Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Ustadz Arifin Ilham. Show all posts
Showing posts with label Ustadz Arifin Ilham. Show all posts

Teriakan “Jihad” Ustadz Ilham Arifin dan Teroris

Selebritis yang sedang bahagia (i.ytimg)

Sementara sang ustadz dengan garang dah gagah, teriak-teriak “Jihad” seolah-olah pemasangan spanduk hasutan sektarian itu representatif keutuhan Islam. Pada saat yang sama sang Selebritis tetap hidup dengan tenang dan nyaman dengan kedua istri yang membahagiakan, dan menggerendel mulut rapat-rapat pada kasus pembunuhan tiga muslim di Amerika Serikat.
Kapan aksi terorisme dianggap bukan terorisme? Ketika pelaku terorisme bukan seorang Muslim. Seperti pembunuhan terbaru di AS ketika tiga orang muslim tewas dibunuh di rumah mereka di kompleks yang terkenal aman, di University of North Carolina, Chapel Hill, 10 Februari 2015 oleh teroris Amerika. Deah Shaddy Barakat (23), Istri Barakat Yusor Mohammad (21), dan adik perempuannya Razan Mohammad Abu-Salha (19) tewas ditembak teroris Craig Stephen Hicks (46).

Deah Shaddy Barakat adalah mahasiswa tahun kedua fakultas kedokteran jurusan gigi di universitas itu, sementara istrinya Yusor berencana akan masuk universitas musim gugur mendatang. Adiknya, tercatat sebagai mahasiswa di universitas yang sama tapi beda apartemen.

Sejauh ini, polisi belum merilis motif penembakan, hal yang menunjukkan ketidak seriusan dalam menangani kasus terorisme, sisi lain kurangnya pemberitaan media, benar-benar sesuatu yang mengerikan dan betapa murahnya harga, nyawa dan kehidupan Muslimin di negara itu. Bisa dibayangkan histeria media jika terdakwa teroris dalam kasus ini adalah seorang Muslim yang menembak tiga pemeluk Kristen Amerika kulit putih, misalnya.

Fox News yang selama ini menjadi komandan media Barat, pasti akan berteriak-teriak dan memegavonkan kalimat “terorisme” setiap lima detik di headline situsnya, sembari menyebarkan tuduhan semua Muslimin sebagai teroris.

Contoh terkecil adalah serangan terhadap masjid-masjid dan pusat-pusat Islam di seluruh Amerika Serikat akan diliput sebagai pemoles berita dan hanya mengikuti headline selebritis seperti yang terjadi pada berbagai kesempatan yang secara kasat mata bisa disaksikan pasca serangan Charlie Hebdo di Paris (7 Januari lalu) dan ketika Takfiri Wahabi membunuh satu warga Barat dalam tahanan mereka.

Hashtag #ChapelHillShooting seperti virus yang menjalar kemana-mana, setelah pembunuhan pertama kali dilaporkan semalam. Hampir semua tweets dan jaringan medsos menghujani kritik tajam media Barat dan AS yang nyaris tidak melaporkan pembunuhan itu.

Beberapa warga Amerika mengomentari serangan teroris itu dan mencoba membenarkannya dengan alasan sederhana, bahwa pembunuhan semacam itu sudah biasa terjadi di Amerika Serikat. Katanya, mengingat prevalensi senjata di tangan jutaan orang Amerika, namun hal ini bisa jadi benar, tetapi ada faktor lain yang diabaikan dalam dalih rekayasa ini.

Secara resmi sanksi dan boikot media dalam memberitakan aksi terorisme itu semata-mata dipicu oleh Islamophobia di Amerika Serikat. Muslimin terus-menerus digambarkan sebagai “musuh” dalam selimut. Bobby Jindal, -pendatang dari India-, Gubernur asal Louisiana, secara terbuka dan terang-terangan mengutuk Muslimin dan mengatakan jika warga muslim tidak menerima nilai-nilai Amerika, dan menyebutnya sebagai penjajah!

Jika segelintir umat Islam terlibat dalam beberapa insiden kekerasan di mana saja di dunia, agama Islam dengan lugas segera dikaitkan dengan itu. Mengabaikan kenyataan jutaan suara mayoritas muslimin berulang-ulang dengan keras mengutuk tindakan seperti itu, tetapi media korporasi hanya mengabaikan fakta dan menganggapnya sebagai retorika sampah.

Ada tuntutan konstan dari selruh Muslimin untuk mengutuk tindakan seperti itu, kepada media AS dan pemerintah Amerika Serikat. Muslimin punya tanggungjawab yang sama untuk mengutuk tindakan seperti itu ketika sekalipun hanya mendengar.

Jika umat Kristen dan Yahudi terlibat dalam serangan kekerasan dan terorisme terhadap Muslimin, agama mereka jarang dikait-kaitkan. Sebuah kesimpulan jelas bahwa ada upaya massif yang disengaja untuk menjelekkan Islam dan Muslimin. Hal ini juga berlaku ketika non-Muslim terlibat dalam aksi teroris seperti tindakan tidak baik terhadap Muslim atau orang lain, maka media serentak menggambarkan pelaku terorisme sedang mengalami gangguan emosional atau tidak waras.

Contoh yang paling mencolok dari jenis pembenaran ini adalah pembunuhan massal yang dilakukan oleh Andre Brievik di Norwegia pada tahun 2011. Dia menembak dan membunuh 77 para pemuda di sebuah kamp namun ia tidak dikecam sebagai teroris Kristen, bahkan hukumnya pun di proses bertele-tele.
Dia bahkan oleh media dan peradilan tidak disebut sebagai neo-Nazi, sementara dia secara jelas seorang neo-Nazi sejati, dan memiliki hubungan dekat dengan kelompok-kelompok neo-Nazi dan Zionis sayap kanan di Amerika Serikat dan Inggris!.

Bulan lalu, Chris Phillip ditangkap di Ottawa, Kanada, dengan bahan kimia dan bahan peledak yang berencana menyerang sejumlah bangunan Federal. Oleh media, diapun lolos dari sebutan teroris.
Label teroris akan diterapkan hanya dan hanya untuk umat Islam. Apakah dia seorang sopir Muslim yang tidak sengaja memukul pejalan kaki di jalan, atau sedang membela diri, maka serempak media korporasi akan menuding ramai-ramai sebagai aksi terorisme.

Tapi, jika seorang Kristen, Yahudi atau Hindu dengan mudah mengambil pistol dari sakunya dan kemudian menembakkanya kepada muslim yang tidak bersalah dengan darah dingin, seperti yang baru saja terjadi di University of North Carolina, Cape Hill, Amerika Serikat, media serampak bungkam dan menolak sebagai akan aksi terorisme, tetapi itu adalah tindakan individu gila.

Dan demikian juga hal ini terjadi di Indonesia, ketika sekitar 30 orang dari berbagai unsur elemen, termasuk FPI, FBR dan elemen-elemen Masyarakat lain pada Rabu 12/02/15, menurunkan spanduk provokatif di komplek perumahan mewah,- sumbangan diktator Libya, Moammar Qaddafi, ustadz selebritis Ilham Arifin di Bogor, media mainstream serentak mengasah tajam mata pena, meghujamkannya tepat diubun-ubun muslim Syiah dan pendukung Syiah. Sementara sang ustadz dengan garang dah gagah, teriak-teriak “Jihad” seolah-olah pemasangan spanduk hasutan sektarian itu representatif keutuhan Islam dan pelakunya adalah para teroris yang mesti dibinasakan.

Pada saat yang sama sang Selebritis tetap hidup dengan tenang dan nyaman dengan beberapa istri yang membahagiakan, menggerendel mulut rapat-rapat pada kasus pembunuhan tiga muslim di Amerika Serikat. [Islam Times/Onh/Ass]
Sumber : Islam Times

Penyerangan Majelis Az-Zikra Janggal


Kamis, 12 Februari 2015 13:47 WIB |
Pewarta: Anom Prihantoro
“… yang terjadi selama ini khan mereka sering kali menjadi korban karena minoritas yang dianggap sesat. Kasus Sampang contoh nyata…”

Jakarta (ANTARA News) – Direktur Eksekutif MAARIF Institute, Fajar Riza Ul Haq, mengatakan, terdapat kejanggalan dalam penyerangan sekelompok preman yang mengaku penganut Syiah ke kampung Majelis Az-Zikra, pimpinan Ustadz Arifin Ilham, di Sentul, Kabupaten Bogor.

“Insiden harus disikapi dengan pikiran jernih. Ada beberapa kejanggalan,” katanya, di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan kejanggalan tersebut yaitu pertama, selama ini belum pernah terjadi penganut Syiah melakukan aksi intimidasi apalagi teror terhadap kelompok-kelompok mayoritas.

“Itu bunuh diri jika benar kelompok Syiah yang melakukan aksi premanisme itu. Justru yang terjadi selama ini khan mereka sering kali menjadi korban karena minoritas yang dianggap sesat. Kasus Sampang contoh nyata,” kata dia.

Kedua, Syiah di Indonesia sedang dalam sorotan seiring konflik-konflik sektarian di Timur Tengah yang melibatkan kelompok Syiah dan Sunni.

Fatwa sesat yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia, dikatakan dia, telah membuat Syiah dicurigai dan mudah untuk dikambinghitamkan.

“Sikap Arifin Ilham selaku pimpinan Majelis Dzikir Az-zikra yang menyerahkan proses hukum para pelaku penyerangan kepada kepolisian patut diapresiasi,” katanya.

Untuk itu, Fajar meminta polisi untuk mengusut dan menuntaskan kasus ini sesegera mungkin agar permasalahan tidak merembet kemana-mana.

“Ini bisa dimanfaatkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk memperkeruh situasi. Pada saat yang sama, masyarakat dan media jangan pula memprovokasi dengan tindakan-tindakan yang mempertunjukan kebencian kepada Syiah,” kata dia.

Editor: Ade Marboen
http://www.antaranews.com/berita/479669/maarif-institute-penyerangan-majelis-az-zikra-janggal


Kampung Arifin Ilham Diserang
Preman Penyerang Kampung Az-Zikra Menilai Spanduk Anti Syiah Merusak NKRI

Jakarta – Faisal Salim, kepala keamanan Perumahan Muslim Bukit Az-Zikra di Sentul, Bogor, babak belur dihajar puluhan preman yang merasa terganggu dengan pemasangan spanduk anti Syiah di perumahan itu. Para preman dari luar daerah itu menilai spanduk anti Syiah ini merusak NKRI.

“Saya dituding ISIS, lalu terus dipukuli. Mereka bilang spanduk itu menyulut permasalahan. Spanduk itu disebut anti-Pancasila dan anti-NKRI,” kata Faisal di Mapolres Kabupaten Bogor, Jl Tegar Beriman, Cibinong, Kamis (12/2/2015). Faisal datang ke polres untuk mengajukan laporan mengenai pemukulan itu.
Para preman ini menghajar Faisal sambil bertanya siapa yang memasang spanduk bertuliskan ‘Kami Warga Pemukiman Muslim Bukit Az-Zikra Sentul Menolak Paham Syiah’ di pemukiman tersebut. “Mereka terus bertanya agar saya tidak menutup-nutupi siapa yang memasang spanduk itu,” katanya.

Pemukulan ini terjadi pada Rabu (11/2) sekitar pukul 22.00 WIB – 23.00 WIB. Saat itu Faisal baru saja mengeluarkan mobilnya untuk menjemput istrinya di Jakarta. Di dalam mobil terdapat putrinya yang berusia 17 tahun. Tiba-tiba datang sekelompok orang yang menanyakan siapa yang memasang spanduk anti syiah itu.

Mereka sempat mendorong-dorong Faisal, lalu ada seorang bernama Ibrahim yang pura-pura jatuh sambil mengaku dirinya dipukul lalu menyuruh preman-preman ini menyerang Faisal.
Para preman yang mengaku bukan Syiah dan bukan warga sekitar Az-Zikra itu kini masihd diperiksa di Mapolres. Mereka bungkam saat ditanya wartawan siapa yang mensponsori aksi mereka.
sumber: detik.com

Ini Alasan Penyerang Serang Kampung Az-Zikra
Jakarta – Puluhan orang menyerang Perumahan Muslim Bukit Az-Zikra, Sentul, Kabupaten Bogor. Alasan penyerangan ini karena adanya spanduk anti-Syiah yang dipasang warga Az-Zikra.

“Karena adanya spanduk-spanduk yang bersifat SARA, yang berhubungan dengan mazhab tertentu. Jadi kesalahpahaman ini agar nantinya isu-isu SARA tidak meluas, melebar,” kata kerabat salah seorang penyerang yang mengaku bernama Lukman Husain di Polres Kabupaten Bogor di Jl Tegar Beriman, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (12/2/2015).

Lukman mengatakan rekan-rekannya ingin menjaga kerukunan antar umat beragama dengan meminta spanduk anti-Syiah yang dipasang warga Az-Zikra diturunkan. “Agar nantinya tidak timbul efek-efek negatif,” ujarnya.

Lukman menyebut penyerangan itu tak direncanakan. Para penyerang berasal dari Cibinong, Jakarta, dan Tangerang. Tuntutan para penyerang hanya spanduk diturunkan.

“Tidak ada penyerangan, harapannya hanya untuk penurunan spanduk yang provokatif dan ingin mengetahui siapa yang memasang. Proses penurunan spanduk sudah melapor ke Polsek setempat, saya menduga ada pihak-pihak tertentu yang mem-blow up,” ujarnya.

Dia berharap agar kejadian ini tak berlanjut. Lukman meminta pihak berwenang turun tangan.
Dalam aksi penyerangan sekelompok massa itu, satpam Az-Zikra bernama Faisal Salim, menderita luka-luka. Faisal bahkan dituduh ISIS oleh penyerang karena anti-Syiah.

http://news.detik.com/read/2015/02/12/181246/2831582/10/ini-alasan-penyerang-serang-kampung-az-zikra?nd771104bcj

Kampung Arifin Ilham Diserang
Az Zikra Diserang, Ustad Arifin: Kalau Salah Satu Diserang, Kami Bersama Lagi


Jakarta – Tak pernah terbayangkan sebelumnya perkampungan Az Zikra Arifin Ilham, Sentul diserang oleh sekelompok tak dikenal. Puluhan motor dan sejumlah orang merangsek masuk ke perumahan itu dan berteriak-teriak memecah kesunyian malam.

“Tadi malam gerombolan, gemuruh motor, luar biasa tidak terbayangkan,” ujar Arifin di Perumahan Az Zikra, Kamis (12/2/2015). Didampingi oleh para tokoh muslim, Arifin mengecam aksi bar-bar tersebut.
“Zikir dan doa sejata kami. Jihad dan dakwah jalan kami. Sekarang Allah menggiring kami ke wilayah muksin, jihad. Azzikra majelis kami tebarkan kedamaian,” lanjutnya.

Dia pun mengecam aksi pemberontakan seperti itu di malam hari. Sebab menurutnya, penyerangan semalam bukan hanya melukai para penghuni di Az Zikra, tetapi juga umat Islam.

“Sekarang kami buat pernyataan bersama, kalau ada salah satu dari kita diserang paham sesat kita bersama lagi. Bukan hanya atas nama Az Zikra, tapi atas nama umat Islam. Pernyataan itu dibuat saja segera,” lanjutnya.

Arifin sempat bercerita semalam dia tidak tahu persis kejadiannya seperti apa. Sebab, dirinya bermalam di rumah istri keduanya.

“Istri Arifin yang pertama tak bisa tidur sampai jam 23.30 WIB. Untungnya, Arifin lagi di rumah istri yang kedua,” ucapnya.

http://news.detik.com/read/2015/02/12/170752/2831490/10/az-zikra-diserang-ustad-arifin-kalau-salah-satu-diserang-kami-bersama-lagi?nd771104bcj

Terkait Berita: