya bahwa pengkatagorian Wahabi sebagai kelompok Khawarij itu kurang lengkap, karena Wahabi tidak anti Bani Umaiyah bahkan terhadap Yazid bin Muawiyah pun membelanya. Dia memberi difinisi kepada saya bahwa Wahabi adalah gabungan sekte-sekte yang telah menyesatkan ummat Islam, terdiri dari gabungan Khawarij, Bani Umaiyah, Murji’ah, Mujassimah, Musyabbihah dan Hasyawiyah. 

Teman itu melanjutkan jika anda bertanya kepada kaum Wahabi mana yang lebih kamu cintai kekhalifahan Bani Umaiyah atau Abbasiyah, mereka pasti akan mengatakan lebih mencintai Bani Umaiyah dengan berbagai macam alasan yang dibuat-buat yang pada intinya meskipun Bani Abbas tidak suka juga pada kaum alawi tapi masih ada ikatan yang lebih dekat dibanding Bani Umaiyah, dan Bani Umaiyah lebih dahsyat kebenciannya kepada kaum alawi, itulah alasannya. 

Kesukaan mereka menuduh golongan Islam yang tak sejalan dengan mereka dengan tuduhan kafir, syirik dan ahlil bid’ah, itulah ucapan yang didengung-dengungkan disetiap mimbar dan setiap kesempatan, mereka tak pernah mengakui jasa para ulama Islam manapun kecuali kelompok mereka sendiri. 

Di negeri kita ini mereka menaruh dendam dan kebencian mendalam kepada para Wali Songo yang menyebarkan dan meng Islam kan penduduk negeri ini. Diantaranya timbulnya fitnah perang padri yang penuh kekejian dan kebiadaban persis seperti ketika Ibnu Sa’ud dan Ibnu Abdul Wahab beserta kaumnya menyerang haramain. Mereka mengatakan ajaran para wali itu masih tercampur kemusyrikan Hindu dan Budha, padahal para Wali itu jasanya telah meng Islam kan 90 % penduduk negeri ini. 

Mampukah wahabi-wahabi itu meng Islam kan yang 10 % sisanya? Mempertahankan yang 90 % dari terkapan orang kafir saja tak bakal mampu, apalagi mau menambah 10 % sisanya. Jika bukan karena Rahmat Allah yang mentakdirkan para Wali Songo untuk berdakwa ke negeri kita ini tentu orang-orang yang asal bunyi dan menjadi corong bicara kaum wahabi itu masih berada dalam kepercayaan animisme, penyembah berhala atau masih kafir lainnya (Naudzu Billah min Dzalik). Klaim Wahabi bahwa mereka penganut As-Salaf, As-Salafushsholeh dan Ahlussunnah wal Jama’ah serta sangat setia pada keteladanan sahabat dan tabi’in adalah omong kosong dan suatu bentuk penyerobotan HAK PATEN SUATU MAZHAB. 

Mereka bertanggung jawab terhadap hancurnya peninggalan-pininggalan Islam sejak masa Rasul suci Muhammad s a w, masa para sahabatnya r a dan masa-masa setelah itu. Meraka menghancurkan semua nilai-nilai peninggalan luhur Islam dan mendatangkan arkeolog-arkeolog (ahli-ahli purbakala) dari seluruh dunia dengan biaya ratusan juta dollar untuk menggali peninggalan-peninggalan pra Islam baik yang dari kaum jahiliyah maupun sebelumnya dengan dalih obyek wisata dsb. Mereka dengan bangga setelah itu menunjukkan bahwa zaman pra Islam telah menunjukkan kemajuan yang luar biasa, maka jelaslah penghancuran nilai-nilai luhur peninggalan Islam tidak dapat diragukan lagi merupakan pelenyapan bukti sejarah hingga timbul suatu keraguan dikemudian hari. 

Oleh karena itu janganlah dipercaya kalau mereka mengaku-ngaku sebagai faham yang hanya berpegang pada Al Qur’an dan As-Sunnah serta keteladanan Salafushsholeh apalagi mengaku sebagai GOLONGAN YANG SELAMAT DSB, itu semua omong kosong dan kedok untuk menjual barang dagangan berupa akidah palsu yang disembunyikan. Sejarah hitam mereka dengan membantai ribuan kaum muslimin di Makkah dan Madinah serta daerah lain di wilayah Hijaz (yang sekarang di namakan Saudi, suatu nama bid’ah karena nama negeri Rasulullah s a w diganti dengan nama satu keluarga kerajaan yaitu As-Sa’ud). Yang terbantai itu terdiri dari para ulama-ulama yang sholeh dan alim, anak-anak yang masih balita bahkan dibantai dihadapan ibunya. ==========================================

DUA TANDUK SETAN DATANG DARI NAJD. 
Rukun Yamani tidak menghadap ke arah Timur, tapi lurus ke selatan atau ke laut Merah. Yg arah timur persis justru Hajar Aswad. Sedang pintu Ka’bah menghadap ke arah Iran sekarang. Kalau dilihat dari Mekkah atau Madinah, Yaman memang memanjang dari arah sisi timur sampai agak ke selatan (meski tidak persis). 

Khalifah dagang dimasa itu yg mau ke Yaman mengambil jalur tradisionil arah ke selatan (searah sudut Yamani) kemudian membelok agak ke tenggara. Sehingga masih cukup wajar kalau salah satu sudut ka’bah dinamakan sudut Yamani, meski secara geografis arahnya tidak persis mengarah ke Yaman. Kalau mau jelas lihat petanya di : Google Maps ( http://maps.google.com/?ie=UTF8&t=k&om=1&ll=21.422615%2C39.826196&spn=0.001878%2C0.003031 ). 
Sangat akurat karena berdasar photo satelit. Menurut sejarah dan peta kuno Arabia, Najd (Nagd) merupakan nama tradisional sebuah desa di dataran tinggi Arabia Tengah. Ketinggiannya berkisar antara 1700 sampai 3200 meter. Dari Mekkah arahnya ke timur (sebenarnya agak ke tenggara) terletak antara Thaif dan perbatasan Yaman. Sampai sekarang desa itu masih ada. 

Soal Irak ataukah Najd : Dikutip dari Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Irak): Ada beberapa pendapat tentang asal-usul nama Irak; - satu di antaranya berasal dari kota Uruk (atau Erech) dari masa Kerajaan Sumer. 

Pendapat lainnya mengatakan bahwa Irak berasal dari bahasa Aram, yang berarti "tanah sepanjang tepian sungai." Pendapat lainnya mengatakan bahwa Irak adalah sebuah rujukan kepada akar pohon palma, karena jumlahnya banyak sekali di negara itu. Di bawah Dinasti Sassanid Persia, ada wilayah yang dinamai "Erak Arabi" yang merujuk ke bagian dari wilayah barat daya Kekaisaran Persia, yang kini merupakan bagian dari Irak selatan. Al-Iraq adalah nama yang digunakan oleh orang-orang Arab sendiri untuk daerah ini sejak abad ke-6. Jadi Irak bukan Najd dan Najd bukan terletak di Irak. 

Orang Mekkah jaman nabi juga tau persis kalau mau ke Irak arahnya ke utara, bukan timur. Sedang kalau ke Timur itu ke Taif, bukan Yaman. Kalau ke Yaman, mereka bilang ke selatan. Kalau Najd (Nagd-Najran), memang bisa saja menunjuknya ke arah timur (tepatnya tenggara, tapi bahasa awam hanya akan menunjuk Timur-barat-selatan-utara). 

Dimasa dahulu, wadi Najran dikatakan pernah menjadi tempat pemukiman salah satu suku Yahudi. Entahlah, apakah suku ini masih tinggal disitu semasa nabi. Saya tidak begitu ingat, tapi sepertinya memang dimasa nabi dikenal adanya Yahudi dari Najran. Wallahu’alam. 

Rezim Wahabi akan Hancurkan Makam Nabi, Khalifah Abu Bakar & Umar.


Pada tahun 2007, Kementrian Urusan Islami Saudi Arabia menulis risalah amaliah berisi fatwa-fatwa Abdulaziz asy-Syaikh, mufti besar Wahabi Saudi, yang meminta perusakan kubah nabi dan meratakan makam Nabi dan makam Khalifah Abu Bakar serta Umar. Denah pembangunan Makkah: Klik gambar untuk memperbesar Denah pembangunan Makkah: Klik gambar untuk memperbesar 

Dengan mengisyaratkan rencana besar-besaran pemerintah Saudi Arabia untuk merusak bangunan-bangunan Islam, Koran Independent Inggris menulis: “Dengan Buldozer, Saudi Arabia Menghancurkan Sejarah Islam.” Seiring musim haji dan aktivitas pembangunan besar-besar di sekitar Masjid Nabawi, koran Inggris Independent itu mempublikasikan sebuah makalah karya J. Taylor, seorang penulis yang khusus mengisi kolom mazhabi.

Independent menulis: "Lewat pembangun ini, Saudi Arabia menghancurkan mayoritas tempat-tempat bersejarah Islam." Tiga masjid paling tua dari masjid-masjid di dunia akan hancur dalam proyek pembangunan bernialai milyaran Pound yang akan dilakukan Saudi yang katanya untuk memperluas tempat suci kedua kaum muslimin. 

Pembangunan yang akan dilakukan pada Masjid Nabawi (tempat di mana Rasulullah dimakamkan) akan dilaksanakan akhir bulan depan setelah musim haji tahun ini selesai. Jika proyek ini selesai, maka Masjid Nabawi akan berubah menjadi bangunan terbesar di dunia dengan kapasitas 1,6 juta orang. Perusakan tempat-tempat bersejarah dalam proyek ini membuat kecemasan meningkat dari berbagai kalangan. 

Sebelumnya, sikap acuh raja Saudi, Abdulah terkait penghancuran warisan bersejarah Mekkah sebagai tempat paling suci di negara itu membuat sebagian kalangan marah. Proyek pembangunan besar-besaran akan dilakukan di bagian barat Masjid Nawabi, yaitu tempat bersemayamnya sang pendiri Islam itu, termasuk daerah makam Nabi, dan makam Khalifah pertama Abu Bakar. Tepat di tembok sebelah barat bangunan saat ini terdapat dua masjid. Masjid Ghamamah juga terletak di sana; masjid yang untuk pertama kalinya Rasulullah melakukan shalat Eid di sana. Tak satu pun pembesar Saudi yang mengajukan keberatannya demi menjaga atau memindahkan ketiga masjid ini atau meneliti lebih dalam tentang poin-poin arkeologis masjid-masjid yang dibangun di abad ke-7 Masehi yang memiliki arsitektur era Utsmani ini. 

Hal ini membuat kalangan civitas akademik sangat cemas. Dalam sistem pemerintahan monarki yang benar-benar otoriter ini, mereka diam dan menggerendel mulut terkait penghancuran ini. Namun, DR. Irfan al-Alawi, dari Badan Penelitian Warisan Budaya Islam, yang memfokuskan perhatiannya sejak aktivitas 10 tahun lalu untuk mencegah perusakan tempat-tempat bersejarah Islam berkata: “Tak ada yang menyangkal bahwa Madinah memang membutuhkan perluasan. Tapi langkah yang diambil pemerintah membuat kita cemas. 

Ada banyak jalan yang bisa ditempuh agar disamping pembangunan yang dilakukan, tempat-tempat bersejarah Islam juga akan terjaga. Tapi mereka memang ingin semua tempat-tempat itu dihancurkan.” Penulis itu (J. Taylor) juga menuliskan, bahwa para pembesar Saudi menganggap diri mereka hanyalah pejabat yang bertanggung jawab mengambil keputusan. Menurut Taylor, Saudi yang ekonominya berporos pada transaksi minyak menganggap perluasan kota-kota ini sangat menguntungkan bagi mereka. 

Meski mereka harus menghabiskan dana milyaran dolar untuk memperluas kota-kota bersejarah yang ada. Para pembela warisan budaya dan sebagian pejabat setempat sangat kaget dengan langkah pemerintah yang merusak tempat-tempat bersejarah di Mekkah dan Madinah. Karena yang kemudian lebih banyak dibangun pemerintah adalah pusat-pusat belanja, hotel-hotel luks dan bangunan-bangunan pencakar langit. 

Yayasan Khalije Fars, yang berbasis di Washington, menghitung bahwa selama 20 tahun ini, lebih dari 95 % bangunan kuno yang berusia lebih dari 1000 tahun telah hancur di kedua kota ini. Di Mekkah, Masjidil Haram yang merupakan masjid tersuci bagi kaum muslimi dan tempat di mana seluruh kaum muslimin dipandang sejajar di sana, berada di bawah bayang-bayang bangunan Jabal Umr. 

Jabal Umr adalah bangunan yang terdiri dari beberapa gedung pencakar langit, beberapa hotel dan menara jam ‘Azimul Jitsah’. Para pembesar Saudi telah menghancurkan Benteng Ajyad dan bukit tempat benteng itu berada yang dibangun di era Utsmani. Tempat-tempat bersejarah lainnya juga hancur dalam proyek ini seperti tempat kelahiran Rasulullah yang saat ini telah menjadi sebuah perpustakaan. Juga rumah sayyidah Khadijah yang sekarang dijadikan beberapa toilet. Taylor juga menulis bahwa kedutaan Saudi di Inggris dan kementrian luar negri Saudi juga bungkam dalam hal ini. Tapi sebelum ini, Saudi menyebut pembangunan itu sangat dibutuhkan. 

Saudi juga menegaskan bahwa pihaknya telah membangun hotel-hotel untuk peziarah-peziarah faqir, tapi mereka yang menolak pembangunan itu mengatakan bahwa hotel-hotel yang dibangun itu sangat jauh dari tempat-tempat mazhabi dan hanya untuk kalangan orang kaya raya. Meski perusakan yang dilakukan di Madinah saat ini belum separah di Mekkah, tapi saat ini beberapa tempat bersejarah Islam juga sudah hancur. 

Dari 7 mesjid bersejarah yang dibangun sebagai kenang-kenangan Perang Khandaq, hanya 2 masjid yang tersisa. Sepuluh tahun sebelumnya, mesjid yang dibangun untuk mengenang cucu Rasulullah juga dihancurkan dengan dinamit. 

Foto-foto saat perusakan yang berhasil diambil diam-diam menunjukkan bahwa para polisi moral Saudi sangat gembira saat peledakan dengan dinamit itu dilakukan. Taylor juga menulis bahwa sebagian besar tindakan rezim Saudi dalam menghancurkan bangunan-bangunan bersejarah Islam dapat dinisbahkan pada ketaatan rezim pada fatwa Wahabi Takfiri yang memiliki pandangan sangat kaku dan dangkal tentang Islam. Dia juga menulis bahwa para ulama Wahabi Saudi berada di balik perusakan itu dan mereka tengah berusaha merusak berbagai bangunan yang dibangun di era Rasulullah. 

Dr. Irfan al-Alawi dari Yayasan Riset Warisan Islam (Islamic Heritage Research Foundation) mengatakan, pembangunan yang tengah dilakukan di Madinah merupakan bagian dari proyek besar untuk mengurangi perhatian peziarah pada tempat pemakaman Nabi. Hal yang membuat prasangka ini muncul adalah kubah hijau tempat makam Rasulullah sekarang terletak di tengah masjid. Tapi dalam bangunan baru yang akan dibangun nanti (luasnya 8 kali lipat luas banguan sekarang), mimbar Nabi akan berada di tempat lain dan makam Nabi akan berada di bagian timur bangunan. 

Proyek perusakan mihrab shalat di tengah masjid juga sudah dirancang. Tempat ini adalah bagian Riyadh al-Jannah, tempat yang langsung dinamai sendiri oleh Nabi. DR. Alawi juga berkata: “Dalil mereka menciptakan ruangan yang lebih besar dan kapasitas satu bangunan yang sudah menampung 1,6 juta orang itu ditambah lagi sebanyak 20 orang. 

Ini sangat aneh. Tujuan asli mereka adalah menghilangkan perhatian peziarah pada makam Nabi." "Membisunya kamum Muslimin atas penghancuran Mekkah dan Madinah adalah bencana dan kemunafikan." "Film terbaru tentang Nabi Muhammad (saw) menyebabkan protes di seluruh dunia ... namun, penghancuran tempat kelahiran Nabi, di mana dari sana Muhammad Saw berdoa dan mendirikan Islam justru dibiarkan dihancurkan tanpa kritik apa pun," tambahnya. 

Pada tahun 2007, Kementrian Urusan Islami Saudi Arabia menulis risalah amaliah berisi fatwa-fatwa Abdulaziz asy-Syaikh, mufti besar Wahabi Saudi, yang meminta perusakan kubah nabi dan meratakan makam Nabi dan makam Khalifah Abu Bakar serta Umar. DR. Alawi juga sangat meyayangkan diamnya kaum muslimin terkait hal ini. Dia mengharapkan mereka-mereka yang melakukan demo mengecam film yang menghina Rasulullah juga berdemo mengecam perusakan tempat-tempat kelahiran Nabi Islam itu. "Film terbaru tentang Nabi Muhammad (saw) menyebabkan protes di seluruh dunia ... namun, penghancuran tempat kelahiran Nabi, di mana dari sana Muhammad Saw berdoa dan mendirikan Islam justru dibiarkan dihancurkan tanpa kritik apa pun,". [Islam Times/on/Fars]

Menara Setan Mekkah dan Tanda-tanda Kiamat.


Dalam Islam terdapat kewajiban untuk mempercayai bahwa semua perkataan Nabi Muhammad adalah kebenaran. Terkait dengan hal itu kita harus prihatin bahwa berdasarkan hadits (perkataan atau perbuatan) Nabi yang dianggap valid, akhir jaman tampaknya sudah dekat.

Hadits tersebut adalah bahwa salah satu ciri-ciri sudah dekatnya hari akhir adalah adanya fenomena "para pengembala bertelanjang kaki yang bodoh menjadi pemimpin dan berlomba-lomba membangun bangunan tinggi".Kitab hadits yang dianggap paling valid oleh sebagian besar umat Islam, Shahih Bukhari, menuliskan, "ketika para pengembala onta yang miskin berlomba-lomba membangun gedung tinggi". 

Riwayat lain dalam kitab yang sama menyebutkan ciri-ciri kiamat adalah, "ketika orang-orang yang bertelanjang kaki menjadi pemimpin umat."Kitab hadits paling valid kedua setelah Shahih Bukhari, yaitu Shahih Muslim menyebut, "kamu akan melihat orang-orang bertelanjang kaki dan dada, para pengembala miskin berlomba-lomba membangun gedung-gedung tinggi". Riwayat lain dalam kitab yang sama tertulis, "ketika orang-orang bertelanjang kaki dan dada menjadi pemimpin umat." 

Sedangkan riwayat ketiga dalam kitab yang sama tertulis, "ketika kamu menyaksikan orang-orang bertelanjang kaki dan dada, orang-orang yang tuli dan bodoh, menjadi raja di dunia."Ulama besar Ibnu Hajar dalam kitabnya Fath al-Bari menyebutkan bahwa istilah "orang-orang bertelanjang kaki dan dada" merupakan bentuk penggambaran orang-orang yang bodoh yang berasal dari kaum terbelakang, yang tidak memahami tentang agama. Gambaran ini identik dengan orang-orang Arab badui yang dalam Al Qur'an disebut sebagai "orang-orang yang tidak mengerti agama" (ma'af saya lupa nama surat dan ayatnya) dan "keterlaluan dalam kemunafikan" (yang ini saya ingat, QS At-Taubah 101).  

Sebagaimana kita ketahui, penguasa Arab Saudi dan negara-negara Arab Teluk saat ini berasal dari kalangan Arab badui yang tidak diketahui jelas asal-usulnya, bukan dari kalangan bangsawan atau ulama. Kita juga telah mengetahui penguasa badui itu telah membangun bangunan-bangunan pencakar langit. Mereka telah membangun bangunan tertinggi di dunia di Dubai bernama Burj Khalifa. Mereka juga telah membangun gedung pencakar langit setinggi 2.000 kaki di atas Ka'bah bernama "The Mecca Royal Clock Hotel Tower". 

Ya, bangunan itu merupakan hotel bintang lima triple plus. Di dalam kamar-kamarnya yang super nyaman itu para penguasa Arab atau orang-orang kaya yang bisa membayar puluhan juta rupiah semalam bisa menyaksikan kaum muslim yang berpakaian serba sederhana bermandi peluh melakukan ibadah haji atau umroh. Hotel super mewah yang dilengkapi juga dengan kasino dan berbagai sarana maksiat lainnya itu merupakan pemandangan yang sangat berkebalikan dengan kesederhanaan Ka'bah dan orang-orang beribadah di sekelilingnya. Kehadiran bangunan super megah itu juga mengganggu kekhusyukan ibadah para peziarah.Jika kita amati bentuk "The Mecca Royal Clock Hotel Tower", kita tentu akan teringat dengan bangunan menara dalam film "Lords of the Ring". 

Di puncak menara tersebut terdapat sebentuk "tanduk" yang memancarkan cahaya berbentuk mata di tengah-tengahnya. Itu adalah tanduk setan (satan's horn), simbol paling populer di antara para penyembah setan di dunia. "Tanduk setan" itu pula yang ada di puncak "The Mecca Royal Clock Hotel Tower". Di bawahnya terdapat kalimat dalam bahasa Arab yang merujuk pada "Allah" dan "Muhammad". Ya, kedua kalimat syahadat itu ditempatkan di bawah "tanduk setan", seakan memberi tanda bahwa Islam sudah tunduk pada kekuasaan setan.

Bagi umat Islam yang "berpikiran positif" dengan tidak berfikir "konspirasi teori" mengenai hal tersebut di atas saya tantang untuk menunjukkan referensi tentang simbol "tanduk setan" atau juga simbol "bulan sabit dengan bintang lima" dalam Islam. Alih-alih mendapatkannya, referensi yang didapat tentang simbol-simbol tersebut adalah bahwa simbol-simbol tersebut adalah simbol yang dijiplak dari budaya paganisme (penyembahan setan atau berhala)."The Mecca Royal Clock Hotel Tower" atau boleh juga disebut "menara tanduk setan", merupakan "Manara Babel" era modern. 

Dibangun sebagai bentuk kesombongan manusia di hadapan Tuhannya. Namun sebagaimana Menara Babel yang dibangun oleh penguasa Babilonia Raja Namrud, bangunan ini pun akan hancur tak berbekas dalam sekejap. Anda bertaruh? 

Lambang Tanduk Setan di atas Ka’bah.Tidak diragukan lagi bahwa pembangunan menara "tanduk setan" di atas Ka'bah adalah bukti telah berkuasanya zionisme atas kota suci Mekkah.Maka jadi beralasan jika salah satu misi Imam Mahdi kelak adalah membebaskan Mekkah dari kejahilan dan kemusrikan.Anda orang Islam yang percaya bahwa lambang bulan sabitnya adalah lambang Islam. Lambang bulan sabit adalah simbol penyembahan berhala Romawi.

Adapun bintang lima sebenarnya adalah simbol zionisme Yahudi yang diadopsi oleh gerakan komunisme yang juga didirikan oleh orang-orang Yahudi. Simbol bulan sabit pertama kali diadopsi oleh orang-orang Turki, yang sebelumnya adalah orang-orang Romawi penyembah simbol bulan sabit.Namun saya masih belum menemukan orang-orang Islam mana yang pertama memasukkan simbol bintang lima sebagai simbol Islami.

Setelah diterima luas di kalangan Islam, simbol bulan bintang kini telah ditinggalkan oleh sebagian umat Islam, terlihat dari masjid-masjid yang tidak lagi menggunakan simbol tersebut di atas menaranya.Perlu dicatat bahwa Rosulullah dan para sahabat serta para pengikut Islam awal tidak mengenal simbol ini. Demikian juga orang-orang Shiah dari dahulu hingga sekarang.

Namun di sisi lain, perkembangan yang lebih mengkhawatirkan juga terjadi. Bulan sabit ditinggalkan, namun diganti dengan simbol tanduk setan. Dan tanduk setan itu kini tengah mengangkangi Ka'bah, tempat paling suci umat Islam di seluruh dunia sepanjang sejarah.Berbeda dengan bulan sabit, "tanduk setan" sebenarnya telah dikenal oleh umat Islam awal.

Dalam kitab hadits "Shahih" tulisan Bukhari yang dianggap sebagai kitab paling afdhol oleh sebagian besar umat Islam disebutkan, suatu hari Rosulullah berkata pada orang-orang sambil menunjuk rumah Aishah (istri Rosulullah): "Di sinilah sumber fitnah, tempat munculnya "tanduk setan""Beberapa saat sebelum meninggal, Rosulullah memberikan perintah kepada umat Islam untuk menyingkirkan segala simbol kekotoran dari sekitar kota suci Mekkah dan Jazirah Arab.

Untuk itu beliau memerintahkan pengusiran orang-orang kafir dan mushrik dari tanah Arab. Namun kita bisa menyaksikan sendiri saat ini, amanat Rosulullah tersebut telah dikhianati oleh orang-orang Arab Saudi. Mereka mengundang pasukan kafir Amerika untuk membangun markas di Jazirah Arab.Tidak hanya itu, orang-orang Arab Saudi bahkan mengundang orang-orang kafir dan musrik untuk membangun kota Mekkah dan tinggal di sana hingga kota Mekkah kini hampir tidak berbeda dengan kota-kota maksiat lainnya.

Namun semua itu masih belum seberapa dengan pengkhianatan ini: membangun simbol "tanduk setan" raksasa di atas Ka'bah.Para pembela regim Saudi boleh saja berdalih membela pembangunan Menara Ka'bah yang menempatkan simbol "tanduk setan" di puncaknya dengan dalih Rosulullah pernah bersabda bahwa Dajjal (iblis dalam wujud fisik) tidak bisa memasuki Mekkah yang dijaga ribuan malaikat, jadi tidak mungkin simbol serupa tanduk di atas Menara Ka'bah adalah simbol "tanduk setan". Fine, tapi Rosulullah juga tidak pernah mengatakan bahwa para penganut iblis tidak bisa memasuki dan menguasai Mekkah.

Setelah penghancuran tempat-tempat bersejarah umat Islam di sekitar Makkah dan Madinah, termasuk penghancuran rumah Rosulullah dan kemudian penempatan prajurit-prajurit kafir Amerika-Yahudi di Jazirah Arab maka tidak bisa diragukan lagi bahwa pembangunan menara "tanduk setan" di atas Ka'bah adalah bukti telah berkuasanya zionisme atas kota suci Mekkah. Maka jadi beralasan jika salah satu misi Imam Mahdi kelak adalah membebaskan Mekkah dari kejahilan dan kemusrikan.

Hikayat Simbol Bulan BintangSiapa sangka simbol yang kerap diagung-agungkan oleh umat Islam se-dunia itu ternyata berasal dari budaya pagan?Sangat sulit saat ini untuk memisahkan Islam dengan simbol bulan bintang. Simbol tersebut sudah identik, seperti halnya tanda salib untuk Kristen dan bintang daud untuk Yahudi.Jauh sebelum kedatangan Islam di tanah Mekah, sekitar 670 SM, orang-orang Byzantium sudah menggunakan simbol ini untuk menggambarkan sang dewi bulan yang bernama Artemis (Romawi mengadopsinya menjadi Diana, dan Kartago mengadopsinya menjadi Tanit).Pada abad 2 SM, legion Romawi menyerbu Byzantium dan mendirikan Romawi Timur. Kendati menjadi penjajah, tidak serta merta mereka membuang semua yang berbau Byzantium.

Beberapa kebudayaan dan keyakinan Byzantium mereka serap ke dalam kebudayaan dan keyakinan mereka.Salah satu simbol agama yang diadopsi oleh orang-orang Romawi adalah bulan bintang tersebut.Pada masa pemerintahan Kaisar Constantinus I (306-337), bulan bintang dijadikan symbol ibu kota Konstantinopel (Constantinopolis). Di era pemerintahannya: lambang terpasang dimana-mana: mulai di gedung-gedung pemerintahan hingga di tempat-tempat peribadatan agama kaisar tersebut yakni Kristen Timur.Hal yang sama dilakukan oleh Kesultanan Utsmaniyah (Ottoman) saat mereka menaklukan Konstantinopel pada 1453. Alih-alih menghancur-leburkan seluruh yang berbau Romawi Timur, mereka malah menambahkan lambang bulan bintang di bendera Ottoman yang tadinya hanya berbentuk segitiga berwarna merah polos.

Dari Kesultanan Utsmaniyyah simbol ini lantas menyebar ke negeri-negeri lain dan kerap dihubung-hubungkan dengan agama resmi kesultanan tersebut yakni Islam. Karena itu adalah wajar jika hari ini, ada belasan negara Islam yang memakai lambang bulan bintang dalam benderanya.Bahkan bukan hanya pada bendera, di tempat-tempat peribadatan orang Islam simbol ini pun dipasang sebagai ekspresi identitas spiritual. Padahal di era Nabi Muhammad pun identitas bendera umat Islam adalah warna hitam, putih atau hijau tanpa lambang atau tulisan apapun. Itu pun digunakan oleh pasukan Nabi, sebagai penanda posisi pasukan semata.

Imam Sajjad, Teladan Pengabdian


Tanggal lima Sya'ban tahun 38 H seorang manusia mulia lahir ke dunia. Beliau adalah Imam Ali bin Husein yang dikenal dengan panggilan Imam Ali Zainal Abidin. Beliau juga dijuluki dengan sebutan Imam Sajjad, karena tekun beribadah dan bersujud kepada Allah Swt. Selain dekat dengan Tuhan, Imam Sajjad juga dikenal sebagai orang yang sangat dermawan, penyantun terutama kepada orang miskin, anak yatim dan orang-orang tertindas.

Manusia mulia ini juga dikenal dengan doa-doanya yang memiliki ketinggian bahasa dan kedalaman maknanya yang menjulang. Beliau menjalani malam dengan doa dan ibadah kepada sang maha Pencipta. Tentang ini, Imam Baqir as, putra Imam Sajjad berkata, "Ketika semua orang di rumah tertidur di awal malam, ayahku, Imam Sajjad bangun mengambil wudhu dan shalat dua rakaat. Kemudian beliau mengambil bahan makanan dalam karung dan memanggulnya sendirian menuju daerah orang-orang miskin dan membagikan makanan kepada mereka. Tidak ada seorangpun yang mengenalnya. Setiap malam orang-orang miskin menunggu beliau di depan rumah mereka untuk menerima jatah makanannya. Tapak hitam dipunggung ayahku merupakan bukti bahwa beliau memanggul sendiri makanan yang dibagikan kepada orang miskin."

Salah satu karakteristik manusia sejak dulu hingga kini adalah hidup bermasyarakat. Dalam interaksi sosial, potensi setiap orang akan muncul untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing sekaligus orang lain. Demikian juga dengan kita sebagai anggota masyarakat. Kita tidak bisa hidup seorang diri tanpa orang lain. Menurut Imam Sajjad, hanya Allah yang tidak membutuhkan yang lain, kita sebagai makhluk saling membutuhkan. Untuk itu, ketika seseorang berkata, "Tuhanku, jadikan aku orang yang tidak membutuhkan orang lain," beliau berkata. Jangan begitu, setiap orang membutuhkan orang lain. Seharusnya beginilah doamu, "Tuhanku! Jadikan aku orang yang tidak membutuhkan orang-orang yang buruk."

Sejatinya, persahabatan dan pengabdian terhadap sesama merupakan salah satu sifat terpuji manusia. Setiap anggota masyarakat memiliki tanggung jawab yang sama dalam menjalani kehidupan ini. Imam Zainal Abidin dalam Risalah Huquq menyinggung hak antarsesama manusia. Dengan cemerlang, Imam Sajjad menjelaskan bagaimana hak pemimpin terhadap bawahannya dan sebaliknya. Tidak hanya itu, Imam Sajjad juga menjelaskan bagaimana hubungan keluarga menyangkut hak orang tua terhadap anaknya dan sebaliknya, hak bertetangga, berteman dan hak terhadap harta.

Menurut Imam Sajjad, manusia adalah pelayan bagi yang lain, sehingga di masyarakat tumbuh budaya gotong-royong dan saling membantu. Di bagian lain Imam Sajjad mengungkapkan perkataan tentang saudara. Beliau berkata, "Saudara yang buruk adalah orang yang memperhatikanmu ketika keadaan lapang, namun menjauhi ketika sulit." Untuk itu seorang mukmin berkewajiban untuk berbuat baik kepada orang lain.

Dalam pandangan Imam Sajjad, melayani orang lain memiliki berbagai dampak yang sangat besar baik di dunia maupun di akhirat. Salah satunya yang paling natural adalah membantu orang yang terkena musibah dan membutuhkan pertolongan. Imam Sajjad berkata, "Di dunia ini tidak ada yang lebih mulia dari berbuat baik kepada saudara."

Imam Sajjad dalam berbagai riwayat lain menjelaskan bahwa orang yang membantu orang lain akan mendapat ganjaran pahala akhirat, ampunan dosa, kedudukan yang tinggi di surga serta pahala lainnya. Beliau berkata, "Tuhanku, semoga shalawat tercurah atas Muhammad dan keluarganya.., anugerahilah tanganku ini agar bisa berbuat baik kepada orang lain, dan jangan rusakkan kebaikan itu dengan riya dalam diriku."

Imam Sajjad bahkan dalam doanyapun memberikan contoh bagaimana mengabdi dan melayani kebutuhan orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Imam Zainal Abidin kepada putranya berkata, "Barang siapa yang meminta tolong padamu untuk melakukan suatu pekerjaan baik, maka lakukanlah. Jika kamu ahlinya maka lakukan dengan sebaik-baiknya, Jika bukan engkau telah berbuat baik."

Pengabdian adalah tindakan yang dilakukan untuk memenuhi hak orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini meliputi hubungan antar sesama manusia, hubungan dengan Tuhan, dan alam semesta.

Pengabdian terhadap masyarakat akan memiliki kedudukan tinggi bukan diukur dari seberapa besar pekerjaan itu. Tapi, kualitas layanan dan ketulusan niatlah yang menjadi ukuran dari bernilai atau tidaknya pekerjaan itu. Dengan demikian akan menciptakan sebuah ketenangan spiritual bagi seseorang yang bisa berbuat kebaikan bagi orang lain. Terkait hal ini Imam Sajjad berkata, "Sikap bersahabat dan bersaudara seorang mukmin kepada saudara mukmin lainnya adalah ibadah."

Di bagian lain, Imam Sajjad mengingatkan nilai spiritual berbuat baik kepada orang lain dengan mengatakan, " Allah akan menggembirakan orang yang telah menggembirakan saudaramu."

Imam Sajjad dengan tanpa pamrih dan hanya mengharap keridhaan Allah berbuat baik terhadap orang lain. Ketika bersama rombongan bergerak menuju Mekah untuk menjalankan ibadah haji, beliau meminta supaya pengurus rombongan tidak memperkenalkan jati dirinya kepada yang lain. Dengan cara ini rombongan lain tidak mengenalinya, dan beliau bisa leluasa melayani keperluan mereka yang hendak berangkat untuk menunaikan ibadah haji.

Dalam sebuah perjalanan seseorang mengenalinya dan berkata, "Apakah kalian tahu siapa pemuda ini " Ia tidak lain adalah Ali bin Hussein. Rombongan itu berlari mendekati Imam Sajjad dan memberi hormat serta memohon maaf karena tidak mengenalinya. Imam berkata, "Suatu hari saya berangkat bersama rombongan haji dan anggota rombongan mengenalnya dan menghormatiku, sebagaimana mereka menghormati Rasulullah. Akhirnya merekalah yang melayani keperluanku bukan sebaliknya. Padahal saya ingin melayani keperluan mereka. Inilah alasan saya tidak ingin dikenali oleh mereka."

Filsafat dari Nama Rasulullah Saw


Ketika Rasuulluh Saw belum dilahirkan, nabi-nabi terdahulu, mulai Nabi Adam sampai Nabi Isa telah memberi kabar kepada umatnya akan datangnya nabi akhir zaman dengan ciri-ciri yang tertentu. Yaitu, dilahirkan di kota Makkah, hijrah di kota Madinah dan wafatnya juga di kota Madinah, dan kekuasaannya membentang sampai di kota Syam. Nama Rasulullah Saw kalau di Kitab Injil adalah Ahmad. Allah berfirman
"Dan (Ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan Kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata." (QR. As-Shaf : 6).

Perlu diketahui, bahwa nama yang dikemukam oleh Nabi Isa tadi, itu bukan sekedar nama. Akan tetapi merupakan pemberian dari Allah Swt yang tentunya ada makna yang terkandung. Di dalam nama Ahmad jika ditulis dengan huruf Arab tanpa dipisah-pisah ada filsuf tentang adanya gerakan salat. Huruf alif (ا) menunjukan simbol tentang orang yang berdiri. Huruf ha (ح) menggambarkan tentang orang yang sedang rukuk. Huruf mim (م) menggambarkan tentang orang yang sedang sujud. Huruf dal (د)  menunjukan gambaran orang yang sedang duduk tahiyat salat.

Selain makna tersebut, ada juga makna yang tersembunyi di balik nama Ahmad. Yaitu, secara Gramatika Arab, kata Ahmad itu termasuk sighat mubalaghah (bentuk yang mempunyai arti banyak) dari kata Hamdu (memuji). Jadi, bisa diambil kesimpulan bahwa Nabi Ahmad, nama dari Nabi Muhammad Saw mempunyai arti orang yang paling banyak memuji Allah. 

Nabi Muhammad Saw bersabda, “Aku adalah Ahmad tanpa mim (م)” Ahmad tanpa mim (م) akan mempunyai arti Ahad (Esa), yang merupakan sifat Allah yang sangat unik. Mim (م) yang merupakan simbol personafikasi dan manifestasi Allah dalam diri Nabi Muhammad Saw pada hakikatnya adalah bayangan Ahad yang ada di alam semesta. Mim adalah wasilah antara makhluk dengan Khaliqnya. Mim adalah jembatan yang menghubungkan para kekasih Allah dengan sang kekasihnya yang mutlak. Dengan kata lain, Nabi Muhammad Saw merupakan mediator antara makhluk dengan Allah Swt. 

Menurut Iqbal, "Muhammad benar-benar berfungsi “mim” yang  “membumikan” Allah dalam kehidupan manusia. Dialah “Zahir”nya Allah; dialah Syafi’ (yang memberikan syafaat, pertolongan dan rekomendasi) antara makhluk dengan Tuhannya. Ketika anda ingin merasakan kehadiran Allah dalam diri anda, hadirkan Muhammad. Ketika anda ingin disapa oleh Allah, sapalah Muhammad. Ketika anda ingin dicintai Allah, cintailah Muhammad. Qul inkuntum tuhibbunallah fat tabi’uni yuhbibkumullah, “Apabila kalian cinta kepada Allah maka ikutilah aku (Muhammad) kelak Allah akan cinta kepada kalian.” Kepada orang seperti inilah kita diwajibkan cinta, berkorban dan bermohon untuk selalu bersamanya, di dunia dan akhirat. Sebab seperti kata Nabi, “Setiap orang akan senantiasa bersama orang yang dicintainya.”

Selain nama Ahmad, Rasulullah Saw juga mempunyai nama Muhammad. Nama ini pemberian dari kakeknya, Abdul Muthalib. Nama ini diilhami atas  harapan besar  Abdul Muthalib agar kelak cucunya ini dipuji oleh makhluk seantero dunia karena sifatnya yang terpuji. Adapun nama tersebut kalau ditinjau secara Gramatika Arab berstatus sebagai Isim Maful (obyek) dari asal kata Hammada. Menurut kiai Maksum bin Ali dalam kitab Amsilatut Tasrifiyah menyebutkan bahwa penambahan tasdid mempunyai faidah Taksir (banyak). Jadi, artinya adalah orang yang banyak dipuji. Sebab semua makhluk di dunia ini memuji Rasulullah Saw dengan membaca shalawat untuknya. Allah berfirman, ”Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab :56).

Yang heboh lagi, dari nama Muhammad, di situ ada makna yang terkandung. Yaitu, jika kita mau mengangan-angan kerangka huruf Muhammad apabila ditulis dengan hurup Arab ternyata menunjukan kerangka manusia. Sebab, mim (م) yang bundar dari kata Muhammad (محمد) itu menunjukan kepala manusia, karena kepala manusia itu bundar. Huruf  ha (ح) kalau kita dobelkan menjadi dua akan menunjukan dua tangan manusia. Huruf  mim (م) yang kedua menunjukan tentang perut manusia. Huruf dal (د) menunjukan kedua kaki manusia.

Selain itu, ada juga makna-makna yang tersembunyi lagi. Yaitu, huruf mim menunjukan kata Minnah yang berarti anugerah. Sebab, Allah memberi anugerah kepada Rasulullah Saw dengan anugerah yang sangat luar biasa melebihi apa yang telah diberikan kepada yang lainnya. Huruf ha menunjukan kata Hubbun (cinta). Sebab, Allah mencintai Nabi Muhammad Saw dan umatnya melebihi cintanya kepada nabi-nabi yang lain beserta umatnya. Huruf mim yang kedua menunjukan kata Maghfirah yang berarti ampunan. Sebab, Allah mengampuni segala dosa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw, baik yang sudah lampau atau yang akan datang. Nabi Muhammad Saw adalah nabi yang maksum (terjaga dari melakukan dosa). Adapun jika disandarkan untuk umatnya, maka  Allah akan mengampuni dosa-dosa umat Nabi Muhammad Saw jikalau mereka mau bertaubat. Tidak seperti umat-umat terdahulu yang apabila melakukan dosa langsung mendapat siksa dan teguran dari Allah. Huruf dal menunjukan kata Dawaamuddin. Artinya, abadinya agama Islam. Sebab, agama Islam akan tetap ada sampai akhir zaman. Apabila agama Islam sudah lenyap karena ditinggal oleh manusia, maka tunggulah kehancuran dunia ini.

Kesimpulan dari semua ini adalah, kalau orang itu sudah mengaku agamanya Islam, maka kerjakanlah salat. Sebab, salat merupakan tiang agama dan merupakan ajaran nabi-nabi terdahulu yang disempurnakan oleh Nabi Muhammad Saw. Jika seseorang sudah menjalankan salat dan ajaran Islam yang lainnya, maka dia termasuk orang yang bertaqwa yang akan dimasukkan Allah ke dalam surga-Nya. Karena umat Nabi Muhammad Saw yang masuk ke surga itu akan dirupakan manusia. Mengapa demikian? Ini kembalinya kepada keagungan nama Nabi Muhammad saw yang menunjukkan kerangka manusia. Apabila  manusia masih berbentuk manusia, maka dia tidak akan masuk neraka. Adapun mengenai orang kafir, ada ulama yang berpendapat bahwa mereka di neraka itu berwujud babi.

*Penulis Adalah Esais dan ketua Website PP. Al Anwar Sarang Rembang Jateng asal Pati.
Disadur dari:  www.nu.or.id

Marbut Masjid Terharu Diberangkatkan Umrah oleh Ahok


Menurut Kantor Berita ABNA, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama melepas 30 marbut atau penjaga masjid berangkat umrah ke Tanah Suci, Mekkah. Salah seorang marbut masjid yang turut berangkat umrah, Suweha (68), merasa terharu karena impiannya berdoa di depan Kabah segera terwujud.

"Mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Pak Gubernur berkat kebaikan serta perhatian Bapak, kami para marbut dapat menunaikan ibadah umrah. Sungguh satu hal yang tak pernah kami bayangkan, kecuali sebatas mimpi kami sebagai marbut bisa ibadah di Tanah Suci," kata Suweha yang sudah bekerja selama 10 tahun sebagai marbut Masjid Abu Toyib Papanggo, Tanjung Priuk, Jakarta Utara, di Balaikota, Selasa (16/12/2014). "Tetapi, sekarang bukan hanya bayangan dan impian. Kini (umrah) menjadi kenyataan, kami bahagia bangga bercampur haru," lanjut Suweha.

Lebih lanjut, ia mengaku senang karena marbut masjid kini dipandang sebagai pekerjaan yang mulia karena pemerintah memberi perhatian lebih atas kinerja marbut.

Selain diberangkatkan umrah, lanjut dia, marbut dengan mudah dapat bertemu pimpinan, yakni Gubernur DKI Jakarta. Kepada Ahok, ia mengatakan, masih ada ribuan marbut yang menunggu untuk diberangkatkan umrah. Ia berharap kegiatan ini menjadi kegiatan rutin tiap tahunnya.

"Kami marbut yang akan menunaikan umrah mendoakan semoga Gubernur serta seluruh jajaran Pemprov DKI sukses dalam mengemban tugas. Semoga Allah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada seluruh warga Jakarta. Amin," harap Suweha.

Selain memberangkatkan marbut masjid umrah, Ahok juga secara simbolis memberi buku tabungan insentif kepada marbut se-DKI Jakarta.

Perjuangan Politik dan Intelektual Imam Musa as


Setiap pribadi maksum dan Ahlul Bait Nabi as adalah teladan dan panutan umat manusia setelah Rasulullah Saw. Sejarah hidup mereka merupakan bukti nyata dari sebuah kehidupan yang dilandasi oleh nilai-nilai langit. Mereka adalah pelita dunia untuk membimbing manusia menuju sebuah kehidupan yang suci dan mulia. Oleh karena itu dalam sebuah doa, kita memohon kepada Allah Swt untuk menjadikan kehidupan dan kematian kita seperti kehidupan dan kematian Nabi Muhammad Saw dan Ahlul Bait Nabi as.

Imam Musa al-Kazhim as lahir pada tanggal 7 Shafar tahun 128 Hijriah di sebuah lembah bernama Abwa, yang terletak di antara Makkah dan Madinah. Ibunda beliau bernama Hamidah. Imam Musa mencapai kedudukan imamah dan kepemimpinan umat pada usia 21 tahun. Abu Bashir menuturkan, "Kami bersama Imam Jakfar Shadiq as melakukan perjalanan ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Tidak lama setelah tiba di lembah Abwa dan menyantap sarapan pagi di sana, Imam Jakfar mendapat kabar bahwa Allah Swt telah menganugerahinya seorang putra. Dengan penuh suka-cita, Imam Jakfar segera menemui istrinya, Hamidah. Tidak lama kemudian, beliau kembali dengan wajah berseri dan berkata, "Allah Swt telah memberiku seorang anak. Kelahiran putraku ini merupakan anugerah terbaik dari-Nya."

Imam Musa as adalah sumber kebaikan, keutamaan dan kemuliaan. Ia senantiasa bersikap begitu ramah dan penuh kasih sayang dengan siapapun. Masa kepemimpinan beliau berlangsung sekitar 35 tahun. Ia hidup sezaman dengan empat khalifah Dinasti Abbasiyah. Masa pemerintahan Khalifah Mansur, Mahdi, Hadi dan Harun al-Rasyid merupakan situasi yang sangat sulit dan penuh pasang surut bagi perjuangan Imam Musa as. 14 tahun terakhir dari masa kepemimpinan Imam Musa berlangsung di era pemerintahan Harun al-Rasyid dan sebagian besar masa hidupnya saat itu ia lewati di dalam penjara Dinasti Abbasiyah.

Imam Musa adalah orang yang paling shaleh, zuhud, faqih dan dermawan pada masa itu. Ketika dua pertiga malam tiba, beliau mulai melakukan shalat sunnah dan melanjutkan shalatnya hingga fajar menyingsing. Setelah melaksanakan shalat Shubuh, ia mengangkat tangan untuk berdoa dan mulai tenggelam dalam tangisan hingga seluruh jenggotnya basah dengan air mata. Ketika ia membaca al-Quran, orang-orang berdatangan dan berkumpul di sekelilingnya untuk menikmati suaranya yang merdu. Pribadi mulia ini dikenal dengan julukan hamba shaleh, dan karena kemampuannya menahan amarah, ia digelari dengan al-kazhim. Julukannya yang lain adalah shabir (penyabar) dan amin (terpercaya).

Imam Musa meneruskan metode ayahnya dalam berdakwah yang menekankan pentingnya sebuah perombakan pemikiran dan akidah masyarakat waktu itu serta memerangi aliran-aliran yang menyimpang dari jalur Islam. Dengan argumentasi-argumentasi yang kokoh, ia telah membuktikan kerapuhan pemikiran-pemikiran atheis dan menyadarkan orang-orang yang sedang terjerumus ke dalam lembah kesesatan. Tidak lama berselang revolusi pemikiran yang dirintis oleh Imam Musa mengalami puncak kejayaannya dan mempengaruhi para ilmuwan yang hidup kala itu.

Perjuangan Imam Musa yang ingin menegakkan kebenaran dan membasmi kezaliman praktis memicu amarah para penguasa tiran waktu itu. Dalam sejarah kehidupan Imam Musa, menjunjung tinggi kebenaran dan memerangi kebatilan di ranah sosial dan politik menempati posisi istimewa dan senantiasa menjadi agenda perjuangan beliau. Meskipun Imam Musa menerima berbagai macam intimidasi, penyiksaan, dan pemenjaraan berkepanjangan, namun beliau tetap menolak tunduk pada penguasa tiran dan terus mengumandangkan perang melawan kebatilan.

Dalam perspektif Imam Musa, pemerintahan tiran dan batil tidak akan bisa menjalankan kebenaran dan keadilan di tengah masyarakat. Oleh karena itu, beliau menekankan bahwa kebenaran tidak akan diraih dengan istrumen-instrumen batil. Imam Musa selalu menekankan pentingnya kebenaran kepada para sahabatnya dan berkata, "Jagalah dirimu dari kemarahan Allah Swt dan bertakwalah. Sampaikanlah kebenaran tanpa rasa takut, meski kebenaran itu akan melenyapkanmu secara lahiriah. Ketahuilah bahwa kebenaran itu tidak akan menghancurkanmu, tapi malah menyelamatkanmu. Namun lepaskanlah kebatilan, meski hal itu secara lahiriah menyelamatkanmu. Sebab, kebatilan tidak akan menyelamatkanmu bahkan pada akhirnya akan membinasakanmu."

Imam Musa as dalam perlawanan politiknya terhadap para penguasa zalim, menguasasi situasi dengan baik dan memanfaatkan setiap kesempatan untuk memberi pencerahan kepada umat. Program kerja Imam Musa untuk menghadapi pemikiran-pemikiran sesat adalah melakukan kaderisasi dan mendidik murid-muridnya yang potensial guna melawan berbagai penyimpangan di masa itu. Dengan berbagai argumentasi logis, Imam Musa as menghadapi pemikiran-pemikiran sesat dan menjelaskan ajaran yang benar kepada masyarakat.

Aktivitas intelektual dan ilmiah Imam Musa dilakukan di tengah tekanan politik saat itu. Dengan penuh kesabaran, beliau berhasil mempertahankan ajaran-ajaran Islam murni. Dalam sejarah disebutkan, lebih dari 200 perawi hadis dan pemikir saat itu berguru kepada Imam Musa as. Beliau benar-benar berupaya meningkatkan intelektualitas masyarakat saat itu dan mendorong mereka untuk menimba ilmu pengetahuan dari sumber yang terpercaya serta meningkatkan pengetahuan mereka sehingga tidak terjebak dalam makar orang-orang yang berpikiran batil.

Berkenaan dengan para penguasa zalim, Imam Musa berkata, "Barang siapa yang menghendaki mereka tetap hidup, maka ia termasuk golongan mereka. Dan barang siapa yang termasuk golongan mereka, maka ia akan masuk neraka". Dengan demikian, Imam telah menentukan sikap tegas terhadap pemerintahan Harun al-Rasyid, mengharamkan kerja sama dengannya dan melarang para pengikutnya untuk bergantung dalam pemerintahannya. Imam Musa as berkata, "Janganlah kalian bersandar kepada mereka, karena kalian akan dijerumuskan ke dalam api neraka". Namun, beliau mengecualikan Ali bin Yaqthin, salah satu pengikutnya dari instruksi tersebut dan memperbolehkannya untuk menduduki kursi kementrian di kabinet Harun al-Rasyid sebagaimana ia juga telah memegang tampuk tersebut pada era Mahdi al-Abbasi.

Ali bin Yaqthin pernah meminta izin kepada Imam Musa untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Akan tetapi, Imam melarangnya untuk melakukan itu seraya berkata, "Jangan kau lakukan itu. Saudara-saudaramu menjadi mulia karenamu dan mereka bangga denganmu. Mungkin dengan bantuan Allah, engkau bisa memperbaiki situasi ini, menolong orang yang tidak mampu atau para musuh-Nya akan kalah karenamu. Wahai Ali, kafarah yang harus kau berikan sekarang adalah berbuat baik kepada saudara-saudaramu. Lakukanlah satu hal niscaya aku akan menjamin tiga hal untukmu, setiap kali engkau melihat pengikut kami, maka penuhilah segala kebutuhannya dan hargailah dia. Aku jamin engkau tidak akan masuk penjara, tidak satu pedang pun yang akan melukaimu dan engkau tidak akan pernah mengalami kemiskinan. Wahai Ali, barang siapa yang membahagiakan seorang mukmin, maka ia – pertama – telah membahagiakan Allah, -- kedua – Rasulullah Saw dan – ketiga – kami."

Imam Musa selalu memenuhi malam-malamnya hingga pagi dengan rintihan istighfar dan sujud yang sangat panjang. Beliau selalu mengarahkan wajah dan kalbunya di hadapan Allah Swt. Suatu hari, Khalifah Harun al-Rasyid bertemu dengan Imam Musa di dekat Kabah dan menyatakan, "Apakah engkau adalah seseorang yang dibaiat oleh umat secara rahasia dan dipilih sebagai pemimpin mereka?" Imam dengan tegas menjawab, "Aku berkuasa di hati rakyat. Sementara engkau berkuasa atas jasad mereka." .

Berikut ini kami kutip beberapa ucapan dari Imam Musa al-Kazhim as, "Sabar dalam kesendirian adalah tanda kekuatan akal. Barang siapa yang merenungkan tentang Allah, ia akan menjauhi orang-orang yang mencintai dunia dan menginginkan apa yang ada di sisi Tuhannya, Allah adalah penenangnya dalam ketakutan, temannya dalam kesendirian, kekayaannya dalam kefakiran dan kemuliaannya di hadapan selain kerabatnya." "Tidak sempurna  agama orang yang tidak memiliki harga diri, dan tidak memiliki harga diri orang yang tidak berakal. Sesungguhnya orang yang  paling agung nilainya adalah orang yang tidak menganggap dunia sebagai satu nilai baginya. Ingatlah, harga badanmu ini adalah surga, jangan engkau menjualnya dengan selainnya."

18 Rabiul Awal, Pembangunan Masjid Nabawi Dimulai


Tanggal 18 Rabiul Awal tahun pertama Hijriah, pembangunan Masjid Nabawi di Madinah dimulai. Pembangunan masjid terpenting kedua kaum muslimin, setelah Masjidil Haram itu, dimulai segera setelah Rasulullah tiba di kota Madinah.

Rasulullah sendiri juga terjun langsung bersama para sahabat beliau untuk melakukan pembangunan masjid tersebut. Dinding masjid terbuat dari batu-bata dan atapnya terbuat dari kayu. Di samping masjid dibangun pula ruangan-ruangan untuk tempat tinggal Rasul dan sebagian sahabat beliau.

Rasulullah menjadikan masjid bukan hanya sebagai tempat beribadah, melainkan juga untuk menyelenggarakan urusan pengadilan, musyawarah, pendidikan militer, dan penyelesaian masalah kaum muslimin. Oleh karena itu, masjid ini memiliki posisi yang sangat penting di tengah kaum muslimin.

Turunnya Surah Al-Rum


Dimanakah surah Al-Rum itu diturunkan? Di Mekkah atau di Madinah?
Pertanyaan:
Mengapa surah Al-Rum disebut sebagai surah Makkiyah? Sementara dalam Sunan Al-Tirmidzi disebutkan bahwa surah ini diturunkan setelah hijrah Rasulullah Saw ke Madinah?
Jawaban Global:
Kebanyakan mufasir dan ulama Ulum al-Qur’an baik dari kalangan Sunni dan Syiah meyakini bahwa surah Al-Rum itu adalah surah Makkiyah (diturunkan di Mekkah)[1]  kecuali ayat 17 dan 18 surah ini  yang diturunkan di Madinah.[2]

Adapun riwayat yang disinggung dalam pertanyaan disebutkan di salah satu kitab sahih Ahlusunnah yang menyatakan bahwa surah Al-Rum adalah surah Madaniyah.

Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Said:
“Tatkala kaum Muslim ikut serta dalam perang Badar pasukan Romawi juga menang atas pasukan Persia. Kemudian orang-orang beriman takjub lalu turunlah ayat yang menyatakan: الم غلبَتِ الرُّوم (Alif Lâm Mîm. Telah dikalahkan bangsa Romawi) hingga بِنَصْرِ اللَّهِ “(karena pertolongan Allah).”[3]

Selanjutnya Tirmidzi berkata: “Nashr bin Ali membaca awal surah Al-Rum dengan “ghalabat” (dalam bentuk aktif [ma’lum]). “
Demikian juga Tirmidzi menilai hadis ini sebagai hadis gharib dan hasan.[4]

Riwayat yang dalam pandangan Tirmidzi sendiri merupakan gharib; bersumber dari perbedaan bacaan yang dibaca dalam bentuk aktif yang dalam hal ini menjelaskan kemenangan orang-orang Roma setelah hijrah bukan kekalahan mereka sebelum hijrah!
Namun riwayat ini tidak begitu banyak memiliki pendukung. Ibnu Asyur – salah seorang mufasir Ahlusunnah pada abad keempat belas  - berkata:
“Hal  demikian, adalah ucapan yang tidak  ada seorang pun yang mengikutinya.[5] Demikian juga tiada seorang pun mufasir Ahlusunah yang menerima ucapan ini.”[6]

Atas dasar itu, sesuai dengan riwayat dan bacaan masyhur yang memandang ayat “ghulibat”  - dibaca secara passif – dapat disimpulkan bahwa surah Al-Rum adalah surah Makkiyah dan sejalan dengan peristiwa-peristiwa sejarah.

[1]. Muhammad bin Hasan, Syaikh Thusi, al-Tibyân fi Tafsir al-Qur’ân, jil. 8, hal. 227, Beirut, Dar al-Ihya al-Turats al-‘Arabi, Tanpa Tahun; Fadhl bin Hasan Thabarsi, Majma’ al-Bayân fi Tafsir al-Qur’ân, jil. 8, hal. 459, Nasir Khusruw, Cetakan Ketiga, Tehran, 1372 S; Muhammad bin Umar Fakhrrurazi, Mafâtih al-Ghaib, jil. 25, hal. 79, Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi, Cetakan Ketiga, Beirut 1420; Sayid Mahmud Alusi, Ruh al-Ma’âni fi Tafsir al-Qur’ân al-Azhim, jil. 11, hal. 18, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, Cetakan Pertama, Beirut, 1414 H; Abul Qasim Muhammad bin Muhammad Nuwairi, Syarh Thayyibah al-Nasyr fi al-Qirâ’ah, jil. 2, hal. 503, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Cetakan Pertama, Beirut, 1424 H.
[2]. Al-Tibyân fi Tafsir al-Qur’ân, jil. 8, hal. 227; Majma’ al-Bayân fi Tafsir al-Qur’ân, jil. 8, hal. 459; Abdullah bin Umar Baidhawi, Anwâr al-Tanzil wa Asrâr al-Ta’wil, jil. 4, hal. 201, Dar Ihya al-Turats al-Arabi, Cetakan Pertama, Beirut, 1418 H.  
[3].  “Alif Lâm Mîm. Telah dikalahkan bangsa Romawi. Di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. Dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka kalah dan menang itu). Dan di hari itu orang-orang yang beriman bergembira (lantaran suatu kemenangan yang lain). Karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.”  (Qs. Al-Rum [30]:1-5)  Muhammad bin Isa Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, Riset dan annotasi: Ahmad Muhammad Syakir, Muhammad Fuad Abdul Baqi, jil. 5, hal. 343, Syarkah Maktabah wa Mathba’ Mustafa al-Babi al-Halabi, Cetakan Kedua, Mesir, 1395. Silahkan lihat, Abdur-Rahman, Ibn Abi Hatim, Tafsir al-Qur’an al-Azhim, Riset oleh: As’ad Muhammad al-Thayyib, jil. 9, hal. 3087, Maktabah Nizar Mustafa al-Baz, Cetakan Ketiga, Arab Saudi, 1419 H.

«عَنْ أَبِی سَعِیدٍ، قَالَ: لَمَّا کَانَ یَوْمُ بَدْرٍ ظَهَرَتِ الرُّومُ عَلَى فَارِسَ فَأَعْجَبَ ذَلِکَ المُؤْمِنِینَ فَنَزَلَتْ: "الم غُلِبَتِ الرُّومُ" - إِلَى قَوْلِهِ – "یَفْرَحُ المُؤْمِنُونَ بِنَصْرِ اللَّهِ" قَالَ: فَفَرِحَ المُؤْمِنُونَ بِظُهُورِ الرُّومِ عَلَى فَارِسَ».
[4]. Ibid.

«هَذَا حَدِیثٌ حَسَنٌ غَرِیبٌ مِنْ هَذَا الوَجْهِ، کَذَا قَرَأَ نَصْرُ بْنُ عَلِیٍّ "غَلَبَتِ الرُّومُ"»  
[5]. Muhammad bin Thahir, Ibnu Asyur, al-Tahrir wa al-Tanwir, jil. 9, hal. 5, Muassaah al-Tarikh, Cetakan Pertama, Tanpa Tahun.

«و هذا قول لم یتابعه أحد».

[6]. Silahkan lihat, Muhammad Tsanaullah Mazhhari, al-Tafsir al-Mazhhari, jil. 7, hal. 221, Maktabah Rusydiyah, Pakistan, 1412 H.

Apakah maulid nabi (merayakan hari kelahiran nabi) memang bid’ah?


Peringatan hari kelahiran atau hari kematian para wali Allah adalah bid’ah, karena pada zaman sahabat dan setelah mereka tidak pernah ada. Maka itu, tidak ada alasan bagi kita untuk melakukannya! Benarkah demikian?

Sejarah menjadi saksi bahwa sejak dahulu kala, Muslimin di dunia senantiasa merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad Saw, dan para khatib menyampaikan keutamaan beliau. Tidak diketahui secara pasti kapan acara ini dimulai, tapi yang jelas ratusan tahun yang lalu perayaan ini sudah populer di Dunia Islam
Ahmad bin Muhammad Qasthalani (w. 92 H.), salah satu ulama terkenal abad ke-IX H., berkata tentang perayaan yang berlangsung pada bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw, ‘Muslimin senantiasa merayakan bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw. Pada bulan itu mereka memberi makanan kepada orang lain. Malam harinya mereka menyebarkan segala macam sedekah. Mereka tunjukkan kegembiraan dan mereka gandakan amal baik. Mereka juga melantunkan puisi-puisi yang mengucapkan selamat atas kelahiran Nabi Muhammad Saw. Setiap tahun, keberkahan beliau Saw pasti tampak jelas. Semoga rahmat Allah Swt senantiasa tercurahkan bagi setiap orang yang merayakan malam-malam bulan kelahiran beliau Saw dan melipatgandakan penyakit orang-orang yang hati mereka sakit (bermasalah dengan Islam).’[1]

Husain bin Muhammad bin Hasan, salah seorang hakim atau jaksa kota Mekah yang dikenal dengan julukan Diyar Bakri (w. 960 H), menuliskan di dalam buku sejarahnya, ‘Muslimin senantiasa merayakan bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw, mereka memberi makanan kepada orang lain, dan malam harinya mereka menyebarkan sedekah. Mereka mengungkapkan kegembiraan dan bersikeras untuk beramal baik kepada orang-­orang fakir miskin. Mereka membacakan puisi-puisi ulang tahun kelahiran Nabi Saw dan menyampaikan keutamaan­keutamaan beliau di setiap saat dari bulan itu.’[2]

Dua pernyataan historis dari abad ke-X H. ini membuktikan bahwa peringatan hari kelahiran para wali Allah Swt mempunyai latar belakang yang jauh sekali dalam sejarah Islam, para ulama pun menyatakan kebenaran perbuatan ini, dan pada hakikatnya perayaan ini tiada lain adalah sebuah bentuk ungkapan cinta kepada junjungan Nabi Besar Muhammad Saw.

Atas dasar itu, di sini kami juga akan menyinggung dalil syar’i atas peringatan-peringatan semacam ini:
Ungkapan cinta dan penghormatan terhadap Nabi Muhammad Saw adalah salah satu prinsip agama Islam dan perintah Al­-Qur’an, tidak ada seorang pun yang dapat mengingkari hal ini. Dan perayaan hari lahir beliau Saw adalah pengejewantahan prinsip itu. Untuk itu, kami cukup menyebutkan dua ayat tentang hal ini:
Yang pertama, Allah Swt berfirman:
Katakanlah, ‘Jika bapak-bapak kalian, anak-anak kalian, saudara-saudara kalian, istri-istri kalian, sanak keluarga kelian, harta kekayaan yang kalian peroleh, perniagaan yang kalian khawatir merugi dan tempat tinggal yang kalian sukai, lebih kalian cintai dari Allah dan Rasul-Nya serta jihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak menghidayahi kaum yang fasik:[3]

Terang sekali ayat ini menunjukkan bahwa kecintaan terhadap Nabi Muhammad Saw merupakan kewajiban Ilahi di sisi kecintaan terhadap Allah Swt. Meskipun kecintaan ini merupakan pengantar untuk mengamalkan syariat dan hukum­hukumnya, namun pada saat yang sama pengamalan syariat melintas di jalan cinta kepada Nabi Muhammad Saw.

Ayat yang kedua, Allah Swt berfirman:
Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memulia kannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang diturunkan besertanya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.[4]
Ayat ini memerintahkan empat hal kepada orang-orang muslim:
  1. ‘Beriman kepadanya': beriman kepada Nabi Muhammad Saw.
  2. ‘Memuliakannya': memuliakan Nabi Muhammad Saw.
  3. ‘Menolongnya': menolong Nabi Muhammad Saw dalam kesusahan.
  4. ‘Mengikuti cahaya yang diturunkan bersamanya:’ mengikuti Al-Qur’an yang diutus bersama Nabi Muhammad Saw.
Berdasarkan dua ayat di atas yang mewajibkan kecintaan dan penghormatan terhadap Nabi Muhammad Saw, maka kita kembali menanyakan, bukankah perkumpulan Muslimin di hari kelahiran Nabi Muhammad Saw adalah pelaksanaan nyata atas dua ayat tersebut? Tentu saja jawabannya iya, dan siapa pun yang memperhatikan majelis-majelis itu pasti mengakuinya sebagai bentuk ungkapan cinta, penghormatan clan pemuliaan terhaclap Nabi Muhammad Saw. Karena itu, perbuatan Muslimin ini mempunyai clasar Al-Qur’an dan merupakan prinsip samawi. Dan dengan demikian, tidak mungkin dikategorikan sebagai bid’ah. Bid’ah adalah perbuatan baru yang tidak mempunyai dasar Al-Qur’an sekaligus sunnah.

Di surat Al-Insyirah, Allah Swt berfirman:
Dan Kami tinggikan namamu.[5]

Ayat ini menunjukkan bahwa peninggian nama Rasulullah Saw termasuk nikmat Allah Swt kepada beliau. Salah satu cara meninggikan nama beliau aclalah memperingati hari lahir beliau dengan hal-hal menggembirakan yang bukan tergolong dosa atau sia-sia.

Nabi Isa as menyebut hari turunnya Hidangan Samawi sebagai hari raya dan berkata:
Ya Allah Tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit yang akan jadi hari raya bagi kami dan bagi orang-­orang yang bersama kami serta yang datang sesudah kami, dan sebagai tanda dari-Mu. Dan berilah kami rezeki, dan Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki.[6]

Kalau saja hari turunnya Hidangan Samawi, yang tidak lebih dari sebuah kenikmatan terbatas dan cepat lintas, patut dirayakan setiap tahun, kenapa hari kelahiran Nabi Muhammad Saw atau hari pengutusan beliau sebagai nabi (Bi’tsah) yang merupakan nikmat besar Ilahi dan abadi tidak patut dirayakan?!

Maka dari itu, kapan saja, di hari atau malam apa saja, di bulan atau tahun berapa pun Muslimin mengadakan sebuah majelis yang mengingatkan keutamaan Nabi Muhammad Saw, membacakan ayat-ayat Al-Qur’an tentang beliau, atau melantunkan puisi-puisi pujian untuk beliau maka pada hakikatnya mereka sedang melakukan firman Allah Swt untuk mencintai dan memuliakan beliau. Jadi, mereka memandang spesial hari kelahiran beliau karena keberadaan dan kelahiran beliau itu sendiri merupakan nikmat yang besar, mereka tidak merayakan hari itu bukan karena hari itu ditentukan langsung oleh syariat, tapi mereka merayakannya demi mensyukuri nikmat Allah Swt yang sangat besar dan melaksanakan perintah-Nya untuk meninggikan nama Nabi Muhammad Saw.

Referensi:
[1] Al-Mawahib Al-Laduniyah, jld. 1, hal. 27.
[2] Tarikh AI-Khomis,jld. 1, hal. 323.
[3] QS. Al-Taubah [9]: 24
[4] QS. Al-A’raf [7]: 157
[5] QS. Al-Insyirah [94] : 4
[6] QS. Al-Ma’idah [5] : 114

Mengenai Sebutan “Allah”


Pembahasan kata Allah ini pernah dimuat di rubik bahasa harian Kompas, oleh Syamsudin Berlian. Kata Allah, menurut sebagian ahli, berasal dari penggabungan dua kata Arab : Al dan Ilah. Ilah berarti suatu sembahan, yang dalam bahasa Inggris padanannya adalah kata god. Ilah biasanya berbentuk jamak karena memang ada banyak sekali ilah atau berhala yang disembah oleh manusia. Sedangkan Al adalah kata sandang yang jika digabungkan kepada kata Ilah tesebut akan menjadikan ilah tersebut sebagai ilah yang paling super ( supreme being ) dan satu-satunya ( monoteistic ), yang mengacu kepada Sang Pencipta segala sesuatu, sehingga gabungan kata Al Ilah tersebut menjadi kata Allah.

Padanan kata Allah yg mempunyai konotasi super dan monoteistik ini dalam bahasa Ibrani adalah Elohim, dalam bahasa  Yunani, Theos, atau Dieu dalam bahasa Perancis, Gott dalam bahsa Portugis dan God dalam bahasa Inggris.

Dipercayai bahwa kata Allah ini adalah suatu kata kuno yang sudah digunakan oleh orang-orang Kristen dan Yahudi yang berbahasa Arab sebelum jaman pra-Islam sebagai kata sebut kepada Tuhan Sang Pencipta yg Esa. Kemudian ternyata para penyembah berhala pada jaman pra-Islam di kota Mekah membajak kata ini dan menjadikannya nama diri bagi salah satu berhala mereka yang paling tinggi kedudukannya.

Pada waktu Muhammad, nabi bagi agama Islam, menaklukan Mekah dan membuang 360 berhala keluar dari dalam Kabah, kata Allah dijadikan kembali sebagai nama bagi Sang Pencipta. Namun kalau pada mulanya Allah adalah nama sebutan atau jabatan bagi Sang Pencipta maka sekarang ia berubah menjadi nama diri bagi Sang Pencipta. Dan sesungguhnya itulah perbedaan konsep di antara orang Islam dan orang Kristen mengenai kata Allah ini.

Umat Kristen menggunakan kata Allah sebagai kata sebut jabatan bagi Sang Pencipta, Tuhan satu-satunya yg disembah. Sedangkan umat Islam menggunakan kata Allah ini sebagai nama diri dari Tuhan, Sang Pencipta. Keduanya sama-sama menggunakan kata Allah untuk mengacu kepada oknum yang sama tetapi ada perbedaan dalam penggunaannya. Contoh : Presiden adalah kata sebut bagi orang yg menjadi kepala negara di Indonesia. Susilo Bambang Yudhoyono adalah nama diri dari kepala negara di Indonesia. Tetapi dalam perjalanan waktu Presiden bisa berubah menjadi nama diri kepala negara tsb.

Di Indonesia (dan Malaysia) kata Allah digunakan dalam pekabaran Injil para misionaris. karena bahasa Melayu atau bahasa Indonesia tidak mempunyai kata mempunyai makna yg cocok. Kata Arab Allah diserap ke dalam bahasa Melayu dan Indonesia sebagai acuan kepada Sang Pencipta. Tetapi dalam penggunaannya ada sedikit perbedaan di antara umat Islam dan umat Kristen di Indonesia seperti telah diterangkan di atas. Sehingga ada kamus yang mengatakan bahwa Allah adalah nama Tuhan bagi umat Islam, sedang kamus lain mengatakan bahwa Allah adalah kata sebutan bagi Tuhan Sang Pencipta.

Muslim Nusantara Pertama Pergi ke Mekah

Kabah di Mekah, 1885. Foto: Al-Sayyid Abd al-Ghaffar.

Ke kota suci Mekah, umat Islam Nusantara pertama membawa misi sultan, berdagang, dan menuntut ilmu, sekaligus menunaikan ibadah haji.

OLEH: HENDRI F. ISNAENI

DAYA tarik Mekah begitu kuat bagi setiap Muslim, karena kota ini memiliki sejarah panjang. Mekah disebut “kota para nabi.” Adam ialah nabi pertama yang menapakkan kakinya di Mekah. “Ia menunaikan haji di kota itu dan mendoakan keturunannya agar dosa-dosanya diampuni,” kata Zuhairi Misrawi, intelektual muda Nahdlatul Ulama dan penulis buku soal Mekah. Beberapa nabi yang meninggal di Mekah di antaranya Nuh, Hud, Syua’ib, dan Shaleh.

Nabi yang memiliki jasa dan sejarah monumental pada Mekah adalah Ibrahim. Dia dan anaknya, Ismail, membangun Kabah atau rumah Allah (Baitullah). Pasca-Ibrahim, Mekah dikuasai kabilah Jurhum dari Yaman, lalu digantikan kabilah Khuza’a. Penggantinya yang berkuasa paling lama adalah kabilah Quraisy yang dipimpin Qushay, leluhur Nabi Muhammad. “Nabi yang meneruskan jejak juang Ibrahim adalah Muhammad,” kata Zuhairi.

Di Mekah, Muhammad lahir, menerima wahyu, membebaskan Mekah, dan menunaikah haji wada’ (haji perpisahan), yang tak lama kemudian meninggal di Madinah. Pasca-Nabi, Mekah tetap di bawah kendali pemuka Quraisy. “Secara tak tertulis ada semacam kesepakatan bahwa pemimpin Mekah harus mempunyai garis darah dari klan Quraish,” ujar Zuhairi.

Tragisnya, Mekah kemudian diperebutkan dinasti-dinasti Islam hingga jatuh ke tangan Muhammad bin Saud, yang memimpin gerakan Wahabisme. Dan keluarga Saud-lah yang berkuasa atas Mekah hingga saat ini.
Mekah juga disebut Ummul Qura, ibu dari segala tempat di muka bumi. Berziarah ke Mekah berarti mengenang asal-muasal alam semesta.“Karena Mekah tempat pertama yang diciptakan untuk manusia, setiap orang akan tertarik untuk sampai ke kota itu. Ia menjadi kiblat bagi setiap manusia, terutama umat Islam,” ujar Zuhairi.

Selain itu, Mekah adalah sumbu bumi. Martin van Bruinessen dalam “Mencari Ilmu dan Pahala di tanah Suci: Orang Nusantara Naik Haji,” Ulumul Qur’an Volume II No 5, 1990, menyebut Mekah sebagai pusat kosmis, titik temu antara dunia fana dan alam supranatural. Di Jawa, masa pra-Islam, pusat-pusat kosmis memainkan peranan sentral. Kuburan para leluhur, gunung, gua dan hutan tertentu, serta tempat “angker” lainnya tak hanya diziarahi tapi juga dikunjungi untuk mencari ilmu (ngelmu) alias kesaktian dan wahyu (legitimasi kekuasaan).

“Setelah orang Jawa mulai masuk Islam,” tulis Martin van Bruinessen, “Mekahlah yang, tentu saja, dianggap sebagai pusat kosmis utama.”

Ludovico di Varthema, orang Roma pertama yang mengunjungi Mekah pada 1503, melihat jamaah haji dari kepulauan Nusantara, yang dia sebut “India Timur Kecil”. Jemaah haji yang dijumpai Varthem itu, menurut M. Shaleh Putuhena dalam Historiografi Haji Indonesia, barangkali orang-orang Nusantara yang pertama menunaikan ibadah haji.

“Tetapi, mereka bukan jemaah haji yang sengaja berangkat dari Nusantara untuk melaksanakan ibadah haji. Mereka adalah pedagang, utusan sultan, dan pelayar yang berlabuh di Jedah dan berkesempatan untuk berkunjung ke Mekah,” tulis Shaleh.

Umat Islam Nusantara yang pertama datang ke Mekah itu bertujuan mencari legitimasi politik, berniaga, menimba ilmu, sekaligus menunaikan ibadah haji.

Terkait Berita: