Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Sampang. Show all posts
Showing posts with label Sampang. Show all posts

Syiah Dibelakang Pemblokiran Situs Islam? Indonesia sudah darurat Wahabi, bukan darurat Syi’ah


Pertemuan media Islam dengan BNPT.

berikut dialog Al Irsyad dengan wakil BNPT:

Al irsyad : Jangan2 ini pesanan syiah…karena situs2 yang bapak blokir itu…semua menentang syiah…jangan2 itu alasannya…iya pak???

BNPT : Kami belum bisa menjawab…


Ketua Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) Pusat Ustadz Athian Ali M. Da’i, MA menyayangkan sikap BNPT menutup sejumlah situs media Islam yang dituduh sebagai situs radikal. Akan tetapi, BNPT melupakan Syiah. Sebuah kelompok dinilai Ustadz Athian berpotensi menggulingkan pemerintah.

“Kita menganggap kelompok Syiah ini adalah kelompok radikal yang berpotensi untuk melakukan revolusi, karena tidak ada Syiah tanpa revolusi,” tegasnya saat kepada Jurniscom, rabu (1/4/2015.
Alasannya, menurut Ustadz Athian, salah satu rukun iman Syiah adalah Imamah dan salah satu rukun Islam adalah wilayah. “Dan (revolusi-red) itu sudah mereka lakukan di Irak, di Libanon, di Suriah, yang terahir di Yaman,” katanya sembari menambahkan hal tersebut sangat mungkin terjadi di Indonesia.

“Jadi, mestinya kelompok ini yang seharusnya diawasi. Kelompok ini berpotensi melakukan revolusi, bukan terorisme lagi,” ungkapnya.


 Makin masifnya gerakan anti-Syiah di Indonesia menciptakan kekhawatiran tersendiri bagi peneliti terorisme di Asia Tenggara, Sidney Jones. Penasihat senior International Crisis Group (ICG) di Indonesia ini mengungkapkan bahwa jika hal ini terus dibiarkan, Muslim Syiah Indonesia bukan tak mungkin akan menjadi target baru terorisme.

Dalam wawancara dengan wartawan Media ABI, Sidney Jones menengarai konflik Suriah yang dipersepsi oleh kelompok teroris sebagai konflik Sunni-Syiah –meski sudah jelas Basshar sendiri bukan Syiah– bisa mengubah peta terorisme di Indonesia. “Saya khawatir konflik Suriah yang ditafsirkan di sini sebagai konflik Sunni-Syiah (oleh kelompok radikal). Bisa saja terjadi target Syiah akan naik dalam kalkulasi para teroris di Indonesia,” terang dia.

Hal lain yang juga dikhawatirkannya adalah upaya kelompok radikal mengirimkan warga Indonesia ke Suriah untuk membantu pemberontak di negara itu. “Ini artinya, akan ada generasi teroris yang akan kembali ke Indonesia. Mungkin seperti alumni Afghanistan dulu yang ternyata bisa mengubah pola terorisme di Indonesia.”.

Lebih lanjut dia menambahkan, “Mereka akan bisa melakukan aksi yang jauh lebih dahsyat terhadap kelompok-kelompok ini (Syiah).”.

“Pernah ada satu perencanaan aksi terorisme terhadap Syiah di Indonesia yang dipimpin oleh Abu Umar. Saat mereka ditangkap, mereka sudah membuat survei beberapa lembaga Syiah di Jakarta. Sejak saat itu muncul daftar 77 lembaga Syiah yang kemudian tersebar melalui facebook dan baru-baru ini dimuat di situs voaislam.com. Ini bisa mendorong kelompok-kelompok jihadi untuk menyerang Syiah,” tambahnya.

Saat ditanya mengapa tiba-tiba saja muncul fenomena propaganda masif kebencian terhadap Syiah ini, Sidney sendiri merasa heran. Ia mengaku sebelumnya tak pernah memikirkan bahwa Syiah akan menjadi target terorisme di Indonesia. “Saya tidak tahu. Tetapi saya kira tidak dari rasa kebencian masyarakat Indonesia sendiri. Karena masyarakat Indonesia adalah orang-orang yang sudah berabad-abad hidup rukun dan bertoleransi terhadap Syiah.”.

Jika bukan asli dari masyarakat Indonesia yang memang selama berabad-abad tercatat hidup damai bersama Syiah, lalu dari manakah propaganda masif yang tiba-tiba saja muncul mengobarkan kebencian sektarian terhadap Syiah ini?


Belakang ini opini-opini yang dihembuskan Wahabi seolah-olah Indonesia darurat Syi’ah, padahal Indonesia sudah darurat Wahabi. Wahabi membuat Indonesia seolah-olah dipenuhi Syi’ah, sebab Wahhabi lah yang paling getol gembar-gembor menyatakan Syi’ah kafir. Mereka juga pasang spanduk dimana-mana.

Syi’ah juga seolah-seolah jumlahnya banyak karena Aswaja / Ahlussunnah wal Jama’ah sebagai umat Islam terbesar di Indonesia dituduh Syi’ah. Bila penganut Aswaja yang dituduh Syi’ah maka tentu saja terlihat banyak.

Wahabi secara mutlak mengkafirkan Syi’ah. Berbeda dengan Aswaja yang masih mengklasifikasi kelompok Syi’ah. Konsekuensi dari mengkafirkan yang mereka lakukan itu berarti Halal darahnya atau boleh dibunuh. Dalam hal ini, Wahabi sedang mencari legitimasi untuk melakukan pembunuhan terhadap Syi’ah.

Siapa yang akan jadi korban?. Korban utama dan terbanyak adalah Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja), sebab Aswaja sebagai kelompok umat Islam terbesar pun dituduh Syi’ah dan pembela Syi’ah oleh Wahabi, akhirnya darahnya dihalalkan pula oleh Wahabi.

Bila sudah dihalalkan maka akan ada aksi bunuh-membunuh. Akhirnya Indonesia kacau, terjadilah konflik sektrarian seperti di Libya, Suriah dan lain-lain yang tak ada ujung berakhirnya. Semoga Allah melindungi negeri kita dari orang-orang jahat.

Kita umat Islam saat ini sudah aman, shalat aman tidak diganggu, tidak ada bom meledak tiap hari, tidak ada bangunan hancur karena bom tiap hari, kita aman pergi ke pasar tanpa takut tembakan, kita aman bersekolah, kita aman mengaji, kita aman bertani, kita aman berdagang, kita aman naik kendaraan, tidak ada bom mobil, kita aman bekerja di kantor, kita tidak mengungsi akibat perang yang tidak berkesudahan.

Maka waspadailah pihak-pihak yang berusaha meng-import konflik sektarian Timur Tengah ke negeri Indonesia yang aman ini. Mengapa konflik sektarian di munculkan? Siapa yang memiliki kepentingan ?

Dr. Michael Brant, salah seorang mantan tangan kanan direktur CIA, Bob Woodwards yang mengawali adanya kepentingan Transnasional dalam menciptakan konflik Sunni-Syiah. Dalam sebuah buku berjudul “A Plan to Devide and Destroy the Theology”, Michael mengungkapkan bahwa CIA telah mengalokasikan dana sebesar 900 juta USD untuk melancarkan berbagai aktivitas anti-Syiah.

Hal ini kemudian diperkuat oleh publikasi laporan RAND Corporation di tahun 2004, dengan judul “US Strategy in The Muslim World After 9/11“. Laporan ini dengan jelas dan eksplisit menganjurkan untuk terus mengekploitasi perbedaan antara Ahlu Sunnah dan Syiah demi kepentingan AS di Timur Tengah. [[1]http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,4-id,47029-lang,id-c,kolom-t,Di+Balik+Merebaknya+Konflik+Sunni+Syiah+di+Jawa+Timur-.phpx]
___________________
FAISOL RAMDHONI*
Di Balik Merebaknya Konflik Sunni-Syiah di Jawa Timur

Sabtu, 14/09/2013 09:41

Saat ini publik Jawa Timur (Jatim) kembali dicengangkan oleh sebuah peristiswa kekerasan yang berbalut agama. Peristiswa berdarah yang terjadi di Puger ini sungguh sangat mengejutkan, memprihatinkan sekaligus mengkhawatirkan banyak pihak.

Belum lama dari meletusnya peristiwa puger ini, masih segar dalam ingatan publik akan kasus konflik dan isu serupa yang terjadi di desa Karanggayam dan desa Bluuran kabupaten Sampang. Konflik yang berujung pada aksi kekerasan massa ini telah menyebabkan diungsikannya ratusan warga yang diduga pengikut aliran syiah ke Sidoarjo dengan alasan untuk menjaga stabilitas dan kondusifitas masyarakat.

Keterkejutan dan kekhwatiran publik ini sangatlah beralasan, peristiwa Puger ini meledak di saat proses rekonsiliasi konflik Sampang masih dalam tahap pematangan. Walaupun sebenarnya penyelesaian konflik di Puger sudah dilakukan di awal tahun 2012 dengan ditandatanagninya perundingan damai antar kedua belah pihak. Namun nyatanya diluar dugaan semua pihak, eskalasi konflik yang melibatkan kelomok sunni dan kelompok syiah ini meninggi dan terjadilah peristiwa karnaval berdarah.

Di Jawa Timur, peristiwa konflik bertema sunni-syiah baik yang terjadi di Jember maupun Sampang ini sepertinya sebuah kelanjutan mata rantai dari peristiwa serupa yang terjadi di berbagai daerah di tahun-tahun sebelumnya. Sebut saja, mulai dari penyerangan sekelompok massa terhadap para pengikut IJABI yang terjadi di Desa Jambesari Kecamatan Jambesari Darussolah Kabupaten Bondowoso, pada tanggal 23 Desember2006, insiden penyerangan pesantren YAPI yang berpaham syiah oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan laskar Aswaja ada tahun 2010-211 di Bangil Pasuruan dan ketegangan-ketengan berskala kecil yang terjadi Malang.

Fenomena ini sungguh sangat menarik, dalam artian meskipun ajaran Syiah ini banyak tersebar di Indonesia dan juga pernah mengalam resistensi di daerah lain seperti di Pandeglang Provinsi Jawa Barat (6/2/2011) dan Temanggung Provinsi Jawa Tengah (8/2/2011) namun tidak separah dan sebesar di Jawa Timur. Di Provinsi ini, eskalasi konflik dengan isu Sunni-Syiah semakin tahun mengalami peningkatan dan resistensi tehadap ajaran syiah semakin menguat dan meluas di tengah masyarakat.

Dengan demikian, maka sangatlah wajar bila kemudian muncul asumsi-asumsi konspiratif yang mengitari rentetan letusan konflik bertema Sunni-Syiah di Jawa Timur. Bahwa ada unsur kesengejaan untuk menciptakan dan memelihara konflik Sunni-Syiah yang melibatkan kekuatan transnasional. Pertanyaannya kemudian “ Benarkah ada keterlibatan kekuatan transnasional di balik konflik bertema Sunni-Syiah ini serta Mengapa percepatan dan penguatan konflik berada di Jawa Timur?”

Adalah Dr. Michael Brant, salah seorang mantan tangan kanan direktur CIA, Bob Woodwards yang mengawali adanya kepentingan Transnasional dalam menciptakan konflik Sunni-Syiah. Dalam sebuah buku berjudul “A Plan to Devide and Destroy the Theology”, Michael mengungkapkan bahwa CIA telah mengalokasikan dana sebesar 900 juta USD untuk melancarkan berbagai aktivitas anti-Syiah. Hal ini kemudian diperkuat oleh publikasi laporan RAND Corporation di tahun 2004, dengan judul “US Strategy in The Muslim World After 9/11". Laporan ini dengan jelas dan eksplisit menganjurkan untuk terus mengekploitasi perbedaan antara Ahlu Sunnah dan Syiah demi kepentingan AS di Timur Tengah.

Kemenangan Revolusi Iran tahun 1979 telah menggagalkan politik-politik Barat yang sebelumnya menguasai kawasan negara Islam. Iran yang sebelumnya tunduk dan patuh terhadap AS, pasca revolusi, justru lebih banyak menampilkan sikap yang berseberangan dengan negeri “Paman Sam” itu. Karenanya, AS merasa berkepentingan untuk menjaga agar konflik Sunni-Syiah itu tetap ada di wilayah Timteng demi melanjutkan hegemoninya di kawasan tersebut.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa apa yang dinyatakan oleh Michael Brant bukanlah sebagai sebuah halusinasi. Jauh sebelum revolusi Iran tahun 1979, sangat jarang ditemukan konflik terbuka antara Syiah dan Ahlus Sunnah, kecuali konflik yang bersifat sporadis di antara kelompok-kelompok kecil dari kedua kalangan di Irak, Libanon dan Suriah.

Sementara itu, khusus di Indonesia, keberadaan kaum Syiah bukan barang baru. Syiah telah ada sejak dahulu kala. Namun, seperti layaknya secara umum, di Indonesia hampir tak pernah ditemui konflik sektarian yang melibatkan antara Sunni-Syiah. Karenanya bagi sebagian pengamat, sangatlah mengherankan jika tiba-tiba Sunni-Syiah turut mewarnai konflik bernuansa SARA di Indonesia. Bila kita tarik apa yang dinyatakan oleh Michael Brant tersebut ke ranah domestik, maka jelas ada kepentingan di luar SARA yang turut berperan -bahkan mengambil porsi lebih besar- dalam konflik Sunni-Syiah di Indonesia.

Selanjutnya, di Indonesia kepentingan tranasional Barat ini bersimbiosis dengan kekuatan kelompok Islam transnasional yang kemudian banyak diidentikan dengan gerakan Wahabisasi Global. Tujuan utama kelompok ini adalah dengan membuat dan medukung kelompok-kelompok lokal untuk membuat wajah Islam lebih keras dan radikal serta berusaha memusnahkan pengamalan-pengamalan Islam yang lebih toleran yang lebih lama ada dan dominan di Indonesia. Kelompok ini berusaha keras untuk menginfiltrasi berbagai sendi kehidupan umat Islam Indonesia dalam beragam cara baik secara halus mapun kasar.

Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh K.H. Abdurrahman Wahid dalam pengantar buku Ilusi Negara Islam bahwa Gerakan asing Wahabi/Ikhwanul Muslimin dan kaki tangannya di Indonesia menggunakan petrodollar dalam jumlah yang fantastis untuk melakukan Wahabisasi, merusak Islam Indonesia yang spiritual, toleran, dan santun, dan mengubah Indonesia sesuai dengan ilusi mereka tentang negara Islam yang di Timur Tengah pun tidak ada. Mereka akan mudah menuduh kelompok Islam lain yang tidak sepaham dengan ajaran wahabi sebagai kafir, sesat dan murtad.

Analisis ini juga dikuatkan oleh sebuah realitas pergerakan politik di Timur Tengah, dikonflik Internasional kita lihat perang Saudara di Irak, Suriah, Pakistan dan Afgahnaistan semuanya ditarik pada perang antara Sunni dan Syiah, belum lagi ancaman serangan ke Iran yg notebene adalah pusat Syiah. Arab Saudi sebagai Poros Wahabi dunia ini sangat ingin punya pengaruh d Timur Tengah, namun kalah pamor dengan Iran yang lebih mempunyai Sumber Daya Alam maupun sumber daya manusia yang pintar-pintar, sejak jaman persia dahulu kala. Sedangkan di Indonesia sendiri, konflik Sunni-Syiah tidak mempunyai akar sejarah politik.

Rupanya kelompok Wahabisasi global ini pun memahami bahwa NU merupakan penghalang utama pencapaian target idiologis dan politik mereka. Sebagai organisasi Sunni terbesar di Indonesia selama ini NU begitu gencar dalam memperjuangkan nilai-nilai Islam yang moderat, humanis dan toleran. Bahkan dalam pergaulan internasional di bidang keagamaan pemikiran-pemikiran NU berikut tokoh-tokohnya menjadi refrensi umat Islam dunia. Citra sebagai gerakan Islam moderat, diakui atau tidak, adalah milik NU. Praksis, upaya-upaya untuk mendiskreditkan, merusak citra NU sebagai organisasi kaum sunni dengan ajaran Islam yang lembut dan toleran kerap dilakukan salah satunya dengan membenturkan kaum Nahdliyin dengan kaum syii di Indonesia.

Untuk melakukannya lalu dipilihlah Jawa Timur sebagai lokasi pabrik yang memproduksi konflik-konflik bertema Sunni-Syiah. Pilihan ini sangatlah strategis, publik tahu bahwa Jawa Timur merupakan basis utama para penganut paham ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah . Di Jawa Timur lah, NU sebagai organisasi masyarakat terbesar di Indonesia yang berpahamkan Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah dideklarasikan dan didirikan yang kemudian berkembang pesat dan cepat ke seluruh penjuru nusantara. Di Jawa Timur pulalah, dinamika pergerakan NU menjadi barometer politik nasional.

Di samping itu, pilihan lokasi konflik seperti Jember, Pasuruan, Malang dan Sampang juga bukan tanpa kalkulasi yang strategis. Publik pun tahu, bahwa di daerah-daerah tersebut karakter masyarakatnya sangat lekat dengan kultur Madura. Selain dikenal sebagai pengikut NU yang fanatik, masyarakat dengan kultur madura ini telah menjadikan Islam sebagai salah satu unsur penanda identitas etnik Madura. Sebagai unsur identitas etnik, agama merupakan bagian integral dari harga diri orang Madura.

Oleh karena itu, pelecehan terhadap ajaran agama atau perilaku yang tidak sesuai dengan agama, mengkritik kiai serta mengkritik perilaku keagamaan orang Madura, merupakan pelecehan terhadap harga diri orang Madura. Maka janganlah heran jika, warga Nahdliyin Madura dimanfaatkan dan mudah disulut sebagai pengobar api kerusuhan dengan isu sentimen beda aliran agama. Walhasil, eskalasi percepatan isu dan penguatan konflik terbesar berada di wilayah Madura dan Tapal Kuda dan jarang sekali berada di zona lainnya seperti pantura maupun zona matraman. Wallahu alam bis showab

* Penulis adalah Ketua Lakpesdam NU Sampang
__________________________

Perlu diketahui, bahwa keberadaan kaum Syiah bukan barang baru di Indonesia. Namun, seperti layaknya secara umum, di Indonesia hampir tak pernah ditemui konflik sektarian yang melibatkan antara Sunni-Syiah.

Tetapi belakangan ini, mulai muncul konflik sektarian Sunni-Syiah di Indonesia. Bila kita tarik apa yang dinyatakan oleh Michael Brant tersebut ke ranah domestik, maka jelas ada kepentingan di luar SARA yang turut berperan -bahkan mengambil porsi lebih besar- dalam konflik Sunni-Syiah di Indonesia.

Jadi sebenarnya ada kepentingan transnasional Barat dibalik konflik sektarian. Kepentingan tranasional Barat ini bersimbiosis dengan kekuatan kelompok Islam transnasional yang kemudian banyak diidentikkan dengan gerakan Wahabisasi Global.

Jika bukan asli dari masyarakat Indonesia yang memang selama berabad-abad tercatat hidup damai bersama Syiah, lalu dari manakah propaganda masif yang tiba-tiba saja muncul mengobarkan kebencian sektarian terhadap Syiah ini?

Kesimpulan :
Yang sebenar sebenarnya adalah : “Radikalis wahabi melakukan gerakan anti syi’ah dengan mengatas namakan AHLUSUNNAH WAL JAMA’AH  demi merebut kantong kantong Nahdlatul Ulama (NU)”

Penyerangan Majelis Az-Zikra Janggal


Kamis, 12 Februari 2015 13:47 WIB |
Pewarta: Anom Prihantoro
“… yang terjadi selama ini khan mereka sering kali menjadi korban karena minoritas yang dianggap sesat. Kasus Sampang contoh nyata…”

Jakarta (ANTARA News) – Direktur Eksekutif MAARIF Institute, Fajar Riza Ul Haq, mengatakan, terdapat kejanggalan dalam penyerangan sekelompok preman yang mengaku penganut Syiah ke kampung Majelis Az-Zikra, pimpinan Ustadz Arifin Ilham, di Sentul, Kabupaten Bogor.

“Insiden harus disikapi dengan pikiran jernih. Ada beberapa kejanggalan,” katanya, di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan kejanggalan tersebut yaitu pertama, selama ini belum pernah terjadi penganut Syiah melakukan aksi intimidasi apalagi teror terhadap kelompok-kelompok mayoritas.

“Itu bunuh diri jika benar kelompok Syiah yang melakukan aksi premanisme itu. Justru yang terjadi selama ini khan mereka sering kali menjadi korban karena minoritas yang dianggap sesat. Kasus Sampang contoh nyata,” kata dia.

Kedua, Syiah di Indonesia sedang dalam sorotan seiring konflik-konflik sektarian di Timur Tengah yang melibatkan kelompok Syiah dan Sunni.

Fatwa sesat yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia, dikatakan dia, telah membuat Syiah dicurigai dan mudah untuk dikambinghitamkan.

“Sikap Arifin Ilham selaku pimpinan Majelis Dzikir Az-zikra yang menyerahkan proses hukum para pelaku penyerangan kepada kepolisian patut diapresiasi,” katanya.

Untuk itu, Fajar meminta polisi untuk mengusut dan menuntaskan kasus ini sesegera mungkin agar permasalahan tidak merembet kemana-mana.

“Ini bisa dimanfaatkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk memperkeruh situasi. Pada saat yang sama, masyarakat dan media jangan pula memprovokasi dengan tindakan-tindakan yang mempertunjukan kebencian kepada Syiah,” kata dia.

Editor: Ade Marboen
http://www.antaranews.com/berita/479669/maarif-institute-penyerangan-majelis-az-zikra-janggal


Kampung Arifin Ilham Diserang
Preman Penyerang Kampung Az-Zikra Menilai Spanduk Anti Syiah Merusak NKRI

Jakarta – Faisal Salim, kepala keamanan Perumahan Muslim Bukit Az-Zikra di Sentul, Bogor, babak belur dihajar puluhan preman yang merasa terganggu dengan pemasangan spanduk anti Syiah di perumahan itu. Para preman dari luar daerah itu menilai spanduk anti Syiah ini merusak NKRI.

“Saya dituding ISIS, lalu terus dipukuli. Mereka bilang spanduk itu menyulut permasalahan. Spanduk itu disebut anti-Pancasila dan anti-NKRI,” kata Faisal di Mapolres Kabupaten Bogor, Jl Tegar Beriman, Cibinong, Kamis (12/2/2015). Faisal datang ke polres untuk mengajukan laporan mengenai pemukulan itu.
Para preman ini menghajar Faisal sambil bertanya siapa yang memasang spanduk bertuliskan ‘Kami Warga Pemukiman Muslim Bukit Az-Zikra Sentul Menolak Paham Syiah’ di pemukiman tersebut. “Mereka terus bertanya agar saya tidak menutup-nutupi siapa yang memasang spanduk itu,” katanya.

Pemukulan ini terjadi pada Rabu (11/2) sekitar pukul 22.00 WIB – 23.00 WIB. Saat itu Faisal baru saja mengeluarkan mobilnya untuk menjemput istrinya di Jakarta. Di dalam mobil terdapat putrinya yang berusia 17 tahun. Tiba-tiba datang sekelompok orang yang menanyakan siapa yang memasang spanduk anti syiah itu.

Mereka sempat mendorong-dorong Faisal, lalu ada seorang bernama Ibrahim yang pura-pura jatuh sambil mengaku dirinya dipukul lalu menyuruh preman-preman ini menyerang Faisal.
Para preman yang mengaku bukan Syiah dan bukan warga sekitar Az-Zikra itu kini masihd diperiksa di Mapolres. Mereka bungkam saat ditanya wartawan siapa yang mensponsori aksi mereka.
sumber: detik.com

Ini Alasan Penyerang Serang Kampung Az-Zikra
Jakarta – Puluhan orang menyerang Perumahan Muslim Bukit Az-Zikra, Sentul, Kabupaten Bogor. Alasan penyerangan ini karena adanya spanduk anti-Syiah yang dipasang warga Az-Zikra.

“Karena adanya spanduk-spanduk yang bersifat SARA, yang berhubungan dengan mazhab tertentu. Jadi kesalahpahaman ini agar nantinya isu-isu SARA tidak meluas, melebar,” kata kerabat salah seorang penyerang yang mengaku bernama Lukman Husain di Polres Kabupaten Bogor di Jl Tegar Beriman, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (12/2/2015).

Lukman mengatakan rekan-rekannya ingin menjaga kerukunan antar umat beragama dengan meminta spanduk anti-Syiah yang dipasang warga Az-Zikra diturunkan. “Agar nantinya tidak timbul efek-efek negatif,” ujarnya.

Lukman menyebut penyerangan itu tak direncanakan. Para penyerang berasal dari Cibinong, Jakarta, dan Tangerang. Tuntutan para penyerang hanya spanduk diturunkan.

“Tidak ada penyerangan, harapannya hanya untuk penurunan spanduk yang provokatif dan ingin mengetahui siapa yang memasang. Proses penurunan spanduk sudah melapor ke Polsek setempat, saya menduga ada pihak-pihak tertentu yang mem-blow up,” ujarnya.

Dia berharap agar kejadian ini tak berlanjut. Lukman meminta pihak berwenang turun tangan.
Dalam aksi penyerangan sekelompok massa itu, satpam Az-Zikra bernama Faisal Salim, menderita luka-luka. Faisal bahkan dituduh ISIS oleh penyerang karena anti-Syiah.

http://news.detik.com/read/2015/02/12/181246/2831582/10/ini-alasan-penyerang-serang-kampung-az-zikra?nd771104bcj

Kampung Arifin Ilham Diserang
Az Zikra Diserang, Ustad Arifin: Kalau Salah Satu Diserang, Kami Bersama Lagi


Jakarta – Tak pernah terbayangkan sebelumnya perkampungan Az Zikra Arifin Ilham, Sentul diserang oleh sekelompok tak dikenal. Puluhan motor dan sejumlah orang merangsek masuk ke perumahan itu dan berteriak-teriak memecah kesunyian malam.

“Tadi malam gerombolan, gemuruh motor, luar biasa tidak terbayangkan,” ujar Arifin di Perumahan Az Zikra, Kamis (12/2/2015). Didampingi oleh para tokoh muslim, Arifin mengecam aksi bar-bar tersebut.
“Zikir dan doa sejata kami. Jihad dan dakwah jalan kami. Sekarang Allah menggiring kami ke wilayah muksin, jihad. Azzikra majelis kami tebarkan kedamaian,” lanjutnya.

Dia pun mengecam aksi pemberontakan seperti itu di malam hari. Sebab menurutnya, penyerangan semalam bukan hanya melukai para penghuni di Az Zikra, tetapi juga umat Islam.

“Sekarang kami buat pernyataan bersama, kalau ada salah satu dari kita diserang paham sesat kita bersama lagi. Bukan hanya atas nama Az Zikra, tapi atas nama umat Islam. Pernyataan itu dibuat saja segera,” lanjutnya.

Arifin sempat bercerita semalam dia tidak tahu persis kejadiannya seperti apa. Sebab, dirinya bermalam di rumah istri keduanya.

“Istri Arifin yang pertama tak bisa tidur sampai jam 23.30 WIB. Untungnya, Arifin lagi di rumah istri yang kedua,” ucapnya.

http://news.detik.com/read/2015/02/12/170752/2831490/10/az-zikra-diserang-ustad-arifin-kalau-salah-satu-diserang-kami-bersama-lagi?nd771104bcj

Peringatan Hari HAM : Syiah Sampang dan Lumpur Lapindo Catatan Hitam Jawa Timur


Surabaya – Bertempat di kantor Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Surabaya, pemerintah didesak segera menyelesaikan kasus pelanggaran HAM terbesar di Jawa Timur, yaitu tragedy lumpur Lapindo dan kekerasan terhadap warga Syiah Sampang.

Mengutip dari VOA, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Surabaya, menyoroti belum tuntasnya kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Jawa Timur, yaitu tragedi semburan lumpur Lapindo serta kekerasan terhadap warga Syiah Sampang. Kedua kasus itu hingga kini belum juga ada titik terang dalam penyelesaiannya, termasuk belum adanya langkah konkrit dari pemerintah untuk mengatasinya.

Kasus semburan lumpur Lapindo yang menenggelamkan belasan Desa di tiga Kecamatan di Sidoarjo, telah berlangsung lebih dari delapan tahun tanpa penyelesaian hak warga yang terlanggar. Sementara kasus kekerasan terhadap warga Syiah Sampang sudah berlangsung selama tiga tahun, yang menyebabkan terusirnya warga Syiah Sampang dari kampung halamannya sendiri.

Kasus Lapindo dan Syiah, Catatan Hitam Pelanggaran HAM di Jawa Timur
Koordinator KontraS Surabaya Andy Irfan Junaidi menegaskan, pemerintah di tingkat pusat hingga daerah harus segera membuat skema penyelesaian kasus kekerasan berlatar belakang agama serta sumber daya alam di Jawa Timur. Hal ini dimaksudkan, agar tidak menjadi preseden buruk pada penuntasan kasus-kasus pelanggaran HAM lainnya di Jawa Timur.

“Kita mendesak pemerintahan Jokowi, sekaligus juga pemerintah daerah di Jawa Timur untuk segera merancang skema yang lebih progresif, lebih maju dari skema yang dulu dimiliki oleh pemerintah sebelumnya baik dalam kasus kekerasan berlatar belakang konflik sumber daya alam seperti di Lapindo, maupun kasus berlatar belakang agama di Sampang,” kata Andy Irfan Junaidi, Koordinator KontraS Surabaya
“Sampai sekarang kita belum melihat ada skema itu, kita belum melihat ada keselarasan masing-masing lembaga negara, kementerian, maupun pemerintah di level paling bawah dalam berkomitmen untuk menuntaskan dua kasus ini,” lanjutnya.

Anggota Komisi bidang Kesejahteraan Rakyat DPRD Provinsi Jawa Timur, Agatha Retnosari mengatakan, masukan serta data yang diperoleh dalam diskusi kali ini akan dijadikan masukan kepada pemerintah pusat, terutama dalam menuntaskan pelanggaran HAM pada kasus luapan lumpur Lapindo maupun kekerasan terhadap warga Syiah Sampang.

Sementara itu, hak dasar berupa kesehatan dan pendidikan yang selama ini belum diberikan, DPRD Provinsi Jawa Timur kata Agatha, akan mendesak pemenuhannya oleh pemerintah daerah.
“Hasil diskusi ini adalah bukti, dan akan saya masukkan kepada laporan di Fraksi, supaya Fraksi PDI Perjuangan Jawa Timur bisa membawa ini ke nasional, sebagai masukan untuk Presiden Jokowi beserta kabinetnya, sehingga kita yang sudah lama, terutama korban Lapindo ini yang sudah lama terabaikan itu lebih terperhatikan. Karena kan pusat itu jauh ya dari Lapindo, itu tugas kita untuk kemudian menginput data dan informasi terkini,” jelas Agatha Retnosari.

Kepala Divisi Pelayanan Hukum dan Hak Asasai Manusia, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Timur, Ninik Ariwanti menegaskan, lembaganya akan menjadikan dua kasus besar di Jawa Timur ini sebagai contoh penyelesaian kasus hukum dan hak asasi manusia, terutama untuk menghadirkan peran negara dalam penuntasan setiap persoalan hak asasi manusia yang terlanggar.
“Kita akan masukkan di dalam Ranham, (rencana aksi nasional daerah hukum dan hak asasi manusia) untuk memfasilitasi pemerintah, kabupaten terkait ya, Pemprov Jawa Timur dan Kabupaten Sampang ini untuk segera menyelesaikan secara komprehensif,” ungkap Ninik Ariwanti.

Sekarang hanya menjembatani-menjembatani ternyata dari pihak sini akan minta lebih, lebih dari sekedar untuk menjembatani, tetapi bagaimana negara ini bisa menegakkan NKRI ya, artinya bukan negara agama,” lanjut Kepala Divisi Pelayanan Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Timur.

Akhirnya Pengungsi Syiah Sampang Boleh Pulang


Surabaya – Akhirnya pengungsi muslim Syiah Sampang yang kini berada di Rusunawa Jemundo Sidoarjo Jawa Timur bisa bernafas lega. Pasalnya pemerintah Provinsi Jatim membolehkan mereka pulang ke kambung halamannya di desa Bluuran dan Karanggayam kecamatan Omben Kabupaten Sampang.

Pemerintah Provinsi (pemprov) mempersilahkan mereka pulang dengan cataatan, pulang tersebut secara alamiah tanpa ada paksaan. Selain itu, kepada warga Syiah yang pulang bisa melaporkan ke pemerintah.
“Sudah ada road map. Kalau ada yang pulang secara alamiah ya bagus,” kata Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf, di sela-sela diskusi KontraS di Surabaya, Rabu 12 November 2014.

Kepada Pengungsi Syiah di Jemundo, Gus Ipul juga mengatakan jika ada di antara mereka di yang merasa nyaman untuk pulang silahkan melaporkan ke Pemerintah.

Jika terjadi sesuatu, maka pemerintah bisa segera mengambil kebijakan dan mengetahui. Kata Gus Ipul. Sebenarnya selama ini pengungsi Syiah di Rusun tersebut banyak yang pulang, namun mereka pulang tidak secara permanen melainkan hanya sementara.

“Ada warga yang pulang tapi hanya untuk menggarap sawah. Selesai menggarap sawah ya kembali lagi ke sini,” katanya.

Terkait pemulangan secara resmi, pihak Pemprov masih menunggu informasi dari pihak Kepolisian. Sebab, lanjutnya, pihak Kepolisian yang paham kondisi terkini di Desa Karanggayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang.

“Kita akan mengikuti pihak Kepolisian. Di Madura ini ada kultur yang diikuti masyarakat adalah Bapak-ibu, Guru dan Rotu (pemerintah). Ulama di sana kita ajak pelan-pelan, pulang boleh saja yang penting jangan ada kekerasan lagi,” tuturnya.

Seperti diketahui, paska konflik di Desa Karanggayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang Agustus 2012, sejumlah warga Syiah mengungsi di Rusun Jemundo pada bulan Juli 2013.

Ratusan warga Syiah yang semula ditempatkan di GOR Sampang dan kemudian dievakuasi ke Rusun Jemundo, Taman, Sepanjang, Sidoarjo, dengan alasan demi keselamatan para pengungsi.

Source

Terkait Berita: