ASAL-USUL PARA WALI, SUSUHUNAN, SULTAN, DSB, DI INDONESIA .
Oleh:
PROF. H.S. THARICK CHEHAB.
-Muqaddimah.
-Nasab Para Pelopor Da'i Yang Memasukkan Islam Ke Pulau Jawa
-Kerajaan-Kerajaan Islam Yang Didirikan Di Pulau Jawa, Keturunannya Dan Tokoh-Tokoh Islam Yang Ternama
-Silsilah Para Pemimpin Islam (Wali-Wali), Golongan Pertama Yang Menyiarkan Agama Islam Di Indonesia
Sejarah Singkat Tentang Peranan Alawiyin Di Indonesia
-a. Pendahuluan
-b. Alawiyin Di Indonesia Sebelum Dijajah Belanda
-c. Alawiyin Di Indonesia Di Masa Jajahan Belanda
-d. Alawiyin Di Indonesia Di Masa Pendudukan Militer Jepang
-e. Alawiyin Di Indonesia Setelah Merdeka
-Nasab (Silsilah)
-Daftar Anak-Suku Alawiyin Di Indonesia
-Daftar Perpustakaan
Lampiran
-Penjelasan Atas Masalah Gelar Sayid, Oleh Prof. Dr. Hamka
Mukadimah.
Buku
kecil ini ditulis untuk memenuhi permintaan dan menjawab
pertanyaanpertanyaan kaum cendikiawan yang menaruh perhatian atas
asal-usul para Wali, Susuhunan, Sultan, dan sebagainya serta ingin
mengetahui tentang sejarah Alawiyin dan peranannya di Indonesia.
Banyak
buku-buku telah diterbitkan tentang para pelopor da'i yang memasukkan
Islam ke Pulau Jawa, baik yang dikarang oleh ahli sejarah, orientalis
maupun oleh kaum politici Barat dan pendeta Kristen.
Bahkan Penulis
masih ingat diselenggarakan suatu Seminar tentang masuknya agama Islam
di Medan pada tahun 1963. Kesemuanya itu tidak lain semata-mata untuk
melengkapi sejarah Islam di Indonesia dengan semurni-murninya.
Semoga
buku kecil ini, yang hanya merupakan sketsa kasar, mampu memperkaya
khazanah pengetahuan para pembaca budiman tentang sejarah Islam di
Indonesia.
Wasalam,
Penulis
JAKARTA, 12 Rabi'ul-Awal 1395 H.
Nasab Para Pelopor Da'i yang Memasukkan Islam ke Pulau Jawa.
Abu
Salam Jumad gelar SUSUHUNAN ATAS ANGIN, bin Makhdum Kubra bin Jumad
al-Kubra bin Abdallah bin Tajaddin bin Sinanaddin bin Hasanaddin bin
Hasan bin Samaun bin Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zain
al-Kubra bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin
Zain al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin
Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.
Na'im
gelar SUSUHUNAN WALI ALLAH, bin Abdul Malik Asfarani bin Husain
Asfarani bin Muhammad Asfarani bin Abibakr Asfarani bin Ahmad bin
Ibrahim Asfarani bin Tuskara, imam Yemen, bin Askar bin Hasan bin
Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zaid Zain
al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid
Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain al-Abidin
al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.
SUSUHUNAN TEMBAJAT
bin Muhammad Mawla al-Islam bin Ishaq gelar WALI LANANG DARI
BALAMBANGAN, bin Abu Ahmad Ishaq dari Malaka bin Hamid bin Jumad
al-Kabir bin Mahmud al-Kubra bin Mahmud al-Kabir bin Abdurrahman bin
Abdullah al-Baghdadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin
al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin
Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al-Makki
bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain
bin al-Imam Ali k.w.
SUSUHUNAN GIRI bin Ishaq, gelar WALI LANANG
DARI BELAMBANGAN (hal 15:3), bin Abu Ahmad Ishaq dari Malaka bin Hamid
bin Jumad al-Kabir bin Mahmud al-Kubra bin Mahmud al-Kabir bin
Abdurrahman bin Abdullah al-Baghdadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin
Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zaid Zain al-Kabir
al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid Zain
al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani
bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.
Hasanaddin gelar PANGERAN
SABAKINKING bin Ibrahim gelar SUSUHUNAN GUNUNG JATI bin Ya'qub gelar
Sutomo Rojo bin Abu Ahmad Ishaq dari Malaka bin Hamid bin Jumad al-Kabir
bin Mahmud al-Kubra bin Mahmud al-Kabir bin Abdurrahman bin Abdullah
al-Baghdadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin
Najmaddin al-Kabir bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain
al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al-Makki bin Walid
Zain al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam
Ali k.w.
KIAHI AGENG LURUNG TENGAH bin Syihabuddin bin Nuraddin
Ali bin Ahmad al-Kubra al-Madani bin Hamid bin Jumad al-Kabir bin Mahmud
al-Kubra bin Mahmud al-Kabir bin Abdurrahman bin Abdullah al-Baghdadi
bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin
al-Kabir bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin
Zain al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin
Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.
SUSUHUNAN
DRAJAT bin SUSUHUNAN AMPEL bin Abu Ali Ibrahim Asmoro al-Jaddawi bin
Hamid bin Jumad al-Kabir bin Mahmud al-Kubra bin Mahmud al-Kabir bin
Abdurrahman bin Abdallah al-Baghdadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin
Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zaid Zain al-Kabir
al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid Zain
al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani
bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.
SUSUHUNAN BONANG bin
SUSUHUNAN AMPEL bin Abu Ali Ibrahim Asmoro al-Jaddawi bin Hamid bin
Jumad al-Kabir bin Mahmud al-Kubra bin Mahmud al-Kabir bin Abdurrahman
bin Abdullah al-Baghdadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin
al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin
Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid Zain al-Alim al-Makki
bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husain
bin al-Imam Ali k.w.
SUSUHUNAN KALINYAMAT bin Haji Usman bin Ali
gelar RAJA PENDETA GERSIK, bin Abu Ali Ibrahim Asmoro al-Jaddawi bin
Hamid bin Jumad al-Kabir bin Mahmud al-Kubra bin Mahmud al-Kabir bin
Abdurrahman bin Abdullah al-Baghdadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin
Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zaid Zain al-Kabir
al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin Walid Zain
al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain al-Abidin al-Madani
bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.
Ibrahim gelar SUSUHUNAN PUGER
bin Askhian bin Malik bin Ja'far al-Sadiq bin Hamdan al-Kubra bin
Mahmud al-Kabir bin Abdurrahman bin Abdallah al-Baghdadi bin Askar bin
Hasan bin Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zaid
Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim bin
Walid Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain
al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.
SUSUHUNAN
PAKALA NANGKA dari Banten bin Makhdum Jati, Pangeran Banten, bin Abrar
bin Ahmad Jumad al-Kubra bin Abid al-Kubra bin Wahid al-Kubra bin
Muzakir Zain al-Kubra bin Ali Zain al-Kubra bin Muhammad Zain al-Kabir
bin Muhammad al-Kabir bin Abdurrahman bin Abdallah al-Baghdadi bin Askar
bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin
Zaid Zain al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain al-Hakim
bin Walid Zain al-Alim al-Makki bin Walid Zain al-Alim bin Ali Zain
al-Abidin al-Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w.
SUSUHUNAN
KUDUS bin SUSUHUNAN NGUDUNG bin Husain bin al-Wahdi bin Hasan bin Askar
bin Muhammad bin Husein bin Askib bin Mohammad Wahid bin Hasan bin Asir
bin 'Al bin Ahmad bin Mosrir bin Jazar bin Musa bin Hajr bin Ja'far
al-Sadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin
al-Husein bin al-Imam Ali k.w.
SUSUHUNAN GESENG bin Husain bin
al-Wahdi bin Hasan bin Askar bin Muhammad bin Husein bin Askib bin
Mohammad Wahid bin Hasan bin Asir bin 'Al bin Ahmad bin Mosrir bin Jazar
bin Musa bin Hajr bin Ja'far al-Sadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali
Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husein bin al-Imam Ali k.w.
SUSUHUNAN
PAKUAN bin al-Ghaibi bin al-Wahdi bin Hasan bin Askar bin Muhammad bin
Husein bin Askib bin Mohammad Wahid bin Hasan bin Asir bin 'Al bin Ahmad
bin Mosrir bin Jazar bin Musa bin Hajr bin Ja'far al-Sadiq bin Muhammad
al-Baqir bin Ali Zain al-Abidin al-Madani bin al-Husein bin al-Imam Ali
k.w.
SUSUHUNAN KALIJOGO bin TUMENGGUNG WILO TIRTO, gubernur Japara,
bin ARIO TEJO KUSUMO, gubernur Tuban, bin Ario Nembi bin Lembu Suro,
gubernur Surabaya, bin Tejo Laku, gubernur Majapahit, bin Abdurrahman
gelar ARIO TEJO, gubernur Tuban, bin Khurames bin Abdallah bin Abbas bin
Abdallah bin Ahmad Jamal bin Hasanaddin bin Arifin bin Ma'ruf bin
Abdallah bin Mubarak bin Kharmis bin Abdallah bin Muzakir bin Wakhis bin
Abdallah Azhar bin ABBAS r.a. bin Abdulmuttalib.
Kerajaan-Kerajaan Islam yang Didirikan di Pulau Jawa, Keturunannya dan Tokoh-Tokoh Islam yang Ternama.
1)
Yang terpenting terdapat hingga kini adalah para sultan Cirebon,
keturunan langsung dari SUSUHUNAN GUNUNG JATI. Hanya kepada para Alawi
(Sayid) diperkenankan ziarah makam moyangnya. Belanda melarang gelar
sultan digunakan.
2) Keluarga para sultan Banten, keturunan langsung
dari seorang putra SUSUHUNAN GUNUNG JATI, dibuang oleh Belanda ke
Surabaya. Suatu cabang dari keluarga para Sultan Banten adalah para
Regen Cianjur, kedudukan mana ditetapkan pada tahun 1815.
3)
Keturunan SUSUHUNAN KALIJOGO adalah para Pangeran Kadilangu dekat Demak,
sedangkan keturunan SUSUHUNAN DRAJAT tinggal di atas tanah milik
Drajat, sebesar lebih kurang 9 hektar dekat Sedayu; inilah yang
merupakan sisa dari Kerajaan Drajat.
4) Sejarah keluarga BA-SYAIBAN:
Pada permulaan abad ke XVIII datang dari Hadramaut ke Cirebon Sayid
Abdurrahman bin Muhammad, dimana beliau menikah dengan puteri Sultan
Cirebon. Kedua puteranya Sulaiman dan Abdurrahim memperoleh gelar KIAHI
MAS, semula tinggal di Surabaya dan kemudian di Krapyak (Pekalongan).
Suatu cabang dari keluarga ini menetap di Surabaya. Seorang putera dari
Abdurrahim, bernama SA'ID, menikah dengan puteri RADEN ADIPATI DANU
REJO, Pengurus Kerajaan Jogjakarta. Dari ketiga puteranya, yang tertua
Hasyim bergelar RADEN WONGSO ROJO, yang kedua Abdallah bergelar hanya
RADEN, sedangkan yang ketiga Alwi kemudian pada tahun 1813, menjadi
REGEN MAGELANG dengan nama dan gelar RADEN TUMENGGUNG DANU NINGRAT I.
Pada tahun 1820 beliau bergelar RADEN ADIPATI. Keturunan dari Hasyim dan
dari Abdallah tinggal di Jogjakarta, dan beberapa dari mereka memangku
jabatan-jabatan penting pada Ke-Sultanan. Pada tahun 1826, Hamdani bin
Alwi yang menggantikan ayahnya sebagai Regen Magelang bergelar RADEN
TUMENGGUNG ARIO DANU NINGRAT II. Pada tahun 1862 beliau diganti oleh
puteranya Sa'id yang bergelar RADEN TUMENGGUNG DANU (KUSUMO) NINGRAT
III. Pada tahun 1879 beliau diganti oleh puteranya SAYID AHMAD BIN SA'ID
yang bergelar RADEN TUMENGGUNG DANU KUSUMO. Sayid Sa'id bin Hamdani
balik dari haji (Makkah) pada tahun 1881, seorang sayid dari keturunan
para pangeran Jawa kuna.
5) Sejarah keluarga pelukis masyhur RADEN
SALEH. Namanya yang betul adalah Sayid Salih bin Husain bin Yahya.
Neneknya Awadh datang dari Hadramaut ke Jawa pada permulaan abad ke XIX
dan menikah dengan puteri Regen Lassem, Kiahi Bostam. Puteranya, Seyid
Husain bin Awadh tinggal di Pekalongan, dimana beliau menikah dengan
puteri Regen Wiradesa. Beliau memperoleh dua putera dengan gelar Sayid
dan dua puteri dengan gelar Syarifah. Putera yang kedua bergelar pula
RADEN. Seorang puterinya dinikahkan dengan Patih Galuh.
6) Suatu
cabang dari keluarga BIN-YAHYA tiba di Pulau Pinang pada permulaan abad
ke XIX juga, dan namanya TAHIR. Beliau menikah dengan seorang puteri
dari keluarga Sultan Jogjakarta, Sultan mana dibuang ke Pulau Pinang
selama 1812-1816.
Sayid Tahir datang ke Jawa tinggal di Semarang.
Puteranya yang ketiga AHMAD RADEN SUMODIRJO yang kemudian tinggal di
Pekalongan dan memperisterikan seorang syarifah dari keluarga BA'ABUD.
Puteranya Seyid Salih bergelar RADEN SUMO DI PUTRO. Satu-satu puterinya
menikah dengan seorang Seyid dari Hadramaut.
7) Keluarga AL-BA'ABUD:
Seyid Ahmad bin Muhsin Ba'abud tiba dari Hadramaut di Pekalongan pada
perrmulaan abad ke XIX, dan menikah dengan seorang puteri REGEN
WIRADESA. Seorang anak cucunya Sayid Muhsin bin Husain bin Ahmad Ba'abud
bergelar RADEN SURO ATMOJO. Saudaranya Ahmad bergelar RADEN SURO DI
PUTRO.
8) Keluarga JAMAL-AL-LAIL. Di Priaman (Sumatra Barat) ada
suatu cabang dari keluarga JAMAL-AL-LAIL, dan kepada para anggautanya
penduduk memberi gelar SIDI.
9) Pada Kerajaan JAMBI, banyak terdapat
anggauta keturunan BARAQBAH dan AL-JUFRI, begitu pula di Aceh, pun dari
keturunan JAMAL-AL-LAIL.
10) Di Kesultanan Pontianak dan di Kubu,
banyak sekali terdapat keturunan ALQADRI, AL-AYDRUS, BA-ABUD, MUTAHHAR,
AL-HINDUAN, AL-HABSYI, ALHADDAD, AL-SAQQAF dan lain-lain Alawiyin.
Semua ini bersanak-saudara dengan keluarga Sultan AL-QADRI. Sayid-sayid
bergelar Wan, ringkasan dari Tuan, dan untuk wanita: Wan Ipa, ringkasan
dari Tuan Syarifah.
11) Keluarga para Sultan Siak dan keluarga
penguasa Palalawan adalah semua Alawiyin, begitu pua di Palembang.
Keluarga-keluarga para Alawi yang terkemuka di Palembang adalah SYAIKH
ABU BAKR, ALHABSYI, BIN SYIHAB, AL-SAQQAF, BARAQBAH, AL-KAF, AL-MUNAWWAR
dan AL-JUFRI. Antara mereka ada yang berkeluarga dengan sultan-sultan
dahulu. Banyak sekali terjadi percampuran darah antara keluarga-keluarga
Alawi (Sayid) dengan para terkemuka Indonesia, seperti puteri Sultan
dari Pulau Bacan.
12) Para sultan keturunan Alawi dari Siak,
Palalawan, Pontianak dan dari Kubu namanya disebut dalam khotbah
Jumahat. Pendiri kesultanan Siak adalah SEYID ALI BIN UTHMAN BIN SYIHAB,
dari Palalawan adalah SEYID ABDURRAHMAN BIN UTHMAN BIN SYIHAB, dan dari
PONTIANAK adalah SEYID ABDURRAHMAN BIN HUSEIN AL-QADRI.
13) Pendiri
kesultanan SULU adalah SAYID ABUBAKR dari Palembang dengan gelar SULTAN
SHARIF (orang-orang Sulu menyebutnya ASSULTAN ASSYARIF ALHASYIMI).
Urutan para sultan adalah sebagai berikut: MAHARAJA UPU – PANGIRAN
BUDIMAN – SULTAN TANGA – SULTAN BUNGSU – SULTAN NASIRUDDIN – SULTAN
KARAMAT – SULTAN SYAHABUDDIN – SULTAN MUSTAFA gelar SAPIUDDIN – SULTAN
MUHAMMAD NASARUDDIN – SULTAN ALIMUDDIN I – SULTAN MUHAMMAD MU'IZZIDDIN –
SULTAN ISRAIL – SULTAN ALIMUDDIN II – SULTAN MUHAMMAD SARAPUDDIN –
SULTAN ALIMUDDIN III.
14) Masuknya Islam dan terdirinya dynasti Islam di Sulu: 1380 – 1450.
*(No. 13 dan 14 dikutip dari THE HISTORY OF SULU oleh Najeeb M. Saleeby, Manila, 1963).
*
Yang terurai di atas digali dari buku LE HADHRAMOUT ET LES COLONIES
ARABES DANS L'ARCHIPEL INDIEN par L.C.W. van den Berg, .Ouvrage publié
par ordre du Gouvernement, Batavia, Imprimerie du Gouvernement,
1886/Museum Pusat, Jakarta, XXI/1387 & XXI/6076.
Silsilah Para Pemimpin Islam (Wali-Wali), Golongan Pertama yang Menyiarkan Agama Islam di Indonesia.1)
JAMALUDDIN ALHUSAIN gelar WAJUK MAKASAR, bin Imam Ahmad Syah bin Amir
Abdullah Khan bin Abdul-malik bin Alwi bin Muhammad Sahib Marbat bin Ali
Khaliq Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad
Almuhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Aluraidhi bin Ja’far al-Sadiq bin
Muhammad al-Bakir bin Ali Zainulabidin bin al-Husain bin al-Imam Ali
k.w.
2) RADEN RAHMAT gelar SUNAN AMPEL-SURABAYA bin Maulana Ibrahim
Asmoro gelar SUNAN NGGESIK-TUBAN bin JAMALUDDIN ALHUSAIN, dst. lihat di
atas.
3) MUHAMMAD AINUL YAQIN gelar SUNAN GIRI GRESIK bin Maulana
Ishak Makhdum dari Pasei Malaka, bin Ibrahim Asmoro gelar SUNAN
NGGESIKTUBAN bin JAMALUDDIN ALHUSAIN, dst. lihat di atas.
4)
HIDAYATULLAH gelar SUNAN GUNUNGJATI-CIREBON bin Sunan Abdullah dari
Kamboja (Campa) bin Ali Nurul Alam dari Siam bin JAMALUDDIN ALHUSAIN,
dst. lihat di atas.
5) SYEIKH IBRAHIM gelar SUNAN BONANG di Tuban,
bin Raden Rahmat gelar SUNAN AMPEL-SURABAYA bin Maulana Ibrahim Asmoro
gelar SUNAN NGGESIK-TUBAN bin JAMALUDDIN ALHUSAIN, dst. lihat di atas.
6) MAULANA MALIK IBRAHIM di Gapura-Gresik bin Barakat Zainul Alam bin JAMALUDDIN ALHUSAIN, dst. lihat di atas.
7)
BABULLOH gelar SUNAN TERNATE bin Abdullah dari Kamboja (Campa) bin Ali
Nurul Alam dari Siam bin JAMALUDDIN ALHUSAIN, dst. lihat di atas.
8)
ALI MURTADHO gelar RADEN SANTRI (BEDILAN GRESIK) bin Ibrahim Asmoro
gelar Sunan Nggesik (Tuban) bin JAMALUDDIN ALHUSAIN, dst. lihat di atas.
9)
AHMAD HISAM (dekat Lamongan) bin Raden Rahmat gelar Sunan Ampel
(Surabaya) bin Ibrahim Asmoro gelar Sunan Nggesik (Tuban) bin JAMALUDDIN
ALHUSAIN, dst. lihat di atas.
10) JA’FARUSSADIQ gelar SUNAN KUDUS bin Raden Rahmat bin Ibrahim Asmoro bin JAMALUDDIN ALHUSAIN, dst. lihat di atas.
11) HASYIM gelar SUNAN DRAJAT LAMONGAN bin Raden Rahmat bin Ibrahim Asmoro bin JAMALUDDIN ALHUSAIN, dst. lihat di atas.
* Siaran "Pengurus Makam Maulana Malik Ibrahim", 1956
12) ZAINAL-ABIDIN (Demak) bin Ahmad Hisam bin Raden Rahmat bin Ibrahim Asmoro bin JAMALUDDIN ALHUSAIN, dst. lihat di atas.
13)
HASANUDDIN (Banten) bin Hidajatulloh gelar Sunan Gunungjati-Cirebon,
bin Abdullah (Kamboja) bin Ali Nurul Alam (Siam) bin JAMALUDDIN
ALHUSAIN, dst. lihat di atas.
Sejarah Singkat Tentang Peranan Alawiyin di Indonesia
KEPADAMU KU TITIPKAN AL-QUR’AN DAN KETURUNANKU……….. (Al-Hadith Rasulullah s.a.w. Dirawikan oleh Imam Ahmad Ibn Hambal).
a. PENDAHULUAN.
Pada
zaman kekhalifahan Bani Abbas (750-1258 M) berkembanglah ilmu
pengetahuan tentang Islam yang bercabang-cabang disamping kenyataan itu
penghidupan lapisan atas menyimpang dari ajaran agama Islam. Dibentuknya
dynasti Bani Abbas yang turun-temurun mewariskan kekhalifahan. Istilah
"muslim bila kaif" telah menjadi lazim. Hidupnya keturunan Sayidatina
Fatimah Al-Zahra dicurigai, tiada bebas dan senantiasa terancam, ini
oleh karena pengaruhnya anak cucu dari Al-Hasan dan Al-Huseyn r.a. atas
rakyat sangat besar dan diseganinya. Ke-inginnan kebanyakan orang Muslim
adalah seorang keturunan Nabi yang seharusnya memegang kekhalifahan.
Banyak yang dipenjarakan dan dibunuhnya oleh karenanya banyak pula yang
pindah dan menjauhkan diri dari pusat Bani Abbas di Baghdad.
AHMAD BIN ISA r.a.
Dalam
keadaan sebagaimana di-uraikan diatas, yang pasti akan dikutuk Allah
s.w.t., dan dengan hendak memelihara keturunannya dari kesesatan,
mengulangilah AHMAD BIN ISA BIN MUHAMMAD BIN ALI BIN JA’FAR BIN MUHAMMAD
BIN ALI BIN AL-HUSEYN r.a. doa-nya sayidina Ibrahim a.s. yang tersurat
dalam Al-Qur’an surat 14 ayat 37 dan dipilihnya Hadramaut yang tiada
bertetanaman, untuk menetap dan berhijrahlah beliau dari Basrah ke
Hadramaut, dimana beliau wafat di Hasisah pada tahun 345 H.
ALWI BIN UBAIDILLAH ALAWIYIN.
Keturunan
dari AHMAD BIN ISA tadi yang menetap di Hadramaut dinamakan ALAWIYIN;
ini dari nama cucunya ALWI BIN UBAIDILLAH BIN AHMAD BIN ISA yang
dimakamkan di Sumul.
Keturunan sayidina Al-Hasan dan Al-Huseyn r.a.
disebut juga ALAWIYIN dari sayidina Ali bin Abi-Thalib k.w. Keluarga
Al-Anqawi, Al-Musa-Alkazimi, Al-Qadiri dan Al-Qudsi yang terdapat
sedikit di Indonesia adalah Alawiyin, tapi bukan dari Alwi bin
Ubaidillah.
MUHAMMAD AL-FAQIH AL-MUQADDAM.
Luput dari serbuan
Hulaku, saudara maharaja Cina, yang mentamatkan kekhalifahan Bani Abbas
(1257 M.), yang memang telah dikhawatirkan oleh AHMAD BIN ISA akan
kutukan Allah s.w.t., maka di Hadramaut Alawiyin menghadapi kenyataan
berlakunya undang-undang kesukuan yang bertentangan dengan ajaran agama
Islam, dan kenyataan bahwa penduduk Hadramaut adalah Abadhiyun yang
sangat membenci sayidina Ali bin Abi-Thalib r.a. Ini ternyata pula
hingga kini dari istilah-istilah dalam loghat orang Hadramaut. Dalam
menjalankan ‘tugas suci’, ialah pusaka yang diwariskannya, banyak dari
pada suku Alawiyin tiada segan mendiam di lembah yang tandus. Tugas suci
ini terdiri dari mengadakan tabligh-tabligh, perpustakaanperpustakaan,
pesantren-pesantren (rubat) dan masjid-masjid. Alawiyin yang semula
bermazhab "Ahlil-Bait" mulai memperoleh sukses dalam menghadapi
Abadhiyun itu setelah Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam BIN ALI BIN MUHAMMAD
BIN ALI BIN ALWI BIN MUHAMMAD BIN ALWI BIN UBAIDILLAH melaksanakan
suatu kompromis dengan memilih mazhab Muhammad bin Idris Al-Syafi’I
Al-Quraisyi, ialah yang kemudian disebut dengan mazhab Syafi’i. Muhammad
Al-Faqih Al-Muqaddam ini wafat di Tarim pad atahun 653 H.
TUGAS SUCI (ISLAMISASI).
Alawiyin
dalam menyebarkan agama Islam menyebrang ke Afrika Timur, India,
Malaysia, Thailand (Siam), Indonesia, Tiongkok (Cina), Filipina, dsb.
b. ALAWIYIN DI INDONESIA SEBELUM DIJAJAH BELANDA.
Sebelumnya
orang Barat datang, maka berkembanglah agama Islam dengan baik sekali
dan terbentuklah kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Runtuhnya
kerajaan Islam di semenanjung Iberia dalam abad ke XV M. dengan jatuhnya
Al-Andalus (1492 M.), mengakibatkan pengejaran bangsa Spanyol terhadap
Muslimin, pengejaran mana diberkati Paus Roma. Jika kehendak orang
Spanyol menyeranikan, maka kehendak orang Portugis ialah berniaga dengan
orang Muslim di Indonesia, dan oleh karena ini orang Portugis lebih
memperoleh sukses. Sebab peperangan di Europa antara Spanyol sepihak
dengan masing-masing Belanda dan Inggeris, maka kedua bangsa ini turut
juga datang ke Indonesia. Kecerobohan dan keserakahan Barat senantiasa
ditentang oleh kaum Muslimin di tanah air kita.
c. ALAWIYIN DI INDONESIA DI MASA JAJAHAN BELANDA.
Dengan
pelbagai tipu muslihat dan fitnah akhirnya Belanda disokong oleh
negaranegara Barat lain, dapat menguasai Indonesia, dan ekonomi Belanda
mulai berkembang pesat sesudahnya dapat dipergunakan kapal uap.
Alawiyin dari pada awalnya jajahan Belanda mulai merasakan rupa-rupa
kesulitan, oleh karena Belanda melihat bahwa Alawiyin-lah dalam segala
lapangan menjadi pelopornya, baik di medan perang, maupun dalam bidang
pengangkutan barang-barang lewat lautan atau bidang kebudayaan (agama).
Dilarangnya Alawiyin menetap di pedalaman pulau Jawa, dilarangnya
berkeluarga dengan anggauta istana (yang memang keturunan Alawiyin),
hingga yang tiada mampu pindah ke perkampungan tertentu di bandar-bandar
di tepi laut, atau karena sebab lain, mengambil nama keluarga Jawa agar
di-anggapnya orang Jawa asli, pribumi. Oleh karena pindahnya Alawiyin
dari pedalaman ke bandar-bandar di pinggir laut, maka pula pusat
ke-Islaman pindah ke utara seperti Semarang, Surabaya, Jakarta, dst.
Yang tidak dapat berpindah dari pedalaman, menetap di
perkampungan-perkampingan yang disebut "kaum". Suku-suku Alawiyin yang
telah anak-beranak dan tiada mampu pindah ke kota-kota besar dan
mengambil nama ningrat Jawa, ialah banyak dari pada Al-Basyiban,
Al-Baabud, Al-Binyahya, Al-Aydrus, Al-Fad’aq dan lain-lain lagi. Dalam
kenyataan demikian itu, Belanda baru mulai berusaha menyeranikan Jawa
Tengah, dimana Islam tiada dapat berkembang oleh karena
peperangan-peperangan melawan Belanda dan berhasilnya aneka fitnah yang
Belanda ciptakan antara penguasa-penguasa pribumi sendiri. Anak Muslim
tiada boleh bersekolah, sedangkan anak Keristen dapat pendidikan dan
pelajaran modern. Kemudian di-izinkan bersekolah Belanda anak-anak orang
yang berpangkat pada pemerintahan jajahan, dan diharuskan mereka
tinggal (yakni in de kost) pada pejabat Belanda. Katanya agar dapat
lancar berbicara bahasa Belanda dan mengikuti pelajaran-pelajaran yang
diberi dalam bahasa itu; sebetulnya untuk menjadikan kanak-kanak itu
berfikir dan hidup secara orang Belanda, dan untuk mengasingkan mereka
dari bangsanya sendiri, dari adat-istiadat dan agamanya. Anak rakyat
biasa, awam, mengaji, baik pada madrasah-madrasah Alawiyin atau
pesantrenpesantren. Hubungan Alawiyin dengan para kiyahi erat sekali.
Untuk melumpuhkan berkembangnya agama Islam di-antara anak-anak rakyat
jelata, Belanda mengadakan sekolah-sekolah Hollands-Inlandse School
(H.I.S.) dengan syarat bahwa murid tiada boleh bersarong dan
berkopya-pici, harus mengenakan celana pendek sampai atas lutut, pakaian
mana bukan kebiasaan orang yang mendirikan salat. Jangan sampai
kanak-kanak dapat membaca Al-Qur’an dan kitab-kitab agama Islam yang
tertulis dengan huruf Arab, Belanda mengajar dengan sungguh menulis
dengan huruf latin, dan mengadakan bukubuku yang menarik dalam huruf
ini, untuk maksud mana dibentuknya Balai Perpustakaan. Banyak buku-buku
yang dikarang oleh pendeta dan padri, indolog dan orientalis, mengandung
racun bagi anak murid yang pengetahuannya tentang Islam dan tarikhnya
masih sangat dangkal. Alawiyin menolak tawaran Belanda untuk membangun
Hollands-Arabise School (H.A.S.), dan menolak pula subsidi dari
pemerintah jajahan bagi madrasah-madrasahnya, karena curiga dan takut
dari tipu muslihat dan pengaruh Belanda yang berniat merusak agama
Islam. Alawiyin tiada boleh mendirikan cabangcabang madrasah di
kota-kota besar dengan nama yang sama, oleh karena itu nama-nama
madrasah yang sama skala pendidikannya, berlainan namanya. Para guru
dari negara Islam didatangkan untuk mengajar di madrasah-madrasah, dan
kanak-kanak yang berbakat dikirim melanjutkan pelajarannya ke Hadramaut,
Hejaz, Istanbul, Kairo dan lain-lain.
Disamping perguruan, Alawiyin
aktif juga di lapangan politik hingga beberapa orang ditangkap dan
dipenjarakan. Melawan Belanda antara mana di Aceh, dan sesudah Aceh
ditaklukannya, Muslimin hendak mengadakan pembrontakan di Singapura di
kalangan tentara Muslimin India yang Inggeris hendak berangkatkan untuk
berperang di Iraq (Perang Dunia I). Perlu juga diketahui bahwa Alawiyin
senantiasa berhubungan dengan Muslimin di luar negri, orang-orang yang
terkemuka dan berpengaruh, teristimewa dengan Padisyah, Khalifatul
Muslimin di Istanbul, yang atas aduan Alawiyin pernah mengirim utusan
rahasia untuk menyelidiki keadaan-keadaan Muslimin di Indonesia.
d. ALAWIYIN DI INDONESIA DI MASA PENDUDUKAN MILITER JEPANG.
Pendudukan
militer Jepang menindas dan mematikan segala kegiatan Alawiyin,
terutama dalam bidang politik, perguruan tabligh, pemeliharaan orang
miskin dan anak yatim. Perpustakaan yang tidak dapat dinilai harganya
di-angkut Jepang, entah kemana. Semua kitab ada capnya dari Al-Rabitah
Al-Alawiyah yang berpengurus-besar hingga kini di Jalan Mas Mansyur
(dahulu Jalan Karet) No. 17. Jakarta Pusat (II/24).
e. ALAWIYIN DI INDONESIA SETELAH MERDEKA.
Pemudan
Alawiyin turut giat melawan Inggeris dan Belanda (Nica), bergerilya di
pegunungan. SEMUA PEMUDA ALAWIYIN ADALAH WARGANEGARA INDONESIA dan masuk
berbagai partai Islam. Dalam lapangan ekonomi mereka sangat lemah
hingga kini belum dapat merebut kembali kedudukannya seperti sebelumnya
pecah perang dunia ke-dua, dengan lain kata, jika Alawiyin sebelumnya
Perang Dunia ke II dapat membentuk badan-badan sosial seperti
gedung-gedung madrasah, rumah yatim piatu, masjid-masjid dan membayar
guru-guru yang cakap, maka sekarang ini dengan susah payah mereka
membiayai pemeliharaannya dan tidak dapat lagi memberi tenaga guru-guru
sepandai dan secakap yang dahulu, meskipun kesempatan kini adalah lebih
baik dan pertolongan pemerintah ala qadarnya. Kegiatan bertabligh tetap
berada di tangan para kiyahi dan Alawiyin yang tersebar di
pelosok-pelosok kepulauan Indonesia. Alawiyin yang lebih dikenal dengan
sebutan sayid, habib, ayib dan sebagainya tetap dicintai dimana-mana dan
memegang peranan rohani yang tidak dapat dibuat-buat sebagaimana juga
di negara Islam lain. Kebiasaan dan tradisi Alawiyin di-ikuti dalam
perayaan maulid Nabi, haul, nikah, upacara-upacara kematian dan
sebagainya. Suku-suku Alawiyin di Indonesia yang berjumlah kurang lebih
50.000 orang; ada banyak yang besar, antara mana Al-Saggaf, Al-Attas,
Al-Syihab, Al-Habasyi, Al-Aydrus, Al-Kaf, Al-Jufri, Al-Haddad. Dan semua
keturunan asal-usul ini dicatat dan dipelihara pada Al-Maktab Al-Daimi
yaitu kantor tetap untuk statistik dan pemeliharaan nasab
sadatulalawiyin yang berpusat di gedung "Darul Aitam", Jalan K.H. Mas
Mansyur (dahulu Jalan Karet) No. 47, Jakarta Pusat (II/24).
NASAB (SILSILAH)Semua nasab terputus, kecuali nasabku..... (Al-Hadith).
ADAM
adalah ayah Syith, dan Syith ayah Anusy, dan Anusy ayah Qinan, dan
Qinan ayah Mahalail, dan Mahalail ayah Yarid, dan Earid ayah IDRIS alias
Akhnukh, dan Idris ayah Matusylakh, dan Matusylakh ayah Lamak, dan
Lamak ayah NUH.
BANI SAMNUH adalah ayah SAM, dan Sam ayah
Arfakhsyad, dan Arfakhsyad ayak Syalakh, dan Syalakh ayah Abir, dan Abir
ayah Falagh, dan Falagh ayah Arghu, dan Arghu ayah Syarukh, dan Syarukh
ayah Nakhur, dan Nakhur ayah AZAR alias Terah, dan Azar ayah IBRAHIM.
BANI ISMAILIBRAHIM
adalah ayah ISMAIL, dan Ismail ayah Qidar, dan Qidar ayah Hamal, dan
Hamal ayah Banat, dan Banat ayah Salaman, dan Salaman ayah Humaysa', dan
Humaysa' ayah Adad, dan Adad ayah Ad, dan Ad ayah ADNAN, ADNAN adalah
ayah Maad, dan Maad ayah Nizar, dan Nizar ayah Mudhar, dan Mudhar ayah
Ilyas, dan Ilyas ayah Mudrikah, dan Mudrikah ayah Khuzaimah, dan
Khuzaimah ayah Kinanah, dan Kinanah ayah Al-Nadhr, Al-Nadhr ayah Malak,
dan Malak ayah Fihr alas QURAISY.
QURAISYIUNFIHR ayah Ghalib,
dan Ghalib ayah Lu'ay, dan Lu'ay ayah Kaab, dan Kaab ayah Murrah, dan
Murrah ayah Kilab alias Hakim, dan Kilab ayah Qusay alias Mujami', dan
Qusay ayah Abdimanaf, dan Abdimanaf ayah HASYIM.
BANI HASYIMHASYIM adalah ayah Abdulmuttalib, dan Abdulmuttalib ayah Abdullah dan Abu Talib.
Abdullah
adalah ayah NABI MUHAMMAD s.a.w. (wafat di Madinah 11 H.), dan NABI
MUHAMMAD s.a.w. ayah FATIMAH Al-Zahra r.a. (wafat di Madinah 11 H.). Abu
Talib adalah ayah IMAM ALI k.w. (wafat di Kufah 40 H.). FATIMAH dan ALI
(s.a.) adalah ibu dan ayah AL-HASAN dan AL-HUSEYN s.a. (wafat di
Kerbela 61 H.).
AL-HUSEYNIYUNAL-HUSEYN adalah ayah Ali
Zeynal-Abidin (wafat di Madinah 94 H), dan Ali Zeynal-Abidin adalah ayah
Muhammad Al-Baqir (wafat di Madinah 119 H), dan Muhammad Al-Baqir ayah
Ja'far Al-Sadiq (wafat di Madinah 148 H), dan Ja'far Al-Sadiq ayah Ali
Al-Uraidhi (wafat di Uraidh 215 H), dan Ali Al-Uraidhi ayah Muhammad
Al-Naqib (wafat di Basrah), dan Muhammad Al-Naqib ayah Isa Al-Naqib
(wafat di Basrah), dan Isa Al-Naqib ayah Ahmad Al-Muhajir (wafat di
Hasisah 345 H), dan Ahmad Al-Muhajir ayah Abdullah alias Ubaidillah
(wafat di Ardh 383 H), dan Abdullah ayah Alwi (wafat di Sumul), dan dari
Alwi berasal suku-suku ALAWI
DAFTAR ANAK-SUKU ALAWIYIN DI INDONESIA1 Al-Ahmad Hamid Munfar 39. Al-Sumeyt
2 -Ba Abud 40. -Saqqaf
3 -Ba Ali 41. -Sakran
4 -Ba Aqil Al-Saqqaf 42. -Safi
5 -Ba Bareyk 43. -Masyhur
6 -Ba Faqih 44. -Maula Al-Dawilah
7 -Ba Faraj 45. -Maula Khailah
8 -Ba Harun 46. -Mudhar
9 -Ba Hasyim 47. -Mudhir
10 -Bahr 48. -Munawwar Al-Saqqaf
11 -Ba Huseyn 49. -Muqaibil
12 -Baiti 50. -Musawa
13 -Balakhi 51. -Muthahar
14 -Bar 52. -Wahth
15 -Barakwan 53. -Haddar
16 -Ba Raqbah 54. -Hadi
17 -Ba Syiban 55. -Hinduan
18 -Ba Surrah 56. -Sri
19 -Ba Umar 57. -Syatri
20 -Bilfaqih 58. -Syihab
21 -Bin Abbad 59. -Syaikh Abubakr
22 -Bin Ahsan 60. -Aidid
23 -Bin Qutban 61. -Aqil Bin Salim
24 -Bin Sahl 62. -Attas
25 -Bin Syuaib 63. -Aydarus
26 -Bin Thahir 64. -Fad'aq
27 -Bin Yahya 65. -Fakhr
28 -Barum 66. -Qadri
29 -Bu Futim 67. -Jufri
30 -Bu Numay 68. -Junaid
31 -Taqawi 69. -Habasyi
32 -Jailani 70. -Haddad
33 -Jamal Al-Lail 71. -Kaf
34 -Hamid 72. -Madeyhiy
35 -Hasni 73. -Maghrabi
36 -Khaneyman 74. -Mahdali
37 -Khird 75. -Marzaq
38 -Zahir -
DAFTAR PERPUSTAKAAN.
BERG, L.W.C. van den – "LE HADHRAMOUT ET LES COLONIES ARABES DANS L'ARCHIPEL INDIEN" – Batavia, 1886.
AL-HADDAD,
Sajed Alwi b. Taher, Mufti Kerajaan Johor Malaya – "SEJARAH
PERKEMBANGAN ISLAM DI TIMUR JAUH" – Maktab Addaimi, Jakarta, 1957.
HARAHAP, A. Salim – "SEJARAH PENYIARAN ISLAM DI ASIA TENGGARA" – Cetakan ke-dua, Penerbit "Islamiyah", Medan 1951.
SALEEBY, Najeeb M. – "THE HISTORY OF SULU" – Manila, 1963
Risalah
Seminar "SEJARAH MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA" – Diterbitkan oleh
Panitia Seminar Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia, Medan, Maret, 1963.
Penjelasan atas MASALAH GELAR SAYID, Oleh Prof. Dr. HAMKA
H.
Rifai, seorang Indonesia beragama Islam yang tinggal di Florijn 211,
Amsterdam, Nederland, pada tanggal 30 Desember 1974 telah mengirim surat
kepada Menteri Agama H. A. Mukti Ali dimana ia mengajukan pertanyaan
dan mohon penjelasan secukupnya mengenai beberapa hal.
Oleh Menteri
Agama diserahkan kepada Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA)
untuk menjawabnya melalui PANJI MASYARAKAT, dengan pertimbangan agar
masalahnya dapat diketahui umum dan manfaatnya lebih merata.
Melihat
adanya korelasi dengan buku kami ini, dan setelah mendapat izin dari
Saudara Rusydi Hamka, Pemimpin Redaksi/Penanggung-jawab Panji
Masyarakat, maka apa yang kami kutip terbatas pada masalah tersebut
dijudul saja.
Penulis:
YANG pertama sekali hendaklah kita ketahui bahwa Nabi Muhammad
s.a.w. tidaklah meninggalkan anak laki-laki. Anaknya yang laki-laki
yaitu Qasim, Thaher, Thaib, dan Ibrahim meninggal di waktu kecil belaka.
Sebagai seorang manusia berperasaan halus, beliau ingin mendapat anak
laki-laki yang akan menyambung keturunan (nasab) beliau. Beliau hanya
mempunyai anak-anak perempuan, yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu Kaltsum dan
Fathimah. Zainab memberinya seorang cucu perempuan. Itupun meninggal
dalam sarat menyusu. Ruqayyah dan Ummu Kaltsum mati muda. Keduanya
isteri Usman bin Affan, meninggal Ruqayyah berganti Ummu Kaltsum (ganti
tikar). Ketiga anak perempuan inipun meninggal dahulu dari beliau.
Hanya Fathimah yang meninggal kemudian dari beliau dan hanya dia
pula yang memberi beliau cucu laki-laki. Suami Fathimah adalah Ali Bin
Abi Thalib. Abu Thalib adalah abang dari ayah Nabi dan yang mengasuh
Nabi sejak usia 8 tahun. Cucu laki-laki itu adalah Hasan dan Husain.
Maka dapatlah kita merasakan, Nabi sebagai seorang manusia mengharapkan
anak-anak Fathimah inilah yang menyambung turunannya. Sebab itu
sangatlah kasih sayang dan cinta beliau kepada cucu-cucu ini. Pernah
beliau sedang ruku' si cucu masuk ke dalam kedua celah kakinya. Pernah
sedang beliau sujud si cucu berkuda ke atas punggungnya. Pernah sedang
beliau Khutbah, si cucu duduk ketingkat pertama tangga mimbar.
Al-Tarmidzi merawikan dari Usamah bin Zaid bahwa dia (Usamah) pernah
melihat Hasan dan Husain berpeluk diatas kedua paha beliau. Lalu beliau
s.a.w. berkata: "Kedua anak ini adalah anakku, anak dari anak
perempuanku. Ya Tuhan. Aku sayang kepada keduanya".
* Lihat majalah tengah-bulanan "PANJI MASYARAKAT" No. 169/tahun ke-XVII – 15 Februari 1975 (=4 Shafar 1395 H.), halaman 37-38.
Dan diriwayatkan oleh Bukhari dan Abi Bakrah bahwa Nabi pernah pula
berkata tentang Hasan: "Anakku ini adalah SAYYID (Tuan); moga-moga Allah
akan mendamaikan tersebab dia diantara dua golongan kaum Muslimin yang
berselisih".
Nubuwat beliau itu tepat. Karena pada tahun 60 hijriah
Hasan menyerahkan kekuasaan kepada Mu'awiyah, karena tidak suka melihat
darah kaum Muslimin tertumpah. Sehingga tahun 60 itu dinamai "Tahun
Persatuan". Pernah pula beliau berkata: "kedua anakku adalah SAYYID
(Tuan) dari pemuda-pemuda di syurga kelak".
Barangkali ada yang bertanya: "Kalau begitu jelas bahwa Hasan dan Husain adalah cucunya, mengapa dikatakan anaknya?"
Ini adalah pemakaian bahasan pada orang Arab, atau bangsa-bangsa
Semit. Didalam Al-Qur'an surat ke-12 (Yusuf) ayat 6 disebutkan bahwa
Nabi Ya'kub mengharap moga-moga Allah menyempurnakan ni'matnya kepada
puteranya Yusuf," sebagaimana telah disempurnakan-Nya ni'mat itu kepada
kedua bapamu sebelumnya, yaitu Ibrahim dan Ishak". – Pada hal yang bapa,
atau ayah dari Yusuf adalah Ya'kub. Ishak adalah neneknya dan Ibrahim
adalah nenek ayaknya. Diayat 28 Yusuf berkata: "Bapa-bapaku Ibrahim dan
Ishak dan Ya'kub". Artinya nenek-nenek moyang disebut bapa dan cucu
cicit disebut anak-anak. Menghormati keinginan Nabi yang demikian, maka
seluruh ummat Muhammad menghormat mereka. Tidakpun beliau anjurkan,
namun kaum Quraisy umumnya dan Bani Hasyim dan keturunan Hasan dan
Husain mendapat kehormatan istimewanya di hati kaum Muslimin.
BAGI
ahlis-sunnah hormat dan penghargaan itu biasa saja. Keturunan Hasan dan
Husain di panggilkan orang SAYYID; kalau untuk banyak SADAT. Sebab Nabi
mengatakan "kedua anakku ini menjadi SAYYID (Tuan) dari pemuda-pemuda di
syurga". Disetengah negri di sebut SYARIF, yang berarti orang mulia
atau orang berbangsa; kalau banyak ASYRAF. Yang hormat berlebih-lebihan,
sampai mengatakan keturunan Hasan dan Husain itu tidak pernah berdosa,
dan kalau berbuat dosa segera diampuni Allah adalah ajaran (dari suatu
aliran – Penulis) kaum Syi'ah yang berlebihlebihan. Apatah lagi di
dalam Al-Qur'an, surat ke-33 "Al-Ahzab", ayat 30, Tuhan memperingatkan
kepada isteri-isteri Nabi bahwa kalau mereka berbuat jahat, dosanya
berlipat ganda dari dosa orang kebanyakan. Kalau begitu peringatan Tuhan
kepada isteri-isteri Nabi, niscaya demikian pula kepada mereka yang
dianggap keturunanya.
MENJAWAB pertanyaan tentang benarkah Habib Ali Kwitang dan Habib
Tanggul keturunan Rasulullah s.a.w.? Sejak zaman kebesaran Aceh telah
banyak keturunan-keturunan Hasan dan Husain itu datang ke tanah air kita
ini, sejak dari semenanjung Tanah Melayu, Kepulauan Indonesia dan
Pilipina. Harus diakui banyak jasa mereka dalam penyebaran Islam
diseluruh Nusantara ini. Penyebar Islam dan pembangun Kerajaan Banten
dan Cirebon adalah Syarif Hidayatullah yang diperanakkan di Aceh. Syarif
Kebungsuan tercatat sebagai penyebar Islam ke Mindanao dan Sulu.
Sesudah pupus keturunan laki-laki dari Iskandar Muda Mahkota Alam pernah
Bangsa Sayid dari keluarga Jamalullail jadi Raja di Aceh. Negri
Pontianak pernah diperintah Bangsa Sayid Al-Qadri. Siak oleh keluarga
bangsa Sayid bin Syahab. Perlis (Malaysia) dirajai oleh bangsa Sayid
Jamalullail. Yang Dipertuan Agung III Malaysia Sayid Putera adalah Raja
Perlis. Gubernur Serawak yang sekarang ketiga, Tun Tuanku Haji Bujang
ialah dari keluarga Alaydrus. Kedudukan mereka di negeri ini yang turun
temurun menyebabkan mereka telah menjadi anak negeri dimana mereka
berdiam. Kebanyakan mereka menjadi Ulama. Mereka datang dari
Hadramautdari keturunan Isa Al-Muhajir dan Faqih Al-Muqaddam. Mereka
datang kemari dari berbagai keluarga. Yang banyak kita kenal adalah
keluarga Alatas, Assagaf, Alkaf, Bafagih, Balfagih, Alaydrus, bin Syekh
Abubakar, Alhabsyi, AlHaddad, bin Smith, bin Syahab, Alqadri,
Jamalullail, Assiry, Al-Aidid, Al Jufri, Albar, Almussawa, Ghathmir, bin
Aqil, Alhadi, Basyaiban, Bazar'ah, Bamakhramah, Ba'abud, Syaikhan,
Azh-Zhahir, bin Yahya, dan lain-lain. Yang menurut keterangan Sayid
Muhammad bin Abdurrahman bin Syahab telah berkembang jadi 199 keluarga
besar. Semuanya adalah dari 'Ubaidillah Bin Ahmad Bin Isa Al-Muhajir.
Ahmad Bin Isa Al-Muhajir Illallah inilah yang berpindah dari Basrah ke
Hadhramaut. Lanjutan silsilahnya ialah Ahmad Bin Isa Al-Muhajir Bin
Muhammad Al-Naqib bin 'Ali Al-Uraidhi Bin Ja'far Ash-Shadiq bin Muhammad
Al-Baqir Bin Ali Zainal Abidin Bin Husain As-Sibthi Bin Ali Bin Abi
Thalib. As-Sabthi artinya cucu, karena Husain adalah anak Fathimah binti
Rasulullah s.a.w.
Sesungguhnya yang terbanyak adalah keturunan Husain dari Hadhramaut
itu, ada juga keturunan Hasan yang datang dari Hejaz, keturunan
Syarif-syarif Mekkah Abi Numay, tapi tidak sebanyak dari Hadhramaut.
Selain dipanggil Tuan Sayid, mereka dipanggil juga HABIB, di Jakarta
dipanggilkan WAN. Di Sarawak dan Sabah disebut Tuanku. Di Pariaman
(Sumatera Barat) disebut SIDI. Mereka telah tersebar diseluruh dunia. Di
negeri-negeri besar sebagai Mesir, Baghdad, Syam dan lain-lain mereka
adakan NAQIB, yaitu yang bertugas mencatat dan mendaftarkan
keturunan-keturunan itu. Di saat sekarang umumnya telah mencapai
36-37-38 silsilah sampai ke Sayidina Ali dan Fathimah.
DALAM
pergolakan aliran lama dan aliran baru di Indonesia, pihak Al-Irsyad
yang menantang dominasi kaum Baalwi menganjurkan agar yang bukan
keturunan Hasan dan Husain memakai juga titel Sayid dimuka namanya.
Gerakan ini sampai menjadi panas. Tetapi setelah keturunan Arab
Indonesia bersatu, tidak pilih keturunan 'Alawy atau bukan, dengan
pimpinan A.R. Baswedan, mereka anjurkan menghilangkan perselisihan dan
masing-masing memanggil temannya dengan "Al-Akh", artinya Saudara.
Maka baik Habib Tanggul di Jawa Timur dan Almarhum Habib Ali Kwitang
Jakarta, memanglah mereka keturunan dari Ahmad Bin Isa Al-Muhajir yang
berpindah dari Bashrah ke Hadramaut itu, dan Ahmad Bin Isa tersebut
adalah cucu tingkat ke-6 dari cucu Rasulullah Husain Bin Ali Bin Abi
Thalib itu. Kepada keturunan-keturunan itu semuanya kita berlaku hormat,
dan cinta, yaitu hormat dan cintanya orang Islam yang cerdas, yang tahu
harga diri. Sehingga tidak diperbodoh oleh orang-orang yang menyalah
gunakan keturunannya itu. Dan mengingat juga akan sabda Rasulullah
s.a.w.: "Janganlah sampai orang lain datang kepadaku dengan amalnya,
sedang kamu datang kepadaku dengan membawa nasab dan keturunan kamu".
Dan pesan beliau pula kepada puteri kesayangannya, Fathimah Al-Batul,
ibu dari cucu-cucu itu: "Hai Fathimah binti Muhammad. Beramallah
kesayanganku. Tidaklah dapat aku, ayahmu menolongmu di hadapan Allah
sedikitpun". Dan pernah beliau bersabda: "Walau anak kandungku sendiri,
Fathimah, jika dia mencuri aku potong juga tangannya".
Sebab itu kita ulangilah seruan dari salah seorang ulama besar Alawy
yang telah wafat di Jakarta ini, yaitu Sayid Muhammad Bin Abdurrahman
Bin Syahab, agar generasi-generasi yang datang kemudian dari turunan
'Alawy memegang teguh Agama Islam, menjaga pusaka nenek-moyang, jangan
sampai tenggelam kedalam peradaban Barat. Seruan beliau itupun akan
tetap memelihara kecintaan dan hormat Ummat Muhammad kepada mereka.
Sekian.