Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label MUI. Show all posts
Showing posts with label MUI. Show all posts

KH Said Aqil Siroj Kembali Terpilih sebagai Ketum PBNU


Said Agil Siraj kembali terpilih memimpin Nahdatul Ulama (NU) hingga 2020. Sementara KH Mustofa Bisri mengundurkan diri dari Rois A’am dan digantikan dengan KH Ma’ruf Amin.

Dalam sidang voting pemilihan ketua tanfidziyah PBNU di Alun-alun Jombang, Kamis (6/8/2015) dini hari, Said Agil Siraj berhasil menghimpun 287 suara, di bawahnya ada As’ad Ali dengan 107 suara, dan KH Sholahudin Wahid (Gus Sholah) 10 suara.

Sidang pemilihan yang dipimpin Sekretaris PWNU Jatim, Akhmad Muzakki sebenarnya akan melakukan pemilihan tahap dua karena syarat maju di pemilihan tahap dua bagi As’ad Ali adalah 99 suara. Namun mantan pimpinan Badan Intelijen Negara (BIN) itu memilih mundur dari pemilihan, dan memilih mendukung Said Agil Siraj.

“Saya memilih mundur dari pemilihan tahap dua, dan akan mendukung sepenuhnya KH Said Agil Siraj untuk kembali memimpin NU,” kata As’ad.

Di akhir persidangan, pimpinan sidang juga membacakan surat amanat dari KH Mustofa Bisri (Gus Mus) yang sebelumnya dipilih anggota Ahlul Halli Wal’aqdi (Ahwa) menjadi Rois A’am, yang berisi ketidaksediaan diangkat menjadi Rois A’am. Amanat posisi Rois A’am pun lantas diberikan kepada KH Ma’ruf Amin. Di forum Ahwa, wakil ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini mendapat paling banyak dukungan rois Syuriah, dengan jumlah total 333 dukungan.

(MahdiNews/ABNS)

Ini Fatwa MUI Soal Pemimpin Ingkar Janji dan yang Boleh Tak Ditaati


Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa mengenai masalah strategis kebangsaan. Fatwa itu mengharamkan pemimpin yang mengingkari janji dan boleh mentaati pemimpin yang memerintahkan sesuatu yang dilarang agama. 
 
Berikut isi lengkap Fatwa MUI dari Keputusan Komisi A tentang Masalah Strategis Kebangsaan (Masail Asasiyah Wathaniyah) dalam Ijtima' Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia V tahun 2015 tentang Kedudukan Pemimpin yang Tidak Menepati Janjinya yang disampaikan Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni'am Shaleh dalam keterangan tertulis, Jumat (12/6/2015):


1. Pada dasarnya, jabatan merupakan amanah yang pasti dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah Swt. Meminta dan/atau merebut jabatan merupakan hal yang tercela, apalagi bagi orang yang tidak mempunyai kapabilitas yang memadai dan/atau diketahui ada orang yang lebih kompeten. Dalam hal seseorang memiliki kompetensi, maka ia boleh mengusulkan diri dan berjuang untuk hal tersebut.


2. Setiap calon pemimpin publik, baik legislatif, yudikatif, maupun eksekutif harus memiliki kompetensi (ahliyyah) dan kemampuan dalam menjalankan amanah tersebut.


3. Dalam mencapai tujuannya, calon pemimpin publik tidak boleh mengumbar janji untuk melakukan perbuatan di luar kewenangannya.


4. Calon pemimpin yang berjanji untuk melaksanakan sesuatu kebijakan yang tidak dilarang oleh syariah, dan terdapat kemaslahatan, maka ia wajib menunaikannya. Mengingkari janji tersebut hukumnya haram.


5. Calon pemimpin publik dilarang berjanji untuk menetapkan kebijakan yang menyalahi ketentuan agama. Dan jika calon pemimpin tersebut berjanji yang menyalahi ketentuan agama maka haram dipilih, dan bila ternyata terpilih, maka janji tersebut untuk tidak ditunaikan.

6. Calon pemimpin publik yang menjanjikan memberi sesuatu kepada orang lain sebagai imbalan untuk memilihnya maka hukumnya haram karena termasuk dalam ketegori risywah (suap).


7. Pemimpin publik yang melakukan kebijakan untuk melegalkan sesuatu yang dilarang agama dan atau melarang sesuatu yang diperintahkan agama maka kebijakannya itu tidak boleh ditaati.


8. Pemimpin publik yang melanggar sumpah dan/atau tidak melakukan tugas-tugasnya harus dimintai pertanggungjawaban melalui lembaga DPR dan diproses sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


9. Pemimpin publik yang tidak melaksanakan janji kampanyenya adalah berdosa, dan tidak boleh dipilih kembali.


10. MUI memberikan taushiyah bagi pemimpin yang mengingkari janji dan sumpahnya.

Sumber: Detiknews

Sebagaian Ulama Indonesia Ada Goblok Mendukung Tanduk Setan (Saudi Arabia)

Berikut Bukti-Buktinya Sebagai Berikut:



Sepertinya Imam Masjid Istiqlal Mustafa Yakub mencatut nama Muhammadiyyah dan NU serta Ulama Indonesia mendukung Najd (Saudi Arabia) menyerang Yaman.

Lah wong MUI selaku perwakilan Ulama Indonesia jelas2 bersikap netral dan minta semua pihak agar berdamai. Maksudnya mungkin Ulama Wahabi yg ada di NU dan Muhammadiyyah yg memang segelintir sudah menyusup di situ.

Irak hancur karena diserang AS yg diundang Arab Saudi. Suriah hancur karena bughot yg didukung AS dan Saudi. Yaman pun di ambang kehancuran setelah tentara AS, Inggris, dan juga Saudi bercokol di situ.
“Dari ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda :”Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman bagi kami.“ Mereka memohon: “Najd kami lagi wahai Rasulullah, doakan berkah.” beliau menjawab: “Ya Allah berkahilah Syam dan Yaman bagi kami.” mereka memohon: “Najd kami lagi wahai Rasulullah, doakan berkah.” Beliau ( Nabi Muhammad Saw ) menjawab: Di Najd itu tempatnya segala kegoncangan dan berbagai macam fitnah. Dan disana akan lahir generasi pengikut syetan.”
Hadits shahih ini diriwayatkan oleh Al Bukhari (979), al-Turmudzi (3888) dan ahmad (5715).
http://kabarislamia.blogspot.com/2015/03/najd-arab-saudi-serang-yaman-dan-syam.html

Najd (Arab Saudi) Serang Yaman dan Syam


Irak hancur karena diserang AS yg diundang Arab Saudi. Suriah hancur karena bughot yg didukung AS dan Saudi. Yaman pun di ambang kehancuran setelah tentara AS, Inggris, dan juga Saudi bercokol di situ.
“Dari ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda :”Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman bagi kami.“ Mereka memohon: “Najd kami lagi wahai Rasulullah, doakan berkah.” beliau menjawab: “Ya Allah berkahilah Syam dan Yaman bagi kami.” mereka memohon: “Najd kami lagi wahai Rasulullah, doakan berkah.” Beliau ( Nabi Muhammad Saw ) menjawab: Di Najd itu tempatnya segala kegoncangan dan berbagai macam fitnah. Dan disana akan lahir generasi pengikut syetan.”
Hadits shahih ini diriwayatkan oleh Al Bukhari (979), al-Turmudzi (3888) dan ahmad (5715). Menurut para ulama seperti al-Imam al-Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, Al-Hafidz Al-Ghummari, al-Hafidz al-‘Abdari dan lain-lain, maksud dari generasi pengikut syetan adalah yang akan lahir di Najd dalam hadits tersebut adalah kelompok Wahabi.
 
Karena sangat pentingnya untuk mewaspadai hal tersebut, maka akan timbul pertanyaan, siapakah kelompok Wahabi itu sebenarnya? serta amaliyah- amaliyah seperti apa yang mereka lakukan sehingga Nabi mengatakan bahwa mereka adalah generasi pengikut syetan? Disini akan diuraikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sangat fundamental tersebut.
Pelopor kelompok ini adalah Muhammad bin Abdul Wahab. Oleh karena itu para ulama mengatakan paham/sekte ini dengan sebutan Wahabiyah, dinisbatkan kepada ayahnya yaitu Abdul Wahab. Walaupun secara nomenklatur penamaannya sebenarnya salah, karena pembangun pertama asas gerakan ini adalah Muhammad, bukan Abdul Wahab. Namun bukan merupakan esensi mengenai permasalahan ini.
(CAtatan:  Penamaan Wahabi menurut nama Bapak tidak salah. DAlam Islam kadang begitu. COntoh Hanbali itu dari bapak Ahmad bin Hanbal. BUkan Ahmadi.)
Muhammad bin Abdul Wahab berasal dari kabilah bani Tamim, lahir tahun 1115 H, dan wafat 1206 H. menurut buku Kasyfus Syubahat yang ditulis oleh cucunya, yaitu Abdul Lathif bin Ibrahim Ali Syekh bahwa Muhammda bin Abdul Wahab lahir di suatu desa yang bernama “ainiyah”.
Pada awalnya dia belajar di Makkah dan Madinah, diantara gurunya adalah Syekh Muhammad Sulaiman Al Kurdi, Syekh Abdul Wahab (ayahnya sendiri), dan kakaknya Sulaiman bin Abdul Wahab. Namun sungguh pun demikian, walaupun semua gurunya berfaham ahlusunnah wal jama’ah, akan tetapi Muhammad bin abdul Wahab ini mengajarkan ajaran baru yang nyleneh dan tidak sesuai dengan kebanyakan para ulama.
Mula-mula pada saat dia di Madinah melihat amalan-amalan/ibadat-ibadat orang Islam dihadapan makam Nabi yang berlainan dengan syari’at Islam, menurut pandangannya. Kemudian pindah ke Basra dan menyiarkan fatwanya yang ganjil-ganjil tetapi dia segera diusir oleh penguasa dan dikeluarkan dari kota Basrah.
Kemudian ia menyampaikan fatwanya yang lagi-lagi sangat ganjil di negerinya sendiri yaitu ‘ainiyah. Tetapi Raja di negeri itu yang namanya Utsman bin Ahmad bin Ma’mar yang mulanya menolong tetapi setelah mendengar fatwa-fatwanya lalu mengusir dan berusaha membunuhnya. Kemudian ia pindah ke Dur’iyah yang rajanya bernama Muhammad bin Sa’ud. Di daerah ini Muhammad bin Abdul Wahab didukung sepenuhnya oleh penguasa negeri tersebut, sehingga bersatulah antara ulama dan penguasa yang akhirnya bergabunglah antara paham agama dengan raja.
Karena didukung oleh kekuasaan Raja, maka Muhammad bin Abdul Wahab sanagt leluasa menfatwakan faham-fahamnya tersebut, bahkan pengikutnya semakin bertambah. Biasanya dia menfatwakan orang-orang di Makkah itu banyak yang kafir, karena mereka berdo’a dengan bertawasul dihadapan makan Nabi, membolehkan berkunjung jauh menziarahi makam Nabi, memuji-muji Nabi dengan membaca sholawat burdah, dalailul khairat yang dianggap berlebih-lebihan memuji Nabi, membaca kisah-kisah maulid Barzanji dan akhirnya mereka dikafirkan karena tidak mau mengikuti Muhammad bin Abdul Wahab.
Didalam buku yang berjudul Radikalisme Sekte Wahabiyah ini penulis banyak mengurai pendapat-pendapat mereka yang terkesan berani dan ekstrem, antara lain: mengingkari kenabian Adam, Syits, dan Idris, mengkafirkan Hawa, mengatakan alam azali, neraka fana’, menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, mengatakan Allah jism, menisbatkan anggota badan, duduk dan sifat-sifat makhluk kepada Allah. (hal 15).
Faham-faham Wahabi yang bisa kita lihat pada saat sekarang adalah dengan cara mengetahui amalan-amalannya antara lain yang ditulis dalam buku ini adalah: mengharamkan berdo’a berjama’ah, mengharamkan adzan kedua pada sholat Jum’at, mengharamkan sholat sunnah qobliyah Jum’at, mengharamkan berjabat tangan setelah selesai sholat berjam;ah, haram beristigotsah, tawasul, tahlilan dan lain sebagainya.
Bahkan, untuk membongkar kesesatan faham ini ke akar-akarnya, penulis memaparkan bagaimana afiliasi Muhammad bin Abdul Wahab serta ulama-ulama Wahabiyah yang lain (Ibnu Baz, Al Albani dll) dengan Yahudi, bahkan kesamaan antara paham Wahabi dengan faham Yahudi sekalipun diulas dalam buku ini.
Penisbatan radikalisme dalam kubu gerakan ini dikarenakan barang siapa yang tidak sesuai atau ikut dalam kelompoknya, maka halal darahnya untuk dibunuh karena sudah berstatus kafir. Salah satu contohnya adalah seperti yang dikutip dalam buku ini dalam koran As-Safar Sabtu 30 Mei 2001 (h.11) Muhammad Hasanin merilis isi sebuah dokumen yang mengatakan bahwa salah seorang pembesar Wahabiyah mengatakan:
“Tidak seyogyanya ada peperangan antara orang-orang pilihan Islam (Wahabi) kecuali melawan orang-orang musyrik dan kafir, orang kafir yang musyrik pertama kali adalah orang-orang Turki Usmaniyah dan juga keturunan Bani Hasyim dan ringkasnya seluruh pengikut Nabi Muhammd selain kelompok Wahabi.”
Tiada gading yang tak retak, inilah istilah bagi setiap sesuatu pasti memiliki kekurangan, termasuk dalam buku ini. Antara lain adalah dalam pedoman penulisan karya ilmiah memang buku ini kurang begitu memperhatikan. footnote yang menjadi suatu keharusan untuk memperlihatkan validitas suatu karya terkesan diabaikan pada bagian-bagian akhir dalam buku ini. Padahal dalam bagian yang tanpa catatan kaki ini merupakan komponen krusial yang merupakan esesnsi ditulisnya buku ini. Serta peredaran buku yang memang kebutuhan ummat ini dirasa sangat minim, dikarenakan peresensi sendiri mendapatkannya pada saat pelatihan ahlusunnah wal jama’ah bukan dengan cara membeli di toko buku.
Namun secara keseluruhan buku ini sangat bagus untuk dibaca oleh ummat Islam secara keseluruhan dan semua kalangan, karena dapat membentengi diri sekaligus mewaspadai faham-faham Wahabiyah yang dewasa ini kian menunjukkan geliatnya.
* Koordinator ASWAJA Center IPNU IAIN Sunan Ampel Surabaya
Buku: Tunas Radikalisme dari Najd Tunas Radikalisme dari Najd
Judul Buku: Radikalisme Sekte Wahabiyah
Penulis: Syekh Fathi al Misri al Azhari
Penerjemah: Asyhari Masduqi
Penerbit: Pustaka Asy’ari
Cetakan: I, 2011
Tebal: 236 halaman
Peresensi: Winarto Eka Wahyudi*
Wahabi Berdasarkan Al Qur’an dan Hadits. 

Dari website MUI (Majelis Ulama Indonesia):
Perang Yaman Bisa Sulut Konflik Sektarian
Apr 08, 2015 by Ahmadie ThahaComments are off

perang yamanPimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) kembali menggelar pertemuan dengan pimpinan ormas-ormas Islam dalam Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) di Kantor Pusat MUI di Jalan Proklamasi No. 51, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (07/04/2015). Sejumlah isu dalam dan luar negeri dibahas dalam pertemuan ini.

Di jumpa pers seusai pertemuan itu, Ketua Bidang Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri KH Muhyidin Junaidi menjelaskan, para pimpinan ormas Islam sepakat untuk bersikap netral terkait konflik yang sedang terjadi di Yaman, dan menghimbau kepada pihak-pihak yang bertikai untuk menyelesaikan masalah dengan damai.

“MUI sebagai civil society bersikap netral, tidak berpihak kepada pihak yang bertikai,” tegas Muhyidin. Pihaknya menghimbau kepada pihak-pihak yang bertikai untuk duduk bersama menyelesaikan persoalan secara damai dengan mengedepankan musyawarah dan dialog.

Peperangan itu, katanya, justru menyebabkan berbagai dampak negatif baik moril maupun materiil. MUI sebagai ormas yang tidak masuk pada ranah politik menghimbau kepada pihak-pihak yang bertikai untuk berdamai sehingga tidak merugikan Umat Islam dan tidak merusak nama Islam di mata dunia internasional.
Selain itu MUI juga mengharapkan agar masyarakat Indonesia tidak terprovokasi kelompok tertentu yang ingin mengeksploitasi pergolakan di Timur Tengah untuk menciptakan konflik horizontal dengan mengangkat isu-isu sektarianisme. “Yang paling mudah adalah perang antara mazhab,” lanjut Kyai Muhyidin.

Kepada pemerintah Indonesia, MUI meminta agar berperan aktif sesuai dengan kebijakan luar negeri yang bebas-aktif. “Saatnya Indonesia yang masyarakatnya mayoritas Muslim terbesar di atas pemukaan bumi ini menjadi juru damai. Inilah momentum terbaik bagi kita, karena kita memang sudah memiliki modal dasar dan kita sudah berhasil untuk mendamaikan beberapa pihak yang bertikai di negara ini,” tuturnyanya.

Perang Yaman Bisa Sulut Konflik Sektarian
Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) kembali menggelar pertemuan dengan pimpinan ormas-ormas Islam dalam Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) di Kantor Pusat MUI di Jalan Proklamasi No. 51, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (07/04/2015). Sejumlah isu dalam dan luar negeri dibahas dalam pertemuan ini.

Di jumpa pers seusai pertemuan itu, Ketua Bidang Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri KH Muhyidin Junaidi menjelaskan, para pimpinan ormas Islam sepakat untuk bersikap netral terkait konflik yang sedang terjadi di Yaman, dan menghimbau kepada pihak-pihak yang bertikai untuk menyelesaikan masalah dengan damai.

“MUI sebagai civil society bersikap netral, tidak berpihak kepada pihak yang bertikai,” tegas Muhyidin. Pihaknya menghimbau kepada pihak-pihak yang bertikai untuk duduk bersama menyelesaikan persoalan secara damai dengan mengedepankan musyawarah dan dialog.

Peperangan itu, katanya, justru menyebabkan berbagai dampak negatif baik moril maupun materiil. MUI sebagai ormas yang tidak masuk pada ranah politik menghimbau kepada pihak-pihak yang bertikai untuk berdamai sehingga tidak merugikan Umat Islam dan tidak merusak nama Islam di mata dunia internasional.
Selain itu MUI juga mengharapkan agar masyarakat Indonesia tidak terprovokasi kelompok tertentu yang ingin mengeksploitasi pergolakan di Timur Tengah untuk menciptakan konflik horizontal dengan mengangkat isu-isu sektarianisme. “Yang paling mudah adalah perang antara mazhab,” lanjut Kyai Muhyidin.

Kepada pemerintah Indonesia, MUI meminta agar berperan aktif sesuai dengan kebijakan luar negeri yang bebas-aktif. “Saatnya Indonesia yang masyarakatnya mayoritas Muslim terbesar di atas pemukaan bumi ini menjadi juru damai. Inilah momentum terbaik bagi kita, karena kita memang sudah memiliki modal dasar dan kita sudah berhasil untuk mendamaikan beberapa pihak yang bertikai di negara ini,” tuturnyanya.
=======================================
Ulama Indonesia dukung Arab Saudi terkait krisis Yaman
Sabtu, 11 April 2015 14:35 WIB | 7.079 Views
Pewarta: Atman Ahdiat

Jakarta (ANTARA News) – Ulama dari berbagai organisasi Islam di Indonesia pada Sabtu menyatakan dukungan mereka terhadap kebijakan Arab Saudi, yang memimpin pasukan koalisi untuk melancarkan operasi militer terhadap kelompok radikal Houthi di Yaman.

Para ulama yang di antaranya mewakili Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Islam (Persis), Al Irsyad Al Islamiyah (Al Irsyad), Dewan Dakwah Islamiyah (DDI), Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) serta Ikatan Dai Seluruh Asia Tenggara diterima Duta Besar Kerajaan Arab Saudi Mustafa Ibrahim Al Mubarak di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta.

Ali Musthafa Ya’qub, Imam Besar Masjid Istiqlal yang hadir dalam pertemuan tersebut, menegaskan bahwa apa yang terjadi di Yaman, negara berpenduduk 22 juta yang berbatasan langsung dengan Arab Saudi, bukanlah pertikaian antara kelompok Sunni dan Syiah, tapi kekerasan oleh kelompok radikal Houthi.
“Apa yang terjadi di Yaman bukan masalah konflik antar kelompok agama, tapi perilaku radikal yang diperlihatkan oleh kelompok Houthi. Kelompok ini harus segera diantisipasi karena gerakan mereka sudah seperti teroris,” kata Ali Musthafa.

Ali Musthafa juga menegaskan bahwa pemikiran radikal kelompok Houthi tersebut harus segera dibasmi agar tidak menyebar ke negara lain, termasuk Indonesia.

“Gerakan kelompok ini lebih berbahaya dan harus segera diatasi karena bukan tidak mungkin pengaruh mereka akan sampai di Indonesia sebagai negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia,” kata Ali Musthafa menambahkan.

Mustafa Ibrahim menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan para ulama Indonesia terhadap kebijakan Arab Saudi dalam mengatasi konflik di negara tetangganya itu.

“Sebagai sebuah negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia, saya memahami bahwa situasi di Yaman telah mendapat perhatian luas dari masyarakat Indonesia. Oleh karena itu saya ingin memberikan penjelasan secara lebih luas perihak keterlibatan Arab Saudi yang memimpin pasukan koalisi dalam melakukan operasi militer di Yaman,” kata Mustafa Ibrahim.

Mustafa mengatakan Arab Saudi adalah tetangga terdekat dengan Yaman sehingga berkewajiban ikut membantu kondisi negara itu tetap stabil dan memastikan konflik di negara itu tidak mengganggu negara lain di kawasan.

Mustafa Ibrahim memberikan gambaran bahwa posisi Arab Saudi ibarat sebuah tetangga yang dimintai pertolongan ketika tetangga tersebut sedang menghadapi kesulitan.

“Dalam kasus ini, Saudi Arabia memberikan pertolongan kepada negara tetangga Yaman ketika presiden mereka yang sah yaitu Abdu Rabuh Mansour Hadi menghadapi ancaman kudeta kelompok pemberontak Houthi,” katanya.

Berdasarkan atas keprihatinan karena kelompok Houthi bisa mengancam stabilitas Yaman dan negara-negara tetangganya, ia menjelaskan, Arab Saudi yang berbatasan langsung dengan Yaman mengambil inisitif untuk membentuk pasukan koalisi guna memerangi Houthi yang telah menguasai sebagian wilayah Yaman.
Meski mendukung penuh operasi militer pasukan koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi, para ulama mengimbau pasukan koalisi hanya menyasar fasilitas militer Houthi sehingga tidak menyebabkan warga sipil menjadi korban.

UNICEF, organisasi PBB untuk urusan anak-anak, memperkirakan setidaknya 100.000 warga harus meninggalkan rumah mereka dan lebih dari 600 orang tewas, termasuk sekitar 80 anak, akibat konflik di Yaman.

Akun Facebook Palsu Din Syamsuddin Mengadu Domba

Akun palsu Din Syamsuddin – Foto: Suara Pembaruan

Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan, akun Facebook yang mengatasnamakan dirinya memiliki tujuan mengadu domba umat dan menyasar mereka yang memiliki perbedaan pendapat.
“Ada akun Facebook tertulis atas nama saya meski tulisannya tidak sesuai (Prof Dr Dien Syamsuddin, MA).

Dapat dipastikan itu sebagian rekayasa untuk mendiskeditkan saya, untuk adu domba antarkelompok dan untuk menciptakan instabilitas,” kata Din seusai ditemui di kantornya Gedung PP Muhammadyah, Menteng, Jakarta Pusat, Senin 20 April 2015.

Din mengatakan akun tersebut tidak pernah merepresentasikan pendapat, seperti penryataan terkait isu-isu terkini.

“Apa yang terdapat di media sosial itu ada yang diambil dari media dan ada juga yang direkayasa. Jelas ini tidak benar karena saya tidak punya akun Facebook. Kalaupun ada sudah saya tutup beberapa tahun yang lalu. Kalau sekarang masih ada maka jelas itu palsu,” kata dia.

Maka dari itu, Din meminta masyarakat agar tidak mempercayai konten di dalam akun palsu itu.
“Masyarakat jangan percaya itu. Saya tidak punya akun Facebook dan tolong jangan berhubungan dengan akun yang mengatasnakaman saya,” kata ketua umum Majelis Ulama Indonesia itu.

Sejauh ini, Ketum PP Muhammadiyah itu tidak akan membawa kasus pemalsuan akun Facebook itu ke ranah hukum.

“Yang membuat akun palsu itu agar menutupnya. Karena saya juga bisa menyelidiki. Itu juga tidak susah bagi Polri tapi tidak perlulah, terlebih saya juga sibuk. Berbeda halnya jika dia bandel ya bisa dipolisikan,” katanya. (Source)

Ajaran Wahabi yang Menyusup ke KHAZANAH TRANS 7 Akhirnya Terbongkar




Terbongkarnya ajaran Wahabi yang menyusup di Trans 7 adalah berawal dari KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) yang mendapatkan banyak pengaduan dari masyarakat. Menurut aduan masyarakat b bahwa acaraKhazanah Trans 7 melenceng  dari ajaran Islam, yang mana Khazanah Trans 7 menganggap ajaran Islam berupa Tawassul dan Ziarah Kubur sebagai syirik (musyrik). Selain itu Khazanah Trans 7 juga membid’ahkan (mengharamkan)  shalawat kepada Nabi saw.Pandangan Khazanah Tarans 7 ini adalah khas ajaran Wahabi yang jelas-jelas menyimpang dari ajaran Rasulullah Saw dan bahkan bermuatan fitnah bagi ajaran Islam, sehingga masyarakat menjadi resah atas provokasi tayangan acara  Khazanah Trans 7 tersebut.

Berdasar pengaduan masyarakat itulah maka pada tanggal 17/4 2013 Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) memanggil Direktur Utama Trans 7 dan tim penyelenggara  acara Khazanah tersebut. Ketua KPI, Muhammad Riyanto mengatakan pemanggilan ini merupakan langkah mediasi antara pihak pelapor, pihak Trans 7 dan KPI, termasuk MUI sebagai penengah.
Adapun yang mewakili pihak pelapor yaitu:
1. Habib Musthafa Al Jufri.
2. Habib Fachry Jamalullail.
3. KH Thabary Syadzily.
4. Ketua Lembaga Da’wah NU.

Dalam mediasi yang berlangsung selama sembilan puluh menit tersebut, pihak Trans 7 mengakui ada beberapa episode Khazanah memicu kontroversial di masyarakat. Ada yang mendukung dan ada pihak yang keberatan karena bermuatan fitnah bagi ajaran Islam.
“Ke depannya, Trans 7 akan merubah konten dan materi di dalamnya, sesuai tuntutan pelapor dan kami,” kata Riyanto kepada wartawan di Jakarta, Rabu (17/4). Jika nantinya Trans 7 tetap menayangkan tayangan yang kontroversial, baru nanti akan dijatuhkan sanksi.

Dalam acara mediasi tersebut juga disinggung masalah penyimpangan yang ditayangkan acara Khazanah Trans 7, antara lain tentang pembagian tauhid menjadi tiga. Pembagian Tauhid ini sudah jelas-jelas tidak punya dalil yang valid sehingga menyalahi akidah umat Islam, selain itu juga menimbulkan efek fitnah. Penyimpangan lainnya juga tersirat dari tayangan Khazanah Trans 7 yang melecehkan muslimin yang  berziarah kubur. Padahal ziarah kubur dalam ajaran islam hukumnya sunnah. Khazanah Trans 7 juga menayangkan fakta sejarah shalawat Badar yang dimanipulasi, dan syair-syair shalawat ditafsirkan seenaknya agar timbul persepsi negative terhadap muslimin yang bershalawat Badar.

Dan kesemua penyimpangan ini adalah ajaran yang merupakan ciri khas pemahaman kaum wahabi yang menyimpang dari ajaran Rasulullah saw. Maka dengan demikian terbongkarlah ajaran Wahabi yang menyusup dalam acara Khazanah Trans 7.
(Source)

TABLIG AKBAR PENYEBARAN KEBENCIAN MAZHAB DIBATALKAN APARAT

Alhamdulillah acara “Tabligh Akbar “Memperkokoh Akidah Aswaja, Menjaga NKRI dari Bahaya Syiah” yang akan berlangsung hari ini Ahad 22 Maret 2015 sejak kemarin telah dibatalkan Aparat keamanan karena berpotensi menimbulkan gesekan dan konflik horisontal. 

Aparat menilai bahwa acara ini hanyalah kedok saja membawa nama NKRI tetapi sejatinya adalah penyebaran kebencian sektarian dari kelompok-kelompok ekstrem dan Intoleran. Beberapa nama yang disinyalir dan didapatkan bukti di lapangan adalah tokoh-tokoh pemecah-belah umat yang seharusnya jangan dibiarkan leluasa untuk naik panggung.

Pembatalan ini resmi atas koordinasi dan perintah Danramil dan Kapolda, panitia telah dipanggil dan dimintai keterangannya perihal acara yang akan diselenggarakan.Kepala Intel Polisi pun sudah memberitahukan sejak hari Sabtu kemarin spanduk-spanduk provokatif penyelenggaraan Tablig Akbar sudah di copot semua.

Kesigapan dan perhatian para Aparat patut kita apresiasi dan acungi jempol karena api konflik sektarian yang terjadi di Timur-Tengah akan di bawa dengan simbol-simbol agama dan mazhab oleh kelompok-kelompok radikal dan intoleran (Takfiri) telah diantisipasi secara cepat dengan membatalkan TABLIG AKBAR PENYEBARAN KEBENCIAN.
 
Kedepannya kita harapkan kerjasama yang pro aktif antara masyarakat dan aparat penegak hukum lebih memberikan perhatian kepada program cuci otak massal oleh kelompok-kelompok ekstrem ini.
HADIRILAH Tabligh Akbar “Memperkokoh Akidah Aswaja, Menjaga NKRI dari Bahaya Syiah”

Hari/Tanggal : Ahad, 22 Maret 2015
Waktu : 08.00 WIB (pagi)-Selesai
Tempat : Masjid Fatahillah, Komplek KPAD Bulak Rantai Kramat Jati, Jakarta Timur
Pembicara: Habib Achmad Zein Alkaff (Wakil Suriyah PWNU Jawa Timur), Ustadz dr. Haidar Bawazir (Pakar Syiah), DR Abdul Chair Ramadhan, SH, MH, MM (Anggota MUI Bidang Hukum dan Perundang-undangan), Munarman, SH (Pengacara)
Panitia: Lembaga Dakwah Kemuliaan Islam (LDKI)

Media Partner:
Media-media pro radikalisme dan intoleransi
1. VOA-Islam.com
2. Salam-Online
3. Nahimunkar.com
4. Kiblat
5. Bumisyam.com
6. eramuslim.com
7. arrahmah.com
8. panjimas.com
9. Dakta FM
10.syiah-organizer.com

Dan berpegang teguhlah kamu sekelian kepada tali Allah (agama Islam), dan janganlah kamu bercerai-berai, dan kenanglah nikmat Allah kepada kamu ketika kamu bermusuh-musuhan (semasa jahiliah dahulu), lalu Allah menyatukan di antara hati kamu (sehingga kamu bersatu-padu dengan nikmat Islam), maka menjadilah kamu dengan nikmat Allah itu orang-orang Islam yang bersaudara.

Jadi ayat ini menjelaskan bahwa PERSATUAN adalah NIKMAT dan PERMUSUHAN adalah BALA’ dan KEHANCURAN.

 

Penyerangan Majelis Az-Zikra Janggal


Kamis, 12 Februari 2015 13:47 WIB |
Pewarta: Anom Prihantoro
“… yang terjadi selama ini khan mereka sering kali menjadi korban karena minoritas yang dianggap sesat. Kasus Sampang contoh nyata…”

Jakarta (ANTARA News) – Direktur Eksekutif MAARIF Institute, Fajar Riza Ul Haq, mengatakan, terdapat kejanggalan dalam penyerangan sekelompok preman yang mengaku penganut Syiah ke kampung Majelis Az-Zikra, pimpinan Ustadz Arifin Ilham, di Sentul, Kabupaten Bogor.

“Insiden harus disikapi dengan pikiran jernih. Ada beberapa kejanggalan,” katanya, di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan kejanggalan tersebut yaitu pertama, selama ini belum pernah terjadi penganut Syiah melakukan aksi intimidasi apalagi teror terhadap kelompok-kelompok mayoritas.

“Itu bunuh diri jika benar kelompok Syiah yang melakukan aksi premanisme itu. Justru yang terjadi selama ini khan mereka sering kali menjadi korban karena minoritas yang dianggap sesat. Kasus Sampang contoh nyata,” kata dia.

Kedua, Syiah di Indonesia sedang dalam sorotan seiring konflik-konflik sektarian di Timur Tengah yang melibatkan kelompok Syiah dan Sunni.

Fatwa sesat yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia, dikatakan dia, telah membuat Syiah dicurigai dan mudah untuk dikambinghitamkan.

“Sikap Arifin Ilham selaku pimpinan Majelis Dzikir Az-zikra yang menyerahkan proses hukum para pelaku penyerangan kepada kepolisian patut diapresiasi,” katanya.

Untuk itu, Fajar meminta polisi untuk mengusut dan menuntaskan kasus ini sesegera mungkin agar permasalahan tidak merembet kemana-mana.

“Ini bisa dimanfaatkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk memperkeruh situasi. Pada saat yang sama, masyarakat dan media jangan pula memprovokasi dengan tindakan-tindakan yang mempertunjukan kebencian kepada Syiah,” kata dia.

Editor: Ade Marboen
http://www.antaranews.com/berita/479669/maarif-institute-penyerangan-majelis-az-zikra-janggal


Kampung Arifin Ilham Diserang
Preman Penyerang Kampung Az-Zikra Menilai Spanduk Anti Syiah Merusak NKRI

Jakarta – Faisal Salim, kepala keamanan Perumahan Muslim Bukit Az-Zikra di Sentul, Bogor, babak belur dihajar puluhan preman yang merasa terganggu dengan pemasangan spanduk anti Syiah di perumahan itu. Para preman dari luar daerah itu menilai spanduk anti Syiah ini merusak NKRI.

“Saya dituding ISIS, lalu terus dipukuli. Mereka bilang spanduk itu menyulut permasalahan. Spanduk itu disebut anti-Pancasila dan anti-NKRI,” kata Faisal di Mapolres Kabupaten Bogor, Jl Tegar Beriman, Cibinong, Kamis (12/2/2015). Faisal datang ke polres untuk mengajukan laporan mengenai pemukulan itu.
Para preman ini menghajar Faisal sambil bertanya siapa yang memasang spanduk bertuliskan ‘Kami Warga Pemukiman Muslim Bukit Az-Zikra Sentul Menolak Paham Syiah’ di pemukiman tersebut. “Mereka terus bertanya agar saya tidak menutup-nutupi siapa yang memasang spanduk itu,” katanya.

Pemukulan ini terjadi pada Rabu (11/2) sekitar pukul 22.00 WIB – 23.00 WIB. Saat itu Faisal baru saja mengeluarkan mobilnya untuk menjemput istrinya di Jakarta. Di dalam mobil terdapat putrinya yang berusia 17 tahun. Tiba-tiba datang sekelompok orang yang menanyakan siapa yang memasang spanduk anti syiah itu.

Mereka sempat mendorong-dorong Faisal, lalu ada seorang bernama Ibrahim yang pura-pura jatuh sambil mengaku dirinya dipukul lalu menyuruh preman-preman ini menyerang Faisal.
Para preman yang mengaku bukan Syiah dan bukan warga sekitar Az-Zikra itu kini masihd diperiksa di Mapolres. Mereka bungkam saat ditanya wartawan siapa yang mensponsori aksi mereka.
sumber: detik.com

Ini Alasan Penyerang Serang Kampung Az-Zikra
Jakarta – Puluhan orang menyerang Perumahan Muslim Bukit Az-Zikra, Sentul, Kabupaten Bogor. Alasan penyerangan ini karena adanya spanduk anti-Syiah yang dipasang warga Az-Zikra.

“Karena adanya spanduk-spanduk yang bersifat SARA, yang berhubungan dengan mazhab tertentu. Jadi kesalahpahaman ini agar nantinya isu-isu SARA tidak meluas, melebar,” kata kerabat salah seorang penyerang yang mengaku bernama Lukman Husain di Polres Kabupaten Bogor di Jl Tegar Beriman, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (12/2/2015).

Lukman mengatakan rekan-rekannya ingin menjaga kerukunan antar umat beragama dengan meminta spanduk anti-Syiah yang dipasang warga Az-Zikra diturunkan. “Agar nantinya tidak timbul efek-efek negatif,” ujarnya.

Lukman menyebut penyerangan itu tak direncanakan. Para penyerang berasal dari Cibinong, Jakarta, dan Tangerang. Tuntutan para penyerang hanya spanduk diturunkan.

“Tidak ada penyerangan, harapannya hanya untuk penurunan spanduk yang provokatif dan ingin mengetahui siapa yang memasang. Proses penurunan spanduk sudah melapor ke Polsek setempat, saya menduga ada pihak-pihak tertentu yang mem-blow up,” ujarnya.

Dia berharap agar kejadian ini tak berlanjut. Lukman meminta pihak berwenang turun tangan.
Dalam aksi penyerangan sekelompok massa itu, satpam Az-Zikra bernama Faisal Salim, menderita luka-luka. Faisal bahkan dituduh ISIS oleh penyerang karena anti-Syiah.

http://news.detik.com/read/2015/02/12/181246/2831582/10/ini-alasan-penyerang-serang-kampung-az-zikra?nd771104bcj

Kampung Arifin Ilham Diserang
Az Zikra Diserang, Ustad Arifin: Kalau Salah Satu Diserang, Kami Bersama Lagi


Jakarta – Tak pernah terbayangkan sebelumnya perkampungan Az Zikra Arifin Ilham, Sentul diserang oleh sekelompok tak dikenal. Puluhan motor dan sejumlah orang merangsek masuk ke perumahan itu dan berteriak-teriak memecah kesunyian malam.

“Tadi malam gerombolan, gemuruh motor, luar biasa tidak terbayangkan,” ujar Arifin di Perumahan Az Zikra, Kamis (12/2/2015). Didampingi oleh para tokoh muslim, Arifin mengecam aksi bar-bar tersebut.
“Zikir dan doa sejata kami. Jihad dan dakwah jalan kami. Sekarang Allah menggiring kami ke wilayah muksin, jihad. Azzikra majelis kami tebarkan kedamaian,” lanjutnya.

Dia pun mengecam aksi pemberontakan seperti itu di malam hari. Sebab menurutnya, penyerangan semalam bukan hanya melukai para penghuni di Az Zikra, tetapi juga umat Islam.

“Sekarang kami buat pernyataan bersama, kalau ada salah satu dari kita diserang paham sesat kita bersama lagi. Bukan hanya atas nama Az Zikra, tapi atas nama umat Islam. Pernyataan itu dibuat saja segera,” lanjutnya.

Arifin sempat bercerita semalam dia tidak tahu persis kejadiannya seperti apa. Sebab, dirinya bermalam di rumah istri keduanya.

“Istri Arifin yang pertama tak bisa tidur sampai jam 23.30 WIB. Untungnya, Arifin lagi di rumah istri yang kedua,” ucapnya.

http://news.detik.com/read/2015/02/12/170752/2831490/10/az-zikra-diserang-ustad-arifin-kalau-salah-satu-diserang-kami-bersama-lagi?nd771104bcj

Pemerintah dan DPR Tolak Syiah Dianggap Sesat Adalah Kedustaan Para Nashibi (Wahabi)

Ketua DPR: Aliran Syiah Tidak Sesat
Senin, 27 Agustus 2012 | 14:40

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Marzuki Alie

Ketua DPR RI Marzuki Alie menegaskan, aliran syiah di Indonesia bukan aliran sesat. Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah mengeluarkan fatwa bahwa aliran ini  tidak sesat.

Hal itu dikatakan Marzuki Alie  di Jakarta, Senin (27/8), menjawab pers terkait kerusuhan di Sampang, Madura, Jawa Timur.

Menurut Marzuki, kalau MUI sudah mengeluarkan fatwa itu tidak sesat,  maka persoalan sekarang adalah kenapa masih muncul konflik?  Itu pasti sosialisasi keputusan MUI yang masih kurang.

“Itu tugas Kementerian Agama dan MUI,” katanya. Kalau pun sosialisasi sudah dilakukan dan masih juga konflik terulang, kata dia, maka pasti ada yang salah di tahapan sosialisasinya.

Marzuki juga meminta aparat kepolisian untuk mengusut tuntas kasus tersebut, jangan ada diskriminasi dan sebagainya.  “Kita memahami jumlah personel polisi sangat terbatas.  Karena itu, untuk tahun depan akan ditambah 20.000 personel baru Polri. Tetapi kita harap polisi bekerja keras menuntaskan kasus ini,” katanya.


PKS Bentuk TPF
Sementara itu, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) akan membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) untuk mencari tahu akar persoalan munculnya konflik tersebut. Apalagi ini adalah konflik kedua, yang dulu sudah diselesaikan. Hal itu dikatakan mantan.

Ketua MPR RI Hidayat Nurwahid dalam jumla pers di DPR RI, Jakarta, Senin siang. FPKS, kata dia,  sangat menyesal munculnya kasus ini untuk kedua kali.

“Kami sangat prihatin dan berbelasungkawa dengan tragedi Sampang ini. Ini sangat disesalkan karena terjadi untuk kedua kalinya. Kami mengecam munculnya konflik antar warga,” katanya.

Hidayat juga meminta tokoh-tokoh masyarakat, ormas keagamaan, dan partai politik untuk mengajak masyarakat menghindari konflik. Dia juga meminta kepolisian  untuk mengusut tuntas kasus ini dengan adil dan tidak mencari kambing hitam. [L-8]

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Marzuki Alie

Selasa, 28 Agustus 2012 , 07:50:00
 
JAKARTA - Pihak-pihak yang menganggap umat Syiah sesat harus mengoreksi pendapatnya. Kementerian Agama (Kemenag) menegaskan bahwa Syiah adalah bagian dari umat Islam. Kendati belum menjadi keputusan final, tapi angin segar pengakuan Syiah itu sudah diisyaratkan oleh Menteri Agama Suryadharma Ali (SDA). 
 
Ditemui usai memimpin halalbihalal di kantornya kemarin, SDA mengatakan bahwa pihaknya sudah menjalankan penelitian dan kajian tentang keberadaan umat muslim Syiah di Indonesia. Menteri yang juga ketua umum DPP PPP itu mengatakan, Kemenag tidak rela jika konflik bernuansa agama terus terjadi. Sebab, konflik tersebut melibatkan umat Syiah dan Sunni yang sejatinya sama-sama umat Islam. “Saya berharap semua pihak bisa menyejukkan suasana di Sampang. Jangan sampai konflik meluas,” tegasnya.

SDA menegaskan jika kajian soal posisi Syiah ini menghadirkan pendapat dari banyak pihak. “Mulai ahli-ahli agama, sejarah, dan pihak-pihak lainnya yang ingin menyelesaikan masalah ini kami libatkan,” kata dia. SDA juga mengatakan, hasil diskusi atau kajian dari tim ini nantinya akan dijadikan bagi pemerintah untuk mendefinisikan dan memposisikan Syiah.

Kajian dari jajaran Kemenag tetang Syiah ini penting dan mendesak segera keluar. Mengingat potensi letupan-letupan konflik bernuansa agama antara muslim syiah dengan muslim anti-syiah bisa terus terjadi.

Meskipun belum menjadi ketetapan, namun posisi pemerintah dalam menyikapi kebedaraan muslim Syiah di Indonesia akan merujuk pada kebijakan Organisasi Konferensi Islam (OKI). Dalam KTT Luar Biasa OKI di Arab Saudi beberapa waktu lalu, sudah menunjukkan kabar baik soal penghentian perseteruan antara kaum sunni dan kaum syiah.

Dalam sejumlah laporan disebutkan bahwa pada suatu momen di KTT Luar Biasa OKI ini, Raja Arab Saudi King Abdullah memberi penghormatan yang luar biasa kepada Presiden Mahmoud Ahmadinejad. Saat itu, selain berjabat tangan, King Abdullah meminta Ahmadinejad duduk di kursi tepat di samping kirinya.

Sejumlah pihak melihat sambutan raja Arab kepada presiden Iran itu fenomena luar biasa. Dengan sambutan itu, diharapkan perseteruan antara kaum syiah dan sunni sudah bisa diakhiri. Seperti diketahui, kaum sunni selama ini mendominasi di negara-negara Teluk seperti Arab Saudi. Sedangkan kaum syiah mendominasi Iran.

Pendapat senada diungkapkan Wakil Direktur Eksekutif Human Rights Working Group Choirul Anam. Choirul mengungkapkan bahwa sejatinya OKI sudah menganggap Syiah dan Sunni sama. Buktinya, dalam kajian komisi bidang hak asasi manusia yang berada di bawah OKI menyebutkan bahwa Syiah harus mendapat tempat di negara-negara Sunni. Di OKI bahkan kaum Syiah sudah dianggap setara dengan umat Sunni lainnya. “Tidak ada alasan untuk menyebut Syiah sesat,” tegasnya.

Choirul mendesak agar Kemenag menerbitkan selebaran resmi yang berisi pengakuan tentang keislaman Syiah. Selebaran itu, kata dia, dibagikan ke daerah-daerah hingga tingkatan institusi kementerian terkecil. Tujuannya, tidak ada lagi pemuka agama setempat yang menggerakkan warga untuk mengintimidasi kaum Syiah yang jelas-jelas bagian dari umat Islam. “Selama ini, amunisi pemimpin agama setempat menggerakkan warga adalah karena Syiah dianggap sesat, padahal tidak,” katanya.

Di bagian lain, Badan Intelijen Negara (BIN) mengaku kecolongan dengan kejadian tersebut. Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman mengakui adanya kekurangan untuk melakukan langkah-langkah antisipasi terjadinya bentrok.

“Kita harus mengakui kalau hal itu terjadi, (maka) intelijennya harus diperbaiki,” kata Marciano seusai mengikuti rapat terbatas membahas insiden Sampang di Kantor Presiden, kemarin (27/8). Menurutnya, selain solusi untuk menyelesaikan bentrok, evaluasi terhadap intelijen juga harus dilakukan.
“Harusnya, intelijen yang baik mempunyai kemampuan mendeteksi secara dini hal-hal yang akan timbul,” sambung mantan Pangdam Jaya itu.

Rapat khusus membahas soal insiden di Sampang itu dipimpin langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Selain Wapres Boediono dan kepala BIN, rapat antara lain juga diikuti oleh Mendagri Gamawan Fauzi, Menag Suryadharma Ali, Menkum HAM Amir Syamsuddin, Jaksa Agung Basrief Arief, Kapolri Timur Pradopo, dan Panglima TNI Agus Suhartono.

SBY mengatakan, ada yang belum optimal dalam penanganan masalah di Sampang. Pasalnya, kejadian tersebut pernah terjadi bulan Desember 2011 lalu. Dia menyebut kerja intelijen lokal, baik kepolisian maupun intelijen komando territorial TNI. Begitu juga dengan peran pemerintah daerah. “Mestinya kalau intelijen itu bekerja dengan benar dan baik, akan lebih bisa diantisipasi. Dideteksi keganjilan yang ada diwilayah itu,” urainya.

Menurut presiden, persoalan tersebut kompleks, tidak hanya berkaitan dengan keyakinan. Namun juga berkaitan dengan konflik internal keluarga. “Akhirnya saling bertautan dan karena masing masing punya pengikut, terjadilah insiden atau aksi kekerasan yang sangat kita sesalkan itu,” kata SBY.

Solusinya, lanjut dia, perlu keterpaduan antara pemerintah pusat dan daerah. Selain itu, SBY juga meminta penegak hukum bertindak secara tegas dan adil. “Saya berharap para pemimpin dan pemuka agama tokoh masyarakat bersama-sama dengan pemerintah, utamanya pemda untuk kembali menenangkan umat mereka semua,” katanya.

Sementara itu Kapolri Timur Pradopo mengatakan, pihaknya telah menangkap tujuh orang yang ditetapkan sebagai tersangka. “(Perannya) ada pelaksana, ada penggerak,” katanya. Dia menegaskan, masih ada tiga orang yang menjadi target karena dinilai bertanggung jawab dalam insiden bentrok itu.

Mantan Kapolda Metro Jaya itu enggan menanggapi jika disebut kecolongan atas bentrokan itu. “Sekarang tentunya kita melihat ke depan, langkah-langkah penegakan hukum yang kita lakukan,” elaknya.
Di Gedung Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (KemenkumHAM) Jalan H.R Rasuna Said, Menkumham Amir Syamsuddin berharap agar masalah Sampang tidak terlalu dibawa ke arah agama. Seolah-olah apa yang terjadi adalah pertikaian antara Sunni melawan Syiah. “Ada latar belakang masalah keluarga,” ucapnya.

Nah, latar belakang masalah pribadi itulah yang diharapkan bisa segera dipecahkan permasalahannya. Apalagi, tragedi yang terjadi pada Minggu (26/8) kemarin disebutnya sebagai peristiwa ulangan setahun lalu. Sehingga, kecil kemungkinan apa yang terjadi murni berlatar penistaan agama.

Itulah kenapa, dia menyebut bakal ada penegakan hukum yang tegas dalam menyelesaikan konflik antar warga itu. Termasuk mengevaluasi kenapa pertikaian itu kembali terjadi. “Berbagai pihak harus bersinergi mencari solusi, dan pencegahannya,” kata Amir.

Khusus untuk evaluasi pelaksana penegakan hukum di Sampang, Amir menegaskan bakal diambil alih oleh pemerintah kalau penegak hukum daerah enggan menangani kasus itu. Dia menyebut secara hukum acara bisa saja hal itu dilakukan meski belum ada keputusan apapun karena butuh berbagai pertimbangan.

Baginya, penegakan hukum itu penting supaya peristiwa serupa tidak terulang. Menteri yang juga advokat itu khawatir kalau konflik seperti itu bakal meningkat menjadi lebih parah dan makin berlarut. “Perintah Presiden jelas, penegak hukum dalam hal ini Kapolri, Jaksa Agung, dan hakim untuk turun tangan,” tegasnya.

Sementara ini, Amir belum memberi kepastian apakah ditemukan pelanggaran hak asasi manusia dalam kasus itu. Semua itu baru bisa dijawabnya kalau evaluasi sudah dilakukan secara menyeluruh. Oleh sebab, dia langsung terbang menuju Sampang bersama Kemendagri untuk melakukan evaluasi bersama yang lain.

Ini Komentar PBNU dan MUI Soal Video Ancaman ISIS, Ketua PBNU: Soal Ancaman ISIS, Aparat Harus Tegas Menjaga NKRI

JAKARTA – Ketua PBNU, KH Maksum Machfoedz, menyerukan agar pemerintah dan aparat kemanan harus tegas menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terkait video ancaman yang diduga diunggah oleh anggota kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). “Aparat harus tegas menjaga NKRI” kata Maksum saat dihubungi Republika Online, Ahad (28/12).

Meskipun warga negara Indonesia yang bergabung dengan ISIS terhitung sangat kecil jumlahnya. Namun, lanjut dia, bukan berarti kasus ini tidak penting untuk dicermati. Maksum mengatakan, semua masyarakat Indonesia termasuk TNI, Banser, Nahdliyin, Muhammadiyah tetap harus waspada dan tidak terprovokasi dengan video ancaman tersebut. Apalagi jangan sampai kemasukan oleh paham-paham ISIS.

PBNU, kata Maksum, mengimbau semua lembaga dan jamaah untuk makin teguh dengan akidah yang toleran. Ia juga meminta peran negara untuk turut mencermati garis etika dakwah di Indonesia.
Sebelumnya, sebuah video berisikan ancaman terhadap TNI, Polri, dan Banser yang diduga berasal dari anggota ISIS beredar di youtube. Video tersebut diunggah pada tanggal 24 Desember lalu oleh pemilik akun Al-Faqir Ibnu Faqir. Dalam video berdurasi sekitar empat menit tersebut, tampak seorang bejaket hitam dan menggunakan topi hitam.

Pengancam tersebut diduga bernama Abu Jandal Al Yemeni Al Indonesia. Ia mengancam jika Pasukan TNI, Polri, Densus 88 dan Banser tidak sanggup mendatanginya, maka pasukan di Negeri Syam dan Irak akan mendatangi Indonesia dan membantai satu persatu pasukan TNI, Polri, Densus 88 dan Banser.


Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) : Soal Video ISIS, Itu Hanya Sensasi Dari Orang Bodoh

JAKARTA – Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Tengku Zulkarnain, mengatakan video yang beredar di Youtube tak perlu dikhawatirkan. Karena menurut dia video ancaman yang diunggah salah satu anggota kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang sempat beredar beberapa waktu lalu hanya sensasi belaka.

“Itu bukan ancaman, hanya sensasi dari orang bodoh yang tidak tahu agama” kata Tengku Zulkarnain saat duhubungi Republika Online, Ahad (28/12).

Menurut Tengku Zulkarnain, mustahil bagi ISIS dengan jumlahnya yang sedikit dapat menghancurkan Indonesia yang merupakan negara besar. Bisa jadi, kata Tengku Zulkarnain, video tersebut hanya sensasi orang setengah gila dengan mengatasnamakan ISIS yang ingin memperkeruh suasana.

Lebih jauh lagi ia menegaskan, ancaman tersebut bukan merupakan hal yang berbahaya. Dengan cepat, pelaku dan motif video tersebut dapat diketahui oleh intelijen.
“Dalam seminggu pasti ketahuan sama intelijen, ini masalah seujung kuku” papar Tengku Zulkarnain.
ISIS, kata Tengku Zulkarnain, bahkan tidak mampu menembus organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam yang ada di Indonesia. Karena, menurutnya, Indonesia merupakan warisan dari ulama-ulama.

Tengku Zulkarnain mengimbau agar seluruh masyarakat segera merapatkan barisan menolak ISIS yang dapat memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karena, ia menegaskan, Indonesia merupakan amanat yang harus diberikan kepada anak cucu dan jangan sampai dicacati oleh pikiran-pikiran rusak.

Bentuk-Bentuk Jihad dan Padanannya


“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim,” (QS al-Baqarah [2]: 193).

Banyak orang terhenyak ketika Imam Samudra alias Abdul Aziz, tersangka utama Bom Bali (telah dieksekusi dengan cara ditembak pada tanggal 11 November 2008 di Bukit Nirbaya, Nusakambangan-red) mengeluarkan pernyataan mencengankan di hadapan wartawan. “Ini adalah perjuangan suci (jihad), bukan perjuangan hina. Insya Allah, Allahu Akbar!”.

Tentu saja pernyataan Imam Samudra tersebut menyisakan banyak pertanyaan dalam pikiran kita tentang konsep jihad dalam Islam; relevansi konsep jihad itu dipakai dalam dan diejawantahkan di era modern ini. Apakah jiwah itu? Adakah ia sama dengan terorisne? Dan seperti apakah jihad dalam al-Qur’an?
Tak bisa dipungkiri, pernyataan Imam Samudra tentang jihad menyemburkan aroma tidak sedap bahwa Islam memuat doktrin-doktrin suci untuk menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan, termasuk pemboman yang mengakibatkan korban meninggal ratusan jiwa yang tak berdosa. Berulkan seperti itu?

Perbedaan Terorisme dan Jihad
Pandangan jihad Imam Samudra jelas pandangan yang “sesat” dan “menyesatkan” (dhalla wa adhalla). Dan masyarakat yang kurang memahami akan meyakini pandangan yang salah, dengan menyamakan jihad terorisme. Bahkan, oleh kalangan yang tidak mengerti ajaran Islam yang luhur, Islam dicap sebagai agama teroris.

Kekeliruan pemahaman ini bisa disebabkan oleh kurangnya pemahaman masyarakat mengenai Islam, tetapi tidak tertutup kemungkinan karena sebagaian Muslim justru melakukan jihad melalui aksi-aksi terorisme.
Padahal antara jihad dan terorisme jelas terdapat perbedaan yang sangat mendasar. Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI), terorisme adalah tindakan kejahatan terhadap kemanusian dan peradaban yang menimbulkan ancaman serius terhadap kedaulatan Negara, bahaya terhadap keamanan, perdamaian dunia serta merugikan kesejahteraan masyarakat.

Terorisme adalah salah satu bentuk kejahatan yang diorganisasi dengan baik (well-organized), bersifat transnasional dan digolongkan sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang tidak membeda-bedakan sasaran (indiscriminative).

Menurut Konvensi PBB tahun 1939, terorisme adalah segala bentuk tindak kejahatan yang ditujukan langsung kepada negara dengan maksud menciptakan bentuk teror terhadap orang-orang tertentu atau kelompok orang atau masyarakat luas.

Dalam kamus Webster’s New School and Office Dictionary dijelaskan, “Terrorism is the use of violence, intimidation, etc to gain to end; especially a system of government ruling by terror …” (terorime adalah penggunaan kekerasan, intimidasi dan sebagainya untuk merebut atau menghancurkan, terutama, system pemerintahan yang berkuasa melalaui teror…).

Dari ketiga definisi tersebut dapat dipahami bahwa terorisme adalah kejahan (crime) yang mengancam kedaulatan Negara (against state/nation) melawan kemanusia (against humanity) yang dilakukan dengan berbagai bentuk tindakan kekerasan.

RAND Corporation, sebuah lembaga penelitian dan pengembangan swasta terkemuka di Amerika Serikat, melalui sejumlah penelitian dan pengkajiannya, menyimpulkan bahwa setiap tindakan kaum teroris adalah tindakan criminal.

Definisi lain menyatakan bahwa: pertama, terorisme bukan bagian dari tindakan perang, sehingga seyogyanya tetap dianggap sebagai tindakan criminal, termasuk juga dalam situasi diberlakukannya hokum perang.
Kedua, sasaran sipil merupakan sasaran utama terorisme, dan dengan demikian penyerangan terhadap sasaran militer tidak dapat dikategorikan sebagai tindakan terorisme.
Ketiga, meskipun seringkali dilakukan untuk menyampaikan tuntutan politik, aksi terorisme tidak dapat disebut sebagai aksi politik.

Dari uraian di atas, jelas sekali terlihat perbedaan antara terorisme dengan jihad. Pertama, terorisme bersifat merusak (ifsad) dan anarkis/chaos (faudha). Kedua, terorisme bertujuan untuk menciptakan rasa takut dan atau menghancurkan pihak lain. Ketiga, terorisme dilakukan tanpa aturan dan sasaran tanpa batas.
Sebaliknya, jihad bersifat perbaikan (ishlah), sekalipun, sebagian dilakukan dengan perang. Jihad bertujuan untuk menegakkan agama Allah dan atau membela pihak yang terzalimi. Jihad dilakukan dengan mengikuti aturan yang ditentukan oleh syariat dengan sasaran musuh yang jelas.

Karena itu, menurut MUI, hukum melakukan teror secara qath’i adalah haram, dengan alasan apa pun, apalagi dilakukan di negeri yang damai (dar as-shulh) dan negeri Muslim seperti Indonesia.
Hukum jihad (dalam pengertian perang-red) adalah wajib bagi yang mampu dengan beberapa syarat. Pertama, untuk membela agama dan menahan agresi musuh yang menyerang terlebih dahulu. Kedua, untuk menjaga kemaslahatan atau perbaikan, menegakkan agama Allah dan membela hak-hak orang-orang yang teraniaya. Ketiga, terikat dengan aturan hukum Islam seperti musuh yang jelas, tidak boleh membunuh orang-orang tua renta, perempuan dan anak-anak yang tidak ikut perang.

Bentuk-Bentuk Jihad
Jihad sebagai salah satu wujud pengamalan ajaran Islam dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk sesuai dengan situasi dan kondisi yang dialami oleh umat Islam. Pertama, perang (ghazwah/qital). Al-Qur’an menyatakan bahwa tujuan perang untuk menghilangkan fitnah atau kezaliman. Firman Allah Swt, “Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim,” (QS al-Baqarah [2]: 193).

Kedua, menyampaikan kebenaran atau mengkritik penguasa yang zalim. Perintah berjihad melwan pengasa yang zalim disebutkan, antara lain, sabda Rasulullah Saw, “Susungguhnya diantara jihad yang paling besar adalah menyampaikan kebenaran kepada penguasa yang zalim” (HR Tirmidzi).

Ketiga, berbakti kepada kedua orang tua (bir al-walidaini). Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa seseorang datang kepada Rasulullah Saw meminta izin berjihad (berperang) bersama beliau. Namun Rasulullah menyuruhnya berjihad dengan cara lain, yakni berbakti kepad kedua orang tua. Dalam al-Qur’an allah Swt berfirman, “… Hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya, (QS al-Isra’ [17]: 23).

Keempat, menuntut ilmu dan mengembangkan lembaga pendidikan. Dalam sebuah hadits dijelaskan “Orang yang datang ke masjidku ini tidak lain karena kecuali karena kebaikan yang dipelajarinya atau yang diajarkannya, maka ia sama dengan orang yang berjihad (berperang) di jalan Allah,” (HR Ibnu Majah).

Kelima, membantu fakir miskin. Bentuk jihad yang tidak kalah pentingnya adalah membantu orang miskin, peduli terhadap sesame dan menyantuni kaum papa. Sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah menjelaskan bahwa orang yang menolong dan memberikan perlindungan kepad janda dan roang miskin sama seperti orang yang melakukan jihad di jalan Allah.

Keenam, bekerja. Suatu ketika Rasulullah Saw dalam perjalanan keluar kota untuk berperang. Rasulullah Saw dan rombongan bertemu dengan pemuda kekar yang sedang mencangkul di sawah. Lantas seorang sahabat mengusulkan untuk mengajak pemuda tersebut berperang bersama Rasulullah Saw. Beliau menjawab, “Jika ia bekerja untuk menghidupi diri dan keluarganya, maka ia juga pejuang (jihad) seperti kita”.

Wallahu a’lam bis shawab.

Disarikan dari buku Nasir Abbas, Memberantas Terorisme, Memburu Noordin M. Top, Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2009.

Sunni-Syiah hanyalah perkembangan pasca Rasulullah Saw

Dien Syamsudin :

Ana La Syi’i, La Sunni, Bal Islami

 

(Transkrip lengkap, sambutan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, Dien Syamsudin dalam peluncuran buku Kapita Selekta Mozaik Islam, karya Prof. Dr. Umar Shihab di Hotel Pan Pasific pada Jumat 17 Oktober 2014).


Assalamu’alaikum wr wb.
Alhamdulillahi haqqa hamdih, wa syukrulillahi haqqa syukrih, wa la hawla wala quwwata illa billahil aliyil adhim, al Mukaromun yang saya muliakan para ulama, zu’ama, sesepuh dan pinisepuh serta semua tamu undangan.

Al Mukarromun ashabul fadhilah al-sufara’ min al-duwal al Islamiyah al syafiqah, Yang Mulia para Duta Besar negara-negara sahabat, hadirin dan hadirat khususnya “sang pengantin,” penulis buku, Prof. Dr. Umar Shihab yang berbahagia.

Atas nama pribadi dan atas nama dewan pimpinan  Majelis Ulama Indonesia saya ingin mengungkapkan rasa syukur dan rasa bahagia atas peluncuran buku Kapita Selekta dan Mozaik Islam karya prof Dr. Umar Shihab, seorang dari Ketua Majelis Ulama Indonesia yang kebetulan termasuk yang tertua yang telah mencapai usai 75 tahun, terpaut hampir 20 tahun dari saya, seorang yang kalau boleh saya katakan sebagai mozaik dalam dirinya, karena selain sebagai seorang ulama dan juga Muslim, guru besar, tapi juga seorang pendidik dan banyak juga pengalaman dalam bidang politik.

Judul buku ini, Kapita Selekta yang tadi dibicarakan terpengaruh oleh Pak Natsir yang juga menuliskan Kapita Selekta tapi juga karena, meskipun saya belum membaca secara tuntas, buku ini mengangkat isu-isu, persoalan-persoalan dalam rentangan disiplin ilmu keislaman yang luas dari akidah, fikih, hukum, kalau tidak salah juga tasawuf dan juga diskusi kontemporer termasuk isu-isu politik, maka dia menjadi bunga rampai yang sangat kaya dan ketika dinyatakan sebagai mozaik Islam, ini mengandung pesan bahwa Islam bisa dikatakan sebagai sebuah entitas keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian yang satu sama lain terjalin dalam tali temali yang erat sekali dan menjadikan Islam sebagai Die Wende dan sekaligus sebagai mozaik yang indah.

Ini menegaskan bahwa ada persoalan kemajemukan, ta’addudat, termasuk di dalamnya persoalan ikhtilaf dan juga keragaman yang sesungguhnya merupakan sunnatullah karena begitu banyak ayat suci menegaskan bahwa Allah menciptakan semua yang ada di bumi, langit, alam semesta ini dalam keragaman, ikhtilafu alwanikum wa alsinatikum, syu’uban wa qabaila, dan seterusnya yang di akhir ayat itu, Allah mengatakan semuanya adalah tanda-tanda lil ‘alimin bagi orang-orang yang berilmu yang mengetahui, yang menggunakan akal pikiran.
  1. ikhtilafu ummati rahmah dan banyak disebut tadi, perbedaan di antara umatku itu adalah rahmat, ini dalam arti secara esensial perbedaan itu sebagai rahmat tetapi juga ada pesan, ada imperatif dalam ungkapan itu bahwa perbedaan-perbedaan di antara kita perlu kita sikapi dengan rahmah dan penuh kasih sayang di antara kita.
Inilah yang menjadi pesan Islam yang kemajemukan umat dalam pemikiran, dalam mazhab, dalam orientasi politik dan di Indonesia juga dalam instrumen perjuangan di organisasi-organisasi kemasyarakatan, sesungguhnya adalah sunnatullah itu sendiri. Maka oleh karena itu pesan Islam yang ingin disampaikan oleh Prof. Dr. Umar Shihab adalah pesan Islam agar dialog di antara kita perlu kita tingkatkan dan agar kita tidak mudah terjebak kepada yang beliau sampaikan tadi itu, takfir dan tadhlil, yaitu pengkafiran dan penyesatan yang memang akhir-akhir ini menjadi salah satu fenomena di dunia Islam, di kalangan dunia Islam, takfir yaitu ada gerakan takfiri dan gerakan tadhlil, yang walaupun di dalam Islam dibandingkan dengan agama-agama lain relatif memiliki kriteria keyakinan kepercayaan keagamaan yang sangat ketat sekali, best marking of Islamic faith, yang mungkin bagi agama-agama lain yang terlalu longgar dalam hal keyakinan sehingga memungkinkan dan memang secara empiris terdapat sekte-sekte yang berbeda satu sama lain, tapi Islam sangat ketat sekali menyangkut al-aqidah al-Islamiyah, namun sangat tergantung pada kita apakah kita membawanya pada kriteria maksimal ataukah menurunkannya pada kriteria minimal. Kalau saya pribadi ingin kriteria minimal lah yang kita pakai, yaitu syahadatain, maka semua yang bertumpu pada syahadatain, keyakinan terhadap keesaan Allah dan kerasulan Muhammad sebagai rasul terakhir, semuanya berada di dalam wilayah keislaman.

Maka tidak salah dalam hadis man qala la ilaha ilallah dakhalal jannah, didahului la ilaha ilallah saja ini, kalau kita berangkat dari kriteria yang minimal ini, maka perbedaan-perbedaan yang ada itu sesungguhnya berada pada wilayah cabang-cabang, furu’iyyah bukan pada ushul, dasar agama, dan ketika ada percabangan-percabangan, kemajemukan dan keragaman dalam banyak hal lain yang menurut sejarah yang bisa kita baca itu semuanya adalah perkembangan pasca Rasulullah Saw, Sunni-Syiah, mazhab-mazhab, adalah dinamika perkembangan pasca Rasulullan Saw.

Sehingga itu adalah produk sejarah, produk budaya yang memang mengacu kepada dasar-dasar agama dan bahkan tidak sedikit dalam perkembangan perbedaan itu sendiri ada faktor politik yang kemudian ditarik ke teologi seolah-olah perbedaan teologis, padahal pada pangkalnya adalah perbedaan politik, kalau ini kita sikapi secara jernih, tenang dan sedikit santai maka kita mungkin bisa berlapang dada, dan inilah pesan Rasulullah Saw yang sangat senang saya kutip, yaitu hadis yang berbunyi ahabbuddin lillah atau ilallah al-hanafiyyatu as-samhah, bahwa agama yang paling dicintai di sisi Allah, pada Allah adalah keberagaman yang bertumpu pada kehanifan, al-hanafiyyah dan memang agama-agama samawi termasuk Islam, sangat mengacu kepada pengikut Ibrahimi, Ibrahim as yang menyatakan dirinya dan dinyatakan sebagai hanifan musliman.

Sebagai muslim yang hanif yang menampilkan al-hanafiyyah dan ini pulalah sedikit kita lakukan konteks analisis terhadap doa-doa dalam shalat betapa shalat yang merupakan tiang agama itu diawali dengan komitmen Ibrahimi, hanifan musliman menukilkan pernyataan Ibrahim as tapi di ujung shalat dalam tahiyat kita ulang kembali kama barakta ‘ala Ibrahim, Ibrahim kita munculkan kembali seolah-olah komitmen Ibrahimi ini meliputi shalat yang merupakan tiang agama itu, dan itulah kehanifan, al-hanafiyyah, kalau pesan Rasul tadi itu al-hanafiyyatu as-samhah, yang berlapang dada, yang bertoleransi, yang terbuka untuk tidak mengklaim absolute truth dalam pemikiran kita yang absoluteal-haq itu dari Allah, tapi apa yang kita pahami, apa yang kita pikirkan adalah wilayah dengan kenisbian manusia.

Nah, dengan demikian maka umat Islam akan tergerak untuk melakukan komunikasi, dialog, silaturahim,silatulfikri,  hubungan kasih sayang dalam hal pemikiran dan ini akan menjadi modal bagi persatuan umat Islam.

Terakhir khususnya di Indonesia, saya kira agenda mendesak untuk kita dorong bersama-sama adanya as-samhah sesama umat Islam untuk kita hadapi fenomena takfiri, pengkafiran, tadhlil, penyesatan, yang kurang berdasarkan al-hanafiyyatu as-samhah tadi itu, yang hanya akan menimbulkan perpecahan di kalangan umat Islam. Terus terang, saya ingin secara terus terang, terbuka, persoalan besar dunia Islam sekarang, persoalan Sunni-Syiah, bagi yang belajar Islam semua perkembangan pasca Rasulullah Saw hanyalah perbedaan tafsir terhadap hadis yang mungkin juga terhadap Al-Quran, muncullah perbedaan ini maka saya lebih senang mengutip ulama-ulama, mufti-mufti sebagian di Timur Tengah sana, yang mengatakan walaupun banyak yang tidak setuju bahwa ana la Syi’i la Sunni bal Islami, tidak Sunni-tidak Syiah tapi Islam.

Bahkan ada ulama mufti dari Suriah kalau tidak salah, dengan kata-kata ana syi’iyyun fi mahabbati aali Rasulillah, wa ana sunniyyun fi mahabbati ashhabi Rasulillah, mungkin di situ titik temu. Nah, upaya kecenderungan kita untuk bicara titik temu inilah, adalah sebuah perjuangan besar, sebuah jihad yang perlu kita lakukan, maka Majelis Ulama Indonesia diharapkan dapat menjadi tenda besar bagi seluruh kekuatan umat Islam termasuk yang mungkin, yang kita anggap jauh dari Islam tapi mereka sendiri mengaku Islam dan oleh karena itu perlu ada sebuah tenda besar yang semua pihak merasa nyaman untuk bernaung di bawah tenda itu. Ini tidak mudah, ini tantangan kita bersama tapi dengan bangkitnya kekuatan umat Islam tengahan yang moderat, yang toleran, yang penuh dengan al-hanafiyyatu as-samhah ini, ada keyakinan itu akan menjadi kenyataan dan kita akan terhindarkan dari silang sengketa, perselisihan, bahkan permusuhan, apalagi jika terjadi al-fitnatul kubra pada era modern ini, na’udzu billahi min dzalik.

Oleh karena itulah buku Prof. Dr. Umar Shihab ini, walaupun saya sudah baca sepintas saja antara lain memesankan itu, maka oleh karena itulah mari kita ciptakan mozaik Islam yang indah, keragaman sebagai sebuah keindahan.

Selamat terhadap Prof. Dr. Umar Shihab atas bukunya yang kesekian kalinya ini, dan selamat atas usia 75 tahun, semoga dapat terus berkiprah, bagi umat, bagi bangsa dan negara, dan tetap aktif menjadi salah satu tulang punggung Majelis Ulama Indonesia untuk menjadi tenda besar bagi Umat Islam dan bagi Indonesia.

Wa billahit taufiq wal hidayah wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Duet Maut DDII-MUI untuk Pecah Belah Umat

Buku MUI Palsu

“Saya bertanya kepada teman yangg jadi pengurus MUI pusat, apakah buku penyesatan atas Syiah didanai Arab Saudi? Dia bungkam.

Saat bangsa Indonesia berduka di tengah rentetan musibah nasional yang menggerus seantero ibu pertiwi, sekelompok kecil massa intoleran tanpa rasa risau dan risih malah menggelar hajatan berisi hujatan terhadap sesama anak bangsa. Perhelatan beraroma provokasi yang diklaim sebagai “sosialisasi fatwa MUI tentang penyimpangan Syiah” dan dilangsungkan di Aula utama Pusat Informasi Haji (PIH), Batam, Minggu (2/2), itu diprakarsai dua lembaga yang belakangan mendadak gencar mendiskreditkan mazhab Islam Syiah: Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia (DDII).

Acara serupa, sebagaimana diakui pihak panitia, juga sebelumnya telah digelar di beberapa kota lain, sebut saja di Bogor, Bekasi, Bandung, Semarang, Makassar, dan lain-lain. “Memang, acara ini bagian dari serangkaian road-show di berbagai kota di Indonesia.” Kebanyakan hadirin berasal dari partai politik tertentu serta para simpatisan yang dikerahkan sendiri oleh pihak DDII dan MUI.

Formasi pembicara dalam acara promosi buku keluaran MUI yang (ditengarai sebagai pesanan Arab Saudi) lebih tepat disebut “ajang provokasi dan mobilisasi massa” ketimbang seminar atau diskusi ilmiah itu nyaris sama dengan sebelumnya. Pembicara langganan yang dibayar untuk tampil dalam acara itu adalah Muhammad Baharun dan Fahmi Salim.

Bila disimak lebih cermat, isi pembicaraan keduanya ternyata sama sekali tidak beringsut dari isu (baca: fitnah) kuno yang diulang-ulang dan jauh dari bermutu. Misalnya, seputar keyakinan kaum Syiah yang menyakini Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw sebagai figur paling utama di kalangan sahabat dan berhak didapuk sebagai pemimpin umat Islam, begitu pula dengan keturunan beliau yang tak lain dari anak-cucu Nabi saw. Juga tentang tudingan bahwa kaum Syiah memiliki versi al-Quran yang berbeda dengan yang dimiliki Muslim yang lain.

Tak puas dengan menciptakan fiksi tentang Syiah sesuai selera pemesannya, kedua pembicara juga menghasut hadirin bahwa Syiah adalah ancaman, baik secara akidah maupun ideologi. Ancaman akidah, kata mereka, karena Syiah menganggap para Imamnya terhindar dari dosa (maksum), berderajat lebih tinggi dari para nabi dan malaikat, serta menentang ayat al-Quran (?) dan mengkafirkan para sahabat Rasulullah saw.

Adapun ancaman ideologi, klaim mereka, mengarah pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Seperti tukang ramal yang sedang berkaca di depan cermin, mereka mendakwa bahwa kemunculan Syiah merusak persatuan negara dan mencipta perpecahan dalam tubuh umat Islam. Menurut keduanya, itulah alasan MUI menerbitkan buku panduan mengenai aliran dan paham Syiah pada September 2013 lalu, yang bertajuk “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia,” yang dibagi-bagikan kepada sekitar 300-an hadirin.

Pertanyaannya, siapa sebenarnya yang menggerogoti persatuan negara dan umat Islam di Indonesia? Sebagai mazhab keislaman mainstream bersama Ahlussunnah wal Jama’ah, usia Syiah sepanjang sejarah Islam itu sendiri dan telah melahirkan banyak figur besar dan genius dalam pelbagai tradisi keilmuan seperti filsafat, sains, politik, dan sebagainya: apakah mereka semua sesat sebagaimana diklaim kedua pembicara langganan tersebut?

Reporter Islamtimes sempat merekam beberapa kejadian menarik sepanjang acara itu berlangsung. Saat salah satu pembicara memaparkan fiksinya tentang Syiah, seorang hadirin yang menyebut dirinya berasal dari lembaga Front Pembela Islam (FPI) cabang Batam langsung protes dan melakukan interupsi. “Syiah juga bagian dari Islam,” tegasnya. Sementara beberapa perwakilan Nahdhatul Ulama cabang Batam melakukan aksi walkout sambil menggerutu, “Ini acara Wahhabi.”

Menariknya lagi, dalam ruangan acara terdapat kotak sumbangan berstiker/berlogo MUI. Entah mencatut atau memang resmi, menurut pihak penyelenggara, uang sumbangan itu nantinya akan digunakan untuk memperbanyak buku terbitan MUI tersebut. Namun, menurut beberapa pengamat, penerbitan buku itu sebenarnya didanai langsung oleh Arab Saudi. Pengamat toleransi keagamaan, Zuhairi Misrawi, sempat berkicau dalam akunnya (@zuhairimisrawi), “Saya bertanya kepada teman yangg jadi pengurus MUI pusat, apakah buku penyesatan atas Syiah didanai Arab Saudi? Dia bungkam. #dilema” Lantas, dikemanakan hasil rencengan itu?

Dien Syamsudin : Ana La Syi’i, La Sunni, Bal Islami


(Transkrip lengkap, sambutan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, Dien Syamsudin dalam peluncuran buku Kapita Selekta Mozaik Islam, karya Prof. Dr. Umar Shihab di Hotel Pan Pasific pada Jumat 17 Oktober 2014)

Assalamu’alaikum wr wb

Alhamdulillahi haqqa hamdih, wa syukrulillahi haqqa syukrih, wa la hawla wala quwwata illa billahil aliyil adhim, al Mukaromun yang saya muliakan para ulama, zu’ama, sesepuh dan pinisepuh serta semua tamu undangan.

Al Mukarromun ashabul fadhilah al-sufara’ min al-duwal al Islamiyah al syafiqah, Yang Mulia para Duta Besar negara-negara sahabat, hadirin dan hadirat khususnya “sang pengantin,” penulis buku, Prof. Dr. Umar Shihab yang berbahagia.

Atas nama pribadi dan atas nama dewan pimpinan Majelis Ulama Indonesia saya ingin mengungkapkan rasa syukur dan rasa bahagia atas peluncuran buku Kapita Selekta dan Mozaik Islam karya prof Dr. Umar Shihab, seorang dari Ketua Majelis Ulama Indonesia yang kebetulan termasuk yang tertua yang telah mencapai usai 75 tahun, terpaut hampir 20 tahun dari saya, seorang yang kalau boleh saya katakan sebagai mozaik dalam dirinya, karena selain sebagai seorang ulama dan juga Muslim, guru besar, tapi juga seorang pendidik dan banyak juga pengalaman dalam bidang politik.

Judul buku ini, Kapita Selekta yang tadi dibicarakan terpengaruh oleh Pak Natsir yang juga menuliskan Kapita Selekta tapi juga karena, meskipun saya belum membaca secara tuntas, buku ini mengangkat isu-isu, persoalan-persoalan dalam rentangan disiplin ilmu keislaman yang luas dari akidah, fikih, hukum, kalau tidak salah juga tasawuf dan juga diskusi kontemporer termasuk isu-isu politik, maka dia menjadi bunga rampai yang sangat kaya dan ketika dinyatakan sebagai mozaik Islam, ini mengandung pesan bahwa Islam bisa dikatakan sebagai sebuah entitas keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian yang satu sama lain terjalin dalam tali temali yang erat sekali dan menjadikan Islam sebagai Die Wende dan sekaligus sebagai mozaik yang indah.

Ini menegaskan bahwa ada persoalan kemajemukan, ta’addudat, termasuk di dalamnya persoalan ikhtilaf dan juga keragaman yang sesungguhnya merupakan sunnatullah karena begitu banyak ayat suci menegaskan bahwa Allah menciptakan semua yang ada di bumi, langit, alam semesta ini dalam keragaman, ikhtilafu alwanikum wa alsinatikum, syu’uban wa qabaila, dan seterusnya yang di akhir ayat itu, Allah mengatakan semuanya adalah tanda-tanda lil ‘alimin bagi orang-orang yang berilmu yang mengetahui, yang menggunakan akal pikiran.

Prof. Dr. Umar Shihab ingin membawa pesan ini, pesan kemajemukan keragaman yang perlu kita sikapi dengan penuh kasih sayang maka ikhtilafu ummati rahmah dan banyak disebut tadi, perbedaan di antara umatku itu adalah rahmat, ini dalam arti secara esensial perbedaan itu sebagai rahmat tetapi juga ada pesan, ada imperatif dalam ungkapan itu bahwa perbedaan-perbedaan di antara kita perlu kita sikapi dengan rahmah dan penuh kasih sayang di antara kita.

Inilah yang menjadi pesan Islam yang kemajemukan umat dalam pemikiran, dalam mazhab, dalam orientasi politik dan di Indonesia juga dalam instrumen perjuangan di organisasi-organisasi kemasyarakatan, sesungguhnya adalah sunnatullah itu sendiri. Maka oleh karena itu pesan Islam yang ingin disampaikan oleh Prof. Dr. Umar Shihab adalah pesan Islam agar dialog di antara kita perlu kita tingkatkan dan agar kita tidak mudah terjebak kepada yang beliau sampaikan tadi itu, takfir dan tadhlil, yaitu pengkafiran dan penyesatan yang memang akhir-akhir ini menjadi salah satu fenomena di dunia Islam, di kalangan dunia Islam, takfir yaitu ada gerakan takfiri dan gerakan tadhlil, yang walaupun di dalam Islam dibandingkan dengan agama-agama lain relatif memiliki kriteria keyakinan kepercayaan keagamaan yang sangat ketat sekali, best marking of Islamic faith, yang mungkin bagi agama-agama lain yang terlalu longgar dalam hal keyakinan sehingga memungkinkan dan memang secara empiris terdapat sekte-sekte yang berbeda satu sama lain, tapi Islam sangat ketat sekali menyangkut al-aqidah al-Islamiyah, namun sangat tergantung pada kita apakah kita membawanya pada kriteria maksimal ataukah menurunkannya pada kriteria minimal. Kalau saya pribadi ingin kriteria minimal lah yang kita pakai, yaitu syahadatain, maka semua yang bertumpu pada syahadatain, keyakinan terhadap keesaan Allah dan kerasulan Muhammad sebagai rasul terakhir, semuanya berada di dalam wilayah keislaman.

Maka tidak salah dalam hadis man qala la ilaha ilallah dakhalal jannah, didahului la ilaha ilallah saja ini, kalau kita berangkat dari kriteria yang minimal ini, maka perbedaan-perbedaan yang ada itu sesungguhnya berada pada wilayah cabang-cabang, furu’iyyah bukan pada ushul, dasar agama, dan ketika ada percabangan-percabangan, kemajemukan dan keragaman dalam banyak hal lain yang menurut sejarah yang bisa kita baca itu semuanya adalah perkembangan pasca Rasulullah Saw, Sunni-Syiah, mazhab-mazhab, adalah dinamika perkembangan pasca Rasulullan Saw.

Sehingga itu adalah produk sejarah, produk budaya yang memang mengacu kepada dasar-dasar agama dan bahkan tidak sedikit dalam perkembangan perbedaan itu sendiri ada faktor politik yang kemudian ditarik ke teologi seolah-olah perbedaan teologis, padahal pada pangkalnya adalah perbedaan politik, kalau ini kita sikapi secara jernih, tenang dan sedikit santai maka kita mungkin bisa berlapang dada, dan inilah pesan Rasulullah Saw yang sangat senang saya kutip, yaitu hadis yang berbunyi ahabbuddin lillah atau ilallah al-hanafiyyatu as-samhah, bahwa agama yang paling dicintai di sisi Allah, pada Allah adalah keberagaman yang bertumpu pada kehanifan, al-hanafiyyah dan memang agama-agama samawi termasuk Islam, sangat mengacu kepada pengikut Ibrahimi, Ibrahim as yang menyatakan dirinya dan dinyatakan sebagai hanifan musliman.

Sebagai muslim yang hanif yang menampilkan al-hanafiyyah dan ini pulalah sedikit kita lakukan konteks analisis terhadap doa-doa dalam shalat betapa shalat yang merupakan tiang agama itu diawali dengan komitmen Ibrahimi, hanifan musliman menukilkan pernyataan Ibrahim as tapi di ujung shalat dalam tahiyat kita ulang kembali kama barakta ‘ala Ibrahim, Ibrahim kita munculkan kembali seolah-olah komitmen Ibrahimi ini meliputi shalat yang merupakan tiang agama itu, dan itulah kehanifan, al-hanafiyyah, kalau pesan Rasul tadi itu al-hanafiyyatu as-samhah, yang berlapang dada, yang bertoleransi, yang terbuka untuk tidak mengklaim absolute truth dalam pemikiran kita yang absolute, al-haq itu dari Allah, tapi apa yang kita pahami, apa yang kita pikirkan adalah wilayah dengan kenisbian manusia.

Nah, dengan demikian maka umat Islam akan tergerak untuk melakukan komunikasi, dialog, silaturahim, silatulfikri, hubungan kasih sayang dalam hal pemikiran dan ini akan menjadi modal bagi persatuan umat Islam.

Terakhir khususnya di Indonesia, saya kira agenda mendesak untuk kita dorong bersama-sama adanya as-samhah sesama umat Islam untuk kita hadapi fenomena takfiri, pengkafiran, tadhlil, penyesatan, yang kurang berdasarkan al-hanafiyyatu as-samhah tadi itu, yang hanya akan menimbulkan perpecahan di kalangan umat Islam. Terus terang, saya ingin secara terus terang, terbuka, persoalan besar dunia Islam sekarang, persoalan Sunni-Syiah, bagi yang belajar Islam semua perkembangan pasca Rasulullah Saw hanyalah perbedaan tafsir terhadap hadis yang mungkin juga terhadap Al-Quran, muncullah perbedaan ini maka saya lebih senang mengutip ulama-ulama, mufti-mufti sebagian di Timur Tengah sana, yang mengatakan walaupun banyak yang tidak setuju bahwa ana la Syi’i la Sunni bal Islami, tidak Sunni-tidak Syiah tapi Islam.

Bahkan ada ulama mufti dari Suriah kalau tidak salah, dengan kata-kata ana syi’iyyun fi mahabbati aali Rasulillah, wa ana sunniyyun fi mahabbati ashhabi Rasulillah, mungkin di situ titik temu. Nah, upaya kecenderungan kita untuk bicara titik temu inilah, adalah sebuah perjuangan besar, sebuah jihad yang perlu kita lakukan, maka Majelis Ulama Indonesia diharapkan dapat menjadi tenda besar bagi seluruh kekuatan umat Islam termasuk yang mungkin, yang kita anggap jauh dari Islam tapi mereka sendiri mengaku Islam dan oleh karena itu perlu ada sebuah tenda besar yang semua pihak merasa nyaman untuk bernaung di bawah tenda itu. Ini tidak mudah, ini tantangan kita bersama tapi dengan bangkitnya kekuatan umat Islam tengahan yang moderat, yang toleran, yang penuh dengan al-hanafiyyatu as-samhah ini, ada keyakinan itu akan menjadi kenyataan dan kita akan terhindarkan dari silang sengketa, perselisihan, bahkan permusuhan, apalagi jika terjadi al-fitnatul kubra pada era modern ini, na’udzu billahi min dzalik.

Oleh karena itulah buku Prof. Dr. Umar Shihab ini, walaupun saya sudah baca sepintas saja antara lain memesankan itu, maka oleh karena itulah mari kita ciptakan mozaik Islam yang indah, keragaman sebagai sebuah keindahan.

Selamat terhadap Prof. Dr. Umar Shihab atas bukunya yang kesekian kalinya ini, dan selamat atas usia 75 tahun, semoga dapat terus berkiprah, bagi umat, bagi bangsa dan negara, dan tetap aktif menjadi salah satu tulang punggung Majelis Ulama Indonesia untuk menjadi tenda besar bagi Umat Islam dan bagi Indonesia.

Wa billahit taufiq wal hidayah wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Terkait Berita: