Pesan Rahbar

Home » » Menilik Kehidupan Qori Terkemuka Mesir; Ahmad Nuaina; Seorang Dokter Yang Menemukan Ketenangan Dalam Tilawah

Menilik Kehidupan Qori Terkemuka Mesir; Ahmad Nuaina; Seorang Dokter Yang Menemukan Ketenangan Dalam Tilawah

Written By Unknown on Tuesday, 17 October 2017 | 21:12:00


Dr. Ahmad Ahmad Nuaina, qori tersohor Mesir dan dr. Spesialis Anak, yang dengan spesialis kedokterannya telah menenangkan rasa sakit dan derita anak-anak dan dengan tilawah indah dan merdunya dengan gaya Mostafa Ismail, telah memberikan ketenangan kepada jiwa para pendengar.

Menurut laporan IQNA, Dr. Ahmad Ahmad Nuaina lahir pada tahun 1954 di kota Motobas, yang terletak di propinsi Kafr Al Sheikh Mesir dan merampungkan jenjang SD dan SMPnya di kota ini dan setelah melewati jenjang SMA di kota Rashid propinsi Al Beheira, lantas ia meneruskan studinya ke fakultas kedokteran universitas Iskandariah.

Setelah melewati jenjang umum kedokteran, ia mengambil Ph.D spesialisnya dengan spesialis pengobatan anak dari universitas ini dan bekerja di rumah sakit Iskandariah.

Namun terkait kehidupan Quraninya harus kami katakan bahwa ia menurut penuturannya telah bergabung ke madrasah Alquran sejak usia 3 tahun dan telah berhasil menghafal seluruh Alquran kurang dari 8 tahun dan menimba ilmu tajwid dengan Syaikh Ahmad al Shawa.

Di jenjang akademisnya, ia mempelajari bacaan sepuluh dengan Ummu Sa’ad, wanita Qurani dan tunanetra Iskandariah dan mendapat gelar dari masyarakat dengan Qori al-Mulk (qori para raja) dan pada tahun 1979, dikenal sebagai qori radio dan tv.

Ia di awal tilawahnya terpengaruh dari qiraat merdu dan spiritual qori kotanya, Syaikh Amin Hilali dan setelah itu melalui radio ia mengenal para qori kenamaan seperti Syaikh Muhammad Refaat,Syaikh Abdul Basit Abdul Samad, Syaikh Mostafa Islamil, Syaikh Abul Ainain Shu'aisha, Hushari, Minshawi, al-Bana, dan lain-lain.

Namun poin yang perlu diperhatikan adalah pengaruh dan taklidnya atas tilawah Syaikh Mostafa Ismail, sampai-sampai menurut para pendengar taklidnya ia benar-benar pas dengan tilawah Syaikh Mostafa Islamil.

Pada bulan Ramadhan dan pelbagai acara, ia banyak sekali melakukan lawatan ke banyak negara Islam dan Eropa seperti Iran, Malaysia, Indonesia, India, Paksitan, Amerika dan sebagian negara-negara Eropa dan menyabet peringkat pertama dalam MTQ internasional India dan Malaysia pada tahun 1985 dan 1995, demikian juga peraihan peringkat terbaik dalam musabaqoh Alquran Brunei termasuk salah satu dari kehormatan Quraninya dan Ahmad Nuaina hadir sebagai dewan juri di sejumlah musabaqoh internasional kredibel Alquran di pelbagai negara dunia.


Dalam hal ini, jurnal al-Youm al-Jadid Mesir melakukan wawancara dengan Dr. Ahmad Ahmad Nuaina, qori terkemuka Mesir, dan teks wawancaranya adalah sebagai berikut:

Tolong katakan kepada kami kapan dimulainya kebersamaan Anda dengan Alquran?

Saya lahir di kota Motobas, yang terletak di propinsi Kafr Al Sheikh Mesir, perjalanan spiritual saya dengan Alquran dimulai sejak usia 3 tahun dan sebelum berusia 8 tahun saya sudah berhasil menghafal seluruh Alquran. Syaikh Amin Hilali, salah seorang qori dan ustad Al-Azhar hadir di kota Motobas, dan saya membaca Alquran dengan mengikut dan taklid kepadanya. Setelah saya menghafal Alquran, lantas saya menimba ilmu tajwid dan hukum-hukum qiraat dan mengambil manfaat dari Syaikh Ali Syihabuddin, pengajar spesialis dalam seni qiraat dan pada masa ini saya melakukan tilawah Alquran di beberapa majelis Alquran yang diselenggarakan di kota.

Setelah merampungkan sekolah dan masuk ke fakultas kedokteran universitas Iskandariah, di kesempatan pertama saya mencari para pengajar guna menyempurnakan qiraat sepuluh Alquran saya.

Syeikh Umar Tharir Nu’man dan istrinya Ummu Sa’ad adalah dua pengajar canet di kota ini, dimana setelah mengenal dengan mereka, setiap hari setelah salat Subuh saya pergi ke rumah mereka dan menimba qiraat sepuluh dengan mereka. Proses ini terus berlanjut sampai saya lulus universitas pada tahun 1978.


Bagaimanakah hubungan setiap hari Anda dengan Alquran?

Saya memulai tilawah Alquran setiap hari setelah salat Subuh, dan saya menyempurnakan satu atau dua juz Alquran di perjalanan ke rumah sakit dan kembali ke rumah. Di waktu-waktu luang juga saya sibuk membaca Alquran dan apabila saya tidak membaca Alquran, maka saya tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan harian lainnya seperti membaca surat kabar, buku, dan lain-lain. Saya tidak melewatkan satu hari kecuali di situ minimal saya membaca 5 juz Alquran dengan bersandar pada hafalan Alquran saya dan pada bulan Ramadhan, jumlah bacaan semakin meningkat dikarenkan hadir di majelis-majelis Alquran.


Apakah pendidikan kedokteran menghalangi jalan hafalan Alquran Anda?

Saat saya pergi ke fakultas kedokteran saya adalah seorang qori dan hafiz Alquran dan untuk menyempurnakan qiraat saya, maka saya belajar dengan Ummu Sa’ad, wanita tunanetra di Iskandariah. Ia adalah wanita tersohor Alquran di kota ini, yang menguasai qiraat sepuluh dan penyempurnaan qiraat sepuluh saya dilakukan olehnya.


Menurut Anda apakah kedudukan radio Alquran mengalami penurunan dibandingkan sebelumnya?

Saya tidak memiliki pandangan demikian, karena pada masa kami hanya 7 qori yang dikenal dan yang memimpin adalah Syaikh Hushari, Syaikh Abdul Basit Abdul Samad, Syaikh Minshawi, dimana tilawah mereka disiarkan lewat radio, namun sekarang ini ada sekitar 1000 qori, dimana qiraat mereka disiarkan lewat radio Alquran dan ini tidak menunjukkan melemahnya kedudukan radio Alquran.


Bagaimanakah pandangan Syaikh ash-Syarawi tentang qiraat Anda?

Untuk pertama kalinya saya melihat Syaikh ash-Sya’rawi (menteri pertama wakaf dan urusan Islam Mesir) pada tahun 1970. Ia sangat takjub dengan tilawah saya dan setelah mendengar suara saya, mengatakan Dr. Nuaina engkau telah memindahkan kami dari obat fisik ke obat hati dan sejak saat itu dimulailah persahabatan kami dan kami menemuinya di masjid Al-Hussein (as) dan masjid Sayyidah Nafisah di Kairo.


Siapakah yang Anda kenal dari para qori yang baru tampil, yang aktif di cannel parabola?

Saya sekarang ini juga mendengarkan tilawah para tokoh qiraat tersohor terdahulu seperti Syaikh Mostafa Islamil, al-Minshawi, al-Bahtimi, Khalil al-Husary, Syaikh Ahmad Amir, Ghalwash, dan lain-lain dan kekomitmenan saya akan mendengarkan qiraat para qori terdahulu dikarenakan para qori baru juga mengambil manfaat dan bertaklid dari tilawah mereka.


Kejadian terpenting apakah yang telah berpengaruh dalam kehidupan Ahmad Nuaina?

Saya memiliki kenangan indah dari Syaikh Mostafa Ismail dan saat seseorang membawa saya menemuinya guna melantunkan tilawah di depannya, beliau sangat takjub dengan suara saya dan guna menghormati, beliaupun melepaskan amamahnya dari kepala. Pada masa itu Abdul Halim Mahmud, Eks Syaikh Al-Azhar saat mendengar suara saya di salah satu pertemuan qurani, dalam ceramahnya di masjid Sayyidi Ali al-Salman kota Iskandariah, yang diputar dari radio juga menyanjung tilawah saya dan meminta saya melakukan tilawah di radio dan majelis-majelis Alquran.


Banyak sekali para remaja hari ini tidak terlalu peduli dengan urusan-urusan sederhana agama. Apakah menurut Anda hal ini muncul karena lemahnya kedudukan sekolah Qurani?

Sekolah-sekolah Alquran hari ini telah berubah menjadi halaqoh pendidikan hafalan Alquran di masjid-masjid, yang menjadi sumber keberkahan dan gerakan yang sangat bagus. Sekarang ini kadar tendensi dan minat akan halaqoh-halaqoh pendidikan Alquran di masjid melebihi sebelumnya, namun harus diingat poin ini bahwa sekolah-sekolah Qurani masih terus ada dan sibuk aktif mengajar Alquran.


Menurut Anda siapakah para qori Alquran terbaik saat ini?

Saya tidak pernah membeda-bedakan antar para qori, bagi saya mereka semua adalah sama. Yang terpenting bagi saya adalah suara sang qori. Sekarang ini nada-nada Qurani di kalangan para qori adalah satu dan tidak terdengar gaya tilawah yang beragam. Seorang qori harus memiliki gaya beragam dalam tilawah sehingga menjadi lebih baik dari selainnya dan dikenal.


Apakah cannel parabola berkomersil dengan pemutaran Alquran?

Komersil sebagian cannel parabola dengan Alquran hasil dari kelemahan dan ketidakmampuannya dalam materi. Setiap cannel parabola memiliki kebijakan pribadinya dan saya tidak mau masuk ke ranah ini dan kebijakan-kebijakan ini kembali ke cannel tersebut.


Perlu diketahui, Dr. Ahmad Nuaina sebelum ini dalam sebuah kenangan pertamanya bertemu dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran (Rahbar) mengatakan bahwa, dalam salah satu pertemuan lainnya yang agak khusus, setelah salat berjamaah yang beliau imami, saya membaca ayat-ayat al-Quran. Ayatullah Khamenei sangat suka dengan bacaan itu dan kepada saya beliau berkata, "Sekarang banyak yang mengikuti gaya Mostafa Ismail, tapi menurut saya Anda tidak mengikuti Mostafa Ismail, Anda membaca sama seperti Mostafa Ismail. Suara anda sama seperti suara Mostafa Ismail dan Anda menambahkan sebuah kehalusan bacaannya. Dari situ saya paham bahwa beliau benar-benar menguasai masalah teknik qiraah.

Ia demikian juga berkisah tentang pemberian hadiah sebuah jubah dari tangan Rahbar. Ia mengatakan, saya tidak hanya mendapatkan jubah semata, bahkan juga mendapat satu syal hijau dan sebabnya adalah saat berbincang-bincang dengan beliau, saya katakan bahwa kakek saya adalah Hasani dan sejatinya saya adalah keturunan Hasani dan datuk saya kembali pada Imam Hasan (as), dengan demikian saya adalah Sayid dan lantas beliau menghadiahkan satu jubah warna terang dan satu syal warna hijau kepada saya.

(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: