Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Yahudi*. Show all posts
Showing posts with label Yahudi*. Show all posts

Bangsa Turki dalam Periode Kemunculan Imam Mahdi


Maksud dari bangsa Turki dalam hadis-hadis kemunculan Imam Mahdi as adalah bangsa Rusia dan bangsa-bangsa lain di sekitar mereka yang berdomisili di Eropa Timur.
 
Banyak hadis yang mengisahkan peran bangsa Turki dalam periode kemunculan Imam Mahdi di akhir zaman. Hadis-hadis yang berhubungan dengan perang Sufyani melawan bangsa Turki adalah salah satu contoh hadis tersebut. Sufyani berkoalisi dengan Romawi dan Yahudi. Ia bergerak di Suriah dan Jordania ketika bangsa Turki berhasil menguasai Suriah. Dalam banyak hadis disebutkan, Sufyani akan melawan bangsa Turki di Qirqisiya yang terletak di perbatasan Suriah, Iraq, dan Turki. Perang ini adalah sebuah perang besar yang meletus lantaran merebutkan sebuah harta benda yang ditemukan di perairan Furat atau di dekat sungai ini.

Hadis lain berhubungan dengan perang Imam Mahdi as melawan bangsa Turki. Dalam sebuah hadis, Imam Jaʻfar Shadiq as berkata, “Imam Mahdi akan mengirimkan pasukan pertama untuk melawan bangsa Turki. Setelah berhasil mengalahkan bangsa ini, beliau akan bergerak menuju Syam dan lantas menaklukannya.”

Mungkin maksud dari bangsa Turki dalam hadis ini adalah bangsa Turki yang hidup di negara Turki. Tetapi, kemungkinan yang lebih kuat adalah bangsa Rusia yang diperangi oleh Sufyani di Qirqisiya dan tak ada satu pun pihak yang menang. Mereka kalah di tangan Imam Mahdi as dan tanah air mereka akan musnah lantaran petir dan halilintar.

(Shabestan/ABNS)

Di Mana Sekarang Anak Cucu Kaum Yahudi Mekkah dan Madinah?


Di mana sekarang anak cucu Bani Nadhir, Bani Qinqa’, Bani Quraidzah dan kabilah-kabilah Yahudi lain yang dulu tinggal di Mekkah, Madinah, dan Hijaz? Kita mengetahui bahwa sejak periode sejarah itu sampai detik ini mereka belum punah.
 
Saya berkeyakinan bahwa peristiwa pembunuhan dan peledakan yang terjadi di negara Arab dan Islam ini (Yaman – red.) tidak mungkin dilakukan oleh orang Islam, apalagi dengan sedemikian ganas.

Mereka terlampau jauh membuat kekecauan di tengah umat Islam persis seperti yang pernah dilakukan oleh Abdullah bin Saba’. Mereka bahkan mendirikan organisasi-organisasi Islam untuk menjalankan keyahudian mereka dengan kedok Islam. Keyakinan saya diperkuat oleh kenyataan bahwa negara Israel sama sekali tidak terusik oleh mereka, dan tak ada satupun butir peluru yang mengarah ke negara itu.
Karena itu maka saya mengatakan bahwa semua yang terjadi sekarang berupa pembunuhan, peledakan dan penghancuran di sebuah negara Arab dan Muslim tak lain adalah ulah anak cucu kaum Yahudi Bani Qinqa’, Bani Nadir dan Bani Quraidhah yang sekarang sulit untuk dibedakan antara yang Yahudi dan yang Muslim di antara mereka. Mereka tak dapat dibedakan kecuali melalui ulah mereka ini, sementara Arab dan Islam berlepas tangan dari perbuatan mereka ini.
Maka ketahuilah wahai penguasa Israel dan para rabi Zionis, tak perlu sudah kalian bersusah payah membuat dan memperoleh senjata untuk memerangi dan membunuh musuh-musuh kalian, kaum Arab dan umat Islam, sebab orang Islam sedang membunuh sesama orang Islam, dan orang Arab membunuh sesama orang Arab.
Tak perlu lagi kalian membunuh mereka. Jangan menyusah diri.
Tak perlu lagi kalian menggalang konspirasi terhadap negara Arab dan Islam manapun, karena negara-negara Arab sendiri sudah menjalankan konspirasi satu sama lain.
Kalian juga tak perlu mengubah peta negeri Arab ini, sebab kami sendiri orang-orang Arab mengubahnya sehingga tidak ada lagi yang tersisa kecuali kehancuran jatidiri kami bangsa Arab.
Yakinlah kalian bahwa identitas Arab akan dimusnahkan oleh para jagoan perang kami sendiri.
*Penulis dan direktur Lembaga Penelitian Provinsi Taiz, Yaman. Tulisan ini diterjemahkan dari tulisan singkatnya yang berjudul “Amma Aana al-Awan an Yafhama al-Muslimun” (Sudah Tiba Saatnya Islam Mengetahui) di laman Hournews.net (Akhbar al-Sa’ah), Uni Emirat Arab, 3 Mei 2015.
(Liputan Islam/ABNS)

Gereja Protestan Terbesar Prancis Legalkan Perkawinan Sejenis


Gereja Protestan terbesar Prancis, United Protestant Church of France, memutuskan untuk mengesyahkan perkawinan pasangan sesama jenis (homoseksual). Langkah ini menyusul 2 tahun setelah pemerintah Prancis melegalkan perkawinan ini.
United Protestant Church of France, yang mengklaim memiliki 400.000 penganut merupakan gabungan dari 2 gereja Protestan Reformed Church dan Evangelical Lutheran Church. Di Prancis gereja ini memiliki penganut terbesar keempat setelah Katholik, Yahudi dan Islam.

Russia Today melaporkan, Senin (19/5), keputusan melegalkan perkawinan sejenis itu didukung oleh 94% pendeta. Meski demikian, pendeta-pendeta yang menolak keputusan itu tidak akan dipaksa untuk mensyahkan perkawinan sejenis.

“Ini adalah pilihan, bukan kewajiban. Setiap pastor dan ‘parish’ bebas untuk mengimplementasikan perubahan ini,” kata jubir gereja tersebut.

Sebelumnya, Popular Evangelical Mission, gereja Protestan lain yang lebih kecil, telah terlebih dahulu mengesyahkan perkawinan sejenis.

Pada bulan Mei 2013 pemerintah Prancis mengesyahkan UU perkawinan sejenis. Hal ini memicu terjadinya aksi-aksi demonstrasi di seluruh Prancis oleh mayoritas warga Prancis yang merupakan penganut Katholik.

(Shabestan)

Wajah Asli Dinasti Saudi. syiahindonesia.com (Website Wahabi) cermin PENGHUJAT SYi’AH… Tapi Pendukung Amerika dan Israel !!! Itukah dakwah tauhid wahai penghujat umat Islam ???


Diterjemahkan dari publikasi hasil penelitian Muhammad Sahir versi bahasa inggris dengan judul: “The Saudi Dynasty: From where is it? And who is the real ancestor of this family?”.
Rezim Saudi telah memerintahkan untuk membunuhnya karena dia telah mengungkapkan siapa sebenarnya keluarga Saudi itu; apa agama mereka sebenarnya; dan apakah mereka benar2 asli orang Arab?

Inilah terjemahan bebas saya atas hasil penelitian itu.

Pada tahun 851 H, sebuah rombongan kafilah dari Kabilah Al-Masalih, salah satu kabilah dari Bani Anza, mengadakan perjalanan ke Irak dalam rangka membeli kebutuhan pangan seperti gandum, jagung dll. untuk dibawa kembali ke Najd. Kafilah itu dipimpin oleh Sahmi bin Hathlul.

Ketika rombongan kafilah sampai di Basra mereka bertemu dengan saudagar Yahudi yang kaya bernama Murdahai bin Ibrahim bin Musa yang menjual bahan-bahan kebutuhan pangan yang mereka perlukan. Disela-sela tawar menawar, saudagar Yahudi itu menanyakan mereka darimana dan dijawab bahwa mereka adalah Kabilah Al-Masalih dari Bani Anza. Mendengar hal ini, saudagar Yahudi ini kemudian memeluk satu persatu semua anggota rombongan itu sambil mengatakan bahwa dia juga berasal dari Kabilah Al-Masalih yang terpaksa pindah ke Basra karena perselisihan antara ayahnya dengan anggota Bani Anza lainnya.

Mengiringi cerita bohong tersebut, dia memerintahkan pelayannya untuk memenuhi seluruh onta-onta mereka dengan tepung gandum, kurma, tamman dan bahan-bahan kebutuhan pangan mereka lainnya. Kebaikan ini sangat berkesan dan sekaligus membuat mereka bangga karena bertemu “saudara” sendiri yang menjadi saudagar kaya di Irak. Mereka tidak saja sangat menyukainya tetapi juga sangat mempercayainya.


Ketika rombongan akan kembali ke Najd, saudagar Yahudi yang berpura-pura sebagai bagian dari Kabilah Al-Masalih itu meminta agar dia diperkenankan ikut rombongan itu pulang ke Najd. Dengan senang hati permintaan itu dipenuhi.

Sesampainya di Najd, saudagar Yahudi itu dengan dukungan penuh “saudara-saudaranya” mulai mempropagandakan dirinya. Namun pandangan-pandangannya ditentang masyarakat Al-Qasim dibawah pimpinan Syekh Saleh Salman Abdullah Al Tamimi, seorang ulama Muslim terkemuka. Dakwahnya meliputi kawasan Najd, Yaman dan Hijaz. Akibat penentangan ini dia pindah dari Al-Qasim ke Al- Ihsa dan mengganti namanya dengan Marhan bin Ibrahim Musa.

Dia kemudian tinggal ditempat yang bernama Dir’iya dekat Al-Qatif. Di sini dia mulai menyebarkan cerita bohong tentang Perisai Nabi Muhammad saw bahwa perisai tersebut diambil oleh Kafir Quraisy pada waktu Perang Uhud dan kemudian dijual kepada sebuah kabilah Yahudi bernama Bani Qunaiqa’ yang menyimpannya sebagai pusaka. Dia secara bertahap menaikkan posisinya dimata kaum Badui dengan cerita-cerita bohong seperti itu dan sekaligus secara halus tersamar mempengaruhi orang-orang Badui agar beranggapan bahwa orang Yahudi telah ikut berjasa menjaga peninggalan Islam yang sangat bersejarah.
Dengan semakin kuat posisi dan pengaruhnya dimata kaum Badui Arab, dia kemudian memutuskan untuk menjadikan Dir’iya sebagai ibukota kerajaan Yahudi di tanah Arab dan memproklamirkan dirinya sebagai raja mereka.

Sementara itu Bani Ajaman bersama dengan Bani Khalid menyadari bahaya dari Marhan setelah mereka mengetahui siapa dia sebenarnya dan rencana jahatnya. Mereka kemudian menyerang Dir’iya dan berhasil mendudukinya tetapi tidak berhasil menangkap Marhan karena keburu melarikan diri.
Dalam pelariannya, Marhan bin Ibrahim Musa yang nama aslinya Murdahai bin Ibrahim Musa yang adalah orang Yahudi ini, sampai disebuah tanah pertanian yang waktu itu disebut Al-Malibid Ghusaiba dekat Al-Arid, yang dikemudian hari dan sampai sekarang disebut Al-Riyadh.

Dia meminta kepada pemilik tanah pertanian itu agar diperbolehkan tinggal disitu. Dengan baik hati dan penuh keramahtamahan pemilik tanah pertanian tersebut memperkenankannya. Tetapi, kurang lebih satu bulan setelah ia tinggal disitu, pemilik tanah pertanian yang baik hati itu beserta seluruh keluarganya ia bunuh, dan berpura-pura bahwa pemilik tanah pertanian beserta seluruh keluarganya dibunuh oleh perampok. Kekejian dan kebohongannya tidak sampai disitu saja, ia juga menyebarkan berita bahwa ia sudah membeli seluruh tanah pertanian itu dari pemiliknya sebelum peristiwa tragis itu terjadi. Karenanya sekarang dia berhak atas tanah pertanian itu dan mengubah namanya menjadi Al-Dir’iya, sama dengan nama tempat sebelumnya yang lepas dari tangannya.

Di situ ia kemudian membangun sebuah Tempat Persinggahan yang diberi nama Madaffa, dan bersama-sama dengan para pengikutnya kembali menyebarkan propaganda yang menyesatkan bahwa dia adalah seorang Syeikh Arab tulen dan agung. Dia kemudian membunuh Syeikh Saleh Salman Abdullah Al-Tamimi, musuh bebuyutannya, di sebuah masjid di kota yang disebut Al-Zalafi.

Setelah puas dapat melenyapkan Syeikh Saleh, dia kemudian menjadikan tempat yang namanya sudah diubahnya menjadi Al-Dir’iya tersebut sebagai pusat kegiatannya. Dia mengawini banyak wanita dan memperoleh banyak anak yang semuanya dia beri nama-nama Arab. Salah satu anak lelakinya dia beri nama Al-Maqaran (berakar dari nama Yahudi: Mack-Ren) yang kemudian mempunyai anak lelaki yang diberi nama Muhammad. Anak lelakinya yang lain dia beri nama Saud, dan nama inilah yang kemudian dan sampai sekarang menjadi nama Dinasti Saudi.

Dengan berjalannya waktu, keturunan Marhan si Yahudi ini telah berkembang biak semakin banyak dan semakin kuat di bawah nama Keluarga Saudi. Mengikuti jejak pendahulunya mereka meneruskan gerakan bawah tanah dan konspirasinya menentang Negeri/Bangsa Arab. Secara illegal mereka memperluas wilayahnya dan membunuh setiap orang yang menentang mereka. Mereka menghalalkan segala cara untuk meraih ambisi mereka. Mereka tidak saja menggunakan uang mereka tetapi juga para wanita mereka untuk membeli pengaruh, khususnya terhadap mereka yang mau menulis biografi asli dari Keluarga Yahudi ini. Mereka menyewa penulis bayaran untuk merekayasa biografi mereka, yang sekaligus menyembunyikan keturunan siapa mereka sebenarnya, dengan mengaitkan mereka dengan kabilah-kabilah Arab terkenal seperti Rabi’a, Anza dan Al-Masalikh.

Sebagai contoh rekayasa penulis bayaran ditahun 1362 H atau 1943-an misalnya seperti Muhammad Amin Al-Tamimi, Direktur Perpustakaan Kerajaaan Saudi, membuatkan silsilah yang menyambung kepada Nabi Besar Kita Muhammad Rasulullah saw. Untuk itu ia mendapat hadiah 35.000 Pound Mesir dari Duta Besar Saudi untuk Mesir yang waktu itu dijabat oleh Ibrahim Al-Fadil.

Dalam Buku Sejarah Keluarga Saudi halaman 98 – 101 penulis sejarah bayaran mereka menyatakan bahwa Dinasti Saudi menganggap seluruh penduduk Najd adalah kafir dan karenanya wajib dibunuh, hartanya dirampas, dan para wanitanya dijadikan budak. Tidak ada seorang muslim/muslimah pun yang keyakinannya murni kecuali mereka mengikuti paham Muhammad bin Abdul Wahab. Doktrinnya memberi kekuasaan kepada Keluarga Saudi untuk menghancurkan kota-kota, desa-desa, perkampungan beserta seluruh isinya, membunuh para lelaki dan anak-anak, memperkosa para wanitanya, merobek perut para wanita yang sedang hamil dan kemudian memotong tangan anak-anak mereka lalu membakar mereka. Doktrin brutalnya juga memberi kekuasaan kepada Keluarga Saudi untuk merampas dan menguasai seluruh harta benda dan kekayaan penduduk yang mereka anggap sesat (yaitu mereka yang tidak mengikuti paham Wahabi).

Keturunan Saud (sekarang dikenal dengan Keluarga Saudi) mengkampanyekan pembunuhan terhadap para pemimpin kabilah-kabilah Arab dengan menuduhnya sebagai kaum kafir dan musyrik .

Keluarga Saudi yang sejatinya adalah Keluarga Yahudi ini benar-benar telah melakukan segala macam perbuatan keji atas nama ajaran sesat mereka yaitu Wahabisme, dan benar-benar telah menimbulkan teror dihati para penduduk kota-kota dan desa-desa sejak tahun 1163 H. Mereka menamakan seluruh jazirah Arab yakni Negeri Rasulullah saw dengan nama keluarga mereka yaitu Saudi Arabia seakan seluruh kawasan di jazirah Arab adalah milik pribadi keluarga mereka, dan seluruh penduduk lainnya dianggap sebagai para pelayan dan budak mereka yang harus bekerja keras untuk kesenangan majikan mereka yakni Keluarga Saudi.

Mereka benar-benar menguasai seluruh kekayaan alam sebagai milik pribadi mereka dan bila ada orang yang memprotes kelakuan Dinasti Yahudi ini maka orang tersebut akan dipancung didepan umum. Pernah salah seorang putri mereka pergi ke Florida, Amerika Serikat, dengan segala kebesarannya menyewa 90 (sembilan puluh) Suite Rooms di Grand Hotel dengan harga sewa US$ 1 juta per malam. Tidak ada yang berani memprotes kemewahan dan pemborosan ini karena takut akan dipancung didepan umum.

Kesaksian atas Darah Yahudi dari Keluarga Saudi
Pada tahun 1960, Radio Sawt Al Arab di Kairo Mesir dan Radio Yaman di Sana’a mengkonfirmasikan kebenaran Darah Yahudi dari Keluarga Saudi.

Raja Faisal Al-Saud waktu itu tidak bisa menolak kenyataan Darah Yahudi dari Keluarga Saudi ketika dia menyatakan kepada Washington Post pada 17 September 1969 dengan berkata: ”Kami, Keluarga Saudi adalah saudara sepupu (cousins) Yahudi. Kami sama sekali tidak setuju kepada sebarang Pemerintah Negara Arab atau Pemerintah Negara Muslim yang menunjukkan kebencian kepada Yahudi, tetapi kita harus hidup berdampingan secara damai dengan mereka. Negara kami (Arabia) adalah asal muasal darimana orang Yahudi pertama muncul, dan kemudian keturunannya menyebar keseluruh penjuru dunia”. Demikianlah deklarasi Raja Faisal Al-Saud bin Abdul Aziz.

Hafiz Wahbi, Penasehat Kerajaan Saudi, menyebutkan dalam bukunya yang berjudul ”Peninsula of Arabia” bahwa Raja Abdul Aziz Al Saud yang meninggal tahun 1953 telah berkata: ”Pesan kami (Pesan Saudi) kepada seluruh kabilah Arab yang menentang kami: Kakek saya, Saud Awal, pernah menawan sejumlah Sheikh dari Kabilah Mathir dan ketika serombongan orang dari kabilah yang sama datang menuntut pembebasan mereka, Saud Awal memerintahkan kepada para pengawalnya untuk memenggal kepala semua tawanan itu, kemudian, dia ingin menghinakan para penuntut itu dengan mengundang mereka untuk memakan daging korbannya yang sudah dimasak sementara potongan kepalanya ditaruh di atas nampan. Para penuntut itu sangat terkejut dan menolak untuk memakan daging keluarganya sendiri; dan karena penolakannya itu, dia memerintahkan kepada para pengawalnya untuk memenggal kepala mereka juga”.

Hafiz Wahbi mengatakan lebih jauh bahwa maksud Raja Abdul Aziz Al Saud menceritakan kisah berdarah itu agar delegasi dari Kabilah Mathir yang saat itu sedang datang untuk menuntut pembebasan pemimpin mereka saat itu, yakni Sheikh Faisal Al Darwish, untuk tidak meneruskan niat mereka. Karena bila tidak mereka akan mengalami nasib yang sama. Dia membunuh Sheikh itu dan menggunakan darahnya untuk wudhu tepat sebelum ia melakukan sholat (sesuai dengan fatwa sesat paham Wahabi ).

Kesalahan Sheikh Faisal Al Darwish saat itu adalah karena dia mengkritik Raja Abdul Aziz Al Saud yang telah menandatangi dokumen yang disiapkan pemerintah Inggris sebagai sebuah Deklarasi untuk memberikan Palestina kepada Yahudi. Penandatanganan itu dilakukan di sebuah konferensi yang diselenggarakan di Al Aqeer pada tahun 1922.

Begitulah dan hal itu berlanjut terus sampai sekarang dalam sistem kekuasaan rezim Keluarga Saudi atau tepatnya Keluarga Yahudi ini. Semua tujuannya adalah: menguasai semua kekayaan dan keberkahan negeri Rasulullah saw; dengan cara merampok dan segala macam perbuatan keji lainnya, penyesatan, pengkafiran, mengeksekusi semua yang menentangnya dengan tuduhan kafir dan musyrik yang semuanya itu didasarkan atas doktrin paham wahabi.

*****

Inilah Bantahan Untuk Penghujat seperti syiahindonesia.com (Website Wahabi) Sebagai Berikut:


Raja Saudi Arabia (baca:Yaudi Wahabia; untuk selanjutnya dalam tulisan ini Saudi Arabia ditulis Yaudi Wahabia), Abdullah, di hadapan kejahatan buas Rezim Zionis Israel atas rakyat tertindas dan tak berdosa Gaza tidak hanya menutup mulutnya rapat-rapat, tapi berdasarkan fakta-fakta yang ada seperti pengakuan berkali-kali Presiden Rezim Zionis Israel Simon Peres dan PM Israel Ehud Olmert bahwa Yaudi Wahabia mendorong mereka untuk membantai rakyat Gaza dan selama 22 hari proses pembersihan etnis di Gaza, Yaudi Wahabia melarang dan mengharamkan setiap aksi unjuk rasa rakyat menentang agresi Israel!
Sementara sehari setelah gencatan senjata (19/01/2009) dalam pidatonya di pertemuan ekonomi kepala-kepala negara Arab di Kuwait secara sederhana berusaha menutupi kerjasamanya dengan Rezim Zionis Israel dalam pembantaian rakyat Gaza.

Media-media yang berafiliasi ke pemerintah Yaudi Wahabia seperti televisi Alarabiya dan sejumlah televisi lainnya dari “kelompok normalisasi” dan sebagian media-media Amerika dan Eropa mempublikasikan secara besar-besaran pernyataan Raja Abdullah ini, “Satu tetes darah Palestina lebih mahal dari seluruh kekayaan dunia” dan menganalisanya secara menggelikan. Perlu diketahui bahwa pernyataan Raja Abdullah sekalipun disampaikan dengan tujuan mendukung secara lahiriah rakyat Gaza dan menghormati syuhada Gaza, namun berbeda dengan yang disampaikan oleh media-media “kelompok normalisasi”, Raja Yaudi Wahabia dalam pernyataan hari Seninnya ternyata kembali menyatakan dukungannya atas Rezim Zionis Israel dan menjustifikasi kejahatan Israel!

Raja Abdullah Yaudi Wahabia dan Bush

Raja Abdullah dalam petikan ucapannya hari Senin itu disebut oleh televisi Alarabiya sebagai sikap transparan dan tegas kepada Israel. Raja Abdullah mengatakan, “Tidak hanya dalam agama Islam, bahkan dalam Taurat juga telah ditegaskan bahwa qisas satu mata dengan satu mata, bukannya seluruh mata rakyat tertindas Palestina harus diqisas atas satu mata!

Perhatikan dengan seksama betapa dalam ucapan Raja Abdullah terpaksa menyatakan sikapnya dengan mengambil sikap aman dan tidak berbahaya di hadapan Israel di tengah-tengah tekanan opini internasional. Raja Abdullah masih tidak ingin membatalkan dukungannya terhadap Israel. Dengan cara menyebut dosa perang berada di pundak Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas). Karena serangan brutal Israel terhadap rakyat tertindas Gaza sebagai bentuk “qisas” yang sesuai dengan ajaran Al-Quran dan Taurat. Dalam pandangan Raja Abdullah Rezim Zionis Israel adalah pihak yang benar dan Hamas sebagai yang pemicu perang dan dengan demikian agresi Israel dapat dibenarkan!!

Pernyataan Raja Abdullah itu tepat, tidak lebih dan kurang, klaim Rezim Ziois Israel bahwa serangan mereka ke Gaza dan kejahatan brutal mereka terhadap rakyat Gaza dengan alasan bahwa Hamas sebagai pemicu perang adalah benar dan legal!!!

Tentu saja Raja Yaudi Wahabia yang menyebut Hamas sebagai penyebab peperangan tidak ingin kehilangan muka dan mulai menasihati Rezim Zionis Israel. Mengapa kalian dalam meng-qisas, sebagai hak legal kalian, bertindak melampaui batas! Upaya Raja Abdullah untuk menunjukkan bahwa Rezim Zionis Israel tidak bersalah dalam perang ini bertentangan dengan pernyataan Menlu Israel Tzipi Livni bahwa serangan yang dilakukan militer rezim Israel dengan tujuan menghancurkan Hamas sampai ke akar-akarnya.

Dalam satu wawancaranya Livni mengatakan, “Setelah Perang 33 Hari dengan Hizbullah hingga dimulainya Perang Gaza, militer Israel telah melakukan berbagai latihan dan manuver. Militer Israel berhasil menghilangkan kelemahan sebelumnya dan akan memenangkan perang di Gaza dengan cepat. Presiden Rezim Zionis Israel Simon Peres dengan bangga menyatakan kemampuan Ehud Olmert Menteri Peperangan Israel dan Gabi Ashkenazi, Ketua Staf Gabungan Militer Israel sebagai dua jenderal hebat dan berpengalaman kini menjadi panglima perang dalam perang Gaza. Beberapa hari setelah serangan itu, di mana perkiraan Israel bahwa Hamas akan hancur dalam 3 hari tidak terbukti, para pejabat Israel mulai kasak-kusuk untuk memperkenalkan Hamas sebagai pihak yang memulai perang.

4. Raja Abdullah di bagian lagi dari ucapannya, seperti dilansir televisi Alarabiya sebagai pernyataan bersejarah, raja Yaudi Wahabia ini mengatakan, “Israel harus memahami dan mengetahui bahwa kesempatan untuk memilih dua opsi; damai dan perang tidak selalu terbuka dan rencana perdamaian Arab tidak akan selalu ada di meja perundingan.”

Ada dua hal yang perlu dicermati dalam ucapan Raja Abdullah ini:
Pertama, berbeda dengan yang dinginkan secara bersamaan Rezim Zionis Israel dan kepala-kepala negara Arab, penjual diri, dari perdamaian (baca: normalisasi) dengan Israel, rakyat Palestina kini menginginkan pembebasan Palestina dari pendudukan Israel. Dengan dasar ini pernyataan Raja Abdullah mengenai “perang dan damai” tidak saja secara lahiriah bukan ancaman bagi Rezim Zionis Israel, tapi mengingatkan kembali keinginan lama Israel untuk menghentikan Intifada dan Muqawama rakyat Palestina.

Kedua, maksud dari ucapan Raja Abdullah dari “rencana perdamaian Arab-Israel” adalah rencana yang selama ini dikenal dengan nama rencana perdamaian Raja Abdullah yang sebelumnya telah dibahas secara tuntas oleh koran Kayhan sebagai rencana perdamaian yang puluhan kali lebih hina dari Kamp David. Oleh karenanya, Raja Abdullah dalam pernyataan ini memihak Rezim Zionis Israel dan memberikan poin kemenangan buat mereka.

Pernyataan Raja Abdullah mengenai rencana perdamaian Raja Abdullah langsung dikecam oleh muqawama Palestina dan disambut gembira oleh Presiden Amerika waktu itu George W. Bush dan Rezim Zionis Israel.
5. Kepada faksi-faksi Palestina seperti Hamas dan Jihad Islam sebagai kelompok muqawama dan pemerintah Otorita Palestina yang dipimpin oleh Mahmoud Abbas yang dikenal sebagai antek Israel, Raja Abdullah dari Yaudi Wahabia mengatakan, “Faksi-faksi Palestina harus tahu bahwa kini friksi di antara mereka lebih berbahaya dari serangan Israel! Di bagian lain dari ucapannya yang disebut bersejarah itu Raja Abdullah menyatakan, “(bahwa) Yaudi Wahabia mengkhususkan bantuan sebesar satu militer dolar untuk merekonstruksi Gaza.” Raja Abdullah menekankan bahwa bantuan ini akan diberikan kepada Mahmoud Abbas, muslim lahiriah dan keturunan Israel.

Nasihat Raja Abdullah ini agar faksi-faksi Palestina menyudahi perselisihannya berarti, kelompok-kelompok Hamas dan Jihad Islam harus meninggalkan prinsip muqawama dan patuh di bawah pimpinan Mahmoud Abbas. Karena Raja Abdullah berkali-kali mengumumkan bahwa Yaudi Wahabia hanya mengenal pemerintahan Otorita Palestina Mahmoud Abbas, si agen Israel. Dengan kata lain, Raja Abdullah dalam pernyataannya ini secara transparan menyebut tujuan yang belum direalisasikan oleh Israel dan Amerika. Yaitu untuk menghapus Hamas dan mengakui resmi Mahmoud Abbas. Ini persis yang diucapkan Simon Peres sebagai tujuan Israel menyerang Gaza.

6. Raja Abdullah dalam pernyataannya di sidang ekonomi kepala-kepala negara Arab di Kuwait mengatakan, “(bahwa) Yaudi Wahabia merasa berkewajiban untuk mengucapkan terima kasih kepada seluruh negara yang telah berusaha menghentikan pertumpahan darah di Jalur Gaza, khususnya Mesir.” Tampaknya Raja Abdullah sudah pikun bahwa selama masa perang Gaza, ia dan Hosni Mobarak, Presiden Mesir berkali-kali menelepon Simon Peres dan Ehud Olmert sebagai dua penjahat perang Israel dan meminta agar militer Israel membombardir rakyat Gaza hingga hancurnya Hamas. Pernyataan yang dikeluarkan oleh Simon Peres dan Olmert anehnya tidak pernah ditolak oleh Mesir dan Yaudi Wahabia. Itulah mengapa hingga hari ke-22 perang Gaza tidak pernah membuka mulut mengecam kejahatan Israel. Mesir bahkan tidak mau membuka jalur penyeberangan Rafah bagi anak-anak dan wanita!

Dokumen 5 Maret 2007: Amerika melakukan operasi mencari Sayyid Yamani di Yaman


Didapatkan beberapa orang asing berwajah barat di daerah-daerah bagian utara negara Yaman. Mereka sedang melakukan pencarian seorang sayyid yang bernama “Yamani”. Setelah presiden Yaman melakukan pertemuan dengan petinggi-petinggi gedung putih, ia telah memulai operasinya untuk mencari dan membunuh para sayyid. Anehnya pembunuhan yang dilakukan oleh pemerintah Yaman tidak terbatas pada orang-orang Syi’ah saja. Mereka juga melakukan pembunuhan terhadap ulama Ahli Sunah keturunan Rasulullah saw. 

Hal yang sama juga sebelumnya dilakukan di kota Kufah dan Hilla. Tentara-tentara penerangan Amerika telah mencari Imam Mahdi af. Dalam pencarian ini, selain mereka membunuh orang-orang tidak berdosa, mereka juga menginterogasi tokoh-tokoh masyarakat mengenai rumah dan tempat persembunyian Imam Mahdi af.

Karena masalah inilah pemerintah Yaman meminta kepada orang-orang yahudi Yaman yang tinggal di Sa’dah untuk pindah ke San’a, ibu kota Yaman. Dalam pemindahan ini, sekitar 45 keluarga Yahudi telah diungsikan ke San’a. Semua biaya pengungsian ini ditanggung oleh pemerintah Yaman.

Sebelum ini juga, Israel dan Amerika sempat mengajukan protes ke pemerintah Yaman. Protes itu terkait dengan orang-orang Yahudi Yaman. Amerika dan Israel meminta kepada pemerintah San’a agar jangan sampai orang-orang Yahudi meninggalkan Yaman.

Lindungi Polisi Israel, Yahudi Terobos Makam Nabi Yusuf


NABLUS - Ratusan pemukim Israel menerobos masuk ke dalam makam Nabi Yusuf di timur Nablus dan melakukan ritual relijius hingga fajar hari Senin untuk melindungi polisi pendudukan Israel.
Saksi mata mengatakan bahwa ratusan pemukim melakukan ritual dan tari-tarian di makam relijius Nabi Yusuf di kamp Balata, timur Nablus.

Saksi mata juga melaporkan bahwa tiga bus mengantar para pemukim ditemani oleh setidaknya sepuluh patroli militer Israel untuk perlindungan. Pasukan pendudukan Israel ditahan pada hari Minggu (16/11), lima pemukim Israel masuk ke makam Nabi Yusuf tanpa ijin dan perlindungan dari militer Israel. Radio berbahasa Arab Israel mengatakan bahwa militer Israel menahan lima pemukim Israel yang kemudian diinterogasi oleh kepolisian Israel.

Sekelompok pemukim Israel, yang dilindungi oleh militer Israel, menerobos masuk ke makam Nabi Yusuf setiap harinya untuk melakukan ritual relijius, meyakini bahwa itu adalah makam Nabi Yusuf.
Bulan Februari lalu, ratusan orang juga mengunjungi makam itu, dikawal oleh pasukan pendudukan Israel. Situs itu dulunya adalah yeshiva (sekolah Yahudi) yang sibuk selama 22 tahun lebih sebelum ditaklukkan oleh pasukan Otoritas Palestina dalam Perang Oslo tahun 2000. Situs itu sebagian besar hancur dan tertutup untuk dimasuki secara bebas oleh kaum Yahudi sejak saat itu.

Tapi belakangan ini kunjungan malam hari diperbolehkan, diatur oleh militer setiap beberapa minggu. Kunjungan di bulan Februari itu terdiri atas tujuh bus dan beberapa mobil yang mengangkut setidaknya 400 orang.
"Orang-orang datang dari seluruh penjuru negeri," ujar Yonatan Gormezano dari Petach Tikvah. "Saya sudah mendaftar sebelumnya dan kemudian saya menerima telepon yang memberitahu saya bahwa sebuah bus akan berangkat dari Ariel pukul 11 malam. Doa-doanya sangat mengesankan dan bersemangat. Situs makamnya sendiri tampak seperti baru dicat ulang. Terakhir kali saya ke sana, satu tahun yang lalu, semuanya terbakar. Kubah terkenal yang ada di atas berantakan, sepertiganya tidak ada, dan orang bisa melihat langit dari dalam. Tidak ada pintu atau jendela yang tersisa."

Makam Nabi Yusuf kini berada di dalam lingkungan padat penduduk Arab di kota Nablus. Tiga puluh lima tahun yang lalu, makam itu berdiri sendirian di luar bagian padat penduduk kota.
Sehari setelah kunjungan kelompok itu, puluhan aktivis dalam kelompok inti pemukiman Nablus tiba di pos pemeriksaan di luar pintu masuk timur kota. Mereka mengatakan ingin memperbarui makam Nabi Yusuf. "Aktivitas kami akan berlanjut hingga larangan memalukan terhadap kaum Yahudi agar tidak memasuki kota dan tempat suci ini berakhir," ujar mereka. Keenamnya kemudian ditangkap.

Enam bulan sebelumnya, 1,000 orang berkumpul di tempat yang sama untuk menyatakan keinginan dan niat mereka membangun kehadiran Yahudi di kota kuno itu. Patriarki Yakum membeli area itu untuk 100 kesitah.
"Kami tidak cukup hanya dengan komunitas di sekitar Nablus," ujar mereka."Kami ingin kehadiran Yahudi di dalam kota dan kami akan proaktif sampai akhir, bahkan tanpa ijin pemerintah."

Penyanyi populer Ariel Zilber, yang tampil di sana, mengatakan, "Makam Nabi Yusuf berdiri kesepian tanpa kaum Yahudi selama sembilan tahun. Saudara kami Yusuf telah ditelantarkan, dan situs suci itu berdiri menanggung malu. Kini saatnya untuk kembali ke Nablus dan memperbarui kehadiran Yahudi di sana." (Source)

Perangi Rabbi, Yahudi Buka Koogle!


YERUSALEM TERJAJAH - Para Yahudi religius yang dilarang keras oleh para rabbi untuk berselancar di dunia maya sekarang bisa lebih mendapatkan kelonggaran. Hal tersebut dapat terjadi seiring dengan diluncurkannya Google versi "kosher" (konsep halal Yahudi). Google kosher tersebut dinamakan Koogle, demikian dikatakan oleh manajer situs tersebut kemarin.

Yossi Altman mengatakan bahwa Koogle, yang merupakan gabungan dari nama puding mie Yahudi dengan mesin pencari yang sangat terkenal, Google, tampaknya "memenuhi standard" dari para rabbi ortodoks. Untuk diketahui, para rabbi ortodoks melarang keras kaum Yahudi untuk mengakses internet.

Situs Koogle tersebut menyaring sejumlah materi yang tidak diperbolehkan menurut kepercayaan Yahudi, seperti misalnya foto-foto wanita yang menurut pandangan para rabbi ortodoks tidak sopan dan tidak sepantasnya dilihat kaum Yahudi, kata Altman.

Meski situs tersebut terhubung dengan berita-berita mengenai Israel dan situs-situs perbelanjaan, namun benda-benda tertentu yang diharamkan oleh para rabbi ultra-ortodoks Israel juga akan disaring agar tidak sampai masuk ke rumah-rumah Yahudi, diantaranya perangkat televisi.

"(Situs pencari Koogle) merupakan sebuah alternatif yang kosher bagi kaum Yahudi ultra-ortodoks. Situs tersebut memungkinkan mereka untuk dapat mengakses internet dan berselancar di dunia maya," kata Altman melalui hubungan telepon.

Situs tersebut dikembangkan sebagai bagian dari cara untuk memfasilitasi keinginan para rabbi.
"Para rabbi menginginkan sebuah solusi untuk kaum Yahudi ultra-ortodoks, karena mereka juga ingin dapat mengakses internet untuk mengakses kebutuhan-kebutuhan vital mereka," katanya.

"Karena merupakan mesin pencari yang kosher, maka sama sekali tidak boleh ada update pada situs tersebut pada hari Sabbath. Pada hari tersebut, hukum Yahudi melarang kaumnya untuk melakukan segala jenis pekerjaan dan usaha," kata Altman.

"Jika ada yang ingin membeli sesuatu pada hari Sabbath, maka situs tersebut akan langsung mengalami kemacetan dan tidak membiarkan orang untuk melakukan hal tersebut," pungkasnya.

Selain Koogle, kaum Yahudi juga mengenal Yiddish Wikipedia. Yiddish wikipedia merupakan versi lain dari wikipedia yang diluncurkan dalam bahasa Ibrani. Situs tersebut didirikan pada tanggal 3 Maret 2004, namun artikel pertama dalam situs tersebut baru ditulis pada tanggak 28 November pada tahun yang sama.
Pada bulan Maret 2009, Yiddish Wikipedia memiliki lebih dari 6.000 artikel didalamnya. Terdapat sekitar 1.251 orang anggota yang terdaftar, namun hanya sebagian kecil yang aktif.

Seperti halnya Wikipedia, situs tersebut akan mencari kata-kata dalam bahasa Ibrani yang diketikkan di Google. Artikel-artikel dari Wikipedia versi Yahudi kemudian akan muncul di barisan paling atas dari kata yang dicari tersebut.

Sesuai dengan norma-norma yang berlaku bagi Yahudi, situs tersebut secara eksklusif dituliskan dalam bahasa Ibrani, bukan tulisan latin.
Yiddish Wikipedia telah mencapai 6.000 artikel pada tanggal 8 Maret 2009. Artikel ke-6.000 yang dimuat berkaitan dengan seorang rabbi.

Meski dapat memuat berbagai hal yang ada di dunia, situs tersebut diedit kembali dan disesuaikan dengan budaya komunitas yang berbahasa Ibrani. Hal tersebut ada di dalam politik Hasidic, yang sangat berkaitan dengan Satmar Hasidim. Misalnya saja, artikel yang diedit besar-besaran adalah artikel mengenai Aaron Teitelbaum, seorang tokoh yang paling banyak dibicarakan dalam lingkaran komunitas orang-orang yang berbicara dalam bahasa Ibrani.

Namun hanya ada sedikit editor dari situs tersebut, meski tercatat memiliki 700 orang editor, setiap harinya, hanya ada 3 orang -atau bahkan lebih sedikit lagi- yang aktif. Hal tersebut mungkin karena para editor tersebut tidak memiliki perangkat lunak untuk mengolah tulisan dalam bahasa Ibrani di komputer mereka. Kemungkinan lainnya, orang-orang Yahudi tersebut merupakan Yahudi ortodoks sehingga para rabbi mereka melarang keras penggunaan internet yang tidak berhubungan langsung dengan bisnis.

Rabbi ortodoks Yahudi memang seringkali mengeluarkan ucapan-ucapan yang kontroversial dan memancing emosi.

Rabbi ortodoks Yahudi, Manis Friedman, dari St. Paul, Minnesota, telah memberikan pernyataan bahwa Israel harus menghancurkan tempat-tempat suci Islam dan membantai warga sipil dalam apa yang disebutnya sebagai "cara Yahudi" untuk bertarung dalam "peperangan moral".

"Saya sama sekali tidak percaya dengan moralitas Barat. Misalnya, jangan membunuh warga sipil, jangan menghancurkan tempat suci, jangan bertempur ketika hari besar, jangan meledakkan pemakaman, jangan menembak hingga lawan menembak terlebih dahulu karena hal tersebut tidak bermoral. Namun, saya tidak mempercayai itu semua, omong kosong! Satu-satunya cara yang paling benar adalah mempergunakan tata cara Yahudi: Hancurkan tempat suci mereka (umat Islam). Kemudian bunuh semua pria, wanita, anak-anak, termasuk juga binatang peliharaan mereka." (Source)

Teriakan “Jihad” Ustadz Ilham Arifin dan Teroris

Selebritis yang sedang bahagia (i.ytimg)

Sementara sang ustadz dengan garang dah gagah, teriak-teriak “Jihad” seolah-olah pemasangan spanduk hasutan sektarian itu representatif keutuhan Islam. Pada saat yang sama sang Selebritis tetap hidup dengan tenang dan nyaman dengan kedua istri yang membahagiakan, dan menggerendel mulut rapat-rapat pada kasus pembunuhan tiga muslim di Amerika Serikat.
Kapan aksi terorisme dianggap bukan terorisme? Ketika pelaku terorisme bukan seorang Muslim. Seperti pembunuhan terbaru di AS ketika tiga orang muslim tewas dibunuh di rumah mereka di kompleks yang terkenal aman, di University of North Carolina, Chapel Hill, 10 Februari 2015 oleh teroris Amerika. Deah Shaddy Barakat (23), Istri Barakat Yusor Mohammad (21), dan adik perempuannya Razan Mohammad Abu-Salha (19) tewas ditembak teroris Craig Stephen Hicks (46).

Deah Shaddy Barakat adalah mahasiswa tahun kedua fakultas kedokteran jurusan gigi di universitas itu, sementara istrinya Yusor berencana akan masuk universitas musim gugur mendatang. Adiknya, tercatat sebagai mahasiswa di universitas yang sama tapi beda apartemen.

Sejauh ini, polisi belum merilis motif penembakan, hal yang menunjukkan ketidak seriusan dalam menangani kasus terorisme, sisi lain kurangnya pemberitaan media, benar-benar sesuatu yang mengerikan dan betapa murahnya harga, nyawa dan kehidupan Muslimin di negara itu. Bisa dibayangkan histeria media jika terdakwa teroris dalam kasus ini adalah seorang Muslim yang menembak tiga pemeluk Kristen Amerika kulit putih, misalnya.

Fox News yang selama ini menjadi komandan media Barat, pasti akan berteriak-teriak dan memegavonkan kalimat “terorisme” setiap lima detik di headline situsnya, sembari menyebarkan tuduhan semua Muslimin sebagai teroris.

Contoh terkecil adalah serangan terhadap masjid-masjid dan pusat-pusat Islam di seluruh Amerika Serikat akan diliput sebagai pemoles berita dan hanya mengikuti headline selebritis seperti yang terjadi pada berbagai kesempatan yang secara kasat mata bisa disaksikan pasca serangan Charlie Hebdo di Paris (7 Januari lalu) dan ketika Takfiri Wahabi membunuh satu warga Barat dalam tahanan mereka.

Hashtag #ChapelHillShooting seperti virus yang menjalar kemana-mana, setelah pembunuhan pertama kali dilaporkan semalam. Hampir semua tweets dan jaringan medsos menghujani kritik tajam media Barat dan AS yang nyaris tidak melaporkan pembunuhan itu.

Beberapa warga Amerika mengomentari serangan teroris itu dan mencoba membenarkannya dengan alasan sederhana, bahwa pembunuhan semacam itu sudah biasa terjadi di Amerika Serikat. Katanya, mengingat prevalensi senjata di tangan jutaan orang Amerika, namun hal ini bisa jadi benar, tetapi ada faktor lain yang diabaikan dalam dalih rekayasa ini.

Secara resmi sanksi dan boikot media dalam memberitakan aksi terorisme itu semata-mata dipicu oleh Islamophobia di Amerika Serikat. Muslimin terus-menerus digambarkan sebagai “musuh” dalam selimut. Bobby Jindal, -pendatang dari India-, Gubernur asal Louisiana, secara terbuka dan terang-terangan mengutuk Muslimin dan mengatakan jika warga muslim tidak menerima nilai-nilai Amerika, dan menyebutnya sebagai penjajah!

Jika segelintir umat Islam terlibat dalam beberapa insiden kekerasan di mana saja di dunia, agama Islam dengan lugas segera dikaitkan dengan itu. Mengabaikan kenyataan jutaan suara mayoritas muslimin berulang-ulang dengan keras mengutuk tindakan seperti itu, tetapi media korporasi hanya mengabaikan fakta dan menganggapnya sebagai retorika sampah.

Ada tuntutan konstan dari selruh Muslimin untuk mengutuk tindakan seperti itu, kepada media AS dan pemerintah Amerika Serikat. Muslimin punya tanggungjawab yang sama untuk mengutuk tindakan seperti itu ketika sekalipun hanya mendengar.

Jika umat Kristen dan Yahudi terlibat dalam serangan kekerasan dan terorisme terhadap Muslimin, agama mereka jarang dikait-kaitkan. Sebuah kesimpulan jelas bahwa ada upaya massif yang disengaja untuk menjelekkan Islam dan Muslimin. Hal ini juga berlaku ketika non-Muslim terlibat dalam aksi teroris seperti tindakan tidak baik terhadap Muslim atau orang lain, maka media serentak menggambarkan pelaku terorisme sedang mengalami gangguan emosional atau tidak waras.

Contoh yang paling mencolok dari jenis pembenaran ini adalah pembunuhan massal yang dilakukan oleh Andre Brievik di Norwegia pada tahun 2011. Dia menembak dan membunuh 77 para pemuda di sebuah kamp namun ia tidak dikecam sebagai teroris Kristen, bahkan hukumnya pun di proses bertele-tele.
Dia bahkan oleh media dan peradilan tidak disebut sebagai neo-Nazi, sementara dia secara jelas seorang neo-Nazi sejati, dan memiliki hubungan dekat dengan kelompok-kelompok neo-Nazi dan Zionis sayap kanan di Amerika Serikat dan Inggris!.

Bulan lalu, Chris Phillip ditangkap di Ottawa, Kanada, dengan bahan kimia dan bahan peledak yang berencana menyerang sejumlah bangunan Federal. Oleh media, diapun lolos dari sebutan teroris.
Label teroris akan diterapkan hanya dan hanya untuk umat Islam. Apakah dia seorang sopir Muslim yang tidak sengaja memukul pejalan kaki di jalan, atau sedang membela diri, maka serempak media korporasi akan menuding ramai-ramai sebagai aksi terorisme.

Tapi, jika seorang Kristen, Yahudi atau Hindu dengan mudah mengambil pistol dari sakunya dan kemudian menembakkanya kepada muslim yang tidak bersalah dengan darah dingin, seperti yang baru saja terjadi di University of North Carolina, Cape Hill, Amerika Serikat, media serampak bungkam dan menolak sebagai akan aksi terorisme, tetapi itu adalah tindakan individu gila.

Dan demikian juga hal ini terjadi di Indonesia, ketika sekitar 30 orang dari berbagai unsur elemen, termasuk FPI, FBR dan elemen-elemen Masyarakat lain pada Rabu 12/02/15, menurunkan spanduk provokatif di komplek perumahan mewah,- sumbangan diktator Libya, Moammar Qaddafi, ustadz selebritis Ilham Arifin di Bogor, media mainstream serentak mengasah tajam mata pena, meghujamkannya tepat diubun-ubun muslim Syiah dan pendukung Syiah. Sementara sang ustadz dengan garang dah gagah, teriak-teriak “Jihad” seolah-olah pemasangan spanduk hasutan sektarian itu representatif keutuhan Islam dan pelakunya adalah para teroris yang mesti dibinasakan.

Pada saat yang sama sang Selebritis tetap hidup dengan tenang dan nyaman dengan beberapa istri yang membahagiakan, menggerendel mulut rapat-rapat pada kasus pembunuhan tiga muslim di Amerika Serikat. [Islam Times/Onh/Ass]
Sumber : Islam Times

Anggapan Akidah Sunni seperti N.U Sama dengan wahabi salafi, Sangat Rancu & Menyesatkan


Jumat, 06 Januari 2012 10:53 Redaksi
E-mail Cetak PDF


Sesungguhnya, akidah kita umat Islam tidak sama dengan akidah wahabi salafi. Jelas, wahabi salafi itu merupakan induk kesesatan. Jadi anggapan akidah Sunni sama dengan akidah wahabi adalah sebuah kerancuan yang luar biasa. Ini penipuan yang nyata.

“Meski kelak suatu saat, ada kerja sama antara umat Islam dengan kalangan wahabidi dalam memerangi kemiskinan dan keterbelakangan, bukan berarti akidahnya sama,” ujar Ustadz Husain Ardilla.

Seorang tokoh NU sendiri, seperti Gusdur  (almarhum), pernah merasa gusar terhadap sikap sejumlah intelektual dan ulama yang memposisikan wahabi  sama saja dengan Sunni, padahal mereka itu tidak tahu banyak soal wahabi.

Perbedaan akidah itu jelas, jika menyimak doktrin tentang :

Aqidah Wahabi yang Menyamai Aqidah Yahudi dan Nasrani

Aqidah Wahabi Menyamai Aqidah Yahudi dan Nasrani,
yaitu mereka mengatakan bahwa Allah SWT Duduk seperti Duduknya Makhluq.

Ketahuilah bahwa aqidah yg dibawa oleh Wahhabi adalah aqidah yang bersumberkan dari Yahudi dan Kristiani yang coba diserapkan dalam masyarakat islam demi memecahbelah umat islam dan bertujuan agar umat islam menjadi Yahudi dan Nasoro, kemudian bersenang-senanglah Iblis bersama mereka di neraka kelak!

Inilah Yahudi dengan kerjasama penuh dari Wahhabiyah dalam menyesatkan umat islam di tanah air kita ini :

– Akidah ” Allah Duduk” Adalah Akidah Yahudi
Dalam kitab Yahudi Safar Al-Muluk Al-Ishah 22 Nomor 19-20, Yahudi menyatakan akidah kufur di dalamnya :

قال فاسمع إذاً كلام الرب قد رأيت الرب جالسًا على كرسيه و كل جند السماء وقوف لديه عنيمينه و عن يساره

“Berkata : Dengarkanlah engkau kata-kata Tuhan,telah ku lihat Tuhan duduk di atas kursi dan ke semua tentera langit berdiri di sekitarnya kanan dan kiri” .

– Ibnu Taimiah ikut Membantu Yahudi Menyebarkan Akidah Yahudi ” Allah Duduk ” :
Dalam kitab Ibnu Taimiah Majmu Fatawa Jilid 4 / 374 :

إن محمدًا رسول الله يجلسه ربه على العرش معه

“Sesungguhnya Muhammad Rasulullah, Tuhannya mendudukkannya diatas arasy bersamaNya”.

Tidak cukup dengan itu Ibnu Taimiah turut mengunakan lafaz kufur Yahudi demi men-yahudikan umat islam :

Dalam Kitab Ibnu Taimiyah berjudul Syarh Hadith Nuzul cetakan Darul Asimah :

إذا جلس تبارك و تعالى على الكرسي سُمِع له أطيط كأطيط الرَّحل الجديد

artinya: ” Apabila Tuhan duduk di atas kursi maka akan terdengarlah bunyi seperti kursi baru diduduki”.

Lihatlah! Yahudi berkata Allah Duduk…Ibnu Taimiyah berkata Allah Duduk.

TAPI AL-QURAN DAN HADIST NABI YANG SHAHIH TIDAK PERNAH MENYATAKAN ALLAH DUDUK.

Kalau kita lihat dalam website Kristiani : http://www.hesenthisword.com/lessons/lesson5.htm
lihat pada :

عاشرا: ذكر عنه ما ورد عن الله في العهد القديم

Kristiani berkata pada nomor 7 :

“الله جالس على الكرسي العالي” (اش 6 :1-10) .

artinya: “Allah Duduk Di atas Kursi Yang Tinggi”.

Wahhabi Turut Membantu Menghidupkan Kekufuran Kristian Dengan Memalsukan Hadith Nabi :
DALAM KITAB WAHHABI : FATHUL MAJID SYARH KITAB AT-TAUHID KARANGAN ABDUR RAHMAN BIN HASAN AAL AS-SYEIKH DISOHIHKAN OLEH ABDUL AZIZ BIN ABDULLAH BIN BAZ CETAKAN PERTAMA TAHUN 1992 BERSAMAAN 1413 MAKTABAH DARUL FAIHA DAN MAKTABAH DARUL SALAM.

Cetakan ini pada hal 356 yg tertera kenyatan kufur yg dianut oleh Wahhabi sebagai hadis ( pd hakikatnya bukan hadis Nabi ) adalah tertera dalam bahasa arabnya berbunyi:

” IZA JALASA AR-ROBBU ‘ALAL KURSI “.

Artinya : ” Apabila Telah Duduk Tuhan Di Atas Kursi “.

TETAPI AL-QURAN DAN HADITH SHAHIH TIDAK PERNAH MENYATAKAN DEMIKIAN !

Perlu diketahui, Imam asy-Syafi’I pun terang-terangan menyatakan kekufuran bagi orang yang meyakini bahwa Allah duduk di atas ‘arsy dan tidak boleh shalat (makmum) di belakangnya.
Ibn al Mu’allim al Qurasyi (W. 725 H) menyebutkan dalam karyanya Najm al Muhtadi menukil perkataan al Imam al Qadli Najm ad-Din dalam kitabnya Kifayah an-Nabih …fi Syarh at-Tanbih bahwa ia menukil dari al Qadli Husayn (W. 462 H) bahwa al Imam asy-Syafi’I menyatakan kekufuran orang yang meyakini bahwa Allah duduk di atas ‘arsy dan tidak boleh shalat (makmum) di belakangnya.

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda: “Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan) dan belum ada sesuatupun selain-Nya”. (H.R. al Bukhari, al Bayhaqi dan Ibn al Jarud).

Makna hadits ini bahwa Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan), tidak ada sesuatu (selain-Nya) bersama-Nya. Pada azal belum ada angin, cahaya, kegelapan, ‘Arsy, langit, manusia, jin, malaikat, waktu, tempat dan arah. Maka berarti Allah ada sebelum terciptanya tempat dan arah, maka Ia tidak membutuhkan kepada keduanya dan Ia tidak berubah dari semula, yakni tetap ada tanpa tempat dan arah, karena berubah adalah ciri dari sesuatu yang baru (makhluk).

Wahabi Menyebarkan Aqidah Rancu dan Memfitnah Imam Syafi’i

Wahabi Menyebarkan Aqidah Rancu dan Memfitnah Imam Syafi’i R.A.
Kembali kepada Alquran dan Hadits yang Sahih dengan pemahaman Salafusshalih, dan jangan lupa yang sahih pula. Sebab jika mengambil sebuah Hadits saja hanya boleh yang sahih-sahih saja dan harus membuang hadits-hadits yang Dlo,if di tempat sampah, kenapa dalam mengambil perkataan ‘Ulama tidak begitu memperdulikan jalur periwayatan atau sanadnya, sehingga banyak sekali menyebar kekacauan Aqidah yang mengatasnamakan Imam Syafi,i, IMAM MALIK, Imam Ibnu Hanbal atau Imam Abu Khanifah?

Mereka yang terkenal dalam dunia persilatan Internet dengan pedang bermata duanya Bid’ah dan Syirik adalah yang di kenal dengan nama besar Wahhabi – Salafy memang lihay memainkan jurus kambing hitam dan taktik meminjam tenaga lawan dan langkah tipuan Dengan Membawa Nama Para Imam demi membela dan menyebarkan kekacauan aqidah tajsimnya, beberapa hal di antaranya tidak malu-malu menyebarkan dan berdusta dengan menyandarkan perkataan dari Imam Syafi,i

” روى شيخ الإسلام أبو الحسن الهكاري ، والحافظ أبو محمد المقدسي بإسنادهم إلى أبي ثور وأبي شعيب كلاهما عن الإمام محمد بن إدريس الشافعي ناصر الحديث رحمه الله قال: القول في السنة التي أنا عليها ورأيت أصحابنا عليها أهل الحديث الذين رأيتهم وأخذت عنهم مثل سفيان ومالك وغيرهما الاقرار بالشهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله ، وأن الله تعالى على عرشه في سمائه يقرب من خلقه كيف شاء وأن الله ينزل إلى السماء الدنيا كيف شاء “

“ Syaikhul Islam Abu Hasan Al-Hakary meriwayatkan dan Al-Hafidz Abu Muhammad Al-Muqoddasi dengan isnad mereka kepada Abu Tsaur dan Abu Syu’aib, keduanya dari imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’I, Nashirul hadits Rh, beliau berkata “ Pendapat di dalam sunnah yang aku pegang dan juga para sahabatku dari Ahli hadits yang telah aku saksikan dan aku ambil dari mereka seperti Sufyan, Malik dan selain keduanya adalah pengakuan dengan syahadah bahwa tiada Tuhan selain Allah Swt, Muhammad adalah utusan Allah dan sesungguhnya Allah Swt di atas Arsy-Nya di dalam langit-Nya yang mendekat kepada makhluk-Nya kapan saja DIA kehendaki, dan sesungguhnya Allah turun ke langit dunia kapan saja DIA kehendaki “. (Mukhtashor Al-‘uluw halaman : 176).

Coba Anda Perhatikan Perkataan ini dari sisi sanadnya:
1. Al-Hafidz Adz-Dzahaby di dalam kitabnya MIZAN AL-I’TIDAL juz : 3 halaman : 112 berkata :

أبي الحسن الهكاري : أحد الكذابين الوضاعين

“ Abu Al-Hasan Al-Hakkari adalah salah satu orang yang suka berdusta dan sering memalsukan ucapan “

2. Abul Al-Qosim bin Asakir juga berkata :

قال أبو القاسم بن عساكر : لم يكن موثوقاً به

“ Dia (Abu Al-Hasan) orang yang tidak dapat dipercaya “

3. Ibnu Najjar berkata :

وقال ابن النجار : متهم بوضع الحديث وتركيب الأسانيد

“ Dia dicurigai memalsukan hadits dan menyusun-nysun sanad “

4. Al-Hafidz Ibnu Hajar di dalam kitab LISAN AL-MIZAN juz : 4 halaman : 159 berkata :

وكان الغالب على حديثه الغرائب والمنكرات ، وفي حديثه أشياء موضوعة

“ Kebanyakan hadits yg diriwayatkannya adalah ghorib dan mungkar dan juga terdapat hadits-hadits palsunya “.

5. Ibrahim bin Muhammad Ibn Sibth bin Al-Ajami di di dalam kitabnya Al-Kasyfu Al-Hatsits juz ; 1 halaman : 184 :

وهو كذاب وضاع

“ Dia adalah seorag yang suaka berdusta dan suka memalsukan hadits”

Dan perhatikan pula dari sisi masanya:
Mereka (wahhaby salafy) mengaku atsar tersebut diriwayatkan oleh Abu Syu’aib dari imam Syafi’i. Benarkah ??

Ini sebuah kedustaan yang nyata karena di dalam kitab-kitab tarikh / Sejarah bahwasanya Abu Syu’aib ini dilahirkan dua tahun setelah wafatnya imam Syafi’i, sebagaimana disebutkan dalam kitab TARIKH AL-BAGHDADI juz : 9 halaman : 436…

Sekarang bagaimanakah aqidah imam syafi’i yang sebenarnya tentang Istiwa Allah Swt ?

Berikut ini perkataan-perkataan imam Syafi’i yang kami nukil dari kitab-kitab yang mu’tabar dan dari riwayat-riwayat yang tsiqoh :

1. Ketika imam Syafi’I ditanya tentang makna ISTAWA dalam al-Quran beliau menjawab :

“ ءامنت بلا تشبيه وصدقت بلا تمثيل واتهمت نفسي في الإدراك وأمسكت عن الخوض فيه كل الإمساك”

ذكره الإمام أحمد الرفاعي في ( البرهان المؤيد) (ص 24) والإمام تقي الدين الحصني في (دفع شبه من شبه وتمرد ) (ص 18) وغيرهما كثير.

“ Aku mengimani istiwa Allah tanpa memberi penyerupaan dan aku membenarkannya tanpa melakukan percontohan, dan aku mengkhawatirkan nafsuku di dalam memahaminya dan aku mencegah diriku dari memperdalam persoalan ini dengan sebenar-benarnya pencegahan “
Ini telah disebutkan oleh imam Ahmad Ar-Rifa’i di dalam kitab “ Al-Burhan Al-Muayyad “ (Bukti yang kuat) halaman ; 24.

Juga telah disebutkan oleh imam Taqiyyuddin Al-Hishni di dalam kitab Daf’u syibhi man syabbaha wa tamarroda halaman : 18. Di dalam kitab ini juga pada halaman ke 56 disebutkan bahwa imam Syafi’I berkata :

ءامنت بما جاء عن الله على مراد الله وبما جاء عن رسول الله على مراد رسول الله

“ Aku beriman dengan apa yang datang dari Allah Swt sesuai maksud Allah Swt, dan beriman dengan apa yang datang dari Rasulullah Saw menurut maksud Rasulullah Saw “.

Syaikh Salamah Al-Azaami dan selainnya mengomentari ucapan imam syafi’I tsb :

ومعناه لا على ما قد تذهب إليه الأوهام والظنون من المعاني الحسية والجسمية التي لا تجوز في حق الله تعالى.

“ Maknanya adalah bukan seperti yang terlitas oleh pikiran dan persangkaan dari makna fisik dan jisim yang tidak boleh bagi haq Allah Swt “

Dan masih banyak lagi yang lainnya.

2. Ketika imam Syafi’i ditanya tentang sifat Allah Swt, beliau menjawab :

حرام على العقول أن تمثل الله تعالى وعلى الأوهام أن تحد وعلى الظنون أن تقطع وعلى النفوس أن تفكر وعلى الضمائر أن تعمق وعلى الخواطر أن تحيط إلا ما وصف به نفسه – أي الله على لسان نبيه صلى الله عليه وسلم –

ذكره الشيخ ابن جهبل في رسالته انظر طبقات الشافعية الكبرى ج 9/40 في نفي الجهة عن الله التي رد فيها على ابن تيمية.

“Haram bagi akal membuat perumpamaan, Haram bagi pemikiran membuat batasan, dan haram bagi prasangka untuk membuat statemen, dan Haram juga bagi Jiwa untuk memikirkan (Dzat, perbuatan dan sifat-sifat) Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan haram bagi hati untuk memperdalam, dan Haram bagi lintasan-lintasan hati untuk meliputi, kecuali apa yang telah Allah sifati sendiri atas lisan nabi-Nya Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa Sallam” (Telah disebutkan oleh syaikh Ibnu Jahbal di dalam Risalahnya, lihatlah Thobaqot Asy-Syafi’iyyah Al-Kubra juz : 9 halaman : 40 tentang menafikan arah dari Allah Swt sebagai bantahan atas Ibnu Taimiyyah).

3. Di dalam kitab Ittihaafus saadatil muttaqin juz : 2 halaman ; 24, imam Syafi’I berkata :

إنه تعالى كان ولا مكان فخلق المكان وهو على صفة الأزلية كما كان قبل خلقه المكانَ لا يجوز عليه التغييرُ في ذاته ولا التبديل في صفاته”

“ Sesungguhnya Allah Ta’ala ada dan tanpa tempat, lalu Allah menciptakan tempat dan Allah senantiasa dalam shifat ‘AzaliNya (tidak berubah) sebagaimana wujud-Nya sebelum menciptakan tempat. Mustahil bagi Allah perubahan di dalam Dzat-Nya dan juga perpindahan di dalam sifat-sifat-Nya”

4. Di dalam kitab Syarh Al-Fiqhu Al-Akbar halaman : 52, imam Syafi’I berkata yang merupakan keseluruhan pendapat beliau tentang Tauhid :

من انتهض لمعرفة مدبره فانتهى إلى موجود ينتهي إليه فكره فهو مشبه وإن اطمأن إلى العدم الصرف فهو معطل وإن اطمأن لموجود واعترف بالعجز عن إدراكه فهو موحد

“ Barangsiapa yang berantusias untuk mengetahui Allah Sang Maha Pengatur-Nya hingga pikirannya sampai pada hal yang wujud, maka ia adalah musyabbih (orang yang menyerupakan Allah dgn makhluq). Dan jika ia merasa tenang dengan suatu hal yang tiada, maka ia adalah mu’aththil (meniadakan sifat Allah Swt). Dan jika ia merasa tenang pada kwujudan Allah Swt dan mengakui ketidak mampuan untuk memahaminya, maka ia adalah MUWAHHID (orang yang mengesakan Allah Swt) “

Sungguh imam Syafi’I begitu jeli dan luas pemahamannya akan hal ini, beliau sungguh telah mengambil dari ayat-ayat Allah Swt dalam Al-Quran :

- {لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىءٌ } [سورة الشورى]

“ Tidak ada sesuatu apapun yang menyerupai Allah “

- فَلاَ تَضْرِبُواْ لِلّهِ الأَمْثَالَ } [سورة النحل]

“ Janganlah kalian membuat perumpamaan-perumpoamaan bagi Allah Swt “

- :{هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا } [سورة مريم]

“ Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia ? “

Semua ini membuktikan bahwa imam Syafi’i r.a mensucikan Allah Swt dan sifat-sifat-Nya dari apa yang terlintas dalam pikiran berupa makna-makna jisim / fisik seperti duduk, dibatasi dengan arah, tempat, gerakan dan diam serta yang semisalnya dan inilah aqidah Ahlus sunnah wal jama’ah.

Penjelasan Soal Adanya Tentara Israel yang Muslim

Oleh: Dina Sulaiman

Pagi ini saya dapati, berita di Republika tentang adanya ribuan muslim yang jadi tentara Israel, banyak disebar ulang di jejaring sosial. Untung saja yang merilis berita ini Republika. Coba kalau Kompas atau Tempo, pasti sebagian orang langsung teriak-teriak ‘media kafir tukang fitnah!’ Penjelasan dari fenomena ini sebenarnya sederhana saja. Kita tinggal merunut sejarah terbentuknya Israel-Palestina.

Pada tahun 1947, PBB mengeluarkan resolusi 181 yang membagi tiga wilayah Palestina: 56.5% untuk pendirian negara Yahudi, 43% untuk negara Arab, dan Jerusalem menjadi wilayah internasional. Tapi kelak, pada tahun 1967 –setelah terjadinya Perang 6 Hari Arab-Israel—Israel menduduki Sinai, Golan, dan seluruh wilayah Palestina.

Perhatikan, awalnya seluruh wilayah adalah Palestina (warna hijau), kini wilayah Palestina sangat sedikit (sekitar 3%)

Wilayah Palestina saat itu tidak kosong, bangsa Palestina (baik Arab Islam, Arab Kristen, maupun Arab Yahudi) menyebar di seluruh wilayah. Jadi, ketika tanah mereka dibagi tiga, ada yang berada di wilayah yang dijatah untuk Israel, ada yang hidup di wilayah yang dijatah untuk Palestina.

Lalu, orang Yahudinya ada berapa banyak? Orang Yahudi ‘asli’ yang sejak lama hidup berbaur dengan bangsa Arab, memang ada, tapi tidak banyak (dan mereka ini justru dianggap rendahan oleh Israel, sama seperti warga Arab Islam&Kristen). Setelah Theodor Herzl, pada 1896 menyerukan pendirian sebuah negara Yahudi, Jewish Colonization Association (Asosiasi Kolonisasi Yahudi, didirikan 1891 di London) memulai pendanaan dalam mendirikan permukiman Zionis di Palestina.


Pada 1904-1914, gelombang pertama Yahudi datang sebanyak 40,000 orang sehingga populasi Yahudi di Palestina meningkat jadi 6% dari total penduduk. Selanjutnya, pengiriman orang-orang Yahudi dari berbagai negara di dunia berbondong-bondong datang ke Palestina. Pada October 1921, sensus penduduk pertama yang dilakukan oleh Inggris menunjukkan populasi di Palstina 78% Muslim Arab, 11% Yahudi, 9,6% Kristen Arab. Akhirnya, pada tahun 1945 (3 tahun sebelum Israel ‘diproklamasikan’) populasi Zionis menjadi 31% dan kepemilikan tanah menjadi 6.0%.

Setelah Resolusi PBB 181 itu, orang-orang Yahudi melakukan aksi ‘pembersihan’ etnis Arab di kawasan Palestina yang menjadi ‘jatah’ Israel.  Hingga tahun 1954, total 80% orang Palestina yang tinggal di kawasan ‘jatah’ Israel telah terusir dan hidup di pengungsian hingga kini. Kawasan jatah Israel pun, yang oleh PBB ditetapkan 56,5% kini telah meluas (lihat peta) dan upaya ekspansi terus berlanjut hingga hari ini.
Para pengungsi Palestina melalui musim dingin di tenda-tenda yang disediakan oleh para sularelawan; hampir semua lokasi pengungsian ini akhirnya menjadi tempat tinggal permanen mereka sampai hari ini. Satu-satunya harapan bagi para pengungsi saat itu adalah Resolusi PBB nomor 194 (11 Desember 1948) yang menjanjikan bahwa mereka akan segera dipulangkan ke rumah masing-masing; resolusi itu adalah salah satu dari sekian banyak janji yang dibuat oleh masyarakat internasional untuk bangsa Palestina, yang tidak pernah dilaksanakan hingga hari ini.

Arab-Palestina yang Jadi Warga Israel

Jadi,  ada orang-orang Arab yang masih ‘tersisa’ di dalam wilayah yang menjadi jatah Israel. Mereka kini tercatat sebagai warga Israel, meski sangat didiskriminasi. Untuk mencari nafkah, mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar yang enggan dilakukan warga Yahudi. Gilad Atzmon, penulis Yahudi yang aktif membela Palestina, menulis dalam bukunya bahwa dia lahir dan besar di Israel, tanpa pernah melihat orang Arab-Palestina. Mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar di malam hari, membersihkan sampah, dll.

Orang-orang Arab Palestina yang ada di wilayah Israel itu terusir dari tanah mereka yang asli. Tanah dan rumah-rumah mereka diambil alih oleh orang-orang Yahudi. Lihat video rumah-rumah indah milik Palestina yang kini dikuasai Yahudi-Israel di sini (Perampokan Buku di Palestina) Status Arab-Palestina yang jadi warga Israel adalah internally displaced person (baca di sini penjelasannya: Mengungsi tapi Bukan Pengungsi).

Nah, mereka ini tetap manusia kan? Musti makan kan? Mereka menikah, punya anak, jadi musti kasih makan anak kan? Trus kalian pikir, gimana mereka bisa hidup? Biaya hidup di Israel sangat tinggi, konon untuk hidup layak di sana butuh 80-120 Dollar perhari. Jadi, bila ada yang memutuskan untuk bergabung dengan tentara Israel demi gaji dan hidup layak, apa boleh buat. Sebagian dari mereka (yang masih muda) pun sejak lahir sudah jadi warga Israel, mungkin tak kenal sama ulama yang mengajari mereka semangat jihad. Memang, ini ironis sekali.

Isu Agama, Salahkah?
Lalu, apakah salah bila kaum muslim membela Palestina yang dijajah Israel (Yahudi) atas dasar sentimen agama? Bergantung kalian ‘mazhab’ mana deh. Kalau versi kaum radikal yang hobi sekali teriak-teriak jihad di negeri-negeri muslim (anehnya, tidak kirim pasukan ke Israel), isu Palestina adalah isu Islam-Yahudi yang sampai kiamat gak akan bisa berdamai.

Tapi, kalau saya melihatnya secara kontekstual saja. Bahwa Hamas, Jihad Islam, dan para pejuang Palestina lainnya menggunakan sentimen agama untuk meraih kemerdekaan, tentu sah-sah saja. Bukankah Islam memang menyuruh manusia untuk mencintai dan membela negara kita? Masak dijajah diem aja? Cacing aja diinjek memberontak? Dulu di Surabaya, Bung Tomo juga mengobarkan semangat perjuangan rakyat dengan seruan Islam.

Dan buat pejuang Palestina, semangat jihad ini sangat efektif. Para pejuang bertempur tidak takut mati, karena mati akan membawa mereka ke surga. Jangan salahkan keyakinan seperti ini, karena memang ada ayatnya di Quran (sesungguhnya mereka yang berjihad di jalan Allah itu tidak mati, melainkan tetap hidup dan mendapat rizki QS3:169).

Kata Gilad Atzmon, orang-orang Israel pun ‘berjuang’ dengan dicekoki sentimen rasialis . Menurutnya, ideologi anti-non-Yahudi (anti-Gentile) ada secara inheren dalam berbagai wacana politik orang Yahudi, baik itu Yahudi Zionis, Yahudi sekuler, maupun Yahudi ‘kiri’. Karena itulah, orang-orang Yahudi di seluruh dunia memiliki keterikatan batin dengan Israel. Mereka rajin bersedekah untuk kelangsungan hidup Israel (bahkan istilah Ibrani-nya pun tzedakah). Tentu saja ada, orang-orang Yahudi yang ‘tercerahkan’, kayak si Gilad ini.

Jadi, masak disalahkan kalau umat Islam membela Palestina karena kemuslimannya? Hak gue dong ya, jangan dicela-cela. Tapi, sebaliknya, kaum Muslim pun jangan sok-sok merasa paling Muslim dengan memaki-maki Yahudi, tapi sikap-sikapnya sehari-hari malah meniru perilaku Yahudi. Seperti dikatakan Atzmon di atas: orang Yahudi itu secara inheren memang rasis; sikap rasis ini sayangnya banyak saya temui di kalangan akhi-ukhti: kalau elo ga se-fikroh, se-harokah ma gue, maka elo bukan golongan gue. Bahkan saya baca di komen-komen dan tulisan web-web (mengaku) Islami, mereka mengembangkan teori konspirasi kacau-balau yang ahistoris, illogical, fallacy tingkat akut, dan hanya berbasis ilusi, bahwa orang Iran itu sekutu Yahudi. Terakhir bahkan saya baca, broadcast di WhatsApp: Israel menyerang Hamas demi membuat Iran meraih simpati kaum Muslim karena seolah-olah membela Palestina. *tepok jidat*
Terakhir, saran saya, daripada menambah perpecahan di Indonesia karena mulut (jari) yang tak terjaga akibat umpatan kafir-kafiran, lebih baik mempelajari penjajahan Israel ini dari sisi ekonomi-politik internasional. Biar paham bahwa membela Palestina itu hakikatnya perjuangan memerdekakan kita (bangsa Indonesia) dari penjajahan ekonomi kaum Yahudi-Zionis. Bisa baca di sini: Palestina adalah Kita.
Semoga menjadi jelas.

Q&A: Benarkah Yahudi itu Beda Dengan Zionis?


Oleh: Dina Sulaiman

Benarkah Yahudi itu Beda Dengan Zionis? Selama ini, dalam tulisan-tulisan saya, saya jawab ‘ya’. Buktinya, ada orang-orang Yahudi yang menolak Israel dan Zionisme, misalnya para Rabi Yahudi yang tergabung dalam Neturei Karta.

Tapi, sejak saya baca buku Gilad Atzmon (The Wandering Who), berteman dengannya di facebook dan mengikuti blognya, saya mendapatkan pemahaman yang lain. Inti pemikiran Atzmon adalah: konflik di Palestina justru sebenarnya berakar dari ideologi rasisme Yahudi. Mengapa perdamaian sulit sekali tercapai hingga kini? Karena memang world-view-nya orang Yahudi yang merasa lebih mulia dari ras lain (apapun itu, tidak hanya Arab), sehingga menyulitkan negosiasi dan rekonsiliasi.

Pemikiran Atzmon ini mendapat penentangan dari sesama Yahudi (mereka berkeras, harusnya sebut yang salah itu ‘Zionis’, tidak ada kaitan dengan ‘keyahudian’), dan bahkan dari sebagian aktivis Palestina sendiri, misalnya Ali Abunimah. Abunimah mengecam Atzmon karena menggunakan the J-word (blak-blakan menyebut ‘Yahudi’, ini dianggap ‘tidak sopan’ karena ‘akan menyinggung saudara-saudara kita kaum Yahudi’). Abunimah bahkan menggalang petisi untuk ‘mengingkari’ (disavow) Atzmon. Tapi, banyak juga akademisi dan aktivis pro-Palestina (baik itu Yahudi, Arab, maupun orang-orang Barat) yang menyetujui pemikirannya. Professor Marc Elis, seorang teologis Yahudi, bahkan menyebut Atzmon sebagai ‘nabi baru’ karena memberikan pencerahan kepada orang Yahudi.

Buku Atzmon sendiri sangat filosofis, tapi relatif mudah dicerna (terutama kalau setidaknya Anda pernah belajar sedikit filsafat); hanya saja, saya kesulitan mengungkapkan kembali dalam bahasa Indonesia. Tapi ini ada wawancara Atzmon dengan Alimuddin Usmani, yang relatif lebih mudah saya terjemahkan, yang bisa merangkum apa sebenarnya yang dipikirkan Atzmon:

Alimuddin Usmani: Setelah Operasi “Cast lead” pada tahun 2009 dan “Pillar of Defence” pada tahun 2012, tentara Israel kembali meluncurkan operasi “Protective Edge” pada bulan Juli 2014 terhadap Gaza. Apa tujuan dari operasi militer skala besar ini berulang?
Gilad Atzmon: Sangat penting untuk dicatat bahwa Israel belum pernah memenangkan satu pertempuran militer pun sejak tahun 1973. Benar, mereka telah membunuh banyak orang Arab, tetapi tidak berhasil mencapai salah satu tujuan militernya..
Dominasi militer Israel telah ditopang oleh kekuatan pencegahan (deterrence). Melalui perang ini, mereka ingin memaksa orang Arab untuk menghindari konflik dengan mengancam bahwa mereka (warga Arab) bisa kehilangan segalanya. Minggu ini, telah terbukti bahwa trik ini tidak akan bekerja lagi. Perlawanan Palestina telah bangkit kembali. Israel tidak dapat memecahkan masalahnya dengan cara militer. Situasi ini menimbulkan keputusasaan Israel. Mereka mulai menyadari bahwa mereka terjebak dalam kebuntuan politik, ideologi dan budaya. Israel tidak dapat menciptakan resolusi [penyelesaian konflik]. Tidak ada prospek masa depan bagi Negara Yahudi.
Selanjutnya, kebohongan terang-terangan Yahudi ‘kiri’ [istilah untuk Yahudi berhaluan Marxist] yang menyatakan bahwa [sumber] masalah adalah ‘pendudukan/penjajahan’ telah terungkap minggu ini. Kita menyaksikan warga Arab Israel [orang Arab yang jadi warga Israel] dikejar-kejar oleh orang-orang Yahudi. Seperti kita ketahui, kelompok sayap kanan telah menyeru agar dilakukan pengusiran massal terhadap semua orang Arab dari wilayah Israel; dan seruan ini semakin populer dalam Israel. Seruan brutal ini benar-benar konsisten dengan budaya dan ideologi supremasi Yahudi. Semua Yahudi, baik itu Zionis dan anti-Zionis, senang untuk beraktivitas di tengah lingkungan khusus Yahudi. Tapi bisakah Israel melepaskan diri dari Palestina? Inilah yang dijanjikan oleh pihak sayap kanan dalam koalisi [pemerintahan Israel].
Kembali ke pertanyaan Anda; karena militer tidak dapat memberikan jawaban dan politisi tidak dapat menghasilkan jalan keluar, militer digunakan sebagai brigade pemadam kebakaran. Ini memberikan kemenangan jangka pendek. IDF hanya mengulur waktu, tidak bisa meraih kemenangan karena tujuan militer mereka pun bahkan tidak dapat diartikulasikan. IDF menghujani Gaza dengan rudal, membunuh apa pun yang diduga berbahaya (termasuk anak-anak, orang tua dan wanita). Tapi seiring berjalannya waktu, opsi militer menyusut dan sampai batas tertentu, tidak bisa dipakai lagi.
Teoritisi militer Jerman, Carl von Clausewitz mengatakan pada abad ke-19 bahwa “perang adalah kelanjutan politik dengan cara lain.” Dalam kasus Israel, apa yang kita lihat malah kebalikan dari ide Clausewitz: politik Israel adalah kelanjutan dari kebutuhan Yahudi untuk berkonflik.
Alimuddin Usmani: Penulis koran Haaretz, Gideon Levy, menulis bahwa Israel tidak menginginkan perdamaian dan bahwa ‘rejeksionisme’ (penolakan) tertanam dalam keyakinan yang paling primer orang Israel. Pada tingkat terdalam [di benak mereka] terdapat konsep bahwa tanah ini diperuntukkan untuk orang-orang Yahudi saja. Apa pendapat Anda tentang ini?
Gilad Atzmon: Saya senang melihat bahwa semakin banyak orang, termasuk lawan bebuyutan saya sekarang setuju dengan saya, bahwa ada sesuatu yang sangat mengganggu dalam budaya dan identitas politik Yahudi. Haaretz menulis sebuah editorial beberapa hari lalu yang menyatakan bahwa “Israel harus menjalani revolusi budaya”. Lawan paling keras saya orang Palestina, Ali Abunimah, yang baru-baru ini mengecam saya untuk berfokus pada budaya Yahudi, tampaknya juga telah mengadopsi filosofi saya. Dia sekarang menunjuk rasisme mengerikan yang melekat dalam budaya dan politik Yahudi.
Dan sekarang, setelah memuji diri sendiri, saya menjawab pertanyaan Anda. Dalam bahasa Ibrani, kata ‘Shalom’ tidak berarti perdamaian, harmoni, atau rekonsiliasi. Namun artinya ‘keamanan bagi orang-orang Yahudi’. Dengan kata lain, Israel tidak memiliki kata yang tepat untuk ‘damai’ atau ‘rekonsiliasi’. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa Israel bukanlah mitra dalam perdamaian. Israel bahkan tidak dapat merenungkan konsep ‘damai’ itu.
Setelah kita sadar akan kondisi pasca-politik di mana kita hidup, filsafat dan pemikiran esensialis adalah alat analisis penting untuk memahami lanskap manusia di sekitar kita. Dan sekarang, silakan tanyakan pada diri sendiri, [wahai] Anda yang telah menjadi musuh bebuyutan dari pemikiran esensialis dan filosofis dalam akademisi dan politik. Hal ini, jelas, Yahudi ‘kiri’ lah yang berusaha begitu keras untuk mencegah kita dari berpikir tentang Yahudi dalam terminologi kategoris.
[selanjutnya, bisa dibaca wawancara selengkapnya di sini]
Penjelasan dari saya:
Jadi, selama ini yang jargon yang dipakai oleh orang-orang Yahudi ‘pro-perdamaian’ adalah: “Sumber masalah adalah pada Zionisme, pada penjajahan Israel di Palestina. Yahudi itu sebenarnya baik kok, yang salah itu mereka yang menjajah di Palestina.”

Nah, Atzmon menggugat pendapat seperti ini. Menurutnya (yang secara panjang lebar diargumentasikan dalam bukunya), justru ideologi anti-Gentile (anti-non-Yahudi) yang tertanam kuat dalam diri orang Yahudi dimanapun berada yang menjadi sumber masalah. Karena itu, perjuangan Atzmon ada di titik ini. Dia menulis buku, blog, diwawancarai media, keliling berbagai negara, untuk menggugah kesadaran orang-orang Yahudi, bahwa mereka memiliki kesalahan ideologis yang sangat inheren. Perdamaian di Palestina tidak akan terjadi jika cara berpikir anti-Gentile orang Yahudi ini belum hilang.

Seperti dikatakan Atzmon dalam kesempatan lain:
[Saya] men-decoding budaya Yahudi dan mendekonstruksi kekuatan (power) Yahudi. Berdasarkan hal itu, saya berupaya memahami apa yang menyebabkan Yahudi-Israel tidak bisa menerima –bahkan sekedar mempertimbangkan- kemungkinan bahwa negara mereka [dapat] menjadi negara untuk [semua] warganya [termasuk Arab]. Saya ingin memahami, misalnya, mengapa Yahudi di Barat adalah yang terdepan memperjuangkan kebijakan pro-imigran, tetapi negara Yahudi mereka [Israel] justru yang memiliki aparat anti-imigran yang paling ganas. Pertanyaan ini sangat krusial. Tidak seperti blogger Palestina, Ali Abunimah yang meyakini bahwa memahami budaya tidak relevan dengan realitas dan proses politik, saya percaya bahwa memahami budaya adalah kunci terpenting untuk memahami, adakah kemungkinan untuk hidup berdampingan di wilayah itu [Palestina].
Selain itu, Atzmon juga mengkritisi sebagian aktivis Palestina yang justru terkooptasi dalam kekuatan Yahudi. Adalah realitas mengejutkan, sebagian besar LSM Palestina justru dibiayai Open Society (milik George Soros). LSM-LSM ini justru berperan ‘membelokkan’ arah perjuangan pembebasan Palestina. Selengkapnya bisa dibaca di sini. Open Society Soros berperan dalam menyebarluaskan ide-ide LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender) dengan tujuan ‘mengalahkan’ kaum muslimin melalui cara-cara marjinalisasi politik dan identitas politik (baca tulisan Atzmon di sini).

Semoga catatan singkat ini bisa memberi manfaat untuk penstudi HI, Kajian Timteng, dan pemerhati masalah Palestina.

Al-Quran menyeru manusia untuk berpikir


Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran.

Akal dan pikiran merupakan karunia paling mulia yang diberikan Allah Swt kepada manusia.  Orang-orang yang tidak berpikir dan menolak untuk menghamba kepada Tuhan, dipandang sebagai mahkluk yang lebih buruk daripada binatang.[1] Akal dalam pandangan al-Quran dan riwayat, bukanlah semata-mata akal kalkulatif dan logika Aristotelian. Keduanya meski dapat menjadi media bagi akal namun tidak mencakup semuanya.

Karena itu, berulang kali al-Quran menyebutkan bahwa kebanyakan orang tidak berpikir, atau tidak menggunakan akalnya; sementara kita tahu bahwa kebanyakan manusia melakukan pekerjaannya dengan berhitung dan kalkulatif pada seluruh urusannya.

Memandang sama akal dan berpikir kalkulatif merupakan sebuah kesalahan epistemologis.  Bahkan melakukan komparasi dan memiliki kemampuan berhitung semata-mata merupakan salah satu media permukaan akal yang lebih banyak berurusan pada masalah angka-angka dan kuantitas.

Namun untuk mencerap realitas-realitas segala sesuatu, baik dan buruk, petunjuk dan kesesatan, kesempurnaan dan kebahagiaan, dan lain sebagainya diperlukan cahaya yang disebut sebagai sebuah anasir Ilahi yang terpendam dalam diri manusia. Anasir ini adalah akal dan fitrah manusia dalam artian sebenarnya. Sebagaimana sesuai dengan sabda Imam Ali As bahwa nabi-nabi diutus adalah untuk menyemai khazanah akal manusia.[2]

Dalam Islam, akal dan agama[3] adalah satu hakikat tunggal dan sesuai dengan sebagian riwayat, dimanapun akal berada maka agama akan selalu mendampingi,[4] tidak ada jarak yang terbentang antara iman dan kekurufan kecuali dengan kurangnya akal.[5]

Menggunakan pikiran dan akal dapat digunakan di jalan benar dan tepat apabila digunakan  dalam rangka ibadah dan penghambaan. Imam Shadiq As ditanya tentang apakah akal itu?” Imam Shadiq As menjawab, “Sesuatu yang dengannya Tuhan disembah dan surga diraih.”[6]

Berdasarkan hal ini, harap diperhatikan, berpikir dalam al-Quran tidak serta merta bermakna menggunakan akal yang dikenal secara terminologis.  Tatkala al-Quran menyeru untuk berpikir dan merenung dalam rangka penghambaan yang lebih serta terbebas dari belenggu kegelapan dan kesilaman jiwa, boleh jadi merupakan salah satu tanda berpikir dan berasionisasi.

Dalam pandangan ini, kedudukan akal dan pikiran sedemikian tinggi dan menjulang sehingga Allah Swt dalam al-Quran, tidak sekali pun menyuruh hamba-Nya untuk tidak berpikir atau menempuh jalan secara membabi buta.[7]

Menurut Allamah Thabathabai, Allah Swt dalam al-Quran menyeru manusia sebanyak lebih dari tiga ratus kali untuk menggunakan dan memberdayakan anugerah pemberian Tuhan ini,[8] dimana ayat-ayat ini dapat diklasifikasikan secara ringkas sebagaimana berikut:
  1. Mencela secara langsung manusia yang tidak mau berpikir:
Pada kebanyakan ayat al-Quran, Allah Swt menghukum manusia disebabkan karena mereka tidak berpikir. Dengan beberapa ungkapan seperti, “afalâ ta’qilun”, “afalâ tatafakkarun”, “afalâ yatadabbaruna al-Qur’ân”,[9] Allah Swt mengajak mereka untuk berpikir dan menggunakan akalnya.
  1. Ajakan untuk berpikir dalam pembahasan-pembahasan tauhid:
Allah Swt menggunakan ragam cara untuk mengajak manusia berpikir tentang keesaan Allah Swt; seperti pada ayat, “Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arasy dari apa yang mereka sifatkan.” (Qs. Al-Anbiya [21]:22)[10] dan “Katakanlah, “Mengapa kamu menyembah selain dari Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudarat kepadamu dan tidak (pula) mendatangkan manfaat bagimu? Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Al-Maidah [5]:76) serta ayat-ayat yang menyinggung tentang kisah Nabi Ibrahim As dalam menyembah secara lahir matahari, bulan dan bintang-bintang, semua ini dibeberkan sehingga manusia-manusia jahil dapat tergugah pikirannya terkait dengan ketidakmampuan tuhan-tuhan palsu.[11] Dengan demikian, Allah Swt mengajak manusia untuk merenungkan dan memikirkan ucapan dan ajakan para nabi, “Apakah mereka tidak memikirkan bahwa teman mereka (Muhammad) tidak berpenyakit gila? Ia (Muhammad itu) tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang nyata (yang bertugas mengingatkan umat manusia terhadap tugas-tugas mereka). “(Qs. Al-A’raf [7]:184); “Katakanlah, “Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikit pun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagimu sebelum (menghadapi) azab yang keras.” (Qs. Al-Saba [34]:46)
  1. Penciptaan langit-langit dan bumi serta aturan yang berkuasa atas seluruh makhluk:
Mencermati langit dan bumi serta keagungannya, demikian juga aturan yang berlaku pada unsur-unsur alam natural, merupakan salah satu jalan terbaik untuk memahami keagungan Peciptanya. Allah Swt dengan menyeru manusia untuk memperhatikan dan mencermati fenomena makhluk, sejatinya mengajak mereka untuk berpikir tentang Pencipta makhluk-makhluk tersebut. Misalnya pada ayat, “Dia-lah yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kamu. Kemudian Dia (berkehendak) menciptakan langit, lalu Dia menjadikannya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Qs. Al-Baqarah [2]:29)[12]dan “Apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana dia diciptakan.” (Qs. Al-Ghasiyah [88]:17)
  1. Penalaran terhadap adanya hari Kiamat:
Inti keberadaan hari Kiamat dan bahwa Allah Swt Mahakuasa untuk membangkitkan manusia setelah kematian mereka didasarkan argumen-argumen rasional. Pada kebanyakan ayat al-Quran, kemungkinan adanya hari Kiamat dinyatakan dalam bentuk ajakan untuk berpikir pada contoh-contoh yang serupa; seperti datangnya para wali manusia,[13]  hidupnya kembali bumi dan tumbuh-tumbuhan,[14] kisah hidupnya burung-burung sebuah jawaban atas permintaan Nabi Ibrahim AS,[15] kisah Ashabul Kahfi,[16]kisah Nabi Uzair[17] dan masih banyak contoh lainnya.
  1. Isyarat terhadap sifat-sifat Allah Swt:
Pada kebanyakan ayat al-Quran dengan menyinggung sebagian sifat Allah Swt, manusia diajak untuk berpikir tentang Allah Swt dan tentang amalan perbuatan mereka. Sifat-sifat seperti, Qadir, Malik, Sami’dan Bashir dengan baik menunjukkan atas isyarat ini. Seperti, “Tidakkah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang gaib?” (Qs. Al-Taubah [9]:78)[18] dan ayat-ayat dimana Allah Swt memperkenalkan dirinya sebagai saksi atas amalan-amalan kita, seperti, “Katakanlah, “Hai ahli kitab, mengapa kamu ingkari ayat-ayat Allah? Padahal Allah Maha Menyaksikan apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Ali Imran [3]:98)[19] jelas bahwa ayat-ayat ini tengah membahas tentang prinsip-prinsip akidah; seperti tauhid, kenabian, ma’ad dan keadilan Ilahi. Ayat-ayat ini adalah ayat-ayat rasional yang termaktub dalam al-Quran. Karena prinsip-prinsip akidah bertitik tolak dari pembahasan-pembahasan rasional yang harus ditetapkan dengan berpikir dan menggunakal akal. Taklid dalam hal ini tidak dibenarkan.
  1. Menjelaskan ragam kisah dan azab yang diturunkan akibat dosa-dosa kaum-kaum terdahulu:
Harap diperhatikan menjelaskan kisah-kisah kaum terdahulu yang disampaikan dalam al-Quran, bukan dimaksudkan untuk sekedar menjelaskan satu kisah atau kisah yang membuat manusia larut di dalamnya, melainkan sebuah pelajaran berharga untuk umat selanjutnya. Atau dengan menelaah nasib dan peristiwa yang menimpa mereka, manusia seyogyanya berpikir tentang akhir dan pengaruh amalan perbuatan mereka sehingga dapat menuntun manusia untuk tidak melakukan perbuatan yang sama; seperti kisah Nabi Yusuf,[20]  kisah yang sarat dengan pelajaran wanita-wanita para nabi,[21] azab-azab yang turun untuk kaum Ad, Tsamud dan Luth.[22]
  1. Menjelaskan mukjizat-mukjizat para nabi:
Jalan terbaik untuk menetapkan kebenaran seorang nabi dan klaim risalah yang dibawanya dari sisi Allah Swt adalah mukjizat. Mukjizat hanya dapat menetapkan klaim kenabian seorang nabi tatkala hal itu berada di luar kemampuan dan kekuatan manusia; karena itu demonstrasi mukjizat merupakan sebuah ajakan nyata kepada manusia untuk berpikir sehingga manusia dengan berpikir terhadap ketidakmampuannya dan kekuatan mukjizat ia beriman kepada ucapan-ucapan para nabi; seperti mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw, al-Quran yang akan tetap abadi selamanya dan manusia dengan berpikir dan ber-tafakkur pada ayat-ayatnya dapat meraih iman pada kebenaran nabi pamungkas,[23] dan mukjizat-mukjizat agung yang diriwayatkan dari para nabi ulul azmi.[24]
  1. Tantangan dalam al-Quran:
Salah satu contoh ajakan dan seruan al-Quran untuk berpikir adalah tantangan kepada orang-orang kafir untuk menghadirkan seperti ayat-ayat al-Quran. Tatkala manusia mencari kebenaran, mereka menjumpai ketidakmampuan orang-orang kafir sepanjang tahun ini, mereka beriman kepada kebenaran al-Quran dan pembawa pesannya; seperti ayat, “Dan jika kamu (tetap) meragukan Al-Qur'an yang telah Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah (paling tidak) satu surah saja yang semisal dengan Al-Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah (untuk melakukan hal itu), jika kamu orang-orang yang benar.” (Qs. Al-Baqarah [2]:23)[25]
  1. Mencela taklid buta:
Pada kebanyakan ayat al-Quran, orang-orang kafir untuk mencari pembenaran atas tindakannya menyembah berhala, tidak mau berpikir dan sebagai gantinya menjadikan taklid buta dari datuk-datuknya sebagai pembenar atas perbuatan-perbuatan mereka. Allah Swt mencela mereka karena tidak mau memanfaatkan kemampuan akal dan menyeru mereka untuk berpikir dan merenung dalam masalah-masalah akidah; misalnya pada ayat,  “Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan oleh Allah”, mereka menjawab, “(Tidak)! Tetapi, kami hanya mengikuti apa yang telah kami temukan dari (perbuatan-perbuatan) nenek moyang kami.” (Apakah mereka akan mengikuti juga) meskipun nenek moyang mereka itu tidak memahami suatu apa pun dan tidak mendapat petunjuk?” (Qs. Al-Baqarah [2]:170)[26] sebagaimana Allah Swt mencela Ahlulkitab disebabkan akidah-akidah batil dan taklid buta mereka, “Katakanlah, “Hai ahli kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat sebelum (kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.” (Qs. Al-Maidah [5]:77)
  1. Meminta argumentasi di hadapan ucapan-ucapan tak berguna:
Tatkala Allah Swt di hadapan ucapan-ucapan tak berguna dan tidak benar sebagian manusia, menuntut dalil dan burhan, dan dengan lugas meminta seluruh manusia untuk tidak mengikut sesuatu yang tidak ada pengetahuan tentangnya;[27] artinya Allah Swt menginginkan seluruh manusia menjadikan akalnya sebagai panglima untuk memutuskan di hadapan pelbagai khurafat dan hal-hal nonsense dan meminta argumentasi dari mereka; seperti, “Dan mereka (orang-orang Yahudi dan Nasrani) berkata, “Sekali-kali tidak akan pernah masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani.” Demikian itu (hanyalah) angan-angan kosong mereka belaka. Katakanlah, “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang-orang yang benar.” (Qs. Al-Baqarah [2]:111)[28] Demikian juga para nabi meminta argumentasi di hadapan klaim-klaim kosong seperti, “Apakah engkau tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan)? Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku adalah Dzat yang dapat menghidupkan dan mematikan.” Orang itu berkata, “Saya juga dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah matahari itu dari barat.” Lalu, orang yang kafir itu terdiam (seribu bahasa); dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” Qs. Al-Baqarah [2]:258)
  1. Menggunakan penyerupaan dan permisalan dalam memotivasi dan mencela manusia:
 Allah Swt pada kebanyakan ayat mengajak manusia untuk berpikir dengan menggunakan penyerupaan sehingga ia mau merenung atas apa perbuatanya; seperti, “Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (Qs. Al-Ankabut [29]:41)[29]
  1. Mengingatkan pelbagai nikmat:
Allah Swt dalam al-Quran dengan mengingatkan pelbagai nikmat, meminta manusia untuk menjauhi sikap angkuh dan memuja diri serta tidak melupakan kedudukan penghambaan dan ibadah. Metode mengajak berpikir seperti ini kebanyakan digunakan untuk kaum Bani Israel; seperti, “Wahai Bani Isra’il, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwa Aku telah mengutamakan kamu atas segala umat.” (Qs. Al-Baqarah [2]:47 & 122) dan Tanyakan kepada Bani Isra’il, “Berapa banyakkah tanda-tanda (kebenaran) nyata yang telah Kami berikan kepada mereka.” Dan barang siapa yang merubah nikmat Allah setelah nikmat itu datang kepadanya, sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya” &  Demikianlah Allah menjelaskan kepadamu ayat-ayat-Nya supaya kamu merenungkan. (Qs. Al-Baqarah [2]:211 & 242) dan pada hari kiamat akan menjadi hari tatkala seluruh anugerah ini akan ditanya.”[30]
  1. Membandingkan antara manusia dengan memperhatikan pikiran dan perbuatannya:
Tatkala seorang berakal melakukan perbandingan antara dua hal, pada hakikatnya ingin menjelaskan tipologi dan pengaruh positif dan negative masing-masing dari dua hal yang dibandingkan. Membandingkan antara orang-orang beriman dan orang-orang kafir juga merupakan seruan nyata Allah Swt kepada manusia untuk berpikir dan berenung, sehingga manusia yang berpikir dapat menimbang akibat orang-orang beriman dan orang-orang kafir, kemudian menemukan jalannya; seperti ayat,“Sesungguhnya telah ada tanda (dan pelajaran) bagimu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali lipat jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.” (Qs. Ali Imran [3]:13)[31] 
  1. Menuntaskan hujjah:
Tatkala mengirimkan pelbagai mukjizat, ayat-ayat, dan tanda-tandanya yang beragam, Tuhan telah menuntaskan hujjah bagi para hamba-Nya dan memberikan kepada mereka janji-janji pahala dan azab, pada hakikatnya mereka diseur untuk berpikir dan berenung sehingga manusia mau menimbang segala yang dilakukan dan dikerjakannya. Para nabi juga tidak mendatangi para umatnya kecuali menuntaskan hujjat dengan pelbagai dalil, argument dan tanda-tanda, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa tanda-tanda (kekuasaan) Kami dan mukjizat yang nyata” (Qs. Hud [11]:96) tatkala mereka menolak untuk menjadi hamba, tidak akan diampuni, “Sesungguhnya Musa telah datang kepadamu dengan membawa bukti-bukti kebenaran (mukjizat), kemudian kamu menjadikan anak sapi (sebagai sembahan) setelah ia pergi, dan sebenarnya kamu adalah orang-orang yang zalim & Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) setelah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran yang nyata, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Qs. Al-Baqarah [2]:92 & 209)[32]seluruh hujjah tidak terkhusus untuk para pendosa saja, melainkan mencakup seluruh nabi, “Dan sebagaimana (Kami telah menurunkan kitab kepada para nabi sebelum kamu), Kami (juga) telah menurunkan Al-Qur’an itu (kepadamu) sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak memiliki pelindung dan penolak pun dari (siksa) Allah.” (Qs. Al-Ra’d [13]:37)[33]
Pada akhirnya, al-Quran mendeskripsikan kondisi orang-orang yang enggan berpikir dan tidak mau mendengarkan ucapan-ucapan para nabi dan imam, “Dan mereka berkata, “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Qs. Al-Mulk [67]:10)[34] dan karena mereka memiliki akal dan mereka sendiri dapat memberikan penilaian, maka Allah Swt, dengan menyerahkan catatan amalan akan meminta mereka menilai sendiri atas apa saja yang telah mereka kerjakan.[35]


Referensi:
[1].  “Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya di sisi Allah ialah orang-orang yang bisu dan tuli yang tidak mengerti apa-apa pun.” (Qs. Al-Anfal [8]:22)
[2].  Nahj al-Balâgha, (Subhi Shaleh), hal. 43, Intisyarat Hijrat, Qum, 1414 H.
[3]. Akal dan Agama, 4910; Hubungan Akal dan Agama, 12105.  
[4]. Kulaini, al-Kâfi, jil, 1, hal. 10, Diedit oleh Ghaffari dan Akhundi, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, 1407 H.  
[5]. Ibid, hal. 28.
[6]. Ibid, hal. 11.  
[7]. Untuk telaah lebih jauh silahkan lihat jawaban 26661 yang terdapat pada site ini.   
[8]. Sayid Muhammad Husain Thabathabai, al-Mizân, jil. 3, hal. 57, Daftar Intisyarat Islami, Qum, 1417 H.  
[9].  “Apakah kalian tidak berpikir” redaksi kalimat ini dan redaksi kalimat yang serupa digunakan sebanyak 20 kali dalam al-Quran.  
[10]. Dan ayat-ayat serupa pada surah al-Mukminun “Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya. Kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu.” [23]:91)  
[11]. “Ketika malam telah menjadi gelap, ia melihat sebuah bintang (seraya) berkata, “Inilah Tuhanku.” Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, ia berkata, “Saya tidak suka kepada yang tenggelam.” Kemudian tatkala ia melihat bulan terbit, ia berkata, “Inilah Tuhanku.” Tetapi setelah bulan itu terbenam, ia berkata, “Sesungguhnya jika Tuhan-ku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.” Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, ia berkata, “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar.” Tatkala matahari itu telah terbenam, ia berkata, “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.” (Qs. Al-An’am [6]:76-78)  
[12]. Dan ayat-ayat lainnya seperti (Qs. Yunus [10]:5); (Qs. Al-Mulk [67]:3 & 4); (Qs. Al-Baqarah [2]:3 & 4); (Qs. Al-Mukminun [23]:69 & 80) dan seterusnya; Allah Swt pada ayat 190 surah Ali Imran menyebut orang-orang yang memikirkan tanda-tanda Ilahi sebagai “ulul albab” yaitu orang-orang yang berpikir.
[13].  “Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya sedang dia bercakap-cakap dengannya, “Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?” (Qs. Al-Kahf [18]:37); “Hai manusia, jika kamu ragu tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sebagiannya berbentuk dan sebagian yang lain tidak berbentuk, agar Kami jelaskan kepadamu (bahwa Kami Maha Kuasa atas segala sesuatu), dan Kami tetapkan dalam rahim (ibu) janin yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, supaya (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah ia ketahui. Dan (dari sisi lain) kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, bumi itu hidup dan tumbuh subur dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (Qs. Al-Hajj [22]:5)  
[14]. “Dan Dia-lah yang mengirim angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati (pada hari kiamat), mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” (Qs. Al-A’rafa [7]:57); (Qs. Al-Rum [30]:50); (Qs. Fathir [35]:9) dan lain sebagainya.  
[15]. (Qs. Al-Baqarah [2]:260)
[16]. (Qs. Al-Kahf [18]:9-25)  
[17]. (Qs. Al-Baqarah [2]:259)
[18]. (Qs. Al-Taubah [9]:78); (Qs. Al-Baqarah [2]:96 & 107)   
[19]. (Qs. Ali Imran [3]:98); (Qs. Al-Nisa [4]:33 & 166)  
[20]. Surah Yusuf mengulas kisah ini secara rinci.  
[21].  (Qs. Al-Tahrim [66]:4, 10 dan 11)  
[22]. Seperti ayat-ayat, (Qs. Al-Fushilat [41]:13-17) dan (Qs. Al-A’raf [7]:80-84)
[23]. Mukjizat Rasulullah SAW lainnya pada (Qs. Al-Isra [17]:1 & 88); (Qs. Al-Qamar []:1)
[24]. Mukjizat-mukjizat Nabi Nuh As pada (Qs. Al-Ankabut [29]:15); Mukjizat-mukjizat Nabi Ibrahim As pada (Qs. Al-Anbiya [21]:69); Mukjizat-mukjizat Nabi Musa As pada (Qs. Thaha [20]:17-20) dan (Qs. Al-Qashash [28]:32) dan (Qs. Al-Baqarah [2]:50); Mukjizat-mukjizat Nabi Isa As pada (Qs. Al-Maidah [5]:110)  
[25]. Dan ayat-ayat lainya seperti (Qs. Yunus [10]:38) dan (Qs. Hud [11]:13)
[26]. Dan seperti ayat-ayat (Qs. Al-Maidah [5]:53 & 54); (Qs. Al-Syua’ara [26]:74); (Qs. Al-Zukhruf [43]:23)  
[27]. (Qs. Al-Isra [17]:36)   
[28]. Ketika Allah Swt berfirman kepada Rasul-Nya, “Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, mereka akan ditimpa siksa disebabkan mereka selalu berbuat fasik.” (Qs. Al-An’am [6]:49)
[29]. Dan ayat-ayat lainnya seperti (Qs. Al-Jumu’ah []:5); (Qs. Al-Baqarah [2]:26, 171, 261, dan 265); (Qs. Ali Imran [3]:118) dan (Qs. Al-A’raf [7]:176)  
[30].   “Kemudian pada hari itu kamu pasti akan ditanyai tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (Qs. Al-Takatsur [102]:8)
[31].  (Qs. Al-Maidah [5]:50); (Qs. Al-An’am [6]:50); (Qs. Hud [11]:24); demikian juga perbandingan orang-orang mujahid dan orang-orang yang tidak berjihad pada surah al-Nisa:95)
[32].  (Qs. Al-Nisa [4]:153); (Qs. Al-Maidah [5]:32)  
[33].   Demikian juga “(Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan seluruh ayat (bukti) kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah diberi al-Kitab (Taurat dan Injil) itu, mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamu pun tidak (berhak) mengikuti kiblat mereka, dan sebagian mereka pun tidak akan mengikuti kiblat sebagian yang lain. Dan jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim.” (Qs. Al-Baqarah [2]:145)
[34].  Jelas bahwa yang dimaksud dengan mendengarkan di sini bukanlah taklid buta, melainkan mendengarkan berdasarkan pemikiran dan perenungan.
[35].  Menyinggung ayat “Adapun orang-orang yang menerima kitab (amal)nya dengan tangan kanan, maka dia berkata (lantaran bahagia dan bangga), “Ambillah, bacalah kitabku (ini) & Adapun orang yang menerima kitab (amal)nya dengan tangan kiri, maka dia berkata, “Wahai alangkah baiknya kiranya kitabku ini tidak diberikan kepadaku.” (Qs. Al-Haqqa [69]: 19 & 25 ).

Terkait Berita: